Anda di halaman 1dari 4

ETIK KOLABORASI DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

1.pengertian kolaborasi.
Kolaborasi adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan kepada pasien/klien dalam melakukan diskusi tentang diagnosa, melakukan kerjasama
dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing bertanggung
jawab pada pekerjaannya.
Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi praktisi profesional,
kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan kepada pasien. Kolegalitas menekankan
pada saling menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalah-masalah dalam team dari
pada menyalahkan seseorang atau atau menghindari tangung jawab.

2. Tujuan Kolaborasi
Tujuan kolaborasi perawat adalah:
1. untuk membahas masalah-masalah tentang klien.
2. untuk meningkatkan pamahaman tentang kontrbusi setiap anggota tim.
3. untuk mengidentifikasi cara-cara meningkatkan mutu asuhan klien.
Tim satu disiplin ilmu meliputi : tim perawat, tim dokter, tim administrasi, dan lain-
lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan
kesehatan.Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah
penyakit.Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian obat
dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lain sebagai membuat
relevan pemberian pengobatan.
Tim multi disiplin meliputi: tim operasi, tim infeksi nasokomial, dan lain-lain.

3. Manfaat Kolaborasi
Manfaat yang didapatkan dengan diterapkannya kolaborasi antar profesi kesehatan, antara lain:
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian
unik profesional.
b. Memaksimalkan produktivitas serta efektifitas dan efisiensi sumber daya.
c. Meningkatkan profesionalisme, loyalitas, dan kepuasan kerja.
d. Meningkatkan kohesivitas antar tenaga kesehatan profesional.
e. Memberikan kejelasan peran dalam berinteraksi antar tenaga kesehatan profesional.

4. Karakteristik Kolaborasi
Menurut Carpenter (1990), kolaborasi mempunyai 8 karakteristik, yaitu:
1. Partisipasi tidak dibatasi dan tidak hirarkis.
2. Partisipan bertanggung jawab dalam memastikan pencapaian kesuksesan. Adanya tujuan
yang masuk akal.
3. Ada pendefinisian masalah.
4. Partisipan saling mendidik atau mengajar satu sama lain.
5. Adanya identifikasi dan pengujian terhadap berbagai pilihan.
6. Implementasi solusi dibagi kepada beberapa partisipan yang terlibat.
7. Partisipan selalu mengetahui perkembangan situasi.
5. Dasar – Dasar Kompetensi Kolaborasi
a. Komunikasi
kolaborasi membutuhkan pemecahan masalah yang lebih komplek, dibutuhkan komunikasi
efektif yang dapat dimengerti oleh semua anggota tim.
b. Respek dan kepercayaan
Respek dan kepercayaan dapat disampaikan secara verbal maupun non verbal serta dapat
dilihat dan dirasakan dalam penerapannya sehari-hari.
c. Memberikan dan menerima feed back
Feed back dipengaruhi oleh persepsi seseorang, pola hubungan, harga diri, kepercayaan diri,
emosi, lingkungan serta waktu, feed back juga dapat bersifat negative maupun positif.
d. Pengambilan keputusan
Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan komunikasi untuk mewujudkan kolaborasi yang
efektif guna menyatukan data kesehatan pasien secara komperensip sehingga menjadi sumber
informasi bagi semua anggota tim.
e. Manajemen konflik
Untuk menurunkan komplik maka masing-masing anggota harus memahami peran dan
fungsinya, melakukan klarifikasi persepsi dan harapan, mengidentifikasi kompetensi,
mengidentifikasi tumpang tindih peran serta melakukan negosiasi peran dan tanggung
jawabnya.

