Anda di halaman 1dari 21

TUGAS KEWIRAUSAHAAN

Disusun Oleh :

SUNAJAH

Program Studi S-1 Keperawatan Fak. Ilmu KesehatanYATSI


Tangerang - Banten
2019
KONSEP DASAR ENTREPRENEURSHIP

Pengertian Entrepreneurship

 Wirausaha atau Entrepreneur secara histories sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh
Richard Castillon pada tahun 1755. Diluar negeri, istilah kewirausahaan telah dikenal sejak
abad XVI, sedangkan di Indonesia baru dikenal pada akhir abad 20.
 Beberapa istilah wirausaha atau Entrepreneur seperti di Belanda dikenal dengan
ondernemer, di Jerman dikenal dengan unternehmer.
 Pendidikan Entrepreneurship mulai dirintis sejak 1950-an dibeberapa Negara seperti di
Eropa, Amerika, dan Canada. Bahkan sejak 1970-an banyak universitas yang
mengajarkan entrepreneurship atau small business management. Pada tahun 1980-
an,hampir 500 sekolah di Amerika Serikat memberikan pendidikan Entrepreneurship.
 Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau
perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti
adanya krisis ekonomi, maka pemahaman Entrepreneurship baik melalui pendidikan
formal maupun pelatihan-pelatihan Entrepreneurship di segala lapisan masyarakat
menjadi berkembang.
 Dalam bidang pemerintahan seperti dikemukakan oleh Osborne dan Gaebler (1992),
pemerintahan saat ini dituntut untuk memberi corak kewirausahaan (entrepreunerial
government).
 Dengan memiliki jiwa/corak Entrepreneurship, maka birokrasi akan memiliki motivasi,
optimisme, dan berlomba untuk menciptakan cara-cara baru yang lebil efisien, efektif,
fleksible sdan adaptif.

