Anda di halaman 1dari 19

Sejarah Perkembangan Islam, Islamisasi Nusantara dan Gerakan

Pembaharuan Islam

Islam Zaman Rasululllah dan Khulafaur Rasyidin

 Islam pada masa ini tidak mengalami persoalan terkait perkembangan dan
penyelesaian masalah yang terjadi, terutama persoalan aqidah dan ibadah
 Pada masa ini Rasulullah SAW adalah sumber rujukan utama setelah al-Qur’an,
beliau langsung yang memberikan putusan dan bimbingan kepada umat
 Setelah Rasul wafat, para sahabat – terutama khulafaur rasyidin (Abu Bakar, Umar,
Usman, Ali) – menjadi sumber informasi dan rujukan keislaman yang kuat dan shahih
(valid)

Perkembangan Islam Pasca Rasul dan Sahabat

 Sekitar Abad VII hingga X Islam berkembang dengan pesat, tidak hanya aspek
wilayah kekuasaan, tetapi juga perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban
lainnya
 Perkembangan Islam pada masa ini dimulai dengan lahirnya Dinasti Umaiyah (661 –
750 M), di mulai dengan naiknya Muawiyah menjadi khalifah
 Pada masa ini lahir 4 Imam Madzhab yang terkenal (Abu Hanifah, Imam Malik, Imam
Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal)
 Ada khalifah terkenal yaitu Umar bin Abd Aziz (717 – 720)
 Dinasti Abbasiyah berpusat di Iraq dan berkuasa hampir 5 abad (750 – 1258)
 Pada Masa ini Islam mengalami puncak kejayaan dalam berbagai bidang dan telah
lahir berbagai ilmuwan muslim seperti al-Kindi, Ibnu Sina (Avicenna), al-Khawarisma,
al-Biruni , dll
 Pada masa ini ada Majelis Ilmu yang bernama Darul Hikmah
 Pada masa ini ada khalifah terkenal yang bernama Harun al-Rasyid (786 -809)
 Dinasti Umaiyah di Spanyol (757 – 1492) yang di mulai dengan datangnya Thariq bin
Ziyad
 Pusat kotanya Cordova (Spanyol)
 Dinasti Fatimiyah di Tunisia (919 – 1171)
 Dinasti ini mendirikan kota Kairo Mesir dan mendirikan Universitas al-Azhar
 Setelah ini muncul kerajaan Turki Usmani (dimotori oleh Shalahuddin al-Ayubi)
 Umat Islam mengalami kemunduran setelah pelaksanaan perang Salib (sekitar tahun
1096 – 1270)
Krisis yang dialami Umat Islam

 Krisis dalam sosial politik - konflik keluarga kerajaan,perebutan kekuasaan dan


terjadinya perang salib
 Krisis bidang keagamaan - perilaku pemimpin yang jauh dari ajaran Islam, ijtihad
tertutup dan hanya berpedoman pada imam madzhab
 Krisis bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan - banyak aset ilmu pengetahuan
yang rysak dan terbakar, masyarakat lebih konsens pada peperangan

Islamisasi Nusantara

 Istilah Islamisasi bukan dimaksud sebagai proses menjadikan Nusantara menjadi


wilayah Islam, tetapi lebih pada makna proses masuk dan perkembangan Islam di
Nusantara atau Indonesia
 Indonesia, atau dikenal juga dengan sebutan Hindia Belanda, berada pada posisi
geografis yang strategis yang terletak persis di tengah perjumpaan Samudra
Hindia dan Wilayah tropis Pasifik, wilayah yang memiliki pantai yang panjang dan
juga hutan tropis
 Keragaman geografis tersebut memunculkan pembentukan tiga kelompok
masyarakat (Alwi Shihab, 1998), yaitu:
a) Masyarakat pesisir, yang berorientasi pada perdagangan dan memiliki
komitmen keislaman yang kuat. Masyarakat ini cenderung terbuka dan mudah
mendapatkan akses informasi dari luar
b) Masyarakat pegunungan yang terpencil, yang lebih bersifat kesukuaan dan
berorientasi animistik
c) Masyarakat yang dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu, yang sangat erat
menjalin hubungan dengan elite istana, kelompok ini tinggal di pedalaman
yang masih relatif mudah terjangkau
 Menurut Ibnu Batuttah, Islam datang ke Indonesia sekitar abad XIII-XIV dan
mengalami perkembangan hingga abad XVI. Namun beberapa informasi
menyebutkan bahwa Islam datang di Indonesia jauh sebelumnya
 Islam datang di Indonesia secara damai melalui para saudagar/pedagang yang
berasal dari Gujarat India yang berlabuh di pesisir Indonesia. Inilah yang
menyebabkan masyarakat pesisir lebih dikategorikan sebagai masyarakat muslim
yang kuat saat itu.
 Islam datang di Indonesia bukan menghadapi masyarakat yang tidak memiliki
keyakinan, tetapi masyarakat Indonesia telah memiliki keyakinan animisme,
dinamisme, dan bahkan Hindu Budha
 Proses penyebaran Islam disebabkan oleh beberapa faktor; perdagangan dan
politik, perlawanan terhadap kaum Portugis, perkawinan campur, dan ajaran
tasawuf, termasuk di dalamnya dilakukan oleh para wali
 Islam yang masuk ke Indonesia sesungguhnya bukanlah Islam “murni” yang
disebarkan oleh orang arab timur tengah, tetapi orang-orang Gujarat India yang
melakukan perdagangan
 Hal ini yang menjadi faktor mengapa Islam begitu mudah diterima oleh
masyarakat, karena Islam yang datang telah terakulturasi dengan budaya India –
yang notabene Hindu – dan ini lebih mudah masyarakat yang sebelumnya sudah
kenal agama Hindu
 Di samping itu, para sufi (termasuk wali) yang menyebarkan Islam menjadikan
budaya sebagai pendekatan untuk penyebaran nilai-nilai agama tanpa terlalu
memperhatikan aspek syari’at
 Kondisi ini satu sisi memberikan dampak positif bagi perkembangan umat Islam,
namun sisi lain menjadikan ajaran Islam mengalami proses akulturasi budaya
sehingga mengaburkan ajaran Islam itu sendiri
 Geertz memberikan klasifikasi umat Islam; abangan (masyarakat muslim yang
kental dengan budaya Jawa, priyayi (masyarakat muslim yang berasala dari
golongan ningrat), dan santri (masyarakat muslim taat, biasanya masyarakat
muslim pesisir dan atau muslim terdidik)

