Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecemasan merupakan respon indivdu terhadap suatu keadaan yang tidak


menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam individu sehari-
hari. Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah adanya
objek atau sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat dijelaskan
oleh individu. Kecemasan terjadi sebagai akibat dari ancaman terhadap harga diri
atau indentitas diri yang sangat mendasar bagi keberadaan individu. Kecemasan
adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan
penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan
tidak berdaya. Tikat kecemasan ada beberapa yaitu kecemasan ringan, sedang,
berat dan panik.

Kehilangan adalah suatu keadaan ketika individu berpisah dengan sesuatu


yang sebelumnya ada atau dimiliki, baik sebagian atau keseluruhan. Peristiwa
kehilanga dapat terjadi secara tiba-tiba atau bertahap. Proses berduka yang
disebabkan oleh kehilangan dibagi dalam 5 tahap yaitu: penyangkalan (denial) ,
marah (anger), tawar menawar (bargainning), depresi, dan penerimaan
(acceptance). Tahapan ini sama seperti yang dialami oleh individu dalam
menghadapi masa menjelang ajal ( Drs. Jeremia Maruhawa, M. Kes, dkk, 2005 ).

1.2 Tujuan umum


Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan dengan klien kecemasan dan
kehilangan.
1.3 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui pengertian kecemasan dan kehilangan.
2. Untuk mengetahui tingkat kecemasan.
3. Untuk mengetahui tahap kehilangan.
4. Untuk mengetahui teori kecemasan.
5. Untuk mengetahui faktor kehilangan.

1
BAB II

KONSEP TEORITIS

2.1 Pengertian Kecemasan dan Kehilangan

a. Kecemasan

Kecemasan merupakan respon indivdu terhadap suatu keadaan yang tidak


menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam individu sehari-
hari. Kecemasan merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat
diobsevasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek
yang sepesifik. Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut
adalah adanya objek atau sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat
dijelaskan oleh individu. Rasa takut terbentuk dari proses kognitif yang
melibatkan penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam. Ketakutan
disebabkan oleh hal yang bersifat fisik dan psikologis ketika indiviu dapat
mengidentifikasi dan mengabarkannya ( Drs. Jeremia Maruhawa, M. Kes, dkk,
2005 ).

Kecemasan terjadi sebagai akibat dari ancaman terhadap harga diri atau
indentitas diri yang sangat mendasar bagi keberadaan individu. Kecemasan adalah
kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang
tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya.
Kecemasan tidak dapat dihindarkan dari individu dalam memelihara
keseimbangan. Hal yang dapat menimbulkan kecemasan biasanya bersumber dari:

1. Ancaman integritas biologis meliputi gangguan terhadap kebutuhan


dasar makanan, minum kehangatan dan seks.
2. Ancaman terhadap kecemasan terhadap keselamatan diri:
a. Tidak menemukan integritas diri.
b. Tidak menemukan status dan prestise.
c. Tidak memperoleh pengakuan dari orang lain.

2
d. Ketidaksesuaian pandangan diri dengan lingkungan nyata ( Drs.
Jeremia Maruhawa, M. Kes, dkk, 2005 ).

b. Kehilangan

Kehilangan adalah suatu keadaan ketika individu berpisah dengan sesuatu


yang sebelumnya ada atau dimiliki, baik sebagian atau keseluruhan. Peristiwa
kehilanga dapat terjadi secara tiba-tiba atau bertahap. Proses berduka yang
disebabkan oleh kehilangan dibagi dalam 5 tahap yaitu: penyangkalan (denial) ,
marah (anger), tawar menawar (bargainning), depresi, dan penerimaan
(acceptance). Tahapan ini sama seperti yang dialami oleh individu dalam
menghadapi masa menjelang ajal ( Drs. Jeremia Maruhawa, M. Kes, dkk, 2005 ).

2.2 Tingkat Kecemasan

Menurut peplau ada empat angka kecemasan yang dialami oleh individu yaitu
ringan, sedang, berat, dan panit.

a. Kecemasan ringan dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-


hari. Contoh: Seseorang yang menghadapi ujian akhir, individu yang akan
melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
b. Kecemasan sedang individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi
perhatian, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melukukan
sesuat dengan arahan orang lain.contoh: Keluarga yang menghadapi
perpecahan(berantakan), individu yang mengalami konflik dalam
pekerjaan.
c. Kecemasan berat lapangan persepsi individu sangat penting. Seluruh
perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak
perintah atau arahan untuk terfokus pada era lain. Contohnya : Individu
yang mengalami kehilangan harta benda dan orang yang dicintai karena
bencana alam, individu dalam penyendaraan.
d. Kecemasan panik individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian
hilang. Karena hilanganya kontrol maka tidak mampu melakukan apa pun

