Anda di halaman 1dari 12

PEMODELAN KETERSEDIAAN AIR UNTUK PERENCANAAN

PENGENDALIAN BANJIR KALI BLORONG KABUPATEN KENDAL

Dewi Liesnoor Setyowati


Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

Abstract : At centered of Blorong watershed happened switching function of farm run quickly,
towards to form of setlement area, causes happened improvement of floods at downstream Kali
Blorong. Making base concept of water availability model is water balance. Software yielded in the
form of KTSAIRDAS.EXE is made with program delphi version 7. Result of examination shows
relationship enough signifikan between debits result of model with result of measurement in field.
Test value t-tes shows value t-model 0,97 bigger than t-table 0,576, told model applicable to
analyse water availability in Blorong watershed by doing simulation. Debit ratio value yielded from
various alternative of land uses shows smallest debit ratio value at first alternative 27,64. The
biggest ratio value at alternative of 3 is 28,48. Although result of debit ratio in Blorong watershed
still at tolerance threshold boundary, but current debit Kali Blorong has value to range from 27,64 to
28,48 closing stall number. Degradation of ratio is not followed with improvement of farm production
rate. Evaluated from aspect produce of farm, hence composition of farm wide in the form of
reduction of area of rice field and garden, can reduce debit ratio but produce of farm declines.

Key-words : debt result of model, debt ratio

Abstrak : DAS merupakan suatu ekosistem yang memiliki kekomplekan variabel, untuk
mempermudah dalam melakukan analisis sistem maka diperlukan pemodelan. Pemodelan dapat
menyederhanakan sistem dengan tetap mempertahankan karakteristiknya. Model ketersediaan air
disusun dalam rangka melakukan upaya perencanaan pengelolaan DAS, dinamakan software
model KTSAIRDAS. EXE. Pengujian model secara grafis dan uji statistik menunjukkan bahwa
terdapat hubungan cukup signifikan antara debit hasil model dengan hasil pengukuran lapangan.
Model dapat digunakan untuk analisis ketersediaan air suatu DAS dengan melakukan simulasi
berbagai alternatif penggunaan lahan. Nilai rasio debit Kali Blorong berkisar antara 27,64 sampai
28,48 mendekati angka kritis. Berdasarkan aspek produksi lahan, pengurangan lahan sawah dan
kebun, dapat menurunkan rasio debit dan produksi juga menurun. Analisis aspek ekonomi
termasuk merugikan karena terganggunya suplai beras dan tanaman tegalan yang diperlukan
untuk menopang kehidupan masyarakat. Upaya pengendalian banjir Kali Blorong dapat ditekan
dengan melakukan perencanaan simulasi penggunaan lahan sampai memperoleh angka rasio
debit kecil, dengan harapan produksi lahan juga meningkat sehingga dari aspek ekonomi
menguntungkan masyarakat.

Kata kunci: Model ketersediaan air, rasio debit

semakin besarnya angka rasio antara debit


PENDAHULUAN
maksimum pada musim hujan dengan debit
Akhir-akhir ini timbul kekhawatiran akan
minimum pada musim kemarau, serta semakin
semakin meningkatnya kerusakan berbagai
mundurnya produktivitas lahan terutama di
daerah aliran sungai (DAS) di Indonesia, pada
bagian hulu DAS.
musim hujan semakin banyak sungai yang
Kegiatan manusia yang bersifat merubah
meluap dan banjir sedangkan pada musim
tipe atau jenis penutup lahan dalam suatu DAS
kemarau banyak wilayah mengalami
seringkali dapat memperbesar atau
kekeringan. Diantara masalah yang cukup
memperkecil hasil air (water yield). Perubahan
dianggap mendesak dan perlu penanggulangan
dari jenis vegetasi hutan, perladangan
serius adalah semakin kritisnya keadaan
berpindah, atau perubahan tataguna lahan
hidrologi beberapa sungai yang ditandai dengan
hutan menjadi areal pertanian atau padang