Proses Pembaharuan Islam di Indonesia

 Proses pembaharuan Islam sangat dipengaruhi oleh kembali beberapa muslim


terdidik di Sumatera setelah belajar Islam di Mekkah
 Sekitar tahun 1803, Haji Miskin, Haji Sumanik, dan Haji Piobang kembali dari
Makkah setelah menunaikan Ibadah haji dan bermukim di sana, pulang ke
Minangkabau dengan membawa paham Islam yang diilhami oleh gerakan
Wahabi, sebuah gerakan yang membawa misi untuk menegakkan ajaran Islam
yang murni yang bersumber kepada al-Qur’an dan a-sunnah
 Ide ini terus berkembang di wilayah Sumatera dan diikuti oleh Ulama lain. Perang
Paderi (Tuanku Imam Bonjol) diduga juga dipengaruhi semangat ini
 Walaupun terjadi pertentangan antara kelompok masyarakat yang tetap
berpegang pada kebiasaan lama dengan kelompok masyarakat pembaharu,
namun gelombang gerakan pembaharuan umat Islam terus berkembang hingga
abad XX dengan muncul berbagai organisasi Islam, baik dalam politik maupun
ekonomi dan sosial keagamaan, seperti, SI (Syarekat Islam, Jami’ah Khair, Al-
Irsyad, dan lain-lain, termasuk Muhammadiyah)
 Perkembangan gerakan Pembaharuan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan
dari muncul gerakan pembaharuan Islam di timur tengah
Kaitan Pembaharuan Islam Indonesia dengan Timur Tengah