3
meskipun denga perintah. Conttohnya : Individu dengan kepribadian pecah
atau depersonalisasi ( Drs. Jeremia Maruhawa, M. Kes, dkk, 2005 ).
2.3 Tahap Kehilangan
a. Tahap Penyangkalan.
Reaksi pertama individu yang kehilangan adalah terkejut, tidak
percaya, merasa terpukul dan menyangkal pertanyaan bahwa
kehilangan itu betul terjadi. Individu yang mengalami kehilangan
(kematian) orang yang dicintai seolah-olah orang tersebut masih hidup.
Dia mnugkin mengalami halusinasi melihat orang meninggal tersebut
berada di tempat biasanya ia berada atau merasa mendengar suaranya.
Reaksi fisik terjadi pada tahap penyangkalan adalah keletihan,
kelemahan, kepucatan, mual, diare, sesak napas, detak jantung cepat,
menangis, dan gelisa. Reaksi demikian dapat terjadi selama beberapa
menit sampai beberapa tahun ( Drs. Jeremia Maruhawa, M. Kes, dkk,
2005 ).
b. Tahap Marah.
Individu menunjukkan perasaan marah yang meningkat dan sering
diprojeksikan kepada orang yang ada dilingkungan atau orang-orang
tertentu. Reaksi fisik yang sering terjadi pada tahap ini antara lain
wajah merah, nadi cepat, gelisa, susah tidur, dan tangan mengepal.
c. Tahap Tawar Menawar.
Apabila individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya,
maka ia maju tahap tawar menawar. Reaksi sering dinyatakan dengan
kata-kata “seandainya saya hati-hati”, “kenapa harus terjadi pada
keluarga saya”.

d. Tahap Depresi.
Pada tahap ini individu sering menunjukkan sikap menarik diri,
tidak mau berbicara atau putus asa. Gejala fisik yang sering
diperlihatkan adaah menolak makan, susah tidur, letih, libido menurun.

4
e. Tahap Penerimaan.
Tahap ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan.
Pikiran yang selalu terpusat dengan objrk atau orang yang hilang akan
mulai berkurang atau menghilang. Individu telah menerim kenyataan
kehilangan yang dialaminya, gambaran tentang objek atau orang yang
hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatian dialihkan
kepada objek yang baru. Tahap penerimaan ini biasanya diungkapkan
dengan kalimat “saya betul-betul menyayangi tas saya yang hilang,
tetapi tas saya yang baru ini masih juga”, “apa yang dapat saya
lakukan agar saya cepat sembuh”, atau “ yah, akhirnya saya harus
dioperasi juga”. Apabila individu mengalami tahap-tahap tersebut dan
mencapai tahap penerimaan ia akan dapat mengakhiri proses kedukaan
dan mengatasi perasaan kehilangan secara tuntas. Apabila individu
tetap berada salah satu tahap lebih awal dan tidak mencapai tahap
penerimaan jika ia mengalami kehilangan lagi, akan sulit baginya
untuk mencapai tahap penerimaan ( Drs. Jeremia Maruhawa, M. Kes,
dkk, 2005 ).

2.4 Teori Kecemasan

a. Teori Psikoanalitik.
Menurut frued, kecemasan timbul akibat reaksi psikologis individu
terhadap ketidakmampuan mencapai orgasme dalam hubungan seksual.
Kecemasan dapat timbul secara otomatis akibat dari stimulus internal dan
eksternal yang berlebihan. Ada dua kecemasan yaitu:
1. Kecemasan primer. Penyebab kecemasan primer adalah keadaan
ketegangan atau dorongan yang diakibatnya oleh faktor ekternal.
2. Kecemasan subsekuen. Frued menjelaskan bila terjadi kecemasan
maka posisi ego sebagai pengembangan id dan superego berada pada
kondisi bahaya ( Drs. Jeremia Maruhawa, M. Kes, dkk, 2005 ).