Gambar 2. Konsep Dasar Kewirausahaan


 Banyak orang menggunakan istilah entrepreneur dan pemilik usaha kecil bersamaan.
Meskipun mungkin memiliki banyak kesamaan, ada perbedaan signifikan antara
keduanya, dalam hal :
 Dengan pengertian tersebut di atas, nampaknya tidak semua orang yang berusaha atau
berwiraswasta dapat dikategorikan dalam kelompok Wirausaha atau Wiraswasta. Orang
yang hanya berusaha untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya tanpa diikuti dengan
perubahan untuk maju.
 Dari sudut pandang ini, dapat didefinisikan fungsi entrepreneur sebagai
mengkombinasikan berbagai faktor input dengan cara inovatif untuk menghasilkan nilai
bagi konsumen dengan harapan nilai tersebut melebihi biaya dari faktor-faktor input,
sehingga menghasilkan pemasukan lebih tinggi dan berakibat terciptanya
kemakmuran/kekayaan.
 Definisi entrepreneurship dari Ekonom Austria Joseph Schumpeter menekankan pada
inovasi, seperti: produk baru, metode produksi baru, pasar baru dan bentuk baru dari
organisasi. Kemakmuran tercipta ketika inovasi-inovasi tersebut menghasilkan permintaan
baru.
 Konsep entrepreneurship (kewirausahaan) memiliki arti yang luas. Salah satunya,
entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kecakapan tinggi dalam melakukan
perubahan, memiliki karakteristik yang hanya ditemukan sangat sedikit dalam sebuah
populasi. Definisi lainnya adalah seseorang yang ingin bekerja untuk dirinya.
 Oleh Karena kedua aspek itu sama pentingnya, maka pendidikan yang diberikan sekarang
lebih cenderung kedua aspek itu dengan menggunakan kata wirausaha. Persepsi
wirausaha kini mencakup baik aspek financial maupun personal, sosial, dan profesional
(Soedarsono, 2002 : 48)
 Jika yang diharapkan dari pendidikan yang diberikan adalah sosok atau individu yang lebih
bermental baja atau dengan kata lain lebih memiliki kecerdasan emosional (EQ) dan
kecerdasarn advirsity (AQ) yang berperan untuk hidup (menghadapi tantangan hidup dan
kehidupan) maka pendidikan wiraswasta yang lebih tepat. Sebaliknya jika arah dan tujuan
pendidikan adalah untuk menghasilkan sosok individu yang lebih lihai dalam bisnis atau
uang, atau agar lebih memiliki kecerdasan finansial (FQ) maka yang lebih tepat adalah
pendidikan wirausaha.
 Sedikit perbedaan persepsi wirausaha dan wiraswasta harus dipahami, terutama oleh para
pengajar agar arah dan tujuan pendidikan yang diberikan tidak salah.
 Walaupun demikian mengingat tantangan yang dihadapi oleh generasi muda pada saat ini
banyak pada bidang lapangan kerja, maka pendidikan wiraswasta mengarah untuk
survival dan kemandirian seharusnya lebih ditonjolkan.
 Istilah wirausaha kini makin banyak digunakan orang terutama karena memang
penekanan pada segi bisnisnya.
 Persepsi tentang wirausaha sama dengan wiraswasta sebagai padanan entrepreneur.
Perbedaannya adalah pada penekanan pada kemandirian (swasta) pada wiraswasta dan
pada usaha (bisnis) pada wirausaha.
 Istilah wirausaha muncul kemudian setelah dan sebagai padanan wiraswasta yang sejak
awal sebagian orang masih kurang sreg dengan kata swasta.
 Dalam konteks bisnis, maksudnya adalah memulai sebuah bisnis. Pada Kamus Merriam-
Webster menggambarkan definisi entrepreneur sebagai seseorang yang mengorganisir,
memanejemen, dan menanggung risiko sebuah bisnis atau usaha.
 Arti ini terjemahan dari kata Entrepreneur. Kata entrepreneur berasal dari kata Prancis,
entreprendre, yang berarti berusaha.
 Wirausaha berarti “Wira” = Pelopor dan Usaha = berusaha, atau Wiraswasta berarti “Wira”
= Pelopor dan Swasta = berusaha di sector non Pemerintah.
 Dilihat dari terminologi, dulu dikenal adanya istilah wiraswasta dan kewiraswastaan.
Sekarang tampaknya sudah ada semacam konvensi sehingga istilah tersebut menjadi
wirausaha (entrepreneur) dan kewirausahaan (entrepreneurship).
 Istilah Entrepreneurship atau kewirausahaan sudah lama menjadi wacana di Indonesia
baik pada tingkat formal di perguruan tinggi dan pemerintahan ataupun pada tingkat non
formal pada kehidupan ekonomi di masyarakat.
1. Jumlah kekayaan yang tercipta
 Usaha entrepreneurship menciptakan kekayaan secara substansial, bukan
sekedar arus pendapatan yang menggantikan upah tradisional.
2. Kecepatan mendapatkan kekayaan
 Sementara bisnis kecil yang sukses dapat menciptakan keuntungan dalam jangka
waktu yang panjang, entrepreneur menciptakan kekayaan dalam waktu lebih
singkat, misalnya 5 tahun.
3. Resiko
 Resiko usaha entrepreneur tinggi; dengan insentif keuntungan pasti, banyak
entrepreneur akan mengejar ide dan kesempatan yang akan mudah lepas
4. Inovasi
 Entrepreneurship melibatkan inovasi substansial melebihi usaha kecil. Inovasi ini
menciptakan keunggulan kompetitif yang menghasilkan kemakmuran. Inovasi bisa
dari produk atau jasa itu sendiri, atau dalam proses bisnis yang digunakan untuk
menciptakan produk atau jasa.
 Dahulu orang beranggapan bahwa kewirausahaan adalah bakat bawaan sejak lahir
(entrepreneurship are born nat made) dan hanya diperoleh dari hasil praktek ditingkat
lapangan dan tidak dapat dipelajari dan diajari, tetapi sekarang kewirausahaan merupakan
suatu disiplin ilmu yang dapat dipelajari dan diajarkan.
 Ilmu Entrepreneurship atau kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari
tentang nilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan
hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya
(Suryana, 2001). Jadi kewirausahaan merupakan disiplin ilmu tersendiri karena berisi
Body of knowledge yang utuh dan nyata ada obyek, konsep dan metodenya. Oleh karena
itu, untuk menjadi wirausaha yang sukses tidak hanya memiliki bakat saja tetapi juga harus
memiliki pengetahuan mengenai segala aspek usaha yang akan ditekuninya. Sedangkan
dalam konteks bisnis, menurut Zimmerer (1996) dalam Suryana (2001), kewirausahaan
adalah hasil dari suatu disiplin,proses sistematis penerapan kreativitas dan keinovasian
dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar.
 Entrepreneur atau Wirausaha adalah kepribadian unggul yang mencerminkan budi yang
luhur dan suatu sifat yang patut diteladani, karena atas dasar kemampuannya sendiri
dapat melahirkan suatu sumbangsih dan karya untuk kemajuan kemanusiaan yang
berlandaskan kebenaran dan kebaikan (Yuyun Wirasasmita, 1982). Wirausaha menurut
Heijrachman Ranupandoyo (1982) adalah seorang inovator atau individu yang mempunyai
kemampuan naluriah untuk melihat benda benda materi sedemikian rupa yang kemudian
terbukti benar, mempunyai semangat dan kemampuan serta pikiran untuk menaklukan
cara berpikir yang tidak berubah dan mempunyai kemampuan untuk bertahan terhadap
posisi sosial.
 Entrepreneur atau Wirausaha mempunyai peranan untuk mencari kombinasi–kombinasi
baru yang merupakan gabungan dari proses inovasi (menemukan pasar baru, pengenalan
barang baru, metode produksi baru, sumber penyediaan bahan mentah baru dan
organisasi industri baru).
 Wirausaha menurut Ibnu Soedjono (1993) adalah seorang entrepreneurial action yaitu
seseorang yang inisiator, innovator, creator dan organisator yang penting dalam suatu
kegiatan usaha, yang dicirikan : (a) selalu mengamankan investasi terhadap resiko, (b)
mandiri, (c) berkreasi menciptakan nilai tambah, (d) selalu mencari peluang, (d)
berorientasi ke masa depan.

Gambar 3. Perbedaan Kewirausahaan dengan Bukan Wirausaha

 Tedapat banyak definisi Entrepreneurship yang pada intinya relative sama.