 Sebelumnya telah disampaikan bahwa proses penyebaran ide pembaharuan Islam


Indonesia dibawa oleh masyarakat muslim terdidik yang melaksanakan Ibadah Haji
dan belajar di Makkah
 Sekitar abad XI – XIII Umat Islam mengalami proses kemunduran setelah runtuhnya
dinasti Fatimiyah di Tunisia, setelah ini umat Muslim terlibat perang salib yang begitu
lama dan mengalami berbagai macam krisis, tidak hanya dalam aspek politik,
ekonomi, sosial, budaya, tetapi juga persoalan ruh beragama
 Sekitar abad XIII munculnya gerakan pembaharuan Islam yang dimotori oleh Ibnu
Taimiyah yang mengusung gerakan tajdidul fil Islam dengan memurnikan ajaran
Islam dari berbagai keyakinan, sikap dan perbuatan yang akan merusak sendi – sendi
Islam
 Gerakan ini ingin mengembalikan pemahaman keagamaan umat Islam kepada
pemahaman dan pengamalan Rasulullah, para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in
 Ciri gerakan ini adalah:
a) Membuka ruang ijtihad untuk masalah muamalah duniawiyah
b) Tidak terikat mutlak dengan pendapat ulama terdahulu
c) Memerangi orang yang menyimpang dari aqidah kaum salaf, seperti
kemusyrikan, tahayul, bid’ah, khurafat, dan lain-lain
d) Kembali kepada al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber ajaran Islam
 Pada abad XVII muncul pembaharu baru di Makkah, yaitu Muhammad bin Abd
Wahab (1703 – 1787) yang membawa gerakan Muwahidin yang bertujuan untuk
mensucikan dan meng-Esa-kan Allah yang semurni-murninya, yang mudah dan
gampang dipahami dan diamalkan seperti masa Rasulullah SAW
 Gerakan dilakukan secara ketat, tegas, lugas, keras, dan tidak mengenal kompromi,
terutama terkait ajaran tauhid yang harus jauh dari unsur-unsur syirik, bid’ah,
khurafat, tahayul, dan lainnya
 Gerakan Muwahidin – selanjutnya dikenal juga dengan gerakan Wahabiyah – disebut
juga sebagai mata rantai kedua dalam gerakan pembaharuan Islam, karena
gerakannya ini mewujudkan secara konkret gerakan pembaharuan yang telah
digagas oleh Ibnu Taimiyah pada abad XIV
 Muhammad Ibn Abd Wahab memahami kembali kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah
adalah menghayati dan mengamalkan secara nyata dan sungguh-sungguh terhadap
semua perintah-Nya dan kembali menggali semangat dan jiwa sunnah Rasul guna
dijadikan pedoman operasional terhadap sikap dan kegiatan hidup seorang muslim
 Pada Abad XIX, muncul tiga pemikir Islam yang mempelopori gerakan salafiyah; yaitu
Sayyid Jamaluddin al-Afghani, Syekh Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridla
 Gerakan ini muncul di Mesir, dan berupaya untuk meneruskan dan melestarikan
gerakan yang telah dilontarkan oleh Ibnu Taimiyah, yaitu kembali kepada al-Qur’an
dan as-Sunnah secara murni dan tanggungjawab, membersihkan berbagai macam
penyakit yang dapat mengaburkan Islam, seperti taqlid, bid’ah, syirik, dan khurafat
dalam segala bentuk manifestasinya, serta mendorong semangat untuk berijtihad
 Ketiga pemikir sepakat untuk menegakkan ajaran Islam yang murni di Mesir dan
seluruh alam, namun dalam perkembangannya ketiganya memiliki perbedaan
pandangan dalam menentukan langkang perjuangan
 Al-Afghani cenderung berpendapat bahwa umat harus berjuang dan berjihad
merebut kekuasaan politik yang dikuasai oleh penjajah Eropa, karena menurutnya
kemunduran umat Islam karena kekuasaan politik yang kotor
 Sedangkan Abduh dan Rasyid Ridla berpendapat bahwa selain politik juga harus
dilakukan dengan memperbaharui dan mengembangkan kegiatan pendidikan
sebagai tempat untuk mendidik dan berlatih calon mujtahid, mujaddid, dan mujahid
Islam yang tangguh dan militan untuk memperjuangkan Islam
 Abduh berpendapat bahwa politik cenderung menghalalkan segala cara untuk
meraih tujuannya sehingga mengabaikan etika agama. Melalui pendidikan Abduh
berkeyakinan akan lebih mempermudah penyebaran ide pembaharuan Islam
 Ide pembaharuan Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridla ini
tersebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia
 Bahkan gerakan pendidikan yang dikembangkan oleh Muhammad Abduh dan Rasyid
Ridla melalui berbagai media, termasuk Majalah Al-Manar, telah memberikan
pencerahan ide pembaharuan bagi anak muslim Indonesia yang sedang belajar di
Timur Tengah dan kemudia membawanya ke Indonesia, dan salah satunya adalah
K.H. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah
LATAR BELAKANG BERDIRINYA GERAKAN MUHAMMADIYAH

PENDIRI MUHAMMADIYAH

 Pendiri organisasi Muhammadiyah adalah K.H. Ahmad Dahlan, yang memiliki nama
kecil Muhammad Darwisy
 Muhammad Darwisy lahir tahun 1868 di Kauman Yogyakarta. Ayahnya bernama K.H.
Abu Bakar, seorang ulama dan Khatib terkemuka di Masjid Besar Kesultanan
Yogyakarta
 Dalam silsilah keluarga ia termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik
Ibrahim, seorang wali besar dan seorang yang terkemuka diantara Wali Songo, yang
merupakan pelopor pertama dari penyebaran dan pengembangan Islam di Tanah
Jawa
 K.H. Ahmad Dahlan dididik dalam lingkungan pesantren sejak kecil yang
mengajarinya pengetahuan agama dan bahasa Arab. Ia menunaikan ibadah haji
ketika berusia 15 tahun (1883), lalu dilanjutkan dengan menuntut ilmu agama dan
bahasa arab di Makkah selama lima tahun.
 Di sinilah ia berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu dalam dunia Islam,
seperti Ibnu Taimiyah, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha.
 Buah pemikiran tokoh-tokoh Islam ini mempunyai pengaruh yang besar pada diri
seorang Darwisy.
 Jiwa dan pemikirannya penuh disemangati oleh aliran pembaharuan ini yang kelak
kemudian hari menampilkan corak keagamaan yang sama, yaitu melalui
Muhammadiyah.
 Sikap jumud dipandang menimbulkan kebekuan ajaran Islam, serta stagnasi dan
dekadensi (keterbelakangan) ummat Islam. Oleh karena itu, pemahaman keagamaan
yang statis ini harus dirubah dan diperbaharui, dengan gerakan purifikasi atau
pemurnian ajaran Islam dengan kembali kepada al-Qur'an dan al-Hadits

