Pembaharuan Islam
Islam pada masa ini tidak mengalami persoalan terkait perkembangan dan
penyelesaian masalah yang terjadi, terutama persoalan aqidah dan ibadah
Pada masa ini Rasulullah SAW adalah sumber rujukan utama setelah al-Qur’an,
beliau langsung yang memberikan putusan dan bimbingan kepada umat
Setelah Rasul wafat, para sahabat – terutama khulafaur rasyidin (Abu Bakar, Umar,
Usman, Ali) – menjadi sumber informasi dan rujukan keislaman yang kuat dan shahih
(valid)
Sekitar Abad VII hingga X Islam berkembang dengan pesat, tidak hanya aspek
wilayah kekuasaan, tetapi juga perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban
lainnya
Perkembangan Islam pada masa ini dimulai dengan lahirnya Dinasti Umaiyah (661 –
750 M), di mulai dengan naiknya Muawiyah menjadi khalifah
Pada masa ini lahir 4 Imam Madzhab yang terkenal (Abu Hanifah, Imam Malik, Imam
Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal)
Ada khalifah terkenal yaitu Umar bin Abd Aziz (717 – 720)
Dinasti Abbasiyah berpusat di Iraq dan berkuasa hampir 5 abad (750 – 1258)
Pada Masa ini Islam mengalami puncak kejayaan dalam berbagai bidang dan telah
lahir berbagai ilmuwan muslim seperti al-Kindi, Ibnu Sina (Avicenna), al-Khawarisma,
al-Biruni , dll
Pada masa ini ada Majelis Ilmu yang bernama Darul Hikmah
Pada masa ini ada khalifah terkenal yang bernama Harun al-Rasyid (786 -809)
Dinasti Umaiyah di Spanyol (757 – 1492) yang di mulai dengan datangnya Thariq bin
Ziyad
Pusat kotanya Cordova (Spanyol)
Dinasti Fatimiyah di Tunisia (919 – 1171)
Dinasti ini mendirikan kota Kairo Mesir dan mendirikan Universitas al-Azhar
Setelah ini muncul kerajaan Turki Usmani (dimotori oleh Shalahuddin al-Ayubi)
Umat Islam mengalami kemunduran setelah pelaksanaan perang Salib (sekitar tahun
1096 – 1270)
Krisis yang dialami Umat Islam
Islamisasi Nusantara
PENDIRI MUHAMMADIYAH
Pendiri organisasi Muhammadiyah adalah K.H. Ahmad Dahlan, yang memiliki nama
kecil Muhammad Darwisy
Muhammad Darwisy lahir tahun 1868 di Kauman Yogyakarta. Ayahnya bernama K.H.
Abu Bakar, seorang ulama dan Khatib terkemuka di Masjid Besar Kesultanan
Yogyakarta
Dalam silsilah keluarga ia termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik
Ibrahim, seorang wali besar dan seorang yang terkemuka diantara Wali Songo, yang
merupakan pelopor pertama dari penyebaran dan pengembangan Islam di Tanah
Jawa
K.H. Ahmad Dahlan dididik dalam lingkungan pesantren sejak kecil yang
mengajarinya pengetahuan agama dan bahasa Arab. Ia menunaikan ibadah haji
ketika berusia 15 tahun (1883), lalu dilanjutkan dengan menuntut ilmu agama dan
bahasa arab di Makkah selama lima tahun.
Di sinilah ia berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam dunia Islam,
seperti Ibnu Taimiyah, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha.
Buah pemikiran tokoh-tokoh Islam ini mempunyai pengaruh yang besar pada diri
seorang Darwisy.
Jiwa dan pemikirannya penuh disemangati oleh aliran pembaharuan ini yang kelak
kemudian hari menampilkan corak keagamaan yang sama, yaitu melalui
Muhammadiyah.
Sikap jumud dipandang menimbulkan kebekuan ajaran Islam, serta stagnasi dan
dekadensi (keterbelakangan) ummat Islam. Oleh karena itu, pemahaman keagamaan
yang statis ini harus dirubah dan diperbaharui, dengan gerakan purifikasi atau
pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada al-Qur'an dan al-Hadits
“Wahai Dahlan, coba engkau bayangkan seolah-olah engkau berada seorang diri bersama
Allah, sedang engkau menghadapi kematian, pengadilan, hisab surga dan neraka. Dan dari
sekalian yang engkau hadapi itu, renungkanlah yang terdekat denganmu, dan tinggalkanlah
lainnya”
ARTI MUHAMMADIYAH
Faktor Subyektif ---- faktor yang terkait pribadi K.H. Ahmad Dahlan yang melakukan
kajian mendalam terkait ayat-ayat al-Qur’an, terutama surat Ali Imraan ayat 104:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung” (TQS. Ali Imraan ayat 104)
Faktor Obyektif; terkait kondisi umat Islam yang mengalami penyimpangan dalam
pengamalan ajaran Islam dan rendahnya kualitas lembaga pendidikan umat Islam.
