Kabupaten Merauke
PENDEKATAN DAN
METODOLOGI
Gambar 4.5 Metodologi Pendampingan Penyusunan Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan di Kabupaten Merauke
AHAP
1 TAHAP PERSIAPAN 2 TAHAP VERIFIKASI LOKASI SERTA PERUMUSAN KONSEP
DAN STRATEGI
3 TAHAP PERUMUSAN RENCANA PENANGANAN
A.1.
ELENGGAR SOSIALIS
ASI A.4
AAN TAN FGD 2: A.5
RP2KPKP A.2 A.3 PENYEPAKATAN FGD A.6 A.7
KONSOLIDASI FGD 1: KONSEP, 3: PENYEPAKATAN PEMBAHAS
DISEMIN
ekatan TK. PROVINSI PENYEPAKATAN STRATEGI, RENCANA AKSI, AN PLENO
ASI
PROGRAM DAN
fasilitasi PROFIL HASIL
VERIFIKASI
POLA
PENANGANAN KEGIATAN (Hasil
Pemda) PERMUKIMAN RKM)
KUMUH
Laporan Pendahuluan 4-
10
A.1.
SOSIALIS
ASI
A.2
KONSOLIDASI
TK. PROVINSI
B.1
PERSIAPAN
DAN
PEMANTAPA
N RENCANA
KERJA
B.2 B.4
PENYUSUNA OVERVIEW
N DESAIN KEBIJAKAN
SURVEY DAERAH DAN
DAN IDENTIFIKASI
FORMAT KESESUAIAN
KEGIATAN PERMUKIMAN
EKSISTING
TERHADAP
RENCANA TATA
B.3 RUANG KAB/KOTA
PENYIAPAN
DATA PROFIL
PERMUKIMAN
KUMUH
Data
kumuh
Data
statistik
terkait
Pada tahap persiapan ini terdapat beberapa kegiatan yang dilaksanakan yang
meliputi:
1) Sosialisasi Nasional
Kegiatan sosialisasi merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Direktorat
Pengembangan Kawasan Permukiman, Direktorat Jendral Cipta Karya,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada awal pelaksanaan
penyusunan RP2KPKP.
Laporan Pendahuluan 4-
11
Gambar 4.7 Tahapan Sosilisasi Nasional
Laporan Pendahuluan 4-
12
KMP
DURASI Awal bulan pertama, dengan alokasi waktu ditentukan oleh DJCK,
Kementerian Pekerjaan Umum
Laporan Pendahuluan 4-
13
Menyepakati rencana kerja dan jadwal pelaksanaan
kegiatan, serta pendekatan dan metodologi yang
digunakan dalam lingkup Provinsi
Mensosialisasikan hasil Sosialisasi Nasional kepada
pemangku kepentingan di daerah
METODE Workshop dan diskusi
LANGKAH Mengikuti kegiatan Konsolidasi Tingkat provinsi
Koordinasi dengan Pokjanis untuk merumuskan
rencana penyelesaian kegiatan
OUTPUT Kesamaan pemahaman mengenai kebijakan
penanganan kawasan permukiman kumuh;
Kesamaan pemahaman mengenai prosedur, dan
produk dari penyusunan RP2KPKP; dan
Kesepakatan rencana kerja dan jadwal pelaksanaan
kegiatan
PELAKSANA Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman
Provinsi, Direktorat Jendral Cipta Karya, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
PESERTA Pokjanis
TA Pendamping
Korkot P2KKP/NUSP
Kelembagaan masyarakat tingkat Kabupaten/Kota
Tim Teknis/Satker di Lingkungan Direktorat Jendral
Cipta Karya Provinsi
Narasumber
DURASI 1 hari *
*) Jadwal dan lokasi penyelenggaraan ditentukan oleh
pihak Satker PKP Provinsi (maksimal 1 minggu setelah
penyelenggaraan sosialisasi)
Laporan Pendahuluan 4-
14
Gambar 4.9 Tahapan Penyiapan dan Pemantapan Rencana Kerja
Laporan Pendahuluan 4-
15
Penyiapan peta dasar; dan Pengumpulan data dan
informasi terkait dengan pembangunan
OUTPUT Rencana kerja dan metodologi yang telah disepakati
Data dan informasi terkait pembangunan dan
pengembangan kabupaten/kota maupun pembangunan
permukiman, permukiman kumuh perkotaan dan
infrastruktur permukiman perkotaan
Peta Dasar Skala 1:25.000 untuk wilayah administrasi
kota dan peta dasar skala 1:50.000 untuk wilayah
administrasi kabupaten
Peta garis skala 1:5000 untuk kawasan
*) pemanfaatan peta yang ada dari RTRW atau
penyediaan peta sesuai dengan ketentuan dalam
penyusunan RP2KPKP
DURASI 1 (satu) minggu *
*) Terhitung sejak minggu pertama bulan pertama
atau sejak diterbitkannya SPMK
Laporan Pendahuluan 4-
16
TUJUAN Menyiapkan desain survey yang diperlukan untuk
keperluan penyusunan RP2KPKP
Menyusun format – format untuk kebutuhan baik
dilapangan maupun pengelohan data dan informasi
terkait dengan kondisi kawasan
METODE Diskusi
LANGKAH Penyamaan persepsi dan kesepakatan terkait data dasar
yang sudah ada
Penyamaan kebutuhan data yang diperlukan dalam
penyusunan RP2KPKP
Penyiapan desain survey
Penyiapan format untuk survey dan kegiatan
OUTPUT Data Awal (sekunder)
Desain survey
Format – format survey dan kegiatan
DURASI 1 (satu) minggu *
*) Terhitung sejak minggu kedua bulan pertama atau
sejak diselesaikannya sub kegiatan persiapan dan
pemantapan rencana kerja
Laporan Pendahuluan 4-
17
pembangian peran masing-masing pemangku kepentingan di daerah menjadi
lebih efektif.
Laporan Pendahuluan 4-
18
6) Overview Kebijakan daerah dan Identifikasi Kesesuain Permukiman
Eksisiting terhadap Rencana Tata Ruang Kabupaten/Kota
Melakukan kajian terhadap kebijakan, strategi, dan program pembangunan
daerah yang terdapat dalam dokumen perencanaan pembangunan dan
penataan ruang kabupaten/kota (RPJPD, RPJMD, Renstra Dinas, RTRW,
Rencana Sektor dan dokumen lain yang terkait dengan kawasan permukiman
kumuh)
Laporan Pendahuluan 4-
19
LANGKAH Inventarisasi kebijakan dan strategi pembangunan
kabupaten/kota, khususnya yang terkait pengembangan
permukiman kumuh perkotaan, terutama yang terdapat
di dalam RTRW, RPJPD, RPJMD, SPPIP, RPI2JM, dan
rencana sektor lainnya;
Melakukan pemetaan terhadap arahan kebijakan dan
strategi pembangunan terkait penanganan kawasan
permukiman kumuh terutama yang terdapat di dalam
RTRW, RPJPD, RPJMD, SPPIP, RPI2JM, dan rencana
sektor lainnya
Melakukan kajian terhadap keselarasan antar kebijakan
dan strategi pembangunan yang terkait pengembangan
permukiman terutamanya terdapat di dalam RTRW,
RPJPD, RPJMD, SPPIP, RPI2JM, dan rencana sektor
lainnya
Melakukan superimpose/overlay peta permukiman
eksisting dengan peta rencana pola ruang kota (guna
lahan permukiman)
OUTPUT Matriks strategi, kebijakan dan program kabupaten/kota
Peta kesesuaian guna lahan permukiman
Peta rencana pengembangan sektor permukiman
DURASI 1 (satu) minggu *
*) Terhitung sejak minggu keempat bulan pertama atau
sejak diselesaikannya sub kegiatan penyiapan data profil
kawasan kumuh
Laporan Pendahuluan 4-
21
Lingkup kegiatan verifikasi serta perumusan konsep dan strategi ini meliputi 5 (lima)
sub kegiatan proses penyusunan dan 4 (empat) sub kegiatan diskusi dan
penyepakatan, yaitu sebagai berikut.
Lingkup kegiatan verifikasi dan perumusan strategi skala kota ini dilakukan
dalam jangka waktu 2 (dua) bulan terhitung sejak kegiatan persiapan selesai
dilakukan.