CIRI GERAKAN PEMBAHARUAN


a) Membuka ruang ijtihad untuk masalah muamalah duniawiyah
b) Tidak terikat mutlak dengan pendapat ulama terdahulu
c) Memerangi orang yang menyimpang dari aqidah kaum salaf, seperti kemusyrikan,
tahayul, bid’ah, khurafat, dan lain-lain
d) Kembali kepada al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber ajaran Islam
Motivasi Hidup K.H. Ahmad Dahlan
“Wahai Dahlan, sungguh di depanmu ada bahaya besar dan peristiwa-peristiwa yang akan
mengejutkan engkau, yang pasti harus engkau lewati. Mungkin engkau mampu melewatinya
dengan selamat, tetapi mungkin juga engkau akan binasa karenanya”

“Wahai Dahlan, coba engkau bayangkan seolah-olah engkau berada seorang diri bersama
Allah, sedang engkau menghadapi kematian, pengadilan, hisab surga dan neraka. Dan dari
sekalian yang engkau hadapi itu, renungkanlah yang terdekat denganmu, dan tinggalkanlah
lainnya”

(Matahari-Matahari Muhammadiyah, H. Djarnawi Hadikusumo, SM 2010)

ARTI MUHAMMADIYAH

 Secara bahasa “Muhammadiyah” terdiri kata “Muhammad” yang berarti Nabi


Muhammad SAW, Nabi terakhir yang diutus Allah SWT. Kemudian ditambah “ya
nisbah” yang berarti pengikut. Sehingga secara bahasa Muhammadiyah berarti
pengikut Nabi Muhammad SAW
 Secara istilah, Muhammadiyah adalah gerakan Islam, Dakwah Amar Ma’ruf Nahi
Mungkar dan Tajdid, yang bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah al-Maqbulah,
didirikan di Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/ 18 November 1912 M

FAKTOR BERDIRINYA MUHAMMADIYAH

 Faktor Subyektif ---- faktor yang terkait pribadi K.H. Ahmad Dahlan yang melakukan
kajian mendalam terkait ayat-ayat al-Qur’an, terutama surat Ali Imraan ayat 104:
 “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung” (TQS. Ali Imraan ayat 104)
 Faktor Obyektif; terkait kondisi umat Islam yang mengalami penyimpangan dalam
pengamalan ajaran Islam dan rendahnya kualitas lembaga pendidikan umat Islam.
Hal ini merupakan faktor obyektif yang berasal dari internal umat Islam Indonesia
 Faktor Obyektif berupa; semakin gencar kegiatan kristenisasi di Indonesia melalui
gerakan tiga “G” (glory, gold, gospel), penetrasi Bangsa Eropa, terutama Belanda,
dan adanya pengaruh gerakan pembaharuan Islam di Timur Tengah. Hal ini
merupakan faktor obyektif yang berasal dari eksternal umat Islam Indonesia
 Prof. Dr. Mukti Ali menyampaikan bahwa dari sekian faktor yang melatarbelakangi
berdirinya Muhammadiyah, setidaknya ada empat hal yang menonjol:
a) Ketidakbersihan dan campuraduknya pengamalan ajaran Islam oleh
masyarakat (adanya TBC)
b) Tidak effisiennya lembaga pendidikan Islam
c) Aktivitas misi Katholik dan Protestan
d) Adanya sikap meremehkan Islam dari kelompok masyarakat
intelegensia/bangsawan/terdidik

MUQODDIMAH DAN ISI


ANGGARAN DASAR DAN
ANGGARAN RUMAH TANGGA MUHAMMADIYAH

PENDAHULUAN

 Muqoddimah AD Muhammadiyah; pokok pikiran yang menjiwai dan melandasi


gerakan Muhammadiyah
 Isi AD/ART Muhammadiyah; aturan umum pengelolaan organisasi Muhammadiyah

Penyusunan Muqoddimah AD

 Merupakan hasil perenungan dan refleksi Ki Bagus Hadikusumo terhadap Pemikiran


K.H. Ahmad Dahlan. Ki Bagus adalah satu murid dan sahabat beliau
 Perenungan ini didasarkan pada perkembangan Muhammadiyah yang semakin
berkembang secara lahiriyah dan semakin kuatnya pengaruh dari luar yang tidak
sesuai dengan paham Islam
 Muqoddimah AD ini dirumuskan pada tahun 1951

Hakikat Muqoddimah AD Muhammadiyah

 Merupakan ideologi Muhammadiyah yang memberi gambaran tentang


pandangan Muhammadiyah mengenai kehidupan manusia di muka bumi ini,
tujuan yang akan diraih dan cara mencapai tujuan tersebut
 Menjiwai segala gerak dan usaha Muhammadiyah dan pola komunikasi
Muhammadiyah untuk mencapai tujuannya
 Muqoddimah AD Muhammadiyah terdiri 7 Pokok Pikiran Utama

