Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL TUGAS AKHIR (610450A)

ANALISA PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER PIPA


GANDA DENGAN SIRIP BERBENTUK SIKU EMPAT.

FARREL CHANDRA MUKTI


NRP. 0316040014

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PERMESINAN KAPAL


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
SURABAYA
2019
Analisis Perpindahan Panas Pada Heat Exchanger Pipa Ganda
Dengan Sirip Berbentuk Siku Empat

Nama Mahasiswa : Farrel Chandra Mukti


NRP : 0316040014

RINGKASAN

Heat exchanger merupakan alat penukar panas yang didalamnya terdapat


dua fluida maupun lebih yang mengalir pada temperatur yang berbeda, tepatnya
pada tube dan shell-side. Sirip merupakan suatu komponen yang diperlukan untuk
memperluas permukaan agar laju perpindahan kalor dapat diperbesar. Setiap
material yang digunakan untuk sirip mempunyai nilai konduktivitas thermal yang
berbeda-beda sehingga sangat penting dalam pemilihan jenis material yang
digunakan, serta jumlah sirip yang digunakan akan mempengaruhi laju
perpindahan kalor pada heat exchanger.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung laju perpindahan kalor
pada sirip siku empat dengan menggunakan beberapa jenis material, dan
memvariasi jarak antar sirip sehingga akan didapatkan nilai efisiensi dan
efektifitas yang maksimal pada heat exchanger.
Penelitian ini dilakukan dengan mencari koefisien pada sirip berbentuk
siku empat dari setiap bahan material yang diuji, jarak setiap sirip yang terpasang
pada heat exchanger, serta jumlah sirip pada setiap tube. Dengan begitu
diharapkan penggunaan heat exchanger pada setiap industri akan maksimal.

Kata kunci : heat exchanger, laju aliran kalor, konduktivitas thermal, efisiensi,
koefisien.

i
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

ii
DAFTAR ISI

RINGKASAN ......................................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v

DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 2

1.5 Batasan Masalah ....................................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5

2.1 Heat Exchanger ........................................................................................ 5

2.2 Prinsip dan Teori Dasar Perpindahan Panas ............................................. 6

2.3 Perpindahan Panas Konduksi ................................................................... 6

2.3.1 Konduktivitas Thermal...................................................................... 7

2.4 Perpindahan Panas Konveksi ................................................................... 8

2.4.1 Konveksi Bebas ................................................................................. 9

2.4.2 Konveksi Paksa ............................................................................... 10

2.4.3 Bilangan Nusselt ( Nu ) ................................................................... 10

2.4.4 Aliran Laminer ................................................................................ 10

2.4.5 Aliran Turbulen ............................................................................... 10

2.5 Perpindahan Panas Radiasi ..................................................................... 11

2.6 Tekanan .................................................................................................. 12

2.7 Lapis Batas Thermal ............................................................................... 12

2.7.1 Panjang Masuk Thermal dan Hidrodinamik ................................... 12

iii
2.7.2 Aliran Terbentuk Penuh................................................................... 12

2.8 Koefisien Perpindahan Kalor Menyeluruh ............................................. 12

2.8.1 Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi Pipa Bagian Dalam (hi) .... 13

2.8.2 Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi Bagian Luar (h0) .............. 13

2.9 Sirip ......................................................................................................... 15

2.9 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 16

BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................... 17

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 17

3.1.1 Waktu .............................................................................................. 17

3.1.2 Tempat Penelitian ............................................................................ 17

3.2 Variabel Penelitian .................................................................................. 17

3.3 Rancangan Percobaan ............................................................................. 18

3.4 Diagram Alir ........................................................................................... 19

3.5 Langkah-Langkah Pelaksanaan .............................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perpindahan panas pada heat exchanger ............................................. 6


Gambar 2.2 Perpindahan panas konduksi pada dinding ......................................... 6
Gambar 2.3 Perpindahan panas secara konveksi .................................................... 9
Gambar 2.4 Perpindahan panas secara radiasi ...................................................... 11
Gambar 2.5 Diameter hidrolik untuk sirip berjumlah 4 ........................................ 14
Gambar 2.6 Diameter hidrolik untuk sirip berjumlah 6 ........................................ 14
Gambar 2.7 Berbagai jenis bentuk sirip ............................................................... 15

v
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Nilai Konduktivitas Thermal Beberapa Material .................................... 7