Pemodelan ketersediaan Air untuk Perencanaan Pengendalian Banjir Kali Blorong ......... – Dewi Liesnoor Setyowati 127
rumput adalah contoh-contoh kegiatan yang atau watershed, merupakan wilayah yang
sering dijumpai di daerah hulu sungai. Perilaku dibatasi oleh pemisah topografik atau igir. Selain
masyarakat dalam mengolah tanah dan merupakan wilayah ketersediaan air, DAS juga
mengelola lahan secara tidak benar akan merupakan suatu ekosistem. Unsur-unsur yang
menimbulkan degradasi lingkungan, sehingga terdapat di dalam DAS meliputi sumberdaya
memperbesar limpasan air. Kebanyakan alam (tanah, vegetasi, dan air) dan manusia
masyarakat menginginkan prodiktivitas yang (sebagai pelaku pendayagunaan). Antara unsur-
tinggi tanpa menghiraukan terjadinya penurunan unsur tersebut terjadi proses hubungan timbal
kualitas lingkungan. balik dan saling mempengaruhi, dalam
Kali Blorong merupakan sungai yang sumberdaya alam antara tanah, air, dan
terletak di Kabupaten Kendal, memiliki luas vegetasi saling terkait sehingga menghasilkan
2
157,5 km . Kejadian banjir di Kabupaten Kendal suatu produk tertentu dan kondisi air tertentu
selama tahun 2004-2005 tidak hanya terjadi yang pada akhirnya berpengaruh pada
pada musim penghujan saja, tetapi terjadi pada kehidupan manusia. Hasil akhir dari proses
musim kemarau. Masalah utama DAS Blorong hubungan timbal balik dan saling
terletak pada, bagian tengah DAS terjadi alih mempengaruhi tersebut adalah kondisi
fungsi lahan yang berjalan sangat cepat, menuju hidroorologis wilayah DAS.
ke bentuk kawasan permukiman Boja sebagai Pada siklus hidrologi terdapat beberapa
akibat dari perluasan Kota Semarang, akibatnya proses yang saling terkait mencerminkan
terjadinya peningkatan frekuensi banjir pada pergerakan air, meliputi proses presipitasi,
kawasan hilir Kali Blorong. Partisipasi evaporasi, transpirasi, intersepsi, infiltrasi,
masyarakat dalam mengelola lahan, perkolasi, aliran limpasan, aliran air bawah
penebangan hutan, dan alih fungsi lahan tanah. Selanjutnya proses Evapotranspirasi,
diidentifikasi sebagai faktor pendorong intersepsi, infiltrasi, perkolasi, aliran disebut
meningkatkan frekuensi banjir DAS Blorong. sebagai komponen ketersediaan air.
Tujuan utama penelitian ini adalah Pergerakan air pada suatu DAS merupakan
mengembangkan model pengendalian banjir manifestasi dari siklus hidrologi untuk mencapai
berbasis spasial biofisik, produktivitas lahan, keseimbangan ketersediaan air di bumi. Konsep
dan perilaku masyarakat, sebagai alat untuk keseimbangan air adalah water balance atau
melakukan perencanaan pengelolaan DAS. persamaan air (viessman et.al, 1977, Arsyad,
Pada tahun pertama tujuan penelitian 1989), yaitu:
difokuskan pada tiga tujuan pertama yaitu AP = P - IN - ET – PE – dSA
menyusun basisdata spasial dan basisdata non Aliran permukaan (AP); curah hujan (P);
spasial, serta membuat model hidrologi intersepsi (IN); evapotranspirasi (ET); Perkolasi
ketersediaan air. (PE); dan perubahan simpanan air (∆SA).
Proses pergerakan air tersebut dapat ditiru dan
TINJAUAN PUSTAKA diwujudkan dalam bentuk model.
DAS atau daerah aliran sungai, dalam Pemodelan hidrologi untuk perhitungan
istilah asing disebut catchment area, river basin, limpasan telah banyak dikembangkan sejak