Hal ini merupakan faktor obyektif yang berasal dari internal umat Islam Indonesia
Faktor Obyektif berupa; semakin gencar kegiatan kristenisasi di Indonesia melalui
gerakan tiga “G” (glory, gold, gospel), penetrasi Bangsa Eropa, terutama Belanda,
dan adanya pengaruh gerakan pembaharuan Islam di Timur Tengah. Hal ini
merupakan faktor obyektif yang berasal dari eksternal umat Islam Indonesia
Prof. Dr. Mukti Ali menyampaikan bahwa dari sekian faktor yang melatarbelakangi
berdirinya Muhammadiyah, setidaknya ada empat hal yang menonjol:
a) Ketidakbersihan dan campuraduknya pengamalan ajaran Islam oleh
masyarakat (adanya TBC)
b) Tidak effisiennya lembaga pendidikan Islam
c) Aktivitas misi Katholik dan Protestan
d) Adanya sikap meremehkan Islam dari kelompok masyarakat
intelegensia/bangsawan/terdidik
PENDAHULUAN
Penyusunan Muqoddimah AD
Ajaran tauhid adalah essensi dan tumpuan ajaran Islam yang tetap, tidak berubah-
rubah, sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW
Kepercayaan tauhid ada 3 aspek; yaitu keyakinan bahwa Allah mencipta dan
memelihara alam semesta; keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan yang Haq; dan
keyakinan bahwa Allah-lah yang berhak dan wajib disembah
Tauhid menumbuhkan 2 kesadaran; kepercayaan akan hari akhir di mana manusia
akan mempertanggungjawabkan perbuatannya; dan sadar bahwa hidup manusia
semata-mata untuk beramal sholeh
Tauhid akan mengantarkan kehidupan manusia pada posisi dan kedudukannya
sebagaimana tujuan penciptaannya oleh Allah
Tauhid akan mengantarkan manusia pada kedudukan yang mulia
Tauhid akan mendorong manusia menjadikan hidupnya untuk beribadah
Para Rasul adalah contoh terbaik bagi kehidupan umat manusia (Q.S. Al-Ahzab: 21)
Setiap perjuangan perlu membaca pola dan strategi serta taktik perjuangan para
Rasul sehingga mengerti faktor-faktor yang menjadikan kemenangan atau kekalahan
Sifat pokok perjuangan Nabi; ibadah, jihad (bersungguh-sungguh), mengerahkan
seluruh kemampuan, pengorbanan, ikhlas, penuh tanggungjawab, penuh kesabaran
dan tawakal
Keanggotaan
Anggota Biasa ialah warga negara Indonesia beragama Islam.
Anggota Luar Biasa ialah orang Islam bukan warga negara Indonesia.
Anggota Kehormatan ialah perorangan beragama Islam yang berjasa terhadap
Muhammadiyah dan atau karena kewibawaan dan keahliannya bersedia membantu
Muhammadiyah.
Susunan Organisasi
Ranting ialah kesatuan anggota dalam satu tempat atau kawasan
Cabang ialah kesatuan Ranting dalam satu tempat
Daerah ialah kesatuan Cabang dalam satu Kota atau Kabupaten
Wilayah ialah kesatuan Daerah dalam satu Propinsi
Pusat ialah kesatuan Wilayah dalam Negara
Susunan Pimpinan
Pimpinan Pusat ---- di tingkat Negara
Pimpinan Wilayah --- di tingkat Propinsi
Pimpinan Daerah --- di tingkat Kab/Kota
Pimpinan Cabang --- di tingkat Kecamatan
Pimpinan Ranting ---- di tingkat Desa/Dukuh/Kawasan tertentu
Pimpinan Cabang Istimewa -- di Luar Negeri
Masa jabatan pimpinan adalah 5 tahun
Permusyawaratan
Muktamar
Tanwir
Musyawarah Wilayah (Musywil)
Musyawarah Daerah (Musyda)
Musyawarah Cabang (Musycab)
Musyawarah Ranting (Musyran)
Musyawarah Pimpinan (Musypim)
Kepada yang telah Islam bersifat Tajdid (pembaruan). Artinya mengembalikan kepada
ajaran Islam yang murni
Kepada yang belum Islam bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk agama Islam
Adapun dakwah yang kedua kepada masyarakat bersifat perbaikan, bimbingan dan
peringatan. Semua dilaksanakan dengan musyawarah atas dasar taqwa dan mengharap
ridla Allah SWT semata
Sifat Muhammadiyah
1. Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan
2. Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah.
3. Lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran Islam.
4. Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan.
5. Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan serta dasar negara yang
syah.
6. Amar ma’ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan yang
baik.
7. Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan pembangunan
sesuai dengan ajaran Islam.
8. Kerja sama dengan golongan agama Islam mana pun dalam usaha menyiarkan dan
mengamalkan agama Islam.
9. Membantu pemerintah serta bekerja sama dengan golongan lain, sebagai
pemelihara dan membangun negara.
10. Bersifat adil serta korektif ke dalam dan ke luar dengan bijaksana
MATAN KEYAKINAN DAN
Kelompok ke Satu
Kelompok Ketiga