Tabel 2.2 Nilai Konduktivitas Thermal Beberapa Material .................................... 8
Tabel 3.1 Koefisien Perpindahan Panas Total ...................................................... 18
Tabel 3.2 Jadwal Pelaksanaan Tugas Akhir ..........................................................22

vii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

viii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Unit penukar kalor adalah suatu alat untuk memindahkan panas fluida ke
fluida yang lain. Sebagian besar dari industri-industri yang berkaitan dengan
pemperosesan selalu menggunakan alat ini, sehingga alat penukar kalor ini
mempunyai peran penting dalam suatu proses produksi atau operasi. Salah satu
tipe dari alat penukar kalor yang banyak dipakai adalah Shell and Tube Heat
Exchanger. Alat ini terdiri dari sebuah shell selindris dibagian luar dan sejumlah
tube (tube bundle) dibagian dalam, dimana temperatur fluida didalam tube
berbeda dengan diluar tube sehingga terjadi perpindahan panas antara fluida
didalam tube dan diluar dari tube. Adapun daerah yang berhubungan dengan
bagian dalam pipa disebut dengan tube side dan diluar dari tube adalah shell side.
Banyak permasalahan yang masih ditimbulkan dari heat exchanger yang
ada di lapangan, misalnya panas yang ditransfer oleh heat exchanger kurang
maksimal, sehingga terjadi penurunan tekanan. Hal ini berindikasi pada tingginya
biaya untuk listrik dan perawatan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, adalah memperluas perpindahan
kalor, membuat aliran turbulen dalam tube serta memakai bahan yang mempunyai
konduktivitas tinggi. Untuk memperluas permukaan heat exchanger ada yang
dilakukan dengan memperbesar permukaan tube bagian dalam dan ada yang
dilakukan dengan penambahan sirip pada tube, dan sekaligus membentuk aliran
turbulen dibagian luar tube. Namun adanya sirip tersebut akan menurunkan
tekanan.
Idealnya heat exchanger mempunyai koefisien perpindahan kalor
menyeluruh yang tinggi sehingga mampu mentransfer kalor dengan baik. Maka
pada penelitian ini akan menggunakan sirip berbentuk siku empat, pada berbagai
bahan yaitu: aluminium, tembaga, stainless steel, memvariasi jarak dan jumlah
sirip pada tube. Dimana sirip berbentuk siku empat memiliki keunggulan
dibandingkan dengan sirip bentuk lain, diantaranya adalah tidak terjadinya

1
turbulensi pada fluida yang mengalir didalam heat exchanger sehingga tidak
mengakibatkan penurunan tekanan yang begitu besar.

1.2 Rumusan Masalah


Dengan memperhatikan pokok permasalahan pada latar belakang maka
diambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh variasi jarak sirip berbentuk siku empat terhadap
perpindahan kalor menyeluruh dan penurunan tekanan pada heat
exchanger pipa ganda.
2. Bagaimana pengaruh variasi jumlah sirip berbentuk siku empat
terhadap perpindahan kalor menyeluruh dan penurunan tekanan pada
heat exchanger pipa ganda.
3. Bagaimana pengaruh variasi material terhadap perpindahan kalor
menyeluruh pada heat exchanger pipa ganda.

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang diatas maka maksud dan tujuan yang akan
dicapai dalam tugas akhir ini, sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh variasi jarak sirip berbentuk siku empat terhadap
perpindahan panas dan penurunan tekanan pada heat exchanger pipa
ganda.
2. Mengetahui pengaruh variasi jumlah sirip berbentuk siku empat
terhadap perpindahan panas dan penurunan tekanan pada heat
exchanger pipa ganda.
3. Mengetahui pengaruh variasi bahan terhadap perpindahan kalor
menyeluruh pada heat exchanger pipa ganda.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang didapat dari penulisan tugas akhir ini adalah sebagai
berikut :

2
1. Dapat menambah pengetahuan mengenai pengaruh variasi jarak sirip
siku empat, jumlah sirip siku empat, dan bahan yang digunakan pada
heat exchanger pipa ganda.
2. Dapat memberi informasi dan masukan kepada pembaca dan penulis
sebagai pengembangan serta penyempurnaan pada heat exchanger
pipa ganda.
3. Sebagai pembelajaran untuk penulis dan instansi yang terkait dengan
permasalahan yang disebutkan

1.5 Batasan Masalah


Batasan masalah yang digunakan sebagai arah serta acuan dalam penulisan
tugas akhir, maka batasan masalah tugas akhir sebagai berikut :
1. Variasi jarak sirip siku empat yang digunakan pada heat exchanger
yaitu 10 cm, 15 cm 20 cm.
2. Variasi jumlah sirip siku empat yang digunakan pada heat exchanger
adalah 4 dan 6.
3. Bahan yang digunakan adalah aluminium, tembaga, dan stainless
steel.