POKOK PIKIRAN PERTAMA

“HIDUP MANUSIA HARUS BERDASAR TAUHID (MENG-ESA-KAN) ALLAH; BER-TUHAN,


BERIBADAH SERTA TUNDUK DAN TAAT HANYA KEPADA ALLAH”

 Ajaran tauhid adalah essensi dan tumpuan ajaran Islam yang tetap, tidak berubah-
rubah, sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW
 Kepercayaan tauhid ada 3 aspek; yaitu keyakinan bahwa Allah mencipta dan
memelihara alam semesta; keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan yang Haq; dan
keyakinan bahwa Allah-lah yang berhak dan wajib disembah
 Tauhid menumbuhkan 2 kesadaran; kepercayaan akan hari akhir di mana manusia
akan mempertanggungjawabkan perbuatannya; dan sadar bahwa hidup manusia
semata-mata untuk beramal sholeh
 Tauhid akan mengantarkan kehidupan manusia pada posisi dan kedudukannya
sebagaimana tujuan penciptaannya oleh Allah
 Tauhid akan mengantarkan manusia pada kedudukan yang mulia
 Tauhid akan mendorong manusia menjadikan hidupnya untuk beribadah

POKOK PIKIRAN KEDUA

“HIDUP MANUSIA ITU BERMASYARAKAT”

 Muhammadiyah memandang bahwa manusia dengan kehidupannya merupakan


obyek pokok dalam hidup pengabdiannya kepada Allah
 Manusia adalah makhluk berpribadi. Namun pribadi manusia tidak akan mempunyai
arti dan nilai hidupnya kalau hidupnya sendiri-sendiri
 Hidup bermasyarakat adalah sunatullah dan berfungsi untuk memberi nilai yang
sebenar-benarnya bagi kehidupan manusia
 Ketertiban pribadi dan hidup bersama adalah unsur pokok dalam membentuk
kehidupan masyarakat yang baik, bahagia, dan sejahtera

POKOK PIKIRAN KETIGA

“HANYA HUKUM ALLAH YANG DAPAT DIJADIKAN SENDI UNTUK


MEMBENTUK PRIBADI YANG UTAMA DAN MENGATUR KETERTIBAN HIDUP
BERSAMA MENUJU KEHIDUPAN BAHAGIA DAN SEJAHTERA, DI DUNIA DAN
AKHERAT”

 Muhammadiyah berkeyakinan bahwa agama Islam adalah agama yang mengandung


ajaran yang sempurna, merupakan petunjuk dan rahmat Allah kepada umat manusia
untuk mendapatkan kehidupan yang bahagia
 Agama Islam tidak hanya terkait aspek I’tiqad, ibadah, dan akhlak, tetapi mencakup
seluruh kehidupan manusia, baik perseorangan maupun kelompok/masyarakat

POKOK PIKIRAN KEEMPAT

“Berjuang menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam untuk


mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya adalah wajib, sebagai
bagian ibadah dan perbuatan ihsan dan ishlah kepada manusia/masyarakat”
 Usaha Muhammadiyah untuk mencapai tujuannya adalah bagian dari Sabilillah (jalan
untuk menyampaikan ajaran Islam, memuliakan agama-Nya dan melaksanakan
hukum-hukum-Nya)
 Terlibat dalam kegiatan sabilillah adalah ciri dari keimanan seseorang
 Amal usaha Muhammadiyah harus berorientasi pada perwujudan pelaksanaan
sabillah
 Pelaksanaan sabilillah adalah bagian dari pemenuhan amanat Allah selaku
khalifatullah fil ardl, karenanya untuk pelaksanaan sabilillah diperlukan dukungan
ilmu agama dan iptek guna terlaksananya amanah secara baik
 Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang memiliki kesadaran dan tanggungjawab
terhadap negara Republik Indonesia

POKOK PIKIRAN KELIMA

“PERJUANGAN UNTUK MENCAPAI TUJUAN MUHAMMADIYAH HANYA AKAN


DICAPAI DENGAN ITTIBA’ (MENGIKUTI) PERJUANGAN PARA RASUL,
TERUTAMA RASULULLAH MUHAMMAD SAW”

 Para Rasul adalah contoh terbaik bagi kehidupan umat manusia (Q.S. Al-Ahzab: 21)
 Setiap perjuangan perlu membaca pola dan strategi serta taktik perjuangan para
Rasul sehingga mengerti faktor-faktor yang menjadikan kemenangan atau kekalahan
 Sifat pokok perjuangan Nabi; ibadah, jihad (bersungguh-sungguh), mengerahkan
seluruh kemampuan, pengorbanan, ikhlas, penuh tanggungjawab, penuh kesabaran
dan tawakal

POKOK PIKIRAN KEENAM

“PERJUANGAN MEWUJUDKAN TUJUAN DAN CITA-CITA MUHAMMADIYAH


HANYA DAPAT DILAKUKAN DENGAN CARA BERORGANISASI”