Laporan Pendahuluan 4-
22
2 TAHAP VERIFIKASI LOKASI SERTA PERUMUSAN KONSEP
DAN STRATEGI
A.4
FGD 2:
A.3 PENYEPAKATAN KONSEP,
FGD 1: STRATEGI,
PENYEPAKATAN PROFIL HASIL POLA PENANGANAN
VERIFIKASI PERMUKIMAN
KUMUH
B.5 B.10
SURVEI PERUMUSAN
DAN KONSEP DAN
PENGOLAH STRATEGI
AN DATA PENCEGAHAN &
PERMUKIM PENINGKATAN
AN KUMUH KUALITAS
PERMUKIMAN
KUMUH
B.9
B.6 PERUMUSA
N
VERIFIKASI LOKASI KEBUTUHAN
DAN PENCEGAHA
PEMUTAKHIRAN N&
PROFIL PENINGKAT
PERMUKIMAN AN
KUMUH KUALITAS
PERMUKIMAN KUMUH
B.7
PENILAIAN LOKASI
BERDASARKAN
KRITERIA,
INDIKATOR DAN
PARAMETER
KEKUMUHAN
B.8
DISTRIBUSI POLA
KOLABORASI
PENANGANAN
PERMUKIMAN KUMUH
Gambar 4.14 Tahapan Verifikasi Lokasi serta Perumusan Konsep dan Strategi
Pada tahap Verifikasi Lokasi serta Perumusan Konsep dan Strategi ini
terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan diantaranya:
1) Survey dan Pengolahan Data Permukiman Kumuh
Merupakan proses identifikasi untuk memahami kondisi permukiman kumuh
berikut sebaran lokasi, konstelasinya terhadap ruang kota/perkotaan,
mengidentifikasi tipologi permukiman kumuh, serta potensi dan permasalahan
yang terkait dengan karakteristik sosial, ekonomi, budaya, fisik, dan
kelembagaan. Identifikasi ini diperlukan sebagai dasar verifikasi lokasi dan
Laporan Pendahuluan 4-
23
pemutakhiran profil permukiman kumuh yang telah ditetapkan di dalam SK
Walikota/Bupati.
Laporan Pendahuluan 4-
24
Gambar 4.15 Tahapan Survey dan Pengolahan Data
Laporan Pendahuluan 4-
25
Mengidentifikasi isu-isu strategis penanganan permukiman
kumuh
Mengidentifikasi potensi dan permasalahan (karakteristik
sosial, ekonomi, budaya, fisik, dan kelembagaan)
Mengolah basis data permukiman yang ada di
Kabupaten/Kota menjadi profil permukiman kumuh
kota/perkotaan. (Salah satu basis data yang bisa
dimanfaatkan diantaranya adalah baseline)
OUTPUT Daftar dan peta sebaran permukiman kumuh skala
kota/perkotaan (termasuk permukiman kumuh yang berada
diluar SK)
Matriks isu-isu strategis kawasan perkotaan dan
permukiman kumuh perkotaan.
Karakteristik permukiman kumuh kota/perkotaan yang
didalamnya memuat kesimpulan mengenai kondisi fisik,
sosial budaya, ekonomi, kelembagaan, konstelasi terhadap
ruang kota/perkotaan;
Kesesuaian SK dengan profil kumuh hasil survey dan
pengolahan data kumuh
PELAKSANA Pokjanis
TA Pendamping
DURASI 2 minggu, minggu ke 1 dan ke 2 di bulan ke 2
Laporan Pendahuluan 4-
26
Gambar 4.16 Tahapan Koordinasi dan Sinkronisasi Data Kumuh
Laporan Pendahuluan 4-
27
3) Verifikasi Lokasi dan Pemutakhiran Profil Permukiman Kumuh
Merupakan bagian dari proses pemutakhiran profil permukiman kumuh untuk
memperoleh data dan informasi permukiman kumuh terkini secara detail,
akurat, dan terukur sebagai dasar perumusan konsep dan strategi pencegahan
dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan yang sesuai dengan
kebutuhan penanganan.
Laporan Pendahuluan 4-
28
Peta potensi, permasalahan, hambatan dan tantangan pada kawasan
prioritas.
TUJUAN Untuk memutakhirkan daftar dan profil permukiman
kumuh berdasarkan hasil survey dan pengolahan data
permukiman kumuh.
Untuk memperoleh data dan informasi permukiman
kumuh terkini secara detail, akurat, dan terukur sebagai
dasar perumusan konsep dan strategi pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan yang
sesuai dengan kebutuhan penanganan.
METODE Survey dan Observasi
Cek silang dengan hasil identifikasi awal
FGD
LANGKAH Verifikasi data terhadap profil yang telah ada
Pemutakhiran SK berdasarkan hasil penilaian yang telah
dilakukan
Penyusunan dan pendetailan profil permukiman kumuh
(by name by address)
Verifikasi peta permukiman kumuh dengan melakukan
pembuatan peta mutakhir profil permukiman kumuh:
Peta Sebaran Lokasi Permukiman Kumuh Kota/Perkotaan
(skala 1: 25.000).
Peta Profil (skala 1:5000) yang menggambarkan kondisi
eksisting permukiman kumuh berserta sarana dan
prasarananya
Melakukan dokumentasi visual (foto, video drone) untuk
seluruh permukiman kumuh perkotaan
OUTPUT Data hasil pemutakhiran SK
Daftar permukiman kumuh yang telah terverifikasi
Data-data terverifikasi lokasi permukiman kumuh antara
lain:
‐ Lokasi
‐ Deliniasi
‐ Luasan
Laporan Pendahuluan 4-
29
‐ Layanan Hunian dan Infrastruktur (by name by address)
Pemutakhiran profil detail permukiman kumuh yang
mencakup data fisik yang terkait dengan 7 indikator
kumuh dan data non fisik lingkungan permukiman (by
name by address).
Peta sebaran permukiman kumuh hasil verifikasi pada
skala 1: 25.000 – 1: 10.000
Peta deliniasi permukiman kumuh hasil verifikasi pada
skala 1: 5.000 dalam bentuk peta citra dan peta garis
Melakukan dokumentasi visual (foto, video drone) untuk
seluruh permukiman kumuh perkotaan
Berita Acara Verifikasi Lokasi
PELAKSANA Pokjanis
TA Pendamping
DURASI 2 minggu, minggu ke 2 dan ke 3 di bulan ke 2
Laporan Pendahuluan 4-
30
SURVEY & PENGOLAHAN DATA PERMUKIMAN
KUMUH
DAFTAR
DAFTAR
PERMUKIMAN
KUMUH HASIL
PERMUKIMAN
SURVEY DAN COMPAR KUMUH DI
PENGOLAHAN DATA E BERDASARKAN
KUMUH SK
KESESUAIAN SK DENGAN
PROFIL KUMUH HASIL SURVEY
DAN PENGOLAHAN DATA
KUMUH
VERIFIKASI PERMUKIMAN
KUMUH
PEMUTAKHIRAN
SK
VERIFIKASI PEMBENTUKA
PROFIL N
DAN PETA KAWASAN
PENDETAILAN
PROFIL
PERMUKIMAN
KUMUH
Laporan Pendahuluan 4-
31
Gambar 4.19 Contoh Proses Verifikasi Lokasi Permukiman Kumuh
Laporan Pendahuluan 4-
32
Gambar 4.21 Tahapan Penilaian Lokasi berdasarkan Kriteria, Indikator dan
Parameter Kekumuhan
Laporan Pendahuluan 4-
33
tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka
peningkatan Standar Pelayanan Minimal (SPM).
Pemetaan sebaran lokasi permukiman kumuh dan
kategorinya.
OUTPUT Daftar urutan lokasi permukiman kumuh prioritas berdasarkan
kompleksitas permasalahan
Peta klasifikasi Tingkat Kekumuhan
Peta Sebaran Dan Urutan Permukiman Kumuh Prioritas
Berdasarkan Hasil Penilaian Terhadap Kompleksitas
Permasalahan
PELAKSANA Pokjanis
TA Pendamping
DURASI 2 minggu, minggu ke 2 dan ke 3 di bulan ke 2
Tahap ini akan menjadi saringan awal penilaian lokasi permukiman kumuh
berdasarkan kompleksitas permasalahan yang ada di lokasi permukiman kumuh
yang telah teridentifikasi pada tahap sebelumnya.
Penilaian lokasi dilakukan untuk menilai hasil identifikasi lokasi terhadap aspek:
1. Kondisi Kekumuhan
Penilaian lokasi berdasarkan aspek permasalahan kekumuhan terdiri atas
klasifikasi:
a. Kumuh kategori ringan;
b. Kumuh kategori sedang; dan
c. Kumuh kategori berat.
2. Legalitas Lahan
Penilaian lokasi berdasarkan aspek legalitas lahan terdiri atas klasifikasi:
a. Status lahan legal; dan
b. Status lahan tidak legal.