128 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 10 – Juli 2008, hal: 127 - 138
tahun 1960-an, mulai dari yang sangat produktivitas tanaman, serta perilaku
sederhana hingga pemodelan yang rumit. masyarakat dalam mengelola lahan; data
Pemodelan yang rumit ini umumnya tersusun sekunder diperoleh dari lapangan, terdiri dari
dari sub-model yang masing-masing data curah hujan, debit, dan biofisik DAS; data
menerangkan proses-proses hidrologi (Hadi, spasial berupa citra landsat dan peta-peta
2003). Model tentang pengalihragaman hujan pendukung lainnya.
menjadi aliran yang paling sederhana dan Pada penelitian ini diperoleh basisdata
sampai saat ini masih digunakan di Indonesia spasial, basisdata non spasial, dan pembuatan
maupun negara lain yaitu merode Rasional. software program ketersediaan air. Tahapan
Pengembangan model pengalihragaman hujan penelitian meliputi,
menjadi aliran telah banyak dilakukan. 1. Tahap Pengumpulan data meliputi data
Manusia dan lahan sangat erat kaitannya, primer dan data sekunder.
manusia tinggal pada lahan dan melakukan 2. Tahap Pengolahan Data Non Spasial
berbagai aktivitas terhadap lahan, tercermin dari a. Pengolahan data hujan, penggunaan
perilakunya. Konsep perilaku masyarakat sulit lahan, dan debit aliran sungai.
ditemukan, karena sangat variatif dan b. Pengolahan data Biofisik DAS dan
tergantung pada lingkungan dimana manusia morfometri DAS.
tinggal. Pada prinsipnya perilaku merupakan c. Pengolahan data Perilaku dan Aspirasi
tingkah laku, tindak tanduk, dan perbuatan Masyarakat.
seseorang terhadap lingkungan sekitarnya. 3. Tahap Pembuatan Data Spasial
Perilaku manusia terhadap lahan harus selalu a. Interpretasi Citra, dilakukan untuk
diupayakan harmonis, manusia harus mengenali sifat dan karakteristik jenis
memperhatikan keseimbangan dan kelestarian obyek yang terdapat pada citra foto atau
lingkungan. landsat. Unsur interpretasi yang
digunakan yaitu bentuk, pola, rona,
ukuran, tekstur, bayangan, situs, dan
METODE PENELITIAN
asosiasi.
Penelitian dilakukan pada salah satu
b. Digitasi, merupakan proses pengubahan
wilayah sungai di Kabupaten Kendal, yaitu DAS
data grafis analog yaitu peta topografi,
Blorong. Alasan yang mendasari pemilihan DAS
peta jaringan sungai, peta tanah dan
Blorong antara lain karena problem banjir selalu
satuan lahan dan peta penggunaan
terjadi setiap tahun dengan indikasi bencana
lahan, menjadi data grafis digital dalam
semakin meluas, terjadi perubahan penggunaan
struktur vektor dengan menggunakan
lahan yang kompleks pada kawasan hulu
digitizer dan komputer software Arc/Info
sungai.
dan Arc/View.
Materi penelitian berupa data primer dan
4. Pembuatan model ketersediaan air
sekunder. Data primer diambil langsung di
Model hidrologi tentang ketersediaan air
lapangan berupa pengambilan sampel tanah di
dibuat untuk mengetahui proses pergerakan air
lapangan, ceking penggunaan lahan dan
di bumi, mulai dari hujan jatuh ke bumi, proses

Pemodelan ketersediaan Air untuk Perencanaan Pengendalian Banjir Kali Blorong ......... – Dewi Liesnoor Setyowati 129
pergerakan air pada vegetasi, tanah, dan software, meliputi proses: curah hujan, sebagai
limpasan sampai pada proses penguapan air ke input utama dalam model, intersepsi, infiltrasi,
udara. evapotranspirasi, cadangan air tanah, aliran
Proses Dinamik dalam tahap pemodelan permukaan (runoff) sebagai output model.
hidrologi adalah menyusun proses dalam bentuk

Tabel 1. Algoritma Penyusunan Model Hidrologi Ketersediaan Air


1. Curah Hujan = CH
CHHi = LH / LDAS x CHDASi x IKH CHTi = LT / LDAS x CHDASi x IKT
CHKi = LK / LDAS x CHDASi x IKK CHPi = LP / LDAS x CHDASi x IKP
CHSi = LS / LDAS x CHDASi x IKS
2. Laju Penumpukan Biomassa (kandungan air fisiologis) (LB)
LBHi LBTi
=NPPH/1000*1,41198*LH/LDAS*ETPi/ETP =NPPT/1000*1,41198*LT/LDAS*ETPi/ETP
LBKi LBPi
=NPPK/1000*1,41198*LK/LDAS*ETPi/ETP =NPPP/1000*1,41198*LP/LDAS*ETPi/ETP
LBSi
=NPPS/1000*1,41198*LS/LDAS*ETPi/ETP
3. Evapotranspirasi Potensial (ETP)
E = F1 R (1 - r) - F2 (0,1 + 0,9 S) + F3 (k + 0,01 w) - (Rumus Penman)
4. Evapotranspirasi Aktual (ETA)
Untuk CH > ETP maka ETA = ETP
Untuk CH ≤ ETP maka ETA = CH + perubahan CAD ( ∆ CAD)
5. Cadangan Air Tanah (CAT)
AAHPi ;
CAT i = CATM * k k = (P0 + P1) / CATM
6. Intersepsi (IT)
ITHi = 0,04 * ni + 0,18 CHHi ITTi = 0,004 * ni + 0,11 CHTi
ITKi = 0,004 * ni + 0,18 CHKi ITPi = 0,003 * ni + 0,15 CHPi
ITSi = 0,05 * ni + 0,09 CHSi TITi = ITHi + ITKi + ITSi + ITTi + ITPi
7. Alihan Vegetasi ke Tanah (AVT) – (Infiltrasi)
AVTHi = CHHi - INHi AVTTi = CHTi - INTi
AVTKi = CHKi - INKi AVTPi = CHPi - INPi
AVTSi = CHSi - INSi TAVTi = AVTHi + AVTKi + AVTSi + AVTTi +
AVTPi
8. Defisit (D) -------- D = ETP - ETA
9. Surplus (S) -------- Si = AT i - ∆ CADi
10. Limpasan / Runoff (R) --------- R i = 50 % (Si + R i-1)