3
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Heat Exchanger


Heat Exchanger adalah peralatan yang digunakan untuk memindahkan
panas dari sistem ke sistem lain dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun
pendingin. Biasanya, medium pemanas yang dipakai adalah air yang dipanaskan
sebagai fluida panas dan air biasa sebagai pendingin (cooling water). Penukar
panas dirancang sedemikian rupa agar perpindahan panas antar fluida dapat
berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik
antara fluida terdapat dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur
langsung (direct contact)
Secara umum heat exchanger dapat dikelompokan menjadi tiga bagian
yaitu:
1. Regenerator
Yaitu heat exchanger dimana fluida panas dan dingin mengalir secara
bergantian melalui saluran yang sama.
2. Heat exchanger tipe terbuka (Open type heat exchanger)
Yaitu heat exchanger dimana fluida panas dan dingin terjadi kontak
secara langsung (tanpa adanya pemisah).
3. Heat exchanger tipe tertutup (Open type heat exchanger)
Yaitu heat exchanger dimana fluida panas dan dingin tidak terjadi
kontak secara langsung tetapi dipisahkan oleh diding pipa atau suatu
permukaan baik berupa diding datar atau lengkung.
Sedangkan untuk tipe heat exchanger berdasarkan aliran fluidanya dapat
dikelompokan menjadi parallel-flow, counter-flow, dan cross-flow. Parellel-flow
atau aliran searah adalah apabila fluida-fluida dalam pipa heat exchanger mengalir
secara searah, sedangkan counter-flow atau aliran yang berlawanan. Cross-flow
atau sering disebut dengan aliran silang adalah apabila fluida-fluida yang
mengalir.

5
2.2 Prinsip dan Teori Dasar Perpindahan Panas
Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu
tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama
sekali. Dalam suatu proses, panas dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu
suatu zat dan atau perubahan tekanan, reaksi kimia dan kelistrikan.
Proses terjadinya perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung,
yaitu fluida yang panas akan bercampur secara langsung dengan fluida dingin
tanpa adanya pemisah, dan secara tidak langsung, yaitu bila diantara fluida
panas dan fluida dingin tidak berhubungan langsung tetapi dipisahkan oleh sekat-
sekat pemisah.

Gambar 2.1 Perpindahan panas pada heat exchanger


( Sumber : Incropera & DeWitt, 2001 )

2.3 Perpindahan Panas Konduksi


Perpindahan panas secara konduksi adalah proses perpindahan panas
dimana panas mengalir dari tempat yang bersuhu tinggi menuju ke tempat yang
bersuhu rendah dalam suatu medium atau antara medium-medium yang berlainan
dan bersinggungan secara langsung.

Gambar 2.2 Perpindahan panas konduksi pada dinding


( Sumber : J.P Holman)

6
Secara umum laju aliran panas secara konduksi dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :

........................................................................................... (2.1)

keterangan :
q = laju aliran kalor (W)
k = konduktifitas thermal bahan (W/m2
A = luas penampang (m2)
dT = perbedaan temperatur
dx = perbedaan jarak (m/s)
Hubungan dasar aliran panas melalui konduksi adalah perbandingan anta
laju aliran panas yang melintas permukaan isothermal dan gradient yang terdapat
pada permukaan tersebut berlaku pada setiap titik dalam suatu benda pada setiap
waktu yang dikenal dengan hukum fourier.
Dalam hukum fourier pada dinding datar, jika persamaan tersebut
diintegrasikan maka akan didapatkan:

.......................................................................................... (2.2)

2.3.1 Konduktivitas Thermal


Tetapan kesembandingan (k) adalah sifat fisik bahan atau material
yang disebut konduktivitas thermal. Persamaan (2.1) merupakan
persamaan dasar tentang konduktivitas thermal. Berdasarkan rumusan itu
maka dapatlah dilaksankan pengukuran dalam percobaan untuk
menentukan konduktivitas thermal berbagai bahan. Pada umumnya
konduktivitas thermal itu sangat tergantung pada suhu.
Tabel 2.1 Nilai Konduktivitas Thermal Beberapa Material
Bahan W/m. BTU/h.ft.
Logam
Perak ( murni ) 410 237
Tembaga ( murni ) 385 223
Aluminium ( murni ) 202 117