3. Pertimbangan Lain
Penilaian berdasarkan aspek pertimbangan lain terdiri atas:
a. Pertimbangan lain kategori rendah;
b. Pertimbangan lain kategori sedang; dan
c. Pertimbangan lain kategori tinggi.
Laporan Pendahuluan 4-
34
Hasil identifikasi terhadap kompleksitas permasalahan pada tahap ini akan
menjadi rujukan dalam menetapkan kolaborasi pola penanganan dan kontribusi
program penanganan permukiman kumuh melalui kolaborasi multisektor dan
multiaktor diseluruh tahapan pembangunan yang kemudian akan menghasilkan
rekomendasi pembagian pola penanganan permukiman kumuh, baik itu pola
penanganan melalui RP2KPKP, P2KKP, NUSP, ataupun penanganan melalui
program-program regular di tingkat Pemerintah Kabupaten/Kota dalam upaya
pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan.
Laporan Pendahuluan 4-
35
Gambar 4.23 Tahapan FGD 1: Penyepakatan Profil Permukiman Kumuh Hasil
Verifikasi
Laporan Pendahuluan 4-
36
Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman
Tim Teknis Provinsi
Tenaga Ahli Pendamping
OUTPUT Berita acara kesepakatan profil permukiman kumuh hasil
verifikasi
TEMPAT di kabupaten/kota tempat penyusunan RP2KPKP
PELAKSANAAN
DURASI Minimal 1 hari * dengan waktu yang disesuaikan dengan
rencana kerja yang disusun
*) Dilaksanakan pada minggu ke-4 bulan ke-2 atau sejak
diselesaikannya sub kegiatan penilaian lokasi berdasarkan
kriteria, indikator dan parameter kekumuhan
Laporan Pendahuluan 4-
37
dengan cakupan skala penanganan permukiman kumuh. Distribusi
peran penanganan dapat dikategorikan berdasarkan penanganan
kawasan permukiman kumuh berat/masiv, kumuh sedang, dan
kumuh ringan.
METODE Penetapan kategori kumuh (Kumuh Berat, Kumuh Sedang, dan
Kumuh Ringan)
FGD
LANGKAH Menetapkan kategori permukiman kumuh berdasarkan hasil
penilaian yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya (kotak
B.7)
Mengelompokkan lokasi-lokasi permukiman kumuh yang akan
ditangani melalui:
kontribusi program skala kawasan (contoh: kontribusi program
melalui dokumen RP2KKP, dokumen SIAP, dan dokumen
lainnya yang memiliki konteks penanganan skala kawasan)
kontribusi program skala kelurahan/lingkungan (contoh:
kontribusi program melalui dokumen NUAP, BLM, dan dokumen
lainnya yang memiliki konteks penanganan skala lingkungan)
OUTPUT Daftar lokasi permukiman kumuh yang akan ditangani melalui
kontribusi program skala kawasan
Daftar lokasi permukiman kumuh yang akan ditangani melalui
kontribusi program skala kelurahan/lingkungan
Berita acara penyepakatan
PELAKSAN Pokjanis
A Korkot/Askot P2KKP
BKM
TA Pendamping
DURASI 1 minggu, ke 2 bulan ke 3
Laporan Pendahuluan 4-
38
Gambar 4.25 Tahapan Perumusan Kebutuhan Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh
Laporan Pendahuluan 4-
39
OUTPUT Tabel kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman skala kota/perkotaan.
Tabel kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh skala kawasan.
PELAKSANA Pokjanis
TA Pendamping
DURASI 1 minggu, ke 2 bulan ke 3
Laporan Pendahuluan 4-
41
Strategi skala kota/perkotaan dalam konteks pencegahan kualitas permukiman
diwujudkan melalui penegakan terhadap kesesuaian perizinan, kesesuaian tata
ruang, SPM, aturan dan standar teknis lainnya yang terkait dengan bidang Cipta
Karya.
Strategi skala kota/perkotaan dalam konteks pencegahan kualitas permukiman
diwujudkan melalui pemindahan masyarakat dari lokasi yang tidak mungkin
dibangun kembali/ tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan/ atau rawan
bencana (relokasi/resettlement).
Strategi skala kawasan diperlukan dalam hal menangani kondisi permukiman
kumuh sesuai dengan profil yang telah dimutakhirkan dan terverifikasi serta
teridentifikasi kebutuhan penanganannya.
Secara skematis, perumusan konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh perkotaan, bisa dilhat pada bagan berikut ini.
KONSEP/POLA
KONDISI KEKUMUHAN RUMUSAN STRATEGI
PENANGANAN
Gambar 4.27 Skema Umum Perumusan Konsep dan Strategi Pencegahan dan
Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Laporan Pendahuluan 4-
42
Gambar 4.28 Contoh Peta Strategi Skala Kawasan
Gambar 4.29 Tahapan FGD 2: penyepakatan Konsep, Strategi dan Pola Kolaborasi
Penanganan Permukiman Kumuh
Laporan Pendahuluan 4-
43
TUJUAN Untuk memperoleh kesepakatan dari semua stakeholder/
pemangku kepentingan mengenai konsep dan strategi
pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh
skala kota serta penyepakatan pola kolaborasi penanganan
permukiman kumuh
METODE Diskusi dan metaplan
PENYELENGGARA Pokjanis
PESERTA DAN Kegiatan FGD terdiri peserta dan pendukung Peserta
PENDUKUNG meliputi:
Dinas/instansi tingkat kota yang membidangi
infrastruktur permukiman, permukiman, dan
perencanaan
Akademisi
Tokoh Masyarakat
Pihak-pihak terkait (PDAM,swasta, PT.KAI, PELINDO, dll)
Pendukung meliputi:
Dinas/instansi tingkat provinsi yang membidangi
infrastruktur permukiman, permukiman, dan
perencanaan
Tim Teknis Provinsi
Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman
Tenaga Ahli Pendamping
OUTPUT Matriks rumusan konsep dan strategi pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh skala
kota/perkotaan dan skala kawasan;
Peta konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh skala kota/perkotaan dan
skala kawasan.
Berita acara kesepakatan (konsep, strategi, dan pola
kolaborasi penanganan permukiman kumuh)
TEMPAT di kabupaten/kota tempat penyusunan RP2KPKP
PELAKSANAAN
Laporan Pendahuluan 4-
44
DURASI Minimal 1 hari * dengan waktu yang disesuaikan dengan
rencana kerja yang disusun
*) Dilaksanakan pada minggu ke-4 bulan ke-3 atau sejak
diselesaikannya sub kegiatan konsep dan strategi
pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh
Laporan Pendahuluan 4-
45
OUTPUT Matriks peran serta masyarakat terhadap kontribusi penanganan
permukiman kumuh
Matriks sinkronisasi data primer/sekunder terkait peran serta
masyarakat:
- Data permasalahan kekumuhan
- Data identifikasi legalitas lahan
- Data demografi
- Data karakteristik masyarakat lokal
Laporan Pendahuluan 4-
46
Lingkup kegiatan perumusan rencana penanganan ini akan diselesaikan
pada 2 (dua) bulan yaitu bulan ke-4 dan ke-5 pada pelaksanaan kegiatan
penyusunan RP2KPKP, dan dimulai sejak kegiatan dalam tahap survey identifikasi
dan kajian. Secara diagramatis, rangkaian kegiatan pada lingkup kegiatan
perumusan rencana penanganan dapat dilihat pada Gambar berikut ini.
Laporan Pendahuluan 4-
47
Gambar 4.32 Tahapan Perumusan Skenario Penanganan dan Konsep Desain Kawasan
Laporan Pendahuluan 4-
48
• Melakukan diskusi untuk menjaring aspirasi dan penyepakatan
terhadap skenario pentahapan dalam pencapaian target 0%
kumuh dan konsep desain kawasan yang dirumuskan.
Laporan Pendahuluan 4-
49
2) Perumusan Rencana Aksi dan Memorandum Keterpaduan Program
Skala Kota dan Kawasan
Penyusunan rencana aksi program penanganan permukiman kumuh ini
dilakukan dengan model pembangunan berbasis kawasan dan lingkungan
melalui pendekatan perencanaan partisipatif pada kawasan prioritas. Rencana
aksi program disusun sesuai dengan indikator kekumuhan berdasarkan strategi
penanganan kumuh dan target yang ingin dicapai dari penanganan kawasan
kumuh prioritas akan dibahas oleh pemangku kepentingan yang ada di daerah
dan disepakati dalam suatu memorandum keterpaduan program baik skala kota
dan kawasan.