 Prinsipnya bahwa Seorang dikatakan sebagai Entrepreneur atau wirausahawan apabila
memiliki segenap ciri-ciri Entrepreneur tangguh , dan Entrepreneur unggul.
 Sedangkan dilihat dari jenisnya terbagi kedalam tiga (3) kelompok yaitu Administrative
Entrepreuner, Innovative Entrepreuner, dan Catalist Entrepreneur.
 Beberapa definisi tentang Entrepreneurship yang dikemukakan para ahli tersebut
diantaranya adalah :
1. Richard Cantillon (1775)
 Entrepreneurship didefinisikan sebagai bekerja sendiri (self-employment). Seorang
Entrepreneur membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada
masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih
menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi resiko atau ketidakpastian
2. Jean Baptista Say (1816)
 Seorang Entrepreneur adalah agen yang menyatukan berbagai alat-alat produksi
dan menemukan nilai dari produksinya.
3. Frank Knight (1921)
A. Entrepreneur mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar.
B. Definisi ini menekankan pada peranan Entrepreneur dalam menghadapi
ketidakpastian pada dinamika pasar.
C. Seorang Entrepreneur disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial
mendasar seperti pengarahan dan pengawasan
4. Joseph Schumpeter (1934)
. Entrepreneur adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-
perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru.
A. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk (1) memperkenalkan produk baru atau
dengan kualitas baru, (2) memperkenalkan metoda produksi baru, (3) membuka
pasar yang baru (new market), (4) Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan
atau komponen baru, atau (5) menjalankan organisasi baru pada suatu industri.
B. Schumpeter mengkaitkan Entrepreneur dengan konsep inovasi yang diterapkan
dalam konteks bisnis serta mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya.
5. Penrose (1963)
. Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas
Entrepreneurship.
A. Kegiatan Entrepreneurship mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam
system ekonomi.
6. Harvey Leibenstein (1968, 1979)
 Entrepreneurship mencakup kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk
menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum
terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi
produksinya belum diketahui sepenuhnya.
7. Israel Kirzner (1979)
 Entrepreneur mengenali dan bertindak terhadap peluang pasar.
8. Entrepreneurship Center at Miami University of Ohio
. Entrepreneurship sebagai proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan
membawa visi ke dalam kehidupan.
A. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam
menjalankan sesuatu.
B. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada
kondisi resiko atau ketidakpastian.
9. Peter F. Drucker
. Entrepreneurship merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda.
A. Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang Entrepreneur adalah orang
yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dari
yang lain. Atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah
ada sebelumnya.
10. Zimmerer
. Entrepreneurship sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan
(usaha).
A. Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari berbagai pengertian tersebut adalah
bahwa Entrepreneurship dipandang sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi
peluangpeluang yang muncul di pasar.
B. Eksploitasi tersebut sebagian besar berhubungan dengan pengarahan dan atau
kombinasi input yang produktif.
C. Seorang Entrepreneur selalu diharuskan menghadapi resiko atau peluang yang
muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan yang kreatif dan innovatif.
11. Kesimpulan :
. Entrepreneur adalah orang yang merubah nilai sumber daya, tenaga kerja, bahan
dan faktor produksi lainnya menjadi lebih besar daripada sebelumnya dan juga
orang yang melakukan perubahan, inovasi dan cara-cara baru.
A. Selain itu, seorang wirausahawan menjalankan peranan manajerial dalam
kegiatannya, tetapi manajemen rutin pada operasi yang sedang berjalan tidak
digolongkan sebagai Entrepreneurship.
B. Seorang individu mungkin menunjukkan fungsi Entrepreneurship ketika
membentuk sebuah organisasi, tetapi selanjutnya menjalankan fungsi manajerial
tanpa menjalankan fungsi Entrepreneurshipnya.
C. Jadi Entrepreneurship bisa bersifat sementara atau kondisional.
D. Entrepreneur adalah orang–orang yang mempunyai kemampuan melihat dan
menilai kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan guna
mengambil keuntungan darinya dan mengambil tindakan yang tepat untuk
memastikan kesuksesan.
E. BerEntrepreneur adalah suatu gaya hidup dan prinsip–prinsip tertentu akan
mempengaruhi strategi karir pribadi.
F. Kesimpulan lain dari Entrepreneurship adalah proses penciptaan sesuatu yang
berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan,
memikul resiko finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya, serta menerima
balas jasa moneter dan kepuasan pribadi.
 2.2. Falsafah Entrepreneur
 Setiap orang harus belajar banyak tentang dirinya sendiri, jika bermaksud untuk
mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang paling diinginkan dalam hidup ini.
 Kekuatan anda datang dari tindakan diri sendiri dan bukan dari tindakan orang lain.
 Meskipun resiko kegagalan selalu ada, para Entrepreneur mengambil resiko dengan
jalan menerima tanggungjawab atas tindakan mereka sendiri.
 Kegagalan harus diterima sebagai pengalaman belajar.
 Belajar dari pengalaman lampau akan membantu anda menyalurkan kegiatan anda
untuk mencapai hasil yang lebih positif dan keberhasilan merupakan buah dari usaha
yang tidak mengenal lelah.
 Entrepreneurship bukan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir (enterpreneurship
are born not made) serta tidak hanya dapat dilakukan melalui pengalaman langsung
di lapangan saja.
 Seseorang yang memilki bakat Entrepreneurship dapat mengembangkan bakatnya
melalui pendidikan.
 Mereka yang menjadi enterpreneur adalah orang-orang yang mengenal potensi (traits)
dan belajar mengembangkan potensi untuk menangkap peluang serta mengorganisir
usaha dalam mewujudkan cita-citanya.
 Oleh karena itu, untuk menjadi Entrepreneur yang sukses, memilki bakat saja tidak
cukup, tetapi juga harus memilki pengetahuan mengenai segala aspek usaha yang
akan ditekuni.
 2.3. Hakekat Entrepreneurship
 Entrepreneurship pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak serta jiwa seseorang
yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata
secara kreatif.
 Dari pandangan para ahli dapat disimpulkan bahwa Entrepreneurship adalah suatu
kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar,
sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat dan proses dalam menghadapi
tantangan hidup.
 Kreativitas adalah berpikir sesuatu yang baru, inovatif adalah bertindak melakukan
sesuatu yang baru.
 Ciri-ciri dan watak Entrepreneurship, menurut Meredith, et.a., dalam Suryana, 2001 :
8, antara lain :
0. Percaya diri Keyakinan, ketidaktergantungan, individualistis,dan optimism
1. Berorientasi pada tugas dan hasil. Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba,
ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energetik
dan inisiatif
2. Pengambilan resiko Kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar dan suka
tantangan