 Organisasi merupakan alat perjuangan


 Hukum berorganisasi untuk melaksanakan ajaran agama adalah wajib, karena
dengan berkelompok akan lebih mudah mewujudkan dan mengamalkan ajaran Islam
 Musyawarah sebagai dasar pengambilan keputusan dalam Muhammadiyah (Q.S.
Syura: 38)
 Tugas pokok Muhammadiyah; dakwah Islam, amar ma’ruf, dan nahi mungkar
 Perjuangan Muhammadiyah meliputi aspek-aspek kemasyarakatan ---
Muhammadiyah berusaha untuk membangun kesadaran masyarakat untuk
berperilaku berdasar ajaran Islam
 Muhammadiyah juga berjuang dalam aspek kenegaraan --- Muhammadiyah
berupaya memperjuangkan sistem pemerintah dan negara yang berdasar nilai-nilai
ajaran Islam. Untuk ini Muhammadiyah tidak terlibat politik praktis.
 Muhammadiyah tetap mendukung Pemerintah yang sah dan sesuai ketentuan
perundang-undangan yang sah

POKOK PIKIRAN KETUJUH

“PERJUANGAN MUHAMMADIYAH ADALAH UNTUK MEWUJUDKAN


MASYARAKAT ISLAM YANG SEBENAR-BENARNYA”

 MASYARAKAT YANG SEJAHTERA, AMAN, DAMAI, MAKMUR DAN BAHAGIA, YANG


DIWUJUDKAN DI ATAS DASAR KEADILAN, KEJUJURAN, PERSAUDARAAN, DAN
BERGOTONG ROYONG TOLONG MENOLONG BERSENDIKAN ISLAM
 MASYARAKAT ISLAM YANG SEBENAR-BENARNYA ADALAH RAHMAT BAGI
SELURUH MANUSIA, YANG MENJAMIN; KEADILAN, PERSAMAAN, KEAMANAN,
KESELAMATAN DAN KEBEBASAN BAGI SEMUA
 MASYARAKAT ISLAM SEBENARNYA TANGGA MENUJU KERIDLAAN ALLAH SWT

ISI AD/ART MUHAMMADIYAH

 Nama, Nama Pendiri, Kedudukan


 Identitas, Asas dan Lambang
 Maksud dan Tujuan Serta Usaha
 Keanggotan
 Susunan dan Penetapan Organisasi
 Pimpinan
 Unsur Pembantu Pimpinan
 Organisasi Otonom
 Permusyawaratan
 Rapat
 Keuangan dan Kekayaan
 Laporan
 Pembubaran

 Identitas dan Asas


Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Da’wah Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan
Tajdid, bersumber pada Al-Qur`an dan As-Sunnah.
Muhammadiyah berasas Islam

 Maksud dan Tujuan (pasal 6)


Maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan menjunjung
tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya
 Usaha (pasal 7)
Untuk mencapai maksud dan tujuan, Muhammadiyah melaksanakan Da’wah Amar
Ma’ruf Nahi Munkar dan Tajdid yang diwujudkan dalam usaha di segala bidang
kehidupan.
Usaha Muhammadiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program, dan
kegiatan, yang macam dan penyelenggaraannya diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.
Penentu kebijakan dan penanggung jawab amal usaha, program, dan kegiatan
adalah Pimpinan Muhammadiyah.

 Keanggotaan
Anggota Biasa ialah warga negara Indonesia beragama Islam.
Anggota Luar Biasa ialah orang Islam bukan warga negara Indonesia.
Anggota Kehormatan ialah perorangan beragama Islam yang berjasa terhadap
Muhammadiyah dan atau karena kewibawaan dan keahliannya bersedia membantu
Muhammadiyah.

 Susunan Organisasi
Ranting ialah kesatuan anggota dalam satu tempat atau kawasan
Cabang ialah kesatuan Ranting dalam satu tempat
Daerah ialah kesatuan Cabang dalam satu Kota atau Kabupaten
Wilayah ialah kesatuan Daerah dalam satu Propinsi
Pusat ialah kesatuan Wilayah dalam Negara

 Susunan Pimpinan
Pimpinan Pusat ---- di tingkat Negara
Pimpinan Wilayah --- di tingkat Propinsi
Pimpinan Daerah --- di tingkat Kab/Kota
Pimpinan Cabang --- di tingkat Kecamatan
Pimpinan Ranting ---- di tingkat Desa/Dukuh/Kawasan tertentu
Pimpinan Cabang Istimewa -- di Luar Negeri
Masa jabatan pimpinan adalah 5 tahun