Laporan Pendahuluan 4-
51
Gambar 4.35 Contoh Peta Rencana Aksi Program Penanganan Permukiman Kumuh
Laporan Pendahuluan 4-
52
Gambar 4.36 Tahapan Penentuan Kawasan Prioritas Penanganan Permukiman
Kumuh (Kawasam Pembangunan Tahap I)
Laporan Pendahuluan 4-
53
PELAKSANA • BKM/KSM
• Tokoh masyarakat
• Tenaga ahli pendamping
DURASI 2 (dua) minggu *
*)Terhitung sejak minggu keempat bulan keempat sampai
minggu pertama bulan kelima atau sejak diselesaikannya sub
kegiatan perumusan rencana aksi dan memorandum program
keterpaduan skala kota dan kawasan
Laporan Pendahuluan 4-
54
Gambar 4.37 Tahapan FGD 3
Laporan Pendahuluan 4-
55
• Memorandum keterpaduan program skala kota dan skala
kawasan;
• Rencana investasi dan pembiayaan kawasan permukiman
kumuh;
• Daftar kawasan prioritas penanganan permukiman kumuh;
dan
• Berita acara kesepakatan
TEMPAT di kabupaten/kota tempat penyusunan RP2KPKP
PELAKSANAAN
DURASI • Minimal 1 hari * dengan waktu yang disesuaikan dengan
rencana kerja yang disusun
• *) Dilaksanakan pada minggu ke 4 bulan ke 4 sampai
dengan minggu ke 1 bulan ke 5atau sejak diselesaikannya
sub kegiatan penilaian lokasi berdasarkan kriteria,
indikator dan parameter kekumuhan
Laporan Pendahuluan 4-
56
TUJUAN Menyusun rencana aksi masyarakat/community action plan
(CAP) penanganan permasalahan pembangunan pada kawasan
permukiman kumuh meliputi jenis/komponen, volume, lokasi,
dan pelaku
METODE Analisis kebutuhan, pemetaan stakeholder, analisis pembiayaan,
pendekatan partisipatif, dan FGD (rembug warga)
LANGKAH • Mengidentifikasi dan memetakan pemangku kepentingan di
tingkat masyarakat untuk turut terlibat dalam proses
perencanaan;
• Mengidentifikasi kebutuhan penanganan tahap pertama yang
berbasis komponen dengan melakukan diskusi
partisipatif/rembug warga dengan pemangku kepentingan dan
masyarakat setempat;
• Menyusun dan memilih komponen infrastruktur yang akan
ditindaklanjuti dengan penyusunan desain teknis dan
diimplementasikan pada tahun pertama melalui beberapa
kriteria, yaitu:
• Komponen infrastruktur yang akan dibangun harus merupakan
kebutuhan utama kawasan yang langsung dapat dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat setempat.
• Komponen infrastruktur yang akan dibangun harus
memberikan implikasi atau dampak nyata terhadap
peningkatan kualitas permukiman;
• Komponen infrastruktur yang akan dibangun harus bersifat
mudah dilaksanakan, tidak menimbulkan friksi di masyarakat,
• Lokasi pembangunan komponen infrastruktur bukan
merupakan lahan ilegal/disengketakan.
*) Proses pelaksanaan perencanaan partisipatif dilakukan
secara informal, sesuai dengan kebutuhan, dan disepakati dalam
bentuk berita acara.
Laporan Pendahuluan 4-
57
sebelumnya ke dalam bentuk rancangan/desain teknis untuk diimplementasikan
pada tahun pertama. Dengan kata lain, rancangan/desain teknis dalam rangka
pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh di kawasan prioritas ini
disusun berdasarkan rencana penanganan (konsep, strategi, dan program) yang
telah disusun dan disepakati sebelumnya. Dalam lingkup kegiatan penyusunan
desain teknis ini terdapat 7 (tujuh) sub kegiatan yang terbagi dalam 2 (dua) lingkup
sebagai berikut:
Laporan Pendahuluan 4-
58
4 TAHAP PENYUSUNAN DESAIN
TEKNIS
A.6 A.7
PEMBAHAS KONSULT
AN ASI
PLENO PUBLIK *
B.16
PENYEMPURN
AAN HASIL
PLENO
B.17
PENYUSUNAN
DOKUMEN
RP2KPKP
Rencana Aksi
0%
Kumuh
Rencana
Teknis
Pembanguna
n tahap 1
B.14 Memorandu
PENYUSUNAN DESAIN m Program
TEKNIS DED
Daftar rencana Komponen
komponen Prioritas
Pengukuran
lapangan
Visualisasi
pendukung B.18
perancangan FINALISASI &
LEGALISASI
B.15 HASIL
PENYUSUNAN DETAILED ENGINEERING (PERWAL/PERBU
DESIGN/DED P)
(GAMBAR KERJA, RAB, RKS)
Pada tahap penyusunan desain teknis ini terdapat beberapa kegiatan yang
dilakukan diantaranya:
1) Penyusunan Desain Teknis
Penerjemahan konsep dan desain penanganan kawasan yang telah dirumuskan
ke dalam rencana teknis penanganan yang lebih terukur dan presisi baik secara
lokasi, besaran/volume, dan terpetakan secara visual, serta menyusun dan
menyepakati daftar komponen infrastruktur pembangunan tahap 1 yang akan
ditindaklanjuti dengan penyusunan DED, dilanjutkan dengan pengukuran detail
terhadap komponen-komponen tersebut.
Laporan Pendahuluan 4-
59
Gambar 4.40 Tahapan Penyusunan Desain Teknis
Laporan Pendahuluan 4-
61
• Komponen mudah dilaksanakan pembangunannya dan
tidak berada dalam tanah/lahan yang disengketakan
OUTPUT • Site Plan kawasan pembangunan tahap pertama yang
disusun dengan memperhatikan berbagai acuan yang ada
(peta kebutuhan infarstruktur skala 1:1.000 untuk
penanganan tahun pertama dan skala 1:5.000 untuk
jangka waktu tahun 2017-2019)
• Visualisasi 3 dimensi (3D) dari rencana yang disusun
• kesepakatan daftar rencana komponen infrastruktur
pembangunan tahap 1; dan
• Dimensi dan volume pekerjaan komponen infrastruktur
pembangunan tahap 1
DURASI 4 (empat) minggu *
*) Terhitung sejak minggu ke-1 bulan ke-5 atau sejak
diselesaikannya sub kegiatan penentuan kawasan prioritas
penanganan
Laporan Pendahuluan 4-
62
Gambar 4.41 Contoh Siteplan Kawasan Prioritas
Laporan Pendahuluan 4-
63
Gambar 4.43 Contoh Plotting/Pemetaan Daftar Komponen Pembangunan Tahap 1
Gambar 4.44 Contoh Siteplan Kawasan Skala 1:1000 (Disertai Dokumentasi Kondisi
Eksisting)
Laporan Pendahuluan 4-
64
Gambar 4.45 Contoh Ilustrasi 3d Kawasan
Laporan Pendahuluan 4-
65
LANGKAH • penyusunan desain teknis meliputi:
• Pembuatan keyplan dan gambar kerja sebagai pendetailan
komponen prioritas yang ditentukan sebagai acuan
pelaksanaan di lapangan;
• Pembuatan gambar kerja detail dari komponen yang
direncanakan yaitu gambar denah, tampak dan potongan
dengan skala yang telah ditentukan dan disesuaikan dengan
kebutuhan pelaksana lapangan (skala 1:200, 1:100, 1:50,
1:10).
• Sedangkan dokumen lelang yang dipersiapkan selain site
plan dan gambar detail diatas mencakup dokumen yang akan
digunakan dalam pengadaan barang dan jasa yaitu:
• Analisa satuan pekerjaan dan RAB; yang disusun dengan
memperhatikan ketentuan yang ada (lihat box 1).
• Rencana Kerja dan Syarat (RKS) serta spesifikasi teknis, yang
disusun berdasarkan kebutuhan lelang
OUTPUT • Gambar kerja/DED untuk setiap komponen infrastruktur yang
disepakati (skala 1:200/1:100/1:50/1:10) yang terdiri atas:
• Peta lokasi komponen (keyplan);
• Gambar potongan/denah/tampak 2D;
• Gambar perspektif 3D; dan
• Detail pengukuran dan analisa biaya (tabel).