3. Kepemimpinan Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain,
menanggapi saran-saran dan kritik
 Keorisinilan Inovatif dan kreatif serta fleksibel
 Berorientasi ke masa depan Pandanga ke depan, perspektif
 Dalam konteks bisnis, seorang entrepreneur membuka usaha baru (new ventures)
yang menyebabkan munculnya produk baru atau ide tentang penyelenggaraan jasa-
jasa.
 Adapun Karakteristik tipikal entrepreneur (Schermerhorn Jr, 1999) :
0. Lokus pengendalian internal
1. Tingkat energi tinggi
2. Kebutuhan tinggi akan prestasi
3. Toleransi terhadap ambiguitas
4. Kepercayaan diri
5. Berorientasi pada action
 Unsur-unsur Entrepreneurship meliputi motivasi, visi, komunikasi, optimisme,
dorongan semangat dan kemampuan memanfaatkan peluang.
 Yang dapat dijadikan peluang adalah : pengembangan teknologi baru, penemuan
pengetahuan ilmiah baru, perbaikan produk barang dan jasa yang ada serta penemuan
cara-cara baru yang menghasilkan barang lebih banyak dengan sumber daya yang
lebih efisien.
 Fungsi Entrepreneur adalah memperkenalkan barang baru, melaksanakan metode
produksi baru, membuka bahan dan sumber-sumber baru serta pelaksanaan
organisasi baru.
 Sedangkan Keuntungan Entrepreneurship, antara lain :
0. Otonomi, pengelolaan yang ‘merdeka’ membuat wirausaha menjadi seorang
‘boss’ yang penuh kepuasan
1. Tantangan Awal & Motif Berprestasi, merupakan pendorong yang baik dan
berpeluang untuk mengembangkan konsep usaha yang menghasilkan keuntungan
2. Kontrol Finansial, bebas dalam mengelola keuangan dan merasa sebagai
kekayaan milik sendiri yang dapat diaturnya
 Jenis Entrepreneurship (Williamson, 1961) adalah sebagai berikut :
0. Innovating Entrepreneurship
 Bereksperimentasi secara agresif, trampil mempraktekkan transformasi-
transformasi atraktif
1. Imitative Entrepreneurship
 Meniru inovasi yang berhasil dari para Innovating Entrepreneur
2. Fabian Entrepreneurship
 Sikap yang teramat berhati-hati dan sikap skeptikal tetapi yang segera
melaksanakan peniruan-peniruan menjadi jelas sekali, apabila mereka tidak
melakukan hal tersebut, mereka akan kehilangan posisi relatif pada industri
yang bersangkutan.
3. Drone Entrepreneurship
 Drone = malas. Penolakan untuk memanfaatkan peluang-peluang untuk
melaksanakan perubahan-perubahan dalam rumus produksi sekalipun hal
tersebut akan mengakibatkan mereka merugi diandingkan dengan produsen
lain. Di banyak negara berkembang masih terdapat jenis entrepreneurship
yang lain yang disebut sebagai Parasitic Entrepreneurship, dalam konteks ilmu
ekonomi disebut sebagai Rent-seekers (pemburu rente). (Winardi, 1977)
 2.4. Mitos Entrepreneurship
0. Sejak dikenalnya istilah kewirausahaan atau entrepreneurship pada abad 18 hingga
sekarang, banyak mitos yang bermunculan.
1. Untunglah seiring banyaknya penelitian yang dilakukan, sekarang kita dapat
mengetahui bahwa beberapa mitos tersebut adalah salah.
2. Mitos yang banyak berkembang antara lain :
 (1) Entrepreneur adalah eksekutor, bukan konseptor
 Meskipun benar bahwa entrepreneur selalu berorientasi pada tindakan bukan No
Action Talk Only, namun entrepreneur sejati adalah mereka yang secara sistematis
merencanakan segala langkahnya, salah satunya dengan penyusunan rencana bisnis
yang baik. Konseptor adalah sama pentingnya dengan eksekutor.
 (2) Entrepreneur adalah dilahirkan, bukan diciptakan
 Ide bahwa sifat entrepreneur tidak bisa diajarkan, bahwa sifat entrepreneur hanya bisa
didapat dari bawaan DNA, adalah salah. Seperti disiplin ilmu lainnya, entrepreneurship
memiliki model, proses, dan studi kasus yang dapat dipelajari oleh siapapun
 (3) Entrepreneur sama dengan penemu atau inventor
0. Ide bahwa seseorang harus selalu menjadi penemu untuk menjadi pengusaha
tidak sepenuhnya benar.
1. Meski banyak penemu yang menjadi pengusaha, pada kenyataannya kebanyakan
pengusaha adalah mereka yang berinovasi, bukan yang menjadi penemu.
2. Kita ambil contoh Ray Kroc, yaitu sang pendiri Mc Donald. Ia tidak menemukan ide
franchise restoran fast food. Namun berkat inovasiya ia mampu membuat Mc
Donald dapat menjangkau setiap penjuru dunia.
 (4) Entrepreneur adalah orang yg “aneh” secara akademis dan sosial.
0. Mitos yang berkembang adalah entrepreneur biasanya berasal dari kalangan
orang-orang yang gagal di dunia akademis, misalnya para mahasiswa yang DO,
atau orang-orang yang gagal di dunia pekerjaan, misalnya dipecat.
1. Profesi entrepreneur pada waktu dulu dianggap sebagai pilihan yang posisinya
jauh di bawah profesi eksekutif.
2. Namun sekarang, entrepreneur adalah sosok pahlawan masyarakat dan
profesinya telah sejajar dengan profesi manapun.
 (5) Entrepreneur memiliki standar profil yang baku.
0. Faktor lingkungan, sifat perusahaan, dan pengusaha itu sendiri yang saling
berinteraksi menyebabkan berbagai macamnya profil pengusaha.
1. Oleh karena itu, adalah hal yang sangat sulit untuk seseorang bisa memiliki semua
sifat ideal entrepreneur.
2. Namun fitrah manusia adalah memiliki kelebihan dan juga kekurangan.
3. Banyak buku dan artikel yang telah memaparkan daftar sifat yang dimiliki para
pengusaha sukses.
 (6) Uang adalah segalanya.
0. Benar bahwa perusahaan membutuhkan modal kapital untuk bisa bertahan dan
berkembang.
1. Meski begitu, modal bukanlah satu-satunya penyebab kegagalan perusahaan.
2. Masalah keuangan seringkali dari masalah lain, seperti manajemen yang tidak
kompeten, tidak memahami cara mengelola keuangan, perencanaan yang tidak
matang, dan sebagainya.
3. Banyak pengusaha sukses yang dapat mengatasi masalah kekurangan uang
sambil ia mengelola usahanya.
 (7) Entrepreneur memerlukan keberuntungan.
0. Berada di tempat yang benar pada waktu yang tepat adalah keberuntungan.
1. Namun keberuntungan terjadi ketika peluang bertemu dengan perencanaan yang
matang.
2. Pengusaha sukses adalah mereka yang siap mengantisipasi situasi di masa depan
dan mengubah peluang menjadi bisnis berprofit tinggi.
3. Oleh karena itu, harus kita definisikan kembali apa keberuntungan sebenarnya,
yaitu persiapan, motivasi, wawasan, dan sifat inovatif.
 (8) Rencana dan evaluasi sama dengan petaka.
0. Mitos ini sudah tidak berlaku lagi di dunia sekarang yang pasarnya sudah sangat
kompetitif.
1. Sebaliknya, kunci bagi kesuksesan perusahaan adalah mengetahui kekuatan dan
kelemahan perusahaan, menyusun jadwal yang jelas, mempersiapkan plan B jika
ada masalah, dan penyusunan strategi.
 (9) Entrepreneur memiliki tingkat kegagalan yang tinggi.
0. Adalah benar bahwa entrepreneur gagal berkali-kali sebelum mencapai
kesuksesan.
1. Mereka mengikuti motto utama : Jika Anda belum berhasil pertama kali, coba dan
cobalah lagi. Kegagalan bisa memberikan banyak pelajaran berharga bagi mereka
yang mau belajar.
2. Namun statistik menunjukkan bahwa ”tingkat kegagalan tinggi” ini adalah salah
kaprah.
 (10) Entrepreneur sebagai pengambil risiko ekstrem.
0. Meskipun tampaknya entrepreneur berspekulasi dalam mengambil peluang bisnis,
fakta yang ada adalah mereka sebagai pengambil risiko moderat, atau resiko yang
telah diperhitungkan.
1. Pengusaha sukses menyusun rencana dan mempersiapkan segalanya sebaik
mungkin untuk bisa mengurangi risiko yang dapat mengancam kelangsungan
usaha mereka.
 Dengan mengetahui mitos-mitos ini, diharapkan kita sekarang tidak salah mengerti lagi
mengenai dunia Entrepreneurship atau kewairausahaan dan karenanya semakin
termotivasi untuk menjadikan pengusaha sebagai pilihan hidup.