 Unsur Pembantu Pimpinan; yang terdiri atas Majelis dan Lembaga


Majelis adalah Unsur Pembantu Pimpinan yang menjalankan sebagian tugas pokok
Muhammadiyah. Contoh: MajelisPendidikan Tinggi, Majelis Tarjih dan Tajdid, Majelis
Tabligh, Majelis Lingkungan Hidup
Lembaga adalah Unsur Pembantu Pimpinan yang menjalankan tugas pendukung.
Contoh: Lembaga Pembina dan Pengawas Keuangan (LPPK)
 Organisasi Otonom ialah satuan organisasi di bawah Muhammadiyah yang memiliki
wewenang mengatur rumah tangganya sendiri, dengan bimbingan dan pembinaan
oleh Pimpinan Muhammadiyah.
Organisasi Otonom terdiri atas organisasi otonom umum (IMM, IPM, Pemuda
Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Hizbul Wathan, Tapak Suci) dan organisasi
otonom khusus (Aisyiyah; organisasi perempuan Muhammadiyah)

 Permusyawaratan
Muktamar
Tanwir
Musyawarah Wilayah (Musywil)
Musyawarah Daerah (Musyda)
Musyawarah Cabang (Musycab)
Musyawarah Ranting (Musyran)
Musyawarah Pimpinan (Musypim)

 KEUANGAN DAN KEKAYAAN


Keuangan dan kekayaan Muhammadiyah adalah semua harta benda yang diperoleh
dari sumber yang sah dan halal serta digunakan untuk kepentingan pelaksanaan
amal usaha, program, dan kegiatan Muhammadiyah
Keuangan dan kekayaan Muhammadiyah diperoleh dari: 1. Uang Pangkal, Iuran, dan
Bantuan 2. Hasil hak milik Muhammadiyah 3. Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf, Wasiat,
dan Hibah 4. Usaha-usaha perekonomian Muhammadiyah 5. Sumber-sumber lain
KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH

 Pengertian dan Sejarah Perumusan Kepribadian Muhammadiyah


Kepribadian Muhammadiyah adalah sebuah rumusan yang menguraikan tentang jati
diri, apa dan siapa Muhammadiyah
 Rumusan ini bermula dari ceramah K.H. Faqih Usman dalam Kursus Pimpinan
Muhammadiyah di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun
1961, dengan judul “Apa sih Muhammadiyah itu?”
 Kemudian oleh Pimpinan Pusat dimusyawarahkan bersama-sama Pimpinan
Muhammadiyah Wilayah Jawa Timur (HM. Saleh Ibrahim), Jawa Tengah (R. Darsono),
dan Jawa Barat (H. Adang Afandi)
 Sesudah itu disempurnakan oleh suatu Tim yang antara lain, terdiri dari: KH.
Moh.Wardan, Prof. KH. Farid Ma’ruf, M. Djarnawi Hadikusuma, M. Djindar Tamimy;
kemudian turut membahas pula Prof.H. Kasman Singodimejo SH, dan pemrakarsa
sendiri KH. Faqih Usman.
 Hasil rumusan selanjutnya dibahas dalam Sidang Tanwir Muhammadiyah di
Ponorogo tahun 1962
 Rumusan selanjutnya disahkan dalam Muktamar Muhammadiyah ke – 35
(Muktamar Setengah Abad) pada akhir tahun 1962 di Jakarta
 Pengesahan ini merupakan di akhir kepemimpinan Kolonel H.M. Yunus Anis selaku
Ketua PP Muhammadiyah

Fungsi dan Hakikat Kepribadian Muhammadiyah


 Kepribadian Muhammadiyah berfungsi sebagai landasan, pedoman dan pegangan
setiap gerak Muhammadiyah menuju cita-cita terwujudnya masyarakat utama, adil
dan makmur yang diridlai Allah SWT
 Hakikat Kepribadian Muhammadiyah adalah wajah dan wijhah-nya persyarikatan
Muhammadiyah. Wajah tersebut mencerminkan tiga predikat yang melekat kuat
sebagai Asy Syakhsiyah atau jati dirinya secara utuh. 3 predikat yang dimaksud
adalah Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam, Dakwah dan Tajdid

Matan (Teks) Kepribadian Muhammadiyah


Apakah Muhammadiyah Itu?
Muhammadiyah adalah suatu persyarikatan merupakan “Gerakan Islam”.
Maksudnya dakwah Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar yang ditujukan kepada dua hal
yaitu perseorangan dan masyarakat.
Dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar pada bidang yang pertama atau perseorangan
terbagai menjadi 2, yaitu:

Kepada yang telah Islam bersifat Tajdid (pembaruan). Artinya mengembalikan kepada
ajaran Islam yang murni

Kepada yang belum Islam bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk agama Islam

Adapun dakwah yang kedua kepada masyarakat bersifat perbaikan, bimbingan dan
peringatan. Semua dilaksanakan dengan musyawarah atas dasar taqwa dan mengharap
ridla Allah SWT semata

Dasar Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah


1. Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah dan taat kepada Allah SWT.
2. Hidup manusia harus bermanfaat.
3. Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam.
4. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat.
5. Ittiba’ kepada langkah perjuangan Nabi Muhammad SAW.
6. Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi

