PENDAHULUAN
1
BAB II
KONSEP TEORITIS
a. Kecemasan
Kecemasan terjadi sebagai akibat dari ancaman terhadap harga diri atau
indentitas diri yang sangat mendasar bagi keberadaan individu. Kecemasan adalah
kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang
tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya.
Kecemasan tidak dapat dihindarkan dari individu dalam memelihara
keseimbangan. Hal yang dapat menimbulkan kecemasan biasanya bersumber dari:
2
d. Ketidaksesuaian pandangan diri dengan lingkungan nyata ( Drs.
Jeremia Maruhawa, M. Kes, dkk, 2005 ).
b. Kehilangan
Menurut peplau ada empat angka kecemasan yang dialami oleh individu yaitu
ringan, sedang, berat, dan panit.
3
meskipun denga perintah. Conttohnya : Individu dengan kepribadian pecah
atau depersonalisasi ( Drs. Jeremia Maruhawa, M. Kes, dkk, 2005 ).
2.3 Tahap Kehilangan
a. Tahap Penyangkalan.
Reaksi pertama individu yang kehilangan adalah terkejut, tidak
percaya, merasa terpukul dan menyangkal pertanyaan bahwa
kehilangan itu betul terjadi. Individu yang mengalami kehilangan
(kematian) orang yang dicintai seolah-olah orang tersebut masih hidup.
Dia mnugkin mengalami halusinasi melihat orang meninggal tersebut
berada di tempat biasanya ia berada atau merasa mendengar suaranya.
Reaksi fisik terjadi pada tahap penyangkalan adalah keletihan,
kelemahan, kepucatan, mual, diare, sesak napas, detak jantung cepat,
menangis, dan gelisa. Reaksi demikian dapat terjadi selama beberapa
menit sampai beberapa tahun ( Drs. Jeremia Maruhawa, M. Kes, dkk,
2005 ).
b. Tahap Marah.
Individu menunjukkan perasaan marah yang meningkat dan sering
diprojeksikan kepada orang yang ada dilingkungan atau orang-orang
tertentu. Reaksi fisik yang sering terjadi pada tahap ini antara lain
wajah merah, nadi cepat, gelisa, susah tidur, dan tangan mengepal.
c. Tahap Tawar Menawar.
Apabila individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya,
maka ia maju tahap tawar menawar. Reaksi sering dinyatakan dengan
kata-kata “seandainya saya hati-hati”, “kenapa harus terjadi pada
keluarga saya”.
d. Tahap Depresi.
Pada tahap ini individu sering menunjukkan sikap menarik diri,
tidak mau berbicara atau putus asa. Gejala fisik yang sering
diperlihatkan adaah menolak makan, susah tidur, letih, libido menurun.
4
e. Tahap Penerimaan.
Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan.
Pikiran yang selalu terpusat dengan objrk atau orang yang hilang akan
mulai berkurang atau menghilang. Individu telah menerim kenyataan
kehilangan yang dialaminya, gambaran tentang objek atau orang yang
hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatian dialihkan
kepada objek yang baru. Tahap penerimaan ini biasanya diungkapkan
dengan kalimat “saya betul-betul menyayangi tas saya yang hilang,
tetapi tas saya yang baru ini masih juga”, “apa yang dapat saya
lakukan agar saya cepat sembuh”, atau “ yah, akhirnya saya harus
dioperasi juga”. Apabila individu mengalami tahap-tahap tersebut dan
mencapai tahap penerimaan ia akan dapat mengakhiri proses kedukaan
dan mengatasi perasaan kehilangan secara tuntas. Apabila individu
tetap berada salah satu tahap lebih awal dan tidak mencapai tahap
penerimaan jika ia mengalami kehilangan lagi, akan sulit baginya
untuk mencapai tahap penerimaan ( Drs. Jeremia Maruhawa, M. Kes,
dkk, 2005 ).
a. Teori Psikoanalitik.
Menurut frued, kecemasan timbul akibat reaksi psikologis individu
terhadap ketidakmampuan mencapai orgasme dalam hubungan seksual.
Kecemasan dapat timbul secara otomatis akibat dari stimulus internal dan
eksternal yang berlebihan. Ada dua kecemasan yaitu:
1. Kecemasan primer. Penyebab kecemasan primer adalah keadaan
ketegangan atau dorongan yang diakibatnya oleh faktor ekternal.
2. Kecemasan subsekuen. Frued menjelaskan bila terjadi kecemasan
maka posisi ego sebagai pengembangan id dan superego berada pada
kondisi bahaya ( Drs. Jeremia Maruhawa, M. Kes, dkk, 2005 ).
5
b. Teori Interpersonal.
Kecemasan bisa dirasakan bila individu mempunyai kepekaan
lingkungan. Adanya trauma seperti perpisahan dengan orang berarti atau
kehilangan dapat menyebabkan kecemasan pada individu. Harga diri
seseorang merupakan faktor penting yang berhubugan dengan kecemasan.
Orang yang mempunyai predisposisi mengalami kecemasan adalah orang
yang mudah terancam, mempunyai opini negatif terhadap dirinya atau
meragukan kemampuannya ( Drs. Jeremia Maruhawa, M. Kes, dkk, 2005
).
c. Teori Perilaku
Kecemasan merupakan hasil frustasi akibat berbagai hal yang
memengaruhi individu dalam mencapai tujuan yang diinginkan misalnya
memperoleh pekerjaan, berkeluarga, kesuksesan dalam sekolah. Perilaku
merupakan hasil belajar dari pengalaman yang pernah dialami. Konflik
menimbulkan kecemasan dan kecemasan akan meningkatkan persepsi
terhadap konflik dengan timbulnya perasaan ketidakberdayaan. Konflik
muncul dari dua kecenderungan yaitu : Appoarch merupakan
kecederungan untuk melakukan atau mengerakkan sesuatu, sedangkan
Avoidance adalah kebalikannya yaitu tidak melakukan atau menggerakkan
sesuatu melalui sesuatu ( Drs. Jeremia Maruhawa, M. Kes, dkk, 2005 ).
d. Teori Keluarga
Kecemasan selalu ada pada tiap-tiap keluarga dalam berbagai
bentuk dan sifatnya heterogen ( Drs. Jeremia Maruhawa, M. Kes, dkk,
2005 ).