7
Tabel 2.2 Nilai Konduktivitas Thermal Beberapa Material
Nikel ( murni ) 93 54
Besi ( murni ) 73 42
Baja karbon, 1% C 43 25
Timbal ( murni ) 35 20,3
Baja karbon-nikel ( 18% cr, 8% ni ) 16,5 9,4
Non Logam
Magnesit 4,15 2,4
Marmar 2,08 – 2,94 1,2 – 1,7
Batu pasir 1,83 1,06
Kaca, jendela 0,78 0,45
Kayu maple atau ek 0,17 0,096
Wol kaca 0,038 0,022
Zat Cair
Air-raksa 8,12 4,74
Air 0,556 0,327
Amonia 0,540 0,312
Minyak lumas, SAE 50 0,147 0,042
Freon 12, 22 FCCI 0,073 0,042
Gas
Hidrogen 0,175 0,101
Helium 0,141 0,081
Udara 0,024 0,0139
Uap air ( jenuh ) 0,0206 0,119
Karbon dioksida 0,0146 0,00844
( Sumber : J.P. Holman, hal: 7 )

2.4 Perpindahan Panas Konveksi


Konveksi adalah perpindahan kalor atau panas yang disertai dengan
perpindahan zat perantaranya. Konveksi agak mirip dengan konduksi. Bedanya,

8
konduksi adalah perpindahan kalor tanpa disertai zat perantara sedangkan
konveksi merupakan perpindahan kalor yang diikuti zat perantara.

Gambar 2.3 Perpindahan panas secara konveksi


( Sumber : J.P. Holman)
Secara umum rumus laju aliran kalor pada perpindahan panas secara
konduksi dapat di rumuskan sebagai berikut :
...................................................................................(2.3)
keterangan :
q = laju perpindahan panas ( W )
h = koefisien perpindahan panas konveksi ( W/m2. )
A = luas penampang ( m2 )
Tw = suhu dinding
= suhu lingkungan

2.4.1 Konveksi Bebas


Konveksi bebas terjadi karena adanya perbedaan massa jenis yang
disebabkan oleh perbedaan temperatur. Misalkan ada sebuah benda
disambung dalam suatu fluida yang suhunya lebih tinggi atau lebih rendah
daripada suhu benda tersebut. Akibat adanya perbedaan suhu, kalor
mengalir diantara benda sehingga fluida yang berada dekat benda
mengalami perubahan rapat massa. Perbedaan rapat massa ini akan
menimbulkan arus konveksi. Fluida dengan rapat massa yang lebih kecil
akan mengalir keatas dengan fluida yang rapat massanya lebih besar. Jika
gerakan fluida ini hanya disebabkan adanya perbedaan rapat massa akibat

9
adanya perbedaan suhu, maka mekanisme ini yang dinamakan dengan
perpindahan panas konveksi bebas.

2.4.2 Konveksi Paksa


Konveksi paksa adalah proses perpindahan kalor konveksi yang
terjadi dikarenakan adanya perbedaan suhu yang ditandai dengan adanya
fluida yang bergerak disebabkan oleh adanya alat bantu seperti kipas dan
pompa. Koefisien perpindahan kalor ini lebih besar dibandingkan dengan
konveksi bebas sehingga proses pendinginan berlangsung lebih cepat.
Untuk menghitung laju perpindahan kalor konveksi paksa perlu diketahui
dulu koefisien perpindahan kalor konveksi h yang dapat dihitung dengan
menggunakan bilangan Nusselt. Bilangan Nusselt dapat dicari dengan
menggunakan bilangan Reynold. Bilangan Nusselt harus sesuai dengan
aliran fluidanya, karena bilangan Nusselt untuk setiap aliran fluida
berbeda-beda ( laminer, transisi, atau turbulen )

2.4.3 Bilangan Nusselt ( Nu )


Dari bilangan Nusselt ( Nu ), dapat diperoleh nilai koefisien
perpindahan kalor konveksi.