5
b. Teori Interpersonal.
Kecemasan bisa dirasakan bila individu mempunyai kepekaan
lingkungan. Adanya trauma seperti perpisahan dengan orang berarti atau
kehilangan dapat menyebabkan kecemasan pada individu. Harga diri
seseorang merupakan faktor penting yang berhubugan dengan kecemasan.
Orang yang mempunyai predisposisi mengalami kecemasan adalah orang
yang mudah terancam, mempunyai opini negatif terhadap dirinya atau
meragukan kemampuannya ( Drs. Jeremia Maruhawa, M. Kes, dkk, 2005
).
c. Teori Perilaku
Kecemasan merupakan hasil frustasi akibat berbagai hal yang
memengaruhi individu dalam mencapai tujuan yang diinginkan misalnya
memperoleh pekerjaan, berkeluarga, kesuksesan dalam sekolah. Perilaku
merupakan hasil belajar dari pengalaman yang pernah dialami. Konflik
menimbulkan kecemasan dan kecemasan akan meningkatkan persepsi
terhadap konflik dengan timbulnya perasaan ketidakberdayaan. Konflik
muncul dari dua kecenderungan yaitu : Appoarch merupakan
kecederungan untuk melakukan atau mengerakkan sesuatu, sedangkan
Avoidance adalah kebalikannya yaitu tidak melakukan atau menggerakkan
sesuatu melalui sesuatu ( Drs. Jeremia Maruhawa, M. Kes, dkk, 2005 ).
d. Teori Keluarga
Kecemasan selalu ada pada tiap-tiap keluarga dalam berbagai
bentuk dan sifatnya heterogen ( Drs. Jeremia Maruhawa, M. Kes, dkk,
2005 ).

2.5 Faktor Kehilangan


a. Faktor Predisposisi. Yang mempengaruhi reaksi kehilangan adalah
genetik, kesehatan fisik,kesehatan jiwa, pengalaman masa lalu.
1. Genetik. Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam
keluarga yang mempunyai riwayat depresi biasanya sulit

6
mengembangkan sikap optimistik dalam menghadapi suatu
permasalahan, termasuk menghadapi kehilangan.
2. Kesehatan fisik. Individu dengan keadaan fisik sehat, cara hidup
yang teratur, cederung mempunyai kemampuan mengatasi stres
yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang sedang
mengalami gangguan fisik.
3. Kesehatan mental/jiwa. Individu yang mengalami gangguan jiwa
terutama yang mempunyai riwayat depresi, yang ditandai perasaan
tidak berdaya, pesimistik, selalu dibayangi oleh masa depan yang
sura, biasanya sangat peka terhadap situasi kehilangan.
4. Pengalaman kehilangan dimasa lalu. Kehilangan atau perpisahan
dengan orang yang bermakna di masa kanak-kanak akan
mempengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi
kehilangan di masa depan ( Drs. Jeremia Maruhawa, M. Kes, dkk,
2005 ).

b. Faktor Presipitasi

Stres yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan dapat berupa stres


nyata, atau imajinasi individu, seperti kehilangan yang bersifat bio-psiko-sosial
antara lain kehilangan kesehatan (sakit), kehilangan fungsi seksualitas, kehilangan
harga diri, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran dalam keluarga, dan
kehilangan posisi di masyarakat.

Individu dalam status kehilangan sering menunjukkan perilaku seperti


menangis atau tidak mampu menangis, marah, putus asa, kadang-kadang ada
tanda upaya bunuh diri atau ingin membunuh orang lain. Regresi yang dipakai
secara berlebihan dan tidak tepat, sering ditemukan pada pasien depresi ( Drs.
Jeremia Maruhawa, M. Kes, dkk, 2005 ).

7
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Askep Kecemasan
1. Pengkajian :
Pengkajian dituju pada fungsi fisiologi dan perubahab prilaku melalui
gejala ataumekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan.
Kaji faktor predisposisi, faktor predisposisi adalah semua ketagangan
dalam kehidupan yang menimbulkan kecemasan.
2. Diagnosa yang mungkin muncul :
a. Ketakutan
b. Ketidakefektifan koping individu
c. kecemasan
3. Intervensi :
No Diagnosa NOC NIC
1. Ketakutan Setelah diberikan asuhan 1. Diskusikan tentang situasi
keperawatan diharapkan dan pehaman tentang situasi
cemas teratasi dengan dengan ibu dan pasangan.
kriteria hasil : 2.Pantau verbal dan
- Ibu mendiskusikan takut nonverbal si ibu dan
mengenai janin dan masa pasangan.
depan kehamilan, dan 3.Dengarkan masalah ibu
juga mengenai ketakutan dengan seksama.
yang sehat dan tidak 4.Jelaskan prosedur dan arti
sehat. gejala.
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Mendokumentasikan rasa
koping individu tindakan keperawatan empati, kehangatan.
3x24 jam, klien dapat 2. Menjelaskan tentang
mneyelesaikan masalah tujuan dari konseling.
dengan kriteria hasil : 3. Menggunakan teknik
1. Mengindentifikasi pola relaksasi dan klarifikasi