6
mengembangkan sikap optimistik dalam menghadapi suatu
permasalahan, termasuk menghadapi kehilangan.
2. Kesehatan fisik. Individu dengan keadaan fisik sehat, cara hidup
yang teratur, cederung mempunyai kemampuan mengatasi stres
yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang sedang
mengalami gangguan fisik.
3. Kesehatan mental/jiwa. Individu yang mengalami gangguan jiwa
terutama yang mempunyai riwayat depresi, yang ditandai perasaan
tidak berdaya, pesimistik, selalu dibayangi oleh masa depan yang
sura, biasanya sangat peka terhadap situasi kehilangan.
4. Pengalaman kehilangan dimasa lalu. Kehilangan atau perpisahan
dengan orang yang bermakna di masa kanak-kanak akan
mempengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi
kehilangan di masa depan ( Drs. Jeremia Maruhawa, M. Kes, dkk,
2005 ).
b. Faktor Presipitasi
7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Askep Kecemasan
1. Pengkajian :
Pengkajian dituju pada fungsi fisiologi dan perubahab prilaku melalui
gejala ataumekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan.
Kaji faktor predisposisi, faktor predisposisi adalah semua ketagangan
dalam kehidupan yang menimbulkan kecemasan.
2. Diagnosa yang mungkin muncul :
a. Ketakutan
b. Ketidakefektifan koping individu
c. kecemasan
3. Intervensi :
No Diagnosa NOC NIC
1. Ketakutan Setelah diberikan asuhan 1. Diskusikan tentang situasi
keperawatan diharapkan dan pehaman tentang situasi
cemas teratasi dengan dengan ibu dan pasangan.
kriteria hasil : 2.Pantau verbal dan
- Ibu mendiskusikan takut nonverbal si ibu dan
mengenai janin dan masa pasangan.
depan kehamilan, dan 3.Dengarkan masalah ibu
juga mengenai ketakutan dengan seksama.
yang sehat dan tidak 4.Jelaskan prosedur dan arti
sehat. gejala.
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Mendokumentasikan rasa
koping individu tindakan keperawatan empati, kehangatan.
3x24 jam, klien dapat 2. Menjelaskan tentang
mneyelesaikan masalah tujuan dari konseling.
dengan kriteria hasil : 3. Menggunakan teknik
1. Mengindentifikasi pola relaksasi dan klarifikasi
8
koping yang efektif untuk memfasilitasi
2. Menggunakan strategi ekspresi.
koping yang efektif. 4. Menjelaskan bagaimana
3. Menggunakan perilaku keluarga terhadap
dukungan sosial yang pasien.
tersedia. 5. Berikan pujian untuk
4. Melaporkan penurunan ketrampilan yang baru.
gejala fisik stres.
3. Kecemasan 1.Kontrol kecemasan 1. Gunakan pendekatan
2.Koping yang menenangkan.
3.Vital sign dalam batas 2. Nyatakan dengan jelas
normal,postur tubuh, harapan terhadap pelaku
eksperi wajah. Bahasa pasien.
tubuh dan tingkat 3. Temani pasien untuk
aktivitas. memberikan keamanan dan
mengurangi ketakutan.
9
b. askep kecemasan
1.Pengkajian :
1. Duka cita
3. Intervensi :
10
canda dengan keluarga. mengidentifikasi respon
4. Klien dapat positif dari orang lain.
menjalankan rutinitas b. Keluarga
seperti biasa. 5.Dukung keterlibatan
keluarga dengan cara yang
tepat.
c. Bantuan kontrol marah
individu.
1. Bangun rasa percaya dan
hubungan yang dekat dan
harmonis dengan klien.
2. Gunakan pendekatan yang
tenang dan menyakinkan.
3. Bantu klien
mengidentifikasi sumber
kemarahan.
4. Sediakan umpan balik
pada perilaku klien untuk
membantu mengidentifikasi
sumber kemarahannya.
11
2. Duka cita 1.Tingkat depresi. 1.Konseling individu
terganggu Tujuan : klien dapat a.Bangun hubungan
memahami hubungan terapeutik yang didasarkan
anatar kehilangan yang pada rasa saling percaya dan
dialami dengan keadaan saling mmenghormati.
dirinya dengan kriteria 2. Tunjukkan empati,
hasil: kehangatan, dan ketulusan.
a.Klien dengan megalami 3. Sediakan informasi faktual
depresi . yang tepat sesuai dengan
b.Klien mengatakan tidak kebutuhan.
lagi merasa bersalah yang 4.Dukung ekpresi perasaan
berlebihan. klien.
c.Klien tidak tampak 5. Bantu klien untuk
bersedia. mengidentifikasi dan
d.Klien tampak tidak menguatkan.
marah-marah.
12
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kesalahan dan jauh
dar kata sempurna. Penyusun akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada sumber yang dapat dipertanggung jawab. Maka dari itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah ini dari
dosen pembimbing.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/168569937/Askep-Gangguan-Pada-Cemas.
14