................................................................................... (2.4)

keterangan:
Nu = bilangan Nusselt
k = konduktivitas thermal fluida
h = koefisien perpindahan panas konveksi fluida

2.4.4 Aliran Laminer


Syarat aliran laminer pada plat atau bidang datar adalah Re < 5 x
5
10 dan bilangan reynold dapat dicari dengan rumus:
................................................................................ (2.5)

2.4.5 Aliran Turbulen


Syarat aliran tubulen adalah 5 x 105 < Re < 107 dan persamaan
Nusselt dengan x = 0 sampai dengan x = L

10
Nu = .................................................. (2.6)

2.5 Perpindahan Panas Radiasi


Radiasi adalah perpindahan panas atau kalor tanpa adanya zat perantara.
Perpindahan panas ini mengalir dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang
suhu lenih rendah bila benda-benda itu terpisah didalam ruangan, bahkan jika
terdapat ruang hampa diantara benda-benda tersebut.

Gambar 2.4 Perpindahan panas secara radiasi


( Sumber : J.P Holman)
Energi radiasi dikeluarkan oleh benda karena temperatur, yang
dipandahkan melalui ruang antara, dalam bentuk gelombang elektromagnetik.
Bila energi radiasi menimpa suatu bahan, maka sebagian radiasi dipantulkan,
sebagian diserap dan sebagian diteruskan seperti gambar 2.3. sedangkan besarnya
energi :

.................................................................... (2.7)

keterangan :
P = daya radiasi/energi setiap waktu (Watt)
Q = kalor (Joule)
t = waktu (s)
e = emisitivitas bahan
σ = konstanta stefan boltzman (5,67 x 10-8)
A = luas penampang (m2)
T = suhu

11
2.6 Tekanan
Tekanan dinyatakan sebagai gaya per satuan luas. Untuk keadaan dimana
gaya (F) terdistribusi merata atas suatu luas (A), maka :
..................................................................................................... (2.8)

keterangan :
P = tekanan fluida (Pa atau N/m2)
F = gaya (N)
A = luas (m2)

2.7 Lapis Batas Thermal


Lapisan batas thermal (Thermal Boundary Layer) adalah daerah dimana
terdapat gradient suhu dalam aliran. Gradient suhu ini adalah akibat proses
pertukaran kalor antara fluida dengan dinding tabung.

2.7.1 Panjang Masuk Thermal dan Hidrodinamik


Panjang masuk hidrodinamika adalah panjang yang diperlukan
saluran masuk tabung untuk mencapai kecepatan maksimum dari besaran
aliran berkembang penuh. Sedang panjang kalor thermal adalah panjang
yang dibutuhkan dari awal daerah perpindahan kalor untuk mencapai
angka Nusselt local (Nu). Jika perpindahan kalor ke fluida dimulai segera
setelah fluida memasuki saluran, lapisan batas kalor dan kecepatan mulai
berkembang dengan cepat, maka keduanya diukur dari depan saluran.

2.7.2 Aliran Terbentuk Penuh


Apabila fluida memasuki tabung dengan kecepatan seragam, fluida
akan melakukan kontak dengan dinding tabung sehingga viskositas
menjadi penting

2.8 Koefisien Perpindahan Kalor Menyeluruh


Besarnya koefisien perpindahan kalor menyeluruh suatu alat penukar kalor
pipa ganda merupakan kebalikan dari tahanan keseluruhan. Tahanan keseluruhan

12
terhadap perpindahan kalor ini adalah jumlah semua tahanan perpindahan panas
pada lat penukar kalor pipa ganda. Tahapan ini meliputi konveksi fluida, yahanan
konduksi karena tebal tube, efisiensi total permukaan luar, effisiensi total
permukaan dalam.
....................................................................... (2.9)

keterangan :
Rk wall = tahanan thermal dinding dimana dipasang sirip
ηti = efisiensi total unutk permukaan dalam
ηto = efisiensi total unutk permukaan luar
A0 = total luas permukaan luar (m2)
Ai = total luas permukaan dalam (m2)
h0 = koefisien pipa bagian luar (W/m2.K)
hi = koefisien pipa bagian dalam (W/m2.K)
Sedangkan tahanan thermal dimana sirip menempel pada dinding (Rk wall)
adalah :

................................................................................ (2.10)

keterangan :
k
l = panjang alat penukar kalor (m)

2.8.1 Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi Pipa Bagian Dalam (hi)


................................................................................. (2.11)

keterangan :
Nu = bilangan Nusselt
k = konduktivitas thermal (W/m2
Dh = diameter hidrolis (m)