KONSEP DASAR INTRAPRENEUR


Selain entrepreneur, ada istilah lain yaitu “intrapreneur”. Intrapreneur adalah orang yang tidak
menemukan sesuatu (produk) yang baru, tetapi menggunakan temuan orang lain dan dipakai
pada unit usaha yang bersangkutan. (Marzuki Usman 1977: 4), misalnya dalam membuat
desain/rancangan suatu produk yang sesuai dengan permintaan pasar.

Fungsi intrapreneur adalah menciptakan produk dan teknologi baru dengan cara meniru yang
sudah ada, berbeda dengan penentuan tolak ukur (benchmarking) yang berkembang di kalangan
manajer dan wirausahawan di Jepang dan Australia. Pada penentuan tolak ukur, selain meniru,
juga terdapat pengembangan produk melalui pengembangan teknologi baru atau bisa disebut
meniru dengan melakukan modifikasi (Winardi, 1998). Dengan demikian, intrapreneur adalah
orang yang menggunakan temuan orang lain pada unit usahanya. Fungsinya adalah menciptakan
produk dan teknologi baru dengan cara meniru yang sudah ada. Tolak ukurnya adalah meniru
dan mengembangkan produk melalui pengembangan teknologi.
Daftar perbedaan entrepreneur dan intrapreneur

Ada beberapa daftar perbedaan entrepreneur dan intrapreneur yang bisa membuatmu lebih
paham mengenai perbedaan keduanya. Yaitu:

Perbedaan Entrepreneur Intrapreneur

Entrepreneur adalah proses dinamis Intrapreneurship adalah


Definisi untuk menciptakan kekayaan entrepreneurship dalam organisasi
tambahan. yang ada.

Untuk meningkatkan kekuatan


Untuk berinovasi sesuatu yang baru
Tujuan inti kompetitif dan keberlanjutan pasar
dari nilai sosial ekonomi.
organisasi.