6. Pihak – Pihak Yang Terlibat Dalam Kolaborasi


1. Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam
pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi
efektif. Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai
jika pasien sebagai pusat anggota tim.
2. Perawat sebagai anggota membawa perspektif yang unik dalam interdisiplin tim.
Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan dari praktik profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai
penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan
3. .Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati, dan mencegah
penyakit. Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti
pemberian obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota
tim lainnya sebagaimana membuat referal pemberian pengobatan.
4. Selain itu, keluarga serta orang-orang lain yang berpengaruh bagi pasien juga
termasuk pihak-pihak yang terlibat dalam kolaborasi. Karena keluarga merupakan
orang terdekat dari pasien atau individu yang memiliki pengaruh sangat besar
terhadap individu. Melalui keluarga tenaga kesehatan bisa mendapatkan data-data
mengenai pasien yang dapat mempermudah dalam mendiagnosis penyakit dan
proses penyembuhan pasien
7.Proses kolaborasi .
1. Kontrol Kekuasaan.
Kontrol kekuasaan dapat terbina apabila dokter dan perawat mendapat kesempatan
yang sama mendiskusikan pasien tertentu. Kemitraan terbentuk apabila interaksi yang
diawali sama banyaknya dengan yang diterima dimana terdapat beberapa kategori antara
lain: menanyakan informasi, memberikan informasi, menanyakan dan memberi pendapat,
memberi pengarahan atau perintah, pengambilan keputusan, memberi pendidikan,
memberi dukungan/persetujuan, menyatakan tidak setuju, orientasi dan humor.
2. Lingkungan Praktik
Menunjukkan kegiatan dan tanggung jawab masing-masing pihak. Perawat dan dokter
memiliki bidang praktik yang berbeda dengan peraturan masingmasing tetapi tugas-tugas
tertentu dibina yang sama. Universitas Sumatera Utara
4. Kepentingan Bersama.
Kepentingan bersama merupakan tingkat ketegasan masing-masing (usaha untuk
memuaskan kepentingan sendiri) dan faktor kerjasama (usaha untuk memuaskan pihak lain).
5. Tujuan Bersama.
Tujuan bersama pada proses ini bersifat lebih terorientasi pada pasien dan dapat
membantu menentukan bidang tanggung jawab yang berkaitan dengan prognosis pasien.

8. Elemen Kunci Kolaborasi


Kunci kolbarosi dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien diantaranya yaitu :
a. Kerjasama
Kerjasama adalah saling bekerja sama dan menghargai pendapat orang lain dan bersedia
untuk memeriksa beberapa alternatif pendapat dan perubahan kepercayaan.
b. Komunikasi
Komunikasi artinya bahwa setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi informasi
penting mengenai perawatan pasien dan issu yang relevan untuk membuat keputusan klinis.
Otonomi mencakup kemandirian anggota tim dalam batas kompetensinya.
c. Koordinasi
Kordinasi adalah efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan pasien, mengurangi
duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam menyelesaikan permasalahan.
d. Kepercayaan
Kepercayaan adalah konsep umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa pecaya,
kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman, menghindar dari tanggung jawab,
terganggunya komunikasi.

9. Kriteria Kolaborasi
Terwujudnya suatu kolaborasi tergantung pada beberapa kriteria, yaitu:
a. Adanya saling percaya dan menghormati.
b. saling memahami dan menerima keilmuan masing-masing.
c. memiliki citra diri positif.
d. memiliki kematangan professional yang setara (yang timbul dari pendidikan dan
pengalaman).
e. mengakui sebagai mitra kerja bukan bawahan.
f. keinginan untuk bernegoisasi.
10.Kolaborasi dapat berjalan dengan baik jika :
1. Semua profesi mempunyai visi dan misi yang sama.
2. Masing masing profesi mengetahui batas batas dari pekerjaannya
3. Anggota profesi dapat bertukar informasi dengan baik
4. Masing-masing profesi mengakui keahlian dari profesi lain yang tergabung dalam tim.
11.Kolaborasi di Rumah Sakit
Kolaborasi merupakan hubungan kerja sama antara anggota tim dalam memberikan
asuhan kesehatan. Pada kolaborasi terdapat sikap saling menghargai antar tenaga kesehatan dan
saling memberikan informasi tentang kondisi klien demi mencapai tujuan (Hoffart & Wood,
1996; Wlls, Jonson & Sayler, 1998).
Tim Kerja di Rumah Sakit :
a. Tim satu disiplin ilmu:
1) Tim Perawat
2) Tim dokter
3) Tim administrasi
4) Dll
b. Tim multi disiplin :
1) Tim operasi
2) Tim nosokomial infeksi
3) Dll
12. Perawat Sebagai Kolabolator
Sebagai seorang kolaborator, perawat melakukan kolaborasi dengan klien.Kolaborasi
yang dilakukan dalam praktek di lapangan sangat penting untuk memperbaiki. Agar perawat
dapat berperan secara optimal dalam hubungan kolaborasi tersebut, perawat perlu menyadari
akuntabilitasnya dalam pemberian asuhan keperawatan dan meningkatkan otonominya dalam
praktik keperawatan.
Menurut Baggs dan Schmitt, 1988, ada atribut kritis dalam melakukan kolaborasi, yaitu
melakukan sharing perencanaan, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, membuat tujuan
dan tanggung jawab, melakukan kerja sama dan koordinasi dengan komunikasi terbuka.

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/50143/Chapter%20II.pdf?sequence=4&isAllo
wed=y

https://studylibid.com/doc/40653/kolaborasi-dalam-keperawatan

https://www.slideshare.net/FransiskaOktafiani/kolaborasi-dalam-keperawatan

konsep-kolaborasi-dalam-keperawatan.html

Anda mungkin juga menyukai