Pedoman Amal Usaha dan Perjuangan dengan Ketertiban Organisasi


Dengan memperhatikan dasar prinsip di atas, maka Muhammadiyah berpedoman:
“Berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasul-Nya, bergerak membangun di segala bidang
dan lapangan dengan menggunakan cara serta menempuh jalan yang diridlai Allah SWT”

Sifat Muhammadiyah
1. Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan
2. Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah.
3. Lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran Islam.
4. Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan.
5. Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan serta dasar negara yang
syah.
6. Amar ma’ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan yang
baik.
7. Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan pembangunan
sesuai dengan ajaran Islam.
8. Kerja sama dengan golongan agama Islam mana pun dalam usaha menyiarkan dan
mengamalkan agama Islam.
9. Membantu pemerintah serta bekerja sama dengan golongan lain, sebagai
pemelihara dan membangun negara.
10. Bersifat adil serta korektif ke dalam dan ke luar dengan bijaksana
MATAN KEYAKINAN DAN

CITA-CITA HIDUP (MKCH) MUHAMMADIYAH

MAKNA MKCH MUHAMMADIYAH

 Merupakan rumusan ideologi Muhammadiyah yang menggambarkan tentang


hakekat Muhammadiyah, faham agama menurut Muhammadiyah dan misi
Muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
 Rumusan ini disusun tahun 1968 pada Muktamar Muhammadiyah ke-37 di
Yogyakarta yang bertemakan “Tajdid Muhammadiyah”
 MKCH berisi 5 pokok fikiran yang terbagi dalam 3 kelompok;
1. kelompok persoalan ideologis,
2. kelompok faham agama, dan
3. kelompok persoalan mengenai fungsi dan misi Muhammadiyah dalam
negara Republik Indonesia

Kelompok ke Satu

 Muhammadiyah adalah gerakan berasas Islam, bercita-cita dan bekerja untuk


terwujudnya masyarakat Islam sebenar-benarnya, untuk melaksanakan fungsi dan
misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi
 Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan
kepada Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan seterusnya sampai
kepada Nabi penutup Muhammad SAW sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada
umat manusia sepanjang masa dan menjamin kesejahteraan hidup materiil dan
spirituil, duniawi dan ukhrawi
 Muhammadiyah menyakini bahwa sumber yang menentukan bentuk keyakinan dan
cita-cita hidupnya adalah Islam, sebagai agama tauhid yang menuntunkan manusia
untuk beribadah (taqarrub/mendekatkan diri) kepada Allah dan menjalankan fungsi
dan misinya sebagai hamba dan khalifah Allah di bumi
 Muhammadiyah menyakini bahwa Islam dapat mengantarkan manusia pada tata
kehidupan masyarakat yang baik guna mewujudkan kemakmuran dunia, dalam
rangka ibadah kepada Allah
Kelompok ke Dua

 Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan; Al-Qur’an : Kitab Allah


yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW; Sunnah Rasul: Penjelasan dan
pelaksanaan ajaran-ajaran Al-Qur’an yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW
dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam
 Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi
bidang-bidang; 1. Aqidah, 2. Akhlaq, 3. Ibadah, 4. Muamalat Duniawiyat
 Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang murni, bersih dari gejala-
gejala kemusyrikan, bid’ah dan khurafat, tanpa mengabaikan prinsip toleransi
menurut ajaran Islam
 Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan berpedoman
kepada ajaran-ajaran al-Qur’an dan Sunnah Rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai
ciptaan manusia
 Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah
SAW tanpa tambahan dan perubahan dari manusia
 Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya muamalat duniawiyat (pengolahan
dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran Agama serta
menjadikan semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepada Allah SWT
 Agama adalah apa yang disyariatkan Allah dengan perantaraan Nabi-Nabi-Nya,
berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk
kebaikan manusia di dunia dan akherat
 Sumber ajaran Islam adalah Al-Qur’an dan As-Sunah yang berfungsi sebagai penjelas
 Muhammadiyah berpendirian bahwa pintu ijtihad tetap terbuka
 Kesatuan ajaran Islam yang tidak bisa dipisahkan, yaitu Aqidah, Akhlak, Ibadah dan
Muamalat
 Kesatuan ajaran itu dibangun dan bertumpu pada semangat tauhid dalam hidup dan
kehidupan manusia, yaitu sebuah semangat yang melahirkan sistem dan cara hidup
sebagai perwujudan ibadah kepada Allah

Kelompok Ketiga

 Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat


karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan,
kemerdekaan bangsa dan negara Republik Indonesia yang berfilsafat Pancasila,
untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara Negara yang adil dan
makmur dan diridlai Allah SWT: “Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghofur”
 Muhammadiyah berjuang dan mengajak segenap golongan dan lapisan masyarakat
untuk mengatur dan membangun tanah air sehingga menjadi negara yang adil dan
makmur yang diridlai Allah
 Pola perjuangan Muhammadiyah adalah Dakwah Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar
dalam arti dan proporsi yang sebenar-benarnya

Anda mungkin juga menyukai