Inovasi, keuntungan finansial dan Meningkatkan kapasitas penghargaan


Motif utama
kemandirian. organisasi dan otonomi.

Partisipasi langsung dan total dalam Partisipasi langsung, yang lebih dari
Aktivitas
proses inovasi. _ pendelegasian wewenang.

Risiko Mendengar risiko sedang. Menanggung semua jenis risiko.

Orang yang bebas dan berdaulat Pegawai organisasi mengharapkan


Status
tidak peduli dengan status. kebebasan dalam bekerja.

Diambil secara independen untuk Didapatkan secara kolaboratif untuk


Keputusan
melaksanakan impian. melaksanakan mimpi.

Yang Pelanggan dan pengusaha itu


Organisasi dan intrapreneur sendiri.
dilayani sendiri.

Orientasi Batas waktu yang ditentukan sendiri


Tidak ada batasan waktu.
waktu atau ditetapkan secara organisasi.

Operasi Beroperasi dari luar organisasi. Beroperasi dari dalam organisasi.


KONSEP DASAR TECHNOPRENEUR

Kata “Technopreneurship” merupakan gabungan dari “Technology” dan “Entrepreneurship” yang


dapat disimpulkan sebagai proses pembentukan dan kolaborasi antara bidang usaha dan
penerapan teknologi sebagai instrumen pendukung dan sebagai dasar dari usaha itu sendiri, baik
dalam proses, sistem, pihak yang terlibat, maupun produk yang dihasilkan. Sedangkan
Technopreneur merupakan orang yang menjalankan technopreneurship atau sesorang yang
menjalankan usaha yang memiliki semangat entrepreneur dengan memasarkan dan
memanfaatkan teknologi sebagai nilai jualnya. Istilah technopreneur mungkin sudah banyak
diperbincangkan dan sudah mulai dikenal saat ini sejak kemunculannya di banyak surat kabar,
majalah, dan televisi disaat teknologi bukan hanya sebagai pendukung kerja saja namun juga
dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan keuntungan.

Menjadi seorang technopreneur jika dilihat dari dua peranan yang dibebankan bagi seorang
technopreneur untuk memahami teknologi sekaligus menanamkan jiwa entrepreneurship
bukanlah sebuah perkara yang mudah, untuk menjadi seorang technopreneur yang berhasil,
setidaknya harus menguasai:

1. Teknologi

Teknologi memegang peranan penting dalam perkembangan dunia modern seperti saat ini,
kemunculan teknologi baru secara terus menerus dan penerapan teknologi yang semakin banyak
dan menyebar membutuhkan inovasi yang berkelanjutan agar penggunaan teknologi dapat tepat
guna dan mencapai sasarannya. Pembelajaran tentang teknologi membutuhkan dukungan dari
sumber daya manusia, dalam hal ini bisa dipelajari di universitas atau perguruan tinggi dan perlu
adanya kerja praktek yang dilakukan secara rutin. Teknologi merupakan cara untuk mengolah
sesuatu agar terjadi efisiensi biaya dan waktu sehingga dapat menghasilkan produk yang
berkualitas dengan memperhatikan kebutuhan pasar, solusi untuk permasalahan, perkembangan
aplikasi, perbaikan efektivitas dan efisiensi produksi serta modernisasi. Seorang technopreneur
tak pernah hanya cukup mempelajari satu atau dua teknologi saja, melainkan harus peka
terhadap inovasi teknologi dan dibutuhkan ide kreatif untuk mendukungnya.
2. Entrepreneurship

Entrepreneurship adalah proses dalam mengorganisasikan dan mengelola resiko untuk sebuah
bisnis dengan rajin mengidentifikasi dan mengevaluasi pasar, menemukan solusi – solusi untuk
mengisi peluang pasar, mengelola sumber daya yang diperlukan, dan mengelola resiko yang
berhubungan dengan bisnisnya.

Untuk mengembangkan jiwa entrepreneurship dibutuhkan beberapa tahapan :

– Internallization adalah tahapan penanaman jiwa entrepreneurship melalui konstruksi


pengetahuan tentang jiwa entrepreneurial serta medan dalam usaha. Dalam tahap ini lebih
menekankan tentang kewirausahaan dan pengenalan tentang urgensinya.

– Paradigm Alteration yang berarti perubahan paradigma umum. Pola pikir pragmatis dan
instan harus diubah dengan memberikan pemahaman bahwa unit usaha riil sangat diperlukan
untuk menstimulus perkembangan perekonomian negara dan jiwa entrepreneurship berperan
penting dalam membangun usaha tersebut.

– Spirit Initiation. Setelah pengetahuan dan paradigma telah terbentuk, diperlukan sebuah
inisiasi semangat untuk mengkatalisasi gerakan pembangunan unit usaha tersebut. Inisiasi ini
dengan memberikan bantuan berupa modal awal yang disertai monitoring selanjutnya.

– Competition. Tentunya dunia bisnis tak dapat dilepaskan dari kompetisi dengan para
pesaing yang selalu berlomba – lomba dalam menghadirkan nilai tambah dan produk baru untuk
bersaing. Seorang entrepreneur harus sigap dalam sebuah kompetisi untuk tidak ketinggalan.

Adapun karakteristik seorang entrepreneur yang harus dimiliki oleh seorang entrepreneur
diantaranya :

 Melakukan hal – hal yang tidak mencari keuntungan semata


 Merasa nyaman bekerja dengan atau menggunakan teknologi
 Selalu mengeksploitasi ketidakpastian
 Penemu bukan semata – mata meniru atau memungut dari alam
 Tidak berhenti pada peluang, tetapi membangun institusi
 Seorang yang berani menghadapi resiko
 Berpikir sederhana
 Modal utamanya bukanlah selalu uang.