8
koping yang efektif untuk memfasilitasi
2. Menggunakan strategi ekspresi.
koping yang efektif. 4. Menjelaskan bagaimana
3. Menggunakan perilaku keluarga terhadap
dukungan sosial yang pasien.
tersedia. 5. Berikan pujian untuk
4. Melaporkan penurunan ketrampilan yang baru.
gejala fisik stres.
3. Kecemasan 1.Kontrol kecemasan 1. Gunakan pendekatan
2.Koping yang menenangkan.
3.Vital sign dalam batas 2. Nyatakan dengan jelas
normal,postur tubuh, harapan terhadap pelaku
eksperi wajah. Bahasa pasien.
tubuh dan tingkat 3. Temani pasien untuk
aktivitas. memberikan keamanan dan
mengurangi ketakutan.

9
b. askep kecemasan

1.Pengkajian :

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian :

a. Perawat mengkaji pasien berduka dan anggota keluarga yang mengalami


kehilangan untuk menenrukan tingkat berduka.

b. Pengkajian terhadap gejala klinis berduak (schulz,1978) yang mencakup : sesak


di dada, napas pendek, berkeluh kesah, perasaan penuh diperut, kehilangan
kekuatan otot, distres perasaan yang hebat.

2. Diagnosa yang mungkin muncul :

1. Duka cita

2. duka cita terganggu

3. Intervensi :

No Diagnosa NOC NIC


1. Duka cita Ketahanan keluarga. a. Peningkatan koping
Tujuan : klien dapat individu.
menuntaskan duka cita 1.Berikan penilaian mengenai
dengan kriteria hasil : dampak dari situasi
1. Klien mendapatkan kehidupan klien terhadap
dukungan dari anggota peran dan hubungan yang
keluarga. ada.
2. Klien dapat 2. Gunakan pendekatan yang
berkomunikasi dengan tenang.
jelas antara anggota 3. Berikan suasana
keluarga. penerimaan.
3. Klien dapat berbagi 4. Bantu pasien dalam

10
canda dengan keluarga. mengidentifikasi respon
4. Klien dapat positif dari orang lain.
menjalankan rutinitas b. Keluarga
seperti biasa. 5.Dukung keterlibatan
keluarga dengan cara yang
tepat.
c. Bantuan kontrol marah
individu.
1. Bangun rasa percaya dan
hubungan yang dekat dan
harmonis dengan klien.
2. Gunakan pendekatan yang
tenang dan menyakinkan.
3. Bantu klien
mengidentifikasi sumber
kemarahan.
4. Sediakan umpan balik
pada perilaku klien untuk
membantu mengidentifikasi
sumber kemarahannya.

11
2. Duka cita 1.Tingkat depresi. 1.Konseling individu
terganggu Tujuan : klien dapat a.Bangun hubungan
memahami hubungan terapeutik yang didasarkan
anatar kehilangan yang pada rasa saling percaya dan
dialami dengan keadaan saling mmenghormati.
dirinya dengan kriteria 2. Tunjukkan empati,
hasil: kehangatan, dan ketulusan.
a.Klien dengan megalami 3. Sediakan informasi faktual
depresi . yang tepat sesuai dengan
b.Klien mengatakan tidak kebutuhan.
lagi merasa bersalah yang 4.Dukung ekpresi perasaan
berlebihan. klien.
c.Klien tidak tampak 5. Bantu klien untuk
bersedia. mengidentifikasi dan
d.Klien tampak tidak menguatkan.
marah-marah.

12
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah


adanya objek atau sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat
dijelaskan oleh individu. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada
sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan
dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. Kecemasan tidak dapat
dihindarkan dari individu dalam memelihara keseimbangan.

Kehilangan adalah suatu keadaan ketika individu berpisah dengan sesuatu


yang sebelumnya ada atau dimiliki, baik sebagian atau keseluruhan. Peristiwa
kehilanga dapat terjadi secara tiba-tiba atau bertahap.

3.2 Saran

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kesalahan dan jauh
dar kata sempurna. Penyusun akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada sumber yang dapat dipertanggung jawab. Maka dari itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah ini dari
dosen pembimbing.

13
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Jeremia Maruhawa, M.Kes.dkk.2005.konsep dasar keperawatan kesehatan


jiwa.Jakarta:EGG.

https://www.scribd.com/doc/168569937/Askep-Gangguan-Pada-Cemas.

14

Anda mungkin juga menyukai