• Dokumen lelang meliputi:
• Peta Rinci / Site Plan dan Gambar Detail;
• Data Hasil Pengukuran dan Kondisi Lapangan;
• Rencana Anggaran Biaya (RAB) atau Harga Perkiraan Sendiri
(HPS) dari paket-paket pekerjaan yang disusun (OE);
• Rincian Volume Pekerjaan (BQ);
• Rencana Kerja dan syarat-syarat (RKS);
• Dokumen persyaratan umum dan dokumen persyaratan
administrasi; dan
• Spesifikasi teknis dari masing-masing item komponen
rencana
PELAKSANA • Pokjanis
• TA Pendamping
Laporan Pendahuluan 4-
66
DURASI 8 (delapan) minggu / 2 (dua) bulan *
*) Terhitung sejak awal bulan ke-5 atau sejak diselesaikannya
sub kegiatan penyusunan daftar rencana komponen
infrastruktur
Laporan Pendahuluan 4-
67
Gambar 4.48 Contoh Rencana Anggaran Biaya (Rab) Komponen
3) Pembahasan Pleno
Pada bulan kelima/keenam penyelenggaraan kegiatan, akan diselenggarakan
kegiatan Pembahasan Pleno Penyusunan RP2KPKP yang wajib diikuti oleh
Tenaga Ahli Pendamping dan Pokjanis Kabupaten/Kota.
Laporan Pendahuluan 4-
68
Gambar 4.49 Tahapan Pembahasan Pleno
Laporan Pendahuluan 4-
69
DURASI 1-2 hari *
*) Minggu ke-4 pada bulan ke-5 (Jadwal dan lokasi
penyelenggaraan ditentukan oleh pihak Direktorat PKP,
Ditjen Ck, Kementerian PUPR)
Laporan Pendahuluan 4-
71
5) Diseminasi dan Publikasi
Untuk menginformasikan hasil yang telah dicapai, maka pada awal bulan
keenam perlu diselenggarakan kegiatan diseminasi dan publikasi. Kegiatan
diseminasi dan publikasi
ini adalah kegiatan penyebarluasan terhadap muatan RP2KPKP kepada
pemangku kepentingan kabupaten/kota termasuk masyarakat.
Laporan Pendahuluan 4-
72
6) Penyempurnaan Dokumen RP2KPKP
Menyempurnakan Dokumen RP2KPKP sebagai produk akhir hasil penyusunan
substansi RP2KPKP yang memuat seluruh output kegiatan hingga ke tahap
desain teknis.
Laporan Pendahuluan 4-
73
OUTPUT • Dokumen Rencana Pencegahan dan peningkatan
Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan yang memuat:
• Profil kawasan permukiman kumuh hasil verifikasi;
• Potensi dan permasalahan permukiman kumuh
(pemetaan 7+1 indikator).
• Konsep dan Strategi penanganan permukiman kumuh
(skala kota dan skala kawasan);
• Hasil penilaian tingkat kekumuhan berdasarkan kriteria
dan indikator (Permen PUPR No.2/2016);
• Kebutuhan pencegahan dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh perkotaan;
• Distribusi pola kolaborasi penanganan permukiman
kumuh;
• Skenario penanganan dan desain penanganan kawasan
permukiman kumuh;
• Rencana aksi dan memorandum keterpaduan program
penanganan;
• Kawasan prioritas yang akan dilakukan
pembangunannya pada tahap pertama (dilakukan
penyusunan rencana penanganan secara lebih rinci dan
operasional, dengan tingkat kedalaman skala
perencanaan 1:1.000);
• Siteplan kawasan permukiman prioritas dan visualisasi
pendukung perancangan
a) 1:5.000 (untuk kawasan prioritas)
b) 1:1.000 (untuk kawasan pembangunan tahun
pertama)
DURASI 2 (dua) minggu *
*) terhitung sejak minggu ke-2 bulan ke-6 atau sejak
diselesaikannya sub kegiatan penyempurnaan hasil pleno
Laporan Pendahuluan 4-
74
Gambar 4.53 Tahapan Finalisasi dan Legalsiasi Hasil
Laporan Pendahuluan 4-
75
DURASI 2 (dua) minggu *
*) terhitung sejak minggu ke-3 bulan ke-6 atau sejak
diselesaikannya sub kegiatan penyusunan dokumen
RP2KPKP
Laporan Pendahuluan 4-
76
2) Penurunan kualitas bangunan terkait dengan kriteria Rumah Tidak Layak Huni
(RTLH):
Secara umum Rumah Tidak Layak Sehat diartikan sebagai kondisi kemampuan
bangunan rumah yang berada dibawah standar kelayakan untuk dihuni. Kondisi
ini dicirikan oleh kualitas bangunan dengan material yang sub standard an
kapasitas huni dari bangunan (luas dibutuhkan perjiwa) berada dibawah standar
rumah sehat yang ditetapkan.
a. Jenis atap rumah terbuat dari daun dan lainnya.
b. Jenis dinding rumah terbuat dari anyaman bamubu yang belum diproses.
c. Jenis lantai tanah.
d. Tidak mempunyai fasilitas tempat untuk mandi, cuci, kakus (MCK) yang
memadai baik pribadi maupun komunal.
e. Sarana social, budaya, ekonomi dan pelayanan umum seperi air bersih, air
kotor, dan persampahan tidak memadai baik secara kuantitas maupun
kualitas.
Penetapan lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh wajib
didahului proses pendataan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan
melibatkan peran masyarakat. Proses pendataan meliputi proses identifikasi lokasi
dan penilaian lokasi.
Identifikasi permukiman yang teridentifikasi sebagai permukiman kumuh
didasarkan sebagai berikut:
A. Identifikasi Permasalahan Kekumuhan
Identifikasi permasalahan kekumuhan merupakan tahap identifikasi untuk
menentukan permasalahan kekumuhan pada obyek kajian yang difokuskan
pada aspek kualitas fisik bangunan dan infrastruktur ke-Cipta Karya-an pada
suatu lokasi. Identifikasi permasalahan kekumuhan dilakukan berdasarkan
pertimbangan pengertian perumahan kumuh dan permukiman kumuh,
persyaratan teknis sesuai ketentuan yang berlaku, serta standar pelayanan
minimal yang dipersyaratkan secara nasional. Atas dasar itu, maka identifikasi
permasalahan kekumuhan dilakukan pada beberapa indikator sebagai berikut.
1) Kondisi bangunan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Sebagian besar bangunan pada lokasi tidak memiliki keteraturan
bangunan, dalam hal dimensi, orientasi, dan bentuk tapak maupun
bangunan;
Laporan Pendahuluan 4-
77
b. Lokasi memiliki kepadatan bangunan yang tinggi, yaitu tingginya
jumlah bangunan per hektar sesuai klasifikasi kota yang bersangkutan;
c. Sebagian besar bangunan pad lokasi tidak memenuhi persyaratan
teknis, khususnya persyaratan teknis untuk hunian sederhana (sistem
struktur, pengamanan petir, penghawaan, pencahayaan, sanitasi, dan
bahan bangunan).
2) Kondisi jalan lingkungan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Cakupan pelayanan jalan lingkungan tidak memadai terhadap luas
area, artinya sebagian besar lokasi belum terlayani jalan lingkungan;
serta
b. Sebagian besar kualitas jalan lingkungan yang ada kondisinya buruk,
artinya kerataan permukaan jalan yang tidak memadai bagi kendaraan
untuk dapat dilalui oleh kendaraan dengan cepat, aman dan nyaman,
termasuk akses bagi mobil ambulan.
3) Kondisi drainase lingkungan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Sebagian besar jaringan drainase pada lokasi yang ada tidak mampu
mengatasi genangan minimal, yaitu genangan dengan tinggi lebih dari
30 cm selama 2 jam dan tidak lebih dari 2 kali setahun; dan
b. Cakupan pelayanan jaringan drainse yang ada tidak memadai terhadap
luas area, artinya sebagian besar lokasi belum terlayani jaringan
drainase.
4) Kondisi penyediaan air minum dengan kriteria sebagai berikut:
a. Sebagian besar luas area memilki sistem penyediaan air minum yang
tidak memenuhi persyaratan teknis, baik jaringan perpupaan yang
terdiri dari unit air baku, unit produksi, unit disrtibusi, unit pelayanan
dan unit pengelolahan maupun jaringan bukan perpipaan yang terdiri
dari sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampung air hujan,
terminal air, mobil tanki air, instalasi air kemasan, atau bangunana
perlindungan mata air; serta
b. Cakupan pelayanan penyediaan air minum yang ada tidak memadai
terhadap popuasi, artinya sebagian besar populasi bekum terpenuhi
akses air minum yang aman sebesar 60 liter/orang/hari.