Setelah memiliki jiwa entrepreneurship serta pengetahuan teknologi yang baik, langkah
selanjutnya adalah mengintegrasikannya. Contoh perusahaan technopreneurship dan
technopreneur dunia yang sudah sangat berhasil diantaranya : Microsoft, Apple, Google,
Amazon, dan Twitter. Mereka telah merajai produk komputer dan internet dunia serta dirintis dari
nol oleh para pendiri yang memiliki visi jauh ke depan dengan memutuskan menjadi seorang
technopreneur.

Dibutuhkan banyak pihak terlibat agar technopreneurship senantiasa berkembang di Negara kita,
diantaranya membutuhkan dukungan dari pemerintah sebagai fasilitator, penjamin legalisasi
usaha, dan pelindung bagi hak – hak dan produk yang dihasilkan, masyarakat sebagai konsumen
juga harus mendukung dengan kecintaan terhadap hasil dalam negeri, perusahaan dengan
sumber daya manusia dan berkualitas, bahkan universitas yang paling banyak melahirkan
technopreneurship dengan memberikan banyak pelatihan dan pengetahuan bagi calon
technopreneurship. Jika kolaborasi dapat dijalankan dengan baik, tentunya dapat menghasilkan
technopreneurship tangguh di Indonesia.

KONSEP DASAR SOCIAPRENEUR

Sebenarnya tidak ada penjelasan pasti tentang makna dari sociopreneur, tapi apabila
diterjemahkan sociopreneur terdiri dari gabungan kata antara socio (sosial) dan –preneur
(entrepreneur). Sebenarnya dari gabungan kata tersebut kita sudah bisa melihat makna dari
sociopreneur itu sendiri.

Jadi sociopreneur adalah seseorang yang konsen terhadap pemecahan permasalahan


sosial dari lingkungan sekitar yang bisa membantu dalam pemberian dampak ekonomi.
Penjelasan
Banyak orang yang mengira bahwa seorang sociopreneur tidak mendapatkan penghasilan sama
sekali. Padahal itu adalah anggapan yang salah.
Orang yang bergelut dibidang sociopreneur bukan berarti dia tidak mendapatkan profit sama
sekali. Mereka tetap berorientasikan kepada profit, namun tujuan utama dari sociopreneur adalah
membantu pemecahan masalah lingkungan sosial yang dipilih.

Sudah dibahas diatas, sociopreneur adalah gabungan kata dari socio dan –preneur. Dan seperti
kita tau, salah satu tujuan seseorang menjadi entrepreneur (wirausahawan) untuk mendapatkan
profit (uang).

Banyak orang yang sukses menjadi seorang sociopreneur. Menjadi seorang sociopreneur juga
bisa meningkatkan value diri kita. Karena saat menjadi sociopreneur kita tidak hanya memikirkan
sendiri, kita juga memikirkan mengenai permasalahan orang banyak.

Percayalah, ketika kita berbagi hal positif kepada orang banyak. Pasti banyak hal positif juga
yang bisa kita dapatkan. Mungkin saat ketika membangun bisnis berbasis sosial tersebut kita
menemukan peluang bisnis baru atau bertemu dengan orang yang mau membantu kita untuk
mengembangkan bisnis kita.

Tokoh inspiratif
dr Gamal Albinsaid adalah seorang contoh sociopreneur yang berhasil. Ia membuat sebuah
sistem dimana orang bisa membayar biaya kesehatan dengan menggunakan sampah.

Dengan membangun bisnis sosial tersebut, dr Gamal Albinsaid memenangkan banya sekali
penghargaan. Salah satu yang paling berharga adalah penghargaan HRH The Prince of Wales
Young Sustainability Entrepreneurship First Winner 2014. Penghargaan tersebut diberikan
oleh kerajaan inggris. Ia juga mendapatkan uang sebesar 50.000 euro untuk pengembangan
usaha dan juga paket mentoring dari Universitas Cambridge.

Bisa kita lihat, dari sebuah kegiatan sociopreneurship, dr Gamal Albinsaid bisa mendapatkan
penghargaan dari kerajaan Inggris. Dan pasti, sangat banyak sekali hal-hal yang ia dapatkan
selain itu. Contohnya, bantuan finansial untuk kehidupan sehari-hari.