Dh = ................................................................... (2.12)

2.8.2 Koefisien Perpindahan Kalor Konveksi Bagian Luar (h0)


................................................................................ (2.13)

13
keterangan :
Nu = bilangan Nusselt
k
Dh = diameter hidrolis (m)

Dh = ................................................. (2.14)

Untuk sirip 4

Gambar 2.5 Diameter hidrolik untuk sirip berjumlah 4


( Sumber : www.researchgate.net )

( ( )) ( )
....................................................... (2.15)

Untuk sirip 6

Gambar 2.6 Diameter hidrolik untuk sirip berjumlah 6


( Sumber : www.researchgate.net )

( ) ( )
.......................................................... (2.16)

Untuk memperoleh efisiensi total dari permukaan yang bersirip,


maka bagian permukaan yang tidak bersirip digabungkan, yang
berefisiensi 100%, dengan luas permukaan sirip- py gb ηf.
............................. (2.17)
keterangan :
A = luas penampang kalor total

14
Af = luas perpindahan panas sirip-sirip
Untuk menunjukan efektifitas sirip dalam memindahkan sejumlah
kalor tertentu, maka dirumuskan parameter yang disebut efisiensi sirip (fin
efficiency) :
Efisiensi sirip = ...................................................... (2.18)

2.9 Sirip
Sirip merupakan suatu piranti yang berfungsi untuk mempercepat proses
pembuangan kalor dengan cara memperluas luas permukaan benda. Ketika suatu
benda mengalami perpindahan panas secara konveksi, maka laju perpindahan
panas dari benda tersebut dapat dipercepat dengan cara memasang sirip sehingga
luas permukaan benda semakin luas dan pendinginannya dapat dipercepat.

Gambar 2.7 Berbagai jenis bentuk sirip


( Sumber : www.artikel-teknologi.com )
Efisiensi sirip yang maksimum tidak didapatkan berdasarkan panjang
sebuah sirip. Namun, efisiensi maksimum sirip bisa didapatkan dari kualitas
material, dan proses untuk meningkatkan efisiensi ini jelas mampu dapat
meningkatkan pula laju aliran kalor yang dapat dibuang oleh sirip. Perlu dicatat,
jika nilai h koefisien konveksi pada fluida berkecepatan tinggi atau fluida bersuhu
tinggi, maka sirip dapat mengakibatkan berkurangnya perpindahan kalor. Hal ini

15
dikarenakan dibandingkan dengan tahanan konveksi, tahanan konduksi
merupakan halangan yang lebih besar terhadap aliran kalor.

2.9 Penelitian Terdahulu


Purwadi, PK (2008) telah melakukan penelitian tentang efisiensi dan
efektivitas sirip longitudinal dengan profil segitiga. Perhitungan distribusi suhu
pada sirip dilakukan secara simulasi numerik. Dengan diketahui nilai distribusi
suhu, laju aliran kalor, yang sesungguhnya dilepas sirip.
Christophorus Defta Nur Aji (2019) telah melakukan penelitian efisensi
dan efektivitas sirip dengan penampang belah ketupat. Penelitian ini bertujuan
untuk membuat program untuk menghitung laju aliran kalor, efisiensi, dan
efektivitas sirip.
Muhammad Awwaluddin, (2007) telah melakukan penelitian untuk
mengetahui koefisien dari heat exchanger dengan profil sirip berbentuk segitiga.
Dengan melakukan variasi jarak serta jumlah dari sirip segitiga tersebut
menggunakan analogi perpindahan panas kalor pada heat exchanger.

16
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


3.1.1 Waktu
Pelaksanaan pengerjaan Tugas Akhir ini dilakukan dengan
beberapa tahap. Tahapan pertama dilakukan dengan melakukan konsultasi
dengan dosen tentang permasalahan yang akan dijadikan Tugas Akhir.
Pengerjaan Tugas Akhir dimulai pada bulan Desember 2019 diawali
dengan pengajuan proposal dan dilanjutkan hingga 6 bulan setelah
pengajuan proposal.
3.1.2 Tempat Penelitian
Studi literatur, pengerjaan simulasi, dan analisa dilakukan di
Kampus Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS).