5) Kondisi pengelolaaan air limbah dengan kriteria sebagai berikut:
a. Sebagain besar luas area memiliki sistem pengelolahan air limbah yang
tidak memenuhi persyaratan teknis, baik sistem pengelolahan air
Laporan Pendahuluan 4-
78
limbah setempat secara individual atau komunal, maupun sistem
pengelolahan air limbah terpusat; serta
b. Cakupan pelayanan pengelolahan air limbah yang ada tidak memadai
terhadap populasi, artinya sistem pengelolahan air limbah yang ada
belum mampu menampung timbulan limbah sevesar 5-40
liter/orang/hari.
6) Kondisi pengelolahan persampahan dengan kriteria sebagai berikut:
a. Sebagian besar luas area memiliki sistem pengelolahan persampahan
yang tidak memenuhi persyaratan teknis, baik dalam hal pewadahan,
pemilahan, pengumpulan., pengangkutan, dan pengelolahan; serta
b. Cakupan pelayanan pengelolahan persampahan yang ada tidak
memadai terhadap populasi, artinya sistem pengelolahan
persampahan yang ada belum mampu menampung timbulan sampah
sebesar 0,3 kg/orang/hari.
7) Kondisi pengamanan kebakaran dengan kriteria sebagai berikut:
a. Sebagian besar luas area memiliki pasokan air untuk pemadam
kebakaran yang tidak memadai, baik dari sumber alam (kolam air,
danau, sungai, sumur dalam) maupun buatan (tanki air, kolam renang,
reservoir air, mobil tanki air dan hidran); serta
b. Sebagian besar luas area memiliki jalan lingkungan yang tidak
memadai untuk mobil pemadam kebakaran, yaitu jalan lingkungan
dengan lebar jalan minimum 3,5 meter dan bebas dari hambatan
apapun.
B. Identifikasi Pertimbangan Lain (Non Fisik)
Identifikasi pertimbangan lain (non fisik) merupakan tahap identifikasi untuk
menentukan skala prioritas penanganan perumahan kumuh dan permukiman
kumuh yang teridentifikasi dengan sudut pandang lain yang mempengaruhi
efektifitas/keberhasilan program penanganan. Identifikasi pertibangan lain
dilakukan oleh pemerinyan daerah berdasarkan pertimbangan non fisik yang
relevan. Identifikasi pertimbangan lain dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa indikator sebagai berikut:
1) Nilai strategis lokasi, dengan kriteria sebagai berikut:
Lokasi terletak pada fungi strategis kawasan/wilayah, konstelasi
kawasan/wilayah, seperti fungi pemerintah, industri, perdagangan dan
jasa, dan fungsi lainnya.
Laporan Pendahuluan 4-
79
2) Kepadatan penduduk, dengan kriteria sebagai berikut:
Lokasi memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, artinya jumlah penduduk
per hektar pada lokasi relatif tinggi sesuai klasifikasi wilayah yang
bersangkutan.
3) Potensi sosial ekonomi, dengan kriteria sebagai berikut:
Lokasi memiliki potensi social ekonomi tinggi yang potensial
dikembangkan, artinya pada lokasi terdapat potensi kegiatan ekonomi
seperti budidaya industri, perdagangan maupun jasa, maupun potensi
kegiatan sosial budaya kesenian, kerajinan dan lain sebagainya.
4) Dukungan masyarakat, dengan kriteria sebagai berikut:
Dukungan masyarakat terhadap proses penanganan kekumuhan tinggi,
artinya masyarakat mendukung program penanganan bahkan berperan
aktif sehingga tercipta situasi yang kondusif dalam pelaksanaan fisik.
5) Komitmen pemerintah daerah, dengan kriteria sebagai berikut:
Pemerintah daerah memiliki komitmen tinggi dalam penanganan lokasi,
dimana komitmen pemerintah daerah terhadap lokasi dalam hal ini dinilai
dari lokasi anggaran, progam regulasi, kebijakan maupun kelembagaan.
C. Identifikasi Legalitas Lahan
Identifikasi legalitas lahan merupakan tahap identifikasi untuk menentukan
permaslahan legalitas lahan pada obyek kajian setiap perumahan kumuh dan
permukiman kumuh yang difokuskan pada suatu lahan, kesesuaian dengan
rencana tata ruang dan persyaratan administrasi bangunan.
Identifikasi legalitas lahan meliputi dua aspek yaitu aspek kejelasan status
penguasaan lahan dan aspek kesesuaian dengan rencana tata ruang.
Identifikasi legalitas lahan dilakukan dengan menggunakan indikator sebagai
berikut:
1) Aspek status lahan, dengan beberapa kriteria sebagai berikut:
a. Keseluruhan lokasi memiliki kejelasan status lahan, baik dalam hal
kepemilikan maupun izin pemanfaatan tanah dari pemilik tanah (status
tanah legal).
Status kepemilikan sendiri disertai dengan bukti dokumensertifikat ha
katas tanah atau bentuk dokumen keterangan status tanah lainnya
yang sah. Sedangkan kepemilikan pihak lain (termasuk milik
adat/ulayat), dengan bukti izin pemanfaatan tanah dari pemegang ha
Laporan Pendahuluan 4-
81
Secara umum pembagian tipologi perumahan dan permukiman kumuh
perkotaan dijelaskan dalam tabel berikut ini.
Penilaian lokasi dilakukan untuk menilai hasil identifikasi lokasi yang telah
dilakukan terhadap aspek-aspek berikut:
1. Kondisi kekumuhan. Penilaian lokasi berdasarkan aspek permasalahan
kekumuhan terdiri atas klasifikasi:
a. Kumuh kategori ringan;
b. Kumuh kategori sedang; dan
c. Kumuh kategori berat.
2. Legalitas lahan. Penilaian lokasi berdasarkan aspek legalitas lahan terdiri
atas klasifikasi:
a. Status lahan legal; dan
b. Status lahan tidak legal.
3. Pertimbangan lain. Penilaian berdasarkan aspek pertimbangan lain terdiri
atas:
a. Pertimbangan lain kategori rendah;
Laporan Pendahuluan 4-
82
b. Pertimbangan lain kategori sedang; dan
c. Pertimbangan lain kategori tinggi.
Penentuan kawasan permukiman kumuh dilakukan berdasarkan beberapa
kegiatan identifikasi yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya yang meliputi
identifikasi kondisi kekumuhan, identifikasi pertimbangan lain serta identifikasi
legalitas lahan. Secara lebih rinci kriteria dan indicator permukiman kumuh
disajikan pada table berikut ini.
Tabel 4.2 Formula Penilaian Lokasi Berdasarkan Kriteria, Indikator dan Parameter Kekumuhan
Laporan Pendahuluan 4-
83
No. Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai
Laporan Pendahuluan 4-
84
No. Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai
Laporan Pendahuluan 4-
85
No. Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai
Laporan Pendahuluan 4-
86
No. Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai
Laporan Pendahuluan 4-
87
No. Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai
Laporan Pendahuluan 4-
88
No. Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai
Laporan Pendahuluan 4-
89
No. Aspek Kriteria Indikator Parameter Nilai
Laporan Pendahuluan 4-
91
11) B5 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain rendah dan
status legal;
12) B6 merupakan lokasi kumuh sedang, dengan pertimbangan lain rendah dan
status tidak legal;
13) C1 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain tinggi dan
status legal;
14) C2 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain tinggi dan
status tiak legal;
15) C3 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain sedang dan
status legal;
16) C4 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain sedang dan
status tidak legal;
17) C5 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain rendah dan
status legal;
18) C6 merupakan lokasi kumuh rendah, dengan pertimbangan lain rendah dan
status tidak legal.
Laporan Pendahuluan 4-
92
serta keberlanjutan penanganan pada tahun-tahun berikutnya. Metode yang
digunakan adalah analisa SWOT.
Metode analisis SWOT merupakan metode yang umum digunakan untuk
merumuskan konsep strategi dan kebijakan. Pada dasarnya analisis SWOT adalah
suatu analisis yang bertujuan mengetahui potensi dan kendala yang dimiliki suatu
wilayah kota, sehubungan dengan kegiatan pengembangan wilayah yang akan
dilakukan dimasa datang. Analisis ini meliputi tinjauan terhadap:
Kekuatan‐ kekuatan (strengthness) yang dimiliki kawasan, yang dapat
memacu dan mendukung perkembangan kawasan, misalnya kebijaksanaan‐
kebijaksanaan pengembangan yang dimiliki, aspek lokasi yang strategis, dan
ruang yang masing tersedia;
Kelemahan‐ kelemahan (weakness) yang ada yang dapat menghambat
pengembangan kawasan, baik hambatan dan kendala fisik kawasan maupun
non fisik, misalnya kemampuan sumber daya manusia, aspek lokasi,
keterbatasan sumber daya alam pendukung, keterbatasan/ketidakteraturan
ruang kegiatan, atau pendanaan pembangunan yang terbatas;
Peluang‐ peluang (opportunity) yang dimiliki untuk melakukan
pengembangan kawasan, berupa sektor‐ sektor dan kawasan strategis; serta
Ancaman‐ ancaman (threatness) yang dihadapi, misalnya kompetisi tidak
sehat dalam penanaman investasi, pembangunan suatu kegiatan baru atau
pertumbuhan dinamis di sekitar kawasan yang dapat mematikan
kelangsungan kegiatan strategis kawasan yang telah ada.