Nah, seperti itulah pembahasan mengenai sociopreneur. Mulai dari sekarang coba buka pikiran
kita tentang sociopreneur. Karena dengan banyaknya jumlah sociopreneur di Indonesia, pasti
negara ini sangatlah terbantu dalam perkembangannya.
KONSEP DASAR ECOPRENEUR
Ecopreneurship adalah konsep kewirausahaan yang tidak hanya berorientasi terhadap profit saja
melainkan juga perduli terhadap aspek-aspek lainnya terutama aspek lingkungan.
Ecopreneurship merupakan perilaku entrepreneurship yang memperhatikan atau mementingkan
keberlangsungan berlanjutan dari lingkungan pada masa yang akan datang. Sedangkan fashion
merupakan salah satu dari 14 sub-sektor industri kreatif yang ada di Indonesia. Sub-sektor
fashion merupakan sub-sektor ekonomi kreatif yang memberikan donasi ekspor terbesar, sub-
sektor fashion merupakan sub-sektor yang menyumbangkan produk domestik bruto (PDB)
terbesar dibandingkan sub-sektor lainnya, penyerapan tenaga kerja sub-sektor fashion juga
menjadi yang terbesar diantara sub-sektor lainnya, sub-sektor fashion mendominasi dalam rata-
rata kontribusi sub-sektor kreatif terhadap ekonomi kreatif di Indonesia. Berdasarkan latar
belakang tersebut maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Kajian Implementasi Aspek-
aspek Ecopreneurship Pada Bisnis Bidang Fashion” David Kainhart mengungkapkan bahwa
terdapat tiga konsep ecopreneurship, yaitu : Eco-Innovation, Eco-Opportunities, dan Eco-
Commitment. Pengertian dari ketiga aspek ecopreneurship tersebut adalah sebagai berikut, eco-
innovation adalah tindakan yang berkontribusi terhadap reduksi beban lingkungan, eco-
opportunities adalah kemampuan untuk memanfaatkan atau mengeksploitasi kegagalan pasar
yang dikarenakan aspek lingkungan, dan eco-commitment adalah kesediaan untuk berkerja
keras dan memberikan tenaga serta waktu untuk perkerjaan atau aktivitas yang ramah terhadap
lingkungan Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana data dalam penelitian didapat
secara langsung melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi yang dilakukan terhadap objek
penelitian. Pendekatan pada penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus yang dilakukan
terhadap tiga brand yang bergerak di bidang fashion yang menjalankan proses bisnisnya di
Jakarta.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ketiga objek penelitian sudah menerapkan aspek Eco-
Innovation pada proses bisnis yang dijalankan. Untuk aspek Eco-Opportunities, kesempatan
yang dikarenakan kegagalan pasar akibat faktor lingkungan dirasa belum terdapat di Indonesia.
Sedangkan pada aspek Eco-Commitment ketiga obyek penelitian sudah memiliki komitmen untuk
turut menjaga lingkungan, hal ini terlihat dari kesadaran dan keingingan mereka untuk lebih
ramah terhadap lingkungan pada masa yang akan datang. Implementasi aspek-aspek
ecopreneurship pada ketiga brand yang menjadi objek penelitian dirasa belum dilakukan secara
maksimal. Hal ini terjadi karena masih mahalnya harga bahan baku produk yang ramah
lingkungan dan dengan kenyaataan bahwa masih minimnya kesadaran masyarakat selaku
konsumen tentang pentingnya menjaga lingkungan mengakibatkan konsep ecopreneurship
masih sangat sulit untuk diimplemantasikan secara penuh.

Perbedaan Entrepreneur, Intrapreneur, Technopreneur, Sociapreneur dan Ecopreneur

Entrepreneur merupakan istilah yang mungkin tidak asing lagi di telinga sebagian besar orang.
Seiring dengan bermunculannya banyak entrepreneur baru, terdapat istilah istilah lainnya yakni
technopreneur, sociopreneur, dan ecopreneur. Pada dasarnya istilah tersebut merupakan
konsep dari kewirausahaan. Berikut perbedaan-perbedaan yang ada dari keempat istilah
tersebut.

Istilah entrepreneur sendiri apabila diartikan ke dalam Bahasa Indonesia adalah pengusaha
atau wiraswasta. Yaitu, orang yang memiliki usaha sendiri dan mengelola usahanya sendiri
dengan ide atau konsep yang baru. Sehingga entrepreneur memiliki kebebasan dalam
menentukan budaya kerja, jadwal, bahkan seragam yang digunakan. Karena memiliki
kebebasan tersebut maka risiko pun ditanggung sepenuhnya sendiri.

Kedua adalah intrapreneur. Dari segi istilah dapat dikatakan bahwa seorang intrapreneur
adalah entrepreneur yang berada dalam suatu organisasi atau perusahan. Artinya, seorang
intrapreneur bukanlah pemilik suatu bidang usaha tersebut sehingga tidak memiliki kebebasan
seperti entrepeneur. Walaupun demikian, seorang intrapreneur tetap dapat memberikan ide
atau gagasan baru dengan menggunakan sumber daya yang ada pada organisasinya.
Sehingga risiko yang ditanggung oleh seorang intrapreneur relatif lebih kecil dibandingkan
dengan seorang entrepreneur.

Techopreneur sendiri adalah sebuah konsep kewirausahaan dengan menggunakan teknologi


sebagai kunci utama dalam mengolah produk dan layananya. Biasanya seorang technopreneur
memperkenalkan teknologi baru dan membuat teknologi lama menjadi tergantikan.

Berbeda dengan ketiga konsep kewirausahaan sebelumnya. Sociopreneur tidak hanya fokus
terhadap profit yang dihasilkan, tapi seorang sociopreneur juga fokus pada aspek sosial. Oleh
karena nya sociopreneur dapat melihat peluang usaha yang ada di sekitarnya tersebut yang
dapat menghasilkan keuntungan dan memiliki fungsi untuk meningkatkan kesejahteraan sosial.

Terakhir adalah ecopreneurship. ecopreneurship memiliki kesamaan dengan sociopreneur


yakni tidak hanya berfokus kepada profit. Pada ecopreneurship fokus yang lain adalah aspek
lingkungan. ecopreneurship sangat mementingkan lingkungan baik dari produk maupun jasa
yang dijual. Tidak hanya itu dalam ecopreneurship semua proses kewirausahaansangat ramah
lingkungan dan efisien dalam penggunaan energi maupun sumber daya yang dimiliki serta
pengolahan limbah yang baik terhadaplingkungan.

Berdasarkan pengertian tersebut, kelima istilah tersebut pada dasarnya memiliki tujuan untuk
mencari keuntangan. Perbedaannya yang paling menonjol adalah penggunaan sumber daya
dan fokus yang dituju.

Anda mungkin juga menyukai