3.2 Variabel Penelitian


Adapun variabel yang digunakan pada penelitian ini :
1. Variasi jumlah sirip
Jumlah sirip yang digunakan dalam penalitian ini adalah 4 cm dan 6
cm.
2. Variasi jarak sirip
Jarak sirip dapat divariasi dari 10 cm, 15 cm, 20 cm. Untuk
mengetahui pengaruh kerapatan sirip terhadap koefisien perpindahan
kalor.
3. Variasi bahan sirip
Bahan yang digunnakan dalam penelitian ini adalah Aluminium,
Stainless Steel, dan Tembaga.

17
3.3 Rancangan Percobaan
Tabel 3.1 Koefisien Perpindahan Panas Total
Material Jumlah Sirip Jarak Sirip (cm) Koefisien (W/m2C)
4 10
4 15
4 20
Tembaga
6 10
6 15
6 20
4 10
4 15
4 20
Aluminium
6 10
6 15
6 20
4 10
4 15
Stainless 4 20
Steel 6 10
6 15
6 20

18
3.4 Diagram Alir

19
3.5 Langkah-Langkah Pelaksanaan
Secara urutan, tahapan pelaksanaan Tugas Akhir dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Identifikasi Masalah
Pada tahap awal pengerjaan ini difokuskan pada identifikasi masalah
dan perumusan masalah yang terkait dengan perpindahan kalor pada
heat exchanger. Pengembangan analisa dari perpindahan kalor pada
heat exchanger ini dengan menambahkan sirip dengan bentuk siku.
2. Studi Literatur
Untuk studi literatur perlu pemahaman dasar tentang porses kerja heat
exchanger, pemahaman mengenai pengaruh bentuk sirip terhadap
perpindahan kalor pada heat exchanger, dan semuanya yang menjadi
tema dalam penelitian ini.
3. Pengujian
Pada tahap pengujian ini menggunakan variabel-variabel yang ditelah
ditentukan dengan menghitung nilai koefisien menggunakan rumus-
rumus yang tercantum.
4. Pengambilan Data
Pada tahap ini, pengambilan data dari variabel-variabel yang telah
didapat dari perhitungan sebelumnya.
5. Data Homogen
Setelah dilakukan pengambilan data dari perhitungan yang dilakukan,
maka akan didapatkan data homogen dari hasil perhitungan.
6. Pengaruh Jarak
Pada tahap pengaruh jarak dapat diketahui pengaruh variasi jarak sirip
berbentuk siku empat terhadap kinerja heat exchanger.
7. Pengaruh Jumlah
Pada tahap pengaruh jumlah dapat diketahui pengaruh variasi jumlah
sirip berbentuk siku empat terhadap kinerja heat exchanger.

20
8. Pengaruh Bahan
Pada tahap pengaruh bahan atau material dapat diketahui pengaruh
variasi bahan atau material yang digunakan untuk sirip berbentuk siku
empat terhadap kinerja heat exchanger.
9. Analisa
Setelah data-data dikumpulkan maka dapat dilakukan analisa pada
nilai koefisien dari perpindahan panas total pada heat exchanger.
10. Kesimpulan
Pada tahap ini setelah selesai dilakukan analisa pada setiap variabel
maka didapatkan kesimpulan pada penelitian ini.

21
3.6 Jadwal Pelaksanaan Tugas Akhir
Jadwal pelaksanaan Tugas Akhir sesuai dengan diagram alir
Tabel 3.2 Tabel Jadwal Pelaksanakan Tugas Akhir
Bobot Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
No Kegiatan Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke
% 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Identifikasi Masalah 6
2 Studi Literatur 6
3 Pengujian 20
4 Pengambilan Data 10
5 Data Homogen 15
6 Pengaruh Jarak 8
7 Pengaruh Jumlah 8
8 Pengaruh Bahan 8
9 Analisa 13
10 Kesimpulan 6
Progress Tugas Akhir 100

22
DAFTAR PUSTAKA

Awwaluddin, M. (2007) Analisis Perpindahan Kalor Pada Heat Exchanger Pipa


Ganda Dengan Sirip Berbentuk Delta Wing.
Incropera, F. dan DeWitt. (2001) Fundamentals Of Heat And Mass Transfer.
Holman, J. . (1991) Perpindahan Kalor.
Kreith, F. (1999) Prinsip-prinsip Perpindahan Panas.
P w , P 2015 ‘E S pB b S ’, Mekanika, 9.
S w , D 2015 ‘Perpindahan Panas Pada Heat Exchanger Double Pipa
D g S pB b S E p ’, 10

23

Anda mungkin juga menyukai