Laporan Pendahuluan 4-
93
Tabel 4.4 Matrik Analisa SWOT
STRENGHTHS WEAKNESS
Laporan Pendahuluan 4-
94
permukiman kumuh ditetapkan oleh pemerintah daerah bersama – sama
masyarakat. Pemugaran perumahan dan permukiman kumuh dapat
dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah daeraj, dan/atau oleh masyarakat
secara swadaya tergantung dari berat/ringannya perbaikan yang harus
dilakukan serta berdasarkan pertimbangan lain.
Kegiatan pemugaran yang dilakukan pemerintah daerah diselenggarakan
oleh dinas/instasi yang berwenang seperti Dinas Perumahan, Dinas
Pekerjaan Umum dan dinas terkait lainnya.
Pelaksanaan kegiatan pemugaran dengan swadaya masyarakat, wajib
difasilitasi oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah.
c. Karakteristik Penanganan
Pada bentuk penanganan ini umumnya yang tidak terlihat terlalu banyak
perubahan mendasar, selain dari peningkatan bentuk pelayanan dan
kondisi fisik prasarana, sarana dan bangunan tempat tinggal.
d. Jenis – jenis penanganan pemugaran
Revitalisasi Merupakan jenis penanganan untuk meningkatkan vitalitas
Kawasan kawasan permukiman melalui peningkatan kualitas lingkungan,
Permukiman tanpa menimbulkan perubahan yang berarti dari struktur fisik
kawasan permukiman tersebut. kegiatan ini bertujuan memperbaiki
dan mendorong ekonomi kawasan dengan cara memanfaatkan
berbagai sarana dan prasarana eksisting yang ada, meningkatkan
kualitas serta kemampuan dari parasana dan sarana melalui
program pembaikan dan peningkatan tanpa melakukan
pembongkaran berarti.
Pada kegiatan ini dilakukan pula pengadaan sarana dan prasarana
baru yang diperlukan tanpa merubah struktur yang ada dan
memanfaatkan bangunan eksisting secara maksimal.
Rehabilitasi Merupakan jenis penanganan yang bertujuan untuk
(Perbaikan) mengembalikan kondisi komponen fisik kawasan permukiman yang
telah mengalami kemunduran kondisi atau degadrasi, sehingga
dapat berfungsi kemabali secara semula, misalnya perbaikan
prasrana jalan, saluran air bersih, drainase dan lain-lain.
Renovasi Merupakan jenis penanganan dengan melakukan perubahan
sebagian atau beberapa bagian dari komponen permukiman
(prasarana dan sarana) dengan tujuan komponen tersebut masih
dapat beradaptasi dan menampung fungsi baru. Bentuk umumnya
Laporan Pendahuluan 4-
95
adalah peningkatan kemampuan dan kualitas komponen tersebut
sesuai dengan persayaratan baru.
Yang termasuk renovasi adalah:
Penyesuaian organisasi ruang (pemanfaatan ruang) dan
peningkatan system prasarana/utilitas dan menyesuaikan arah
bangunan
Ukuran bangunan (penyesuaian bangunan) agar sesuai dengan
tuntutan kebutuhan penanganan
Orientasi ruang
Rekonstruksi Merupakan jenis penanganan yangbrtujuan mengembalikan
kondisi (kualitas dan fungsi) dan peningkatan komponen
permukiman kedalam kondisi asal, baik persyaratan maupun
penggunaannya. Dalam hal ini tidak ada kekhawatiran terhadap
konsekuensi yang timbl karena perubahan ukuran dan bentuk
komponen.
Preservasi Merupakan jenis penanganan yang dilakukan dengan tujuan untuk
(Pemeliharaan memeliharan komponen-komponen permukiman yang masih
dan berfungsi dengan baik dan mencegah dari proses kerusakan.
Pengendalian) Sebagi fungsi pengendalian, maka preservasi dapat dilakukan
dengan penegasan melalui aturan-aturan pemanfaatan ruang dan
bangunan (KBD, KLB, GSB, GSJ, dan lain-lain). Sifat penanganan
ini cenderung lebih kearah pencehagana timbulnya permukiman
kumuh, sehingga seringkali upaya ini dilakukan bersamaan dengan
restorasi, rehabilitasi dan rekonstruksi.
e. Peran Pelaku
Didasari pada sifat penanganannya yang tidak terlalu banyak
membutuhkan perubahan infrastruktur secara mendasar, maka peran
pelaku di luar masyarakat dalah hal ini pemerintah daeraj dalam program
relative lebih besar dibandingkan dengan peran pelaku masyarakat.
2) Peremajaan
a. Pengertian
Peremajaan perumahan dan permukiman kumuh dilakukan untuk
mewujudkan kondisi rumah, perumahan, permukiman dan lingkungan
hunian yang baik guna melindungi keselamatan dan keamanan penghuni
dan masyarakat sekitar. Peremajaan dengan cara pembangunan kembali
perumahan dan permukiman melalui penataan secara menyeluruh
meliputi rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan
Laporan Pendahuluan 4-
96
permukiman. Pelaksanaan peremajaan harus dilakukan dengan terlebih
dahulu menyediakan tempat tinggal bagi masyarakat terdampak dengan
memenuhi norma dan standar teknis yang berlaku.
Peremajaan dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daeran sesuai
dengan kewenangannya dengan melibatkan peran masyarakat dan
diterapkan terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang
berdiri di atas lahan yang dalam RTRW diperuntukkan bagi permukiman.
b. Penerapan
Peremajaan diterapkan pada permukiman kumuh secara struktur ruang,
ekonomi dan perilaku tidak dapat dipertahankan lagi, sehingga tidak dapat
ditangani hanya dengan perbaikan dan peningkatan fisik.
Kondisi buruk secara struktur dapat mendorong terciptanya pemanfaatan
ruang yang tidak efisien dan optimal sesuai dengan fungsi yang
ditetapkan.
Permukiman kumuh yang mendapatkan penanganan ini umumnya
ditangani dengan:
Tidak adanya kejelasan baik pola/struktur prasaran lingkungan.
Tidak ada kejelasan kesesuaian pola pemanfaatan ruang.
Strtruktur ekonomi memiliki kondisi yang sangat buruk karena tidak
ditunjang dengan kemampuan pengembangan ekonomi kawasan
permukiman.
Secara keseluruhan kondisi kawasan tidak mencerminkan pemanfaatan
fungsi yang maksimal sesuai denga potensi lahannya.
c. Karakteristik Penanganan
Bentuk penanganan ini umumnya dilakukan dengan perubahan yang
mendasar. Untuk itu penangan ini mempunyai konsekuensi merubah pola
pemanfaatan ruang, baik secara komposisi, komponen, besaran maupun
fungsi.
Hal ini mengarahkan pada pola-pola pengadaan baru yang lebih menonjol
daripada peningkatan dan permbaikan kualitas.
d. Jenis – Jenis Penanganan
Renewel Merupakan jenis penanganan yang bersifat menyeluruh dengan
(peremajaan) melakukan pembongkaran sebagaian atau seluruh komponen
permukiman, kemudian merubah secara struktural dan
membangun kembali di lahan yang sama.
Laporan Pendahuluan 4-
97
Tujuannya adalah untuk mendaptkan nilaia pemanfaatan lahan
optimal sesuai dengan potensi lahan, dan diharapkan dapat
memberikan nilai tambah secara ekonomi dan vitalitas baru.
Konsekuensi bentuk teknis pada penanganan ini adalah:
Konsolidasi tanah
Land re-adjusment
Land sharing, kombinasi pemanfaatan lahan permukiman
dengan komersil
Karakteristik permukiman kumuh yang ditangani meliputi:
Tata letak secara keseluruhan tidak memungkinkan untuk
dikembangkan dan tidak sesuai lagi untuk menampung jenis
kegiatan baru.
Aksesibilitas yang buruk, ruang kurang dan tidak dapat
diperluas lagi, organisasi ruang serta hubungan fungsional
yang buruk.
Kondisi bangunan sangat buruk dan tidak layak pakai, karena
ketidakmampuan lagi melayani fungsi dengan baik.
Redevelopment Merupakan upaya penataan kembali suatu permukiman kumuh
dengan terlebih dahulu melakukan pembongkaran sarana dan
prasarana pada sebagian atau seluruh kawasan yang telah
dinyatakan tidak dapat lagi dipertahankan kehadirannya.
Perubahan secara structural dan peruntukan lahan serta
ketentuan-ketentuan pembangunan lainnya yang mengatur
pembangunan baru (KLB, KDB, GSB, dan lain-lain) bisanya terjadi.
Restorasi Merupakan jenis penanganan untuk mengembalikan kondisi suatu
permukiman kumuh pada kondidi asal sesuai dengan persyaratan
yang benar, menghilangkan tambahan atau komponen yang
timbul kemudian mengadakan kembali unsur-unsur oermukiman
yang telah hilang tanpa menambah unsur-unsur baru.
e. Peran pelaku
Didasari pada sifat penanganannya, maka peran amsyarakat sangat besar
dalam mengambil keputusan, terutama dalam penentuan jenis komponen
program. Sedangkan pemerintah, pemerintah daerah dan pelaku lain
(swasta) akan lebih banyak dalam emndukung program.
3) Permukiman Kembali
a. Pengertian
Permukiman kembali dilakukan untuk mewujudkan kondisi rumah,
perumahan dan permukiman yang lebih baik guna melindungi
Laporan Pendahuluan 4-
98
keselamatan dan keamanan penghuni dan masyarakat. Permukiman
kembali dilakukan dengan memindahkan masyarakat terkena dampak dari
lokasi yang tidak mungkin dibangun kembali karena tidak sesuai dengan
rencana tata ruang dan/atau rawan bencana serta dapat menimbulkan
bahaya bagi batang ataupun orang.
b. Penerapan
Penanganan ini diterapkan pada permukiman:
Secara lokasi berada pada lahan illegal
Tidak memiliki potensi yang lebih baik dari fungsi yang ditetapkan
Secara lingkungan memberikan dampak negative yang lebih besar
apabila tetap dipertahankan
Termasuk dalam penanganan ini adalah permukiman yang secara
teknologi tidak mampu mendukung penyelesaian masalah. Beberapa
kondisi yang memenuhi persyaratan penanganan ini, antar lain:
Lokasi yang berada di atas tanah Negara dengan peruntukan non
permukiman (bantaran sungai, lahan penghijauan dan lain-lain).
Permukiman kumuh yang berada pada lokasi dimana secara fisik
lingkungan sangat berbahaya sebagai tempat bermukim dan tidak
dapat ditanggulangi secara teknis (di atas lahan rawan bencana
alam/geologi) yaitu permukiman kumuh dan permukiman kumuh yang
terletak di: bataran sungai, sepanjang rel kereta api, di bawah SUTET
(tiang tegangan tinggi) serta tidak sesuai peruntukannya dengan
rencana tata ruang.
Permukiman kembali dilakukan dengan memindahkan masyarakat
terdampak ke lokasi yang sesuai dengan rencana tata ruang bagi
peruntukan permukiman. Lokasi akan ditentkan sebagai tempat untuk
permukiman kembali ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan
melibatkan peran masyarakat.
Kegiatan permukiman kembali dilakukan untuk mewujudkan kondisi
rumah, perumahan, permukiman dan lingkungan hunian yang lebih baik
guna melindungi keselamatan dan keamanan penghuni dan masyarakat.
Pelaksanaan permukiman kembali adalah memindahkan masyarakat yang
tinggal di perumahan tidak layak huni, tidak mungkin dibangun kembali
dan/atau rawan bencana ke lokasi perumahan lain yang layak huni.
Laporan Pendahuluan 4-
99
Pelaksanaan permuiman kembali wajib diselenggarakan oleh pemerintah,
pemerintah provinsi, dan/atau permerintah kabupate/kota.
c. Karakteristik Penanganan
Bentuk penanganan ini umumnya dilakukan dengan cara:
Perubahan total dikaitkan dengan pengembalian fungsinya kepada
fungsi awal.
Dilakukan dengan pemindahan permukiman pada areal yang baru
(lokasi lain).
Tidak diaragkan pada pendukung untuk pengadaan atau peningkatan
fasilitas dan prasarana pendukungnya.
d. Peran pelaku
Didasari pada sifat penanganannya, maka peran masyarakat sangat besar
dalam proses pengambilan keputusan, terutama dalam proses penentuan
kebijakan seperti pengalokasian baru, ganti rugi, dan lain-lain, walaupun
pada posisi illegal.
Peran pelaku pemerintah adalah:
Menetukan alternative penyelesaian masalah permukiman kembali
Pengadaan terhadap konsekuensi
Kompensasi penanganan (lokasi tujuan pemindahan)
Peningkatan kualitas perumahan dan permukiman kumuh harus dilakukan
sesuai dengan hasil penialaian berbagai aspek kekumuhan (tingat
kekumuhan, pertimbangan lain dan legalitas lahan). Peningkatan kualitas
kawasan permukiman kumuh untuk berbagai aspek kekumuhan akan
berbeda-beda pendekatan penanganannya, dimana secara hierarki
peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh paling rendah adalah
pemugaran dan paling tinggi adalah permukiman kembali.
Ketentuan penanganan fisik diatur sesuai dengan faktor permasalahan
kekumuhan setiap lokasi yang teridentifikasi. Beberapa factor
permasalahan kekumuhan suatu lokasi yaitu:
Aspek bangunan dan lingkungan;
Aspek jalan lingkungan;
Aspek drainase lingkungan;
System penyediaan air minum;
Sisem pengelolahan persampahan;
System pengelolahan air limbah.
Laporan Pendahuluan 4-
100
Pola-pola penanganan peningkatan kualitas terhadap perumahan dan
permukiman kumuh perkotaan direncanakan dengan mempertimbangkan:
1) Klasifikasi kekumuhan dan status legalitas lahan
Pertimbangan pola penanganan berdasrkan klasifikasi kekumuhan dan status
legalitas lahan diatur dengan ketentuan:
a. Dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan berat dengan status lahan
legal, maka pola penangannya yang dilakukan adalah peremajaan;
b. Dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan berat dengan status lahan
ilegal, maka pola penangannya yang dilakukan adalah permukiman
kembali;
c. Dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan sedang dengan status
lahan legal, maka pola penangannya yang dilakukan adalah peremajaan;
d. Dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan sedang dengan status
lahan ilegal, maka pola penangannya yang dilakukan adalah permukiman
kembali;
e. Dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan ringan dengan status
lahan legal, maka pola penangannya yang dilakukan adalah pemugaran;
f. Dalam hal lokasi memiliki klasifikasi kekumuhan ringan dengan status
lahan ilegal, maka pola penangannya yang dilakukan adalah permukiman
kembali.
2) Tipologi perumahan dan permukiman kumuh perkotaan
Perimbangan pola penanganan perumahan dan permukiman kumuh
berdasrkan tipologi diatur dengan ketentuan:
a. Dalam hal lokasi termasuk dalam tipologi perumahan dan permukiman
kumuh di atas air, maka penanganan yang dilakukan harus memerhatikan
karakteristik daya guna, daya dukung, daya rusak air serta kelestarian air;
b. Dalam hal lokasi termasuk dalam tipologi perumahan dan permukiman
kumuh di tepi air, maka penanganan yang dilakukan harus memerhatikan
daya dukung tepi air, pasang surut air serta kelestarian air dan tanah;
c. Dalam hal lokasi termasuk dalam tipologi perumahan dan permukiman
kumuh di daratan, maka penanganan yang dilakukan harus memerhatikan
karakteristik daya dung tanah, jenis tanah serta kelestarian tanah;
d. Dalam hal lokasi termasuk dalam tipologi perumahan dan permukiman
kumuh di perbukitan, maka penanganan yang dilakukan harus
Laporan Pendahuluan 4-
101
memerhatikan karakteristik daya dung tanah, kelerengan, jenis tanah
serta kelestarian tanah;
e. Dalam hal lokasi termasuk dalam tipologi perumahan dan permukiman
kumuh di kawasan rawan bencana, maka penanganan yang dilakukan
harus memerhatikan karakteristik bencana, daya dukung tanah, jenis
tanah serta kelestarian tanah.
Laporan Pendahuluan 4-
102