LBHi = Laju penumpukan biomassa pada


Keterangan:
pola tata guna lahan bulan ke-i
CHHi, CHKi, CHSi, CHTi, CHPi = curah hujan pada
NPPH = produktivitas primer neto bagi
lahan hutan, kebun, sawah,
vegetasi bulan ke-i
tegalan, dan permukiman, bulan ke
ETP = evapotranspirasi potensial bulan ke
- i.
i
LH, LK, LS, LT, LP = luas pada lahan hutan,
CAT i = cadangan air tanah bulanan ke-i
kebun, sawah, tegalan, dan
CATM = cadangan air tanah maksimum,
permukiman;
selisih kadar air pada kapasitas
LDAS = luas DAS
lapang dengan titik layu permanen
IKH,IKK, IKS, IKT,IKP = nilai indeks
AAHPi = akumulasi potensi penguapan
kerapatan tajuk pada lahan hutan),
sampai bulan ke – i
kebun, sawah, tegalan, dan
P0 = 1,000412351
permukiman
P1 = -1,073807306

130 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 10 – Juli 2008, hal: 127 - 138
ITHi, ITKi, ITSi, ITTi, ITPi = intersepsi pada berupa KTSAIRDAS.EXE yang dibuat
lahan hutan, kebun, sawah,
menggunakan program delphi versi 7. Algoritma
tegalan, dan permukiman, pada
bulan ke-i penyusunan model ketersediaan air
AT = AIR TERSEDIA = ATST = Selisih
menggunakan rumus-rumus disajikan pada
antara curah hujan dengan
intersepsi dan evapotranspirasi Tabel 1, dengan skema pergerakan air seperti
Ri = Runoff pada bulan ke-i
Gambar 1. Hasil pengujian model dengan cara
Si = Surplus pada bulan ke-i
R (i-1) = Runoff pada bulan ke i-1. grafis dan uji statistik, untuk mengetahui
penyimpangan antara debit aliran hasil model
Konsep dasar pembuatan model hidrologi
dengan hasil pengukuran di lapangan. Teknik
ketersediaan air adalah neraca air
analisis meliputi spatial approach, ecological
(waterbalance). Software yang dihasilkan
analysis, dan statistical analysis.

Curah Hujan Bruto

Evapotranspirasi (ET)

Intersepsi Air (IN)

Curah Hujan Air Lolos Aliran Batang


Langsung

Curah Hujan Netto

Runoff (AP) Infiltrasi (IF)

Simpanan air
tanah (SA)

Fluktuasi Debit

Gambar 1. Rancangan Diagram Alir Model Hidrologi Ketersediaan Air

yang disusun dengan proses SIG (sistem


HASIL DAN PEMBAHASAN
informasi geografis) antara lain peta pola aliran,
Hasil penelitian meliputi: 1) penyusunan
peta geologi, peta tanah, peta lereng, peta
basisdata spasial berupa citra landsat, peta-peta

Pemodelan ketersediaan Air untuk Perencanaan Pengendalian Banjir Kali Blorong ......... – Dewi Liesnoor Setyowati 131
penggunaan lahan; 2) penyusunan basisdata Data rata-rata debit bulanan selama satu
non spasial meliputi data hujan, debit aliran, tahun dari bulan Januari sampai Desember
sifat fisik tanah, penggunaan lahan, karakteristik merupakan data hasil pengamatan lapangan
vegetasi, dan perilaku masyarakat dalam digunakan sebagai data pembanding debit hasil
mengelola lahan; 3) penyusunan model perhitungan model ketersediaan air. Apabila
ketersediaan air untuk pengendalian banjir yang data debit hasil keluaran model tidak beda jauh
dihasilkan berupa software program dengan data pengamatan lapangan maka model
KTSAIRDAS.EXE, dapat digunakan untuk dapat digunakan untuk melakukan simulasi atau
merencanakan luas dan jenis penggunaan eksperimentasi berbagai alternatif penggunaan
lahan optimal untuk disimulasikan pada lahan.
berbagai alternatif penggunaan lahan.
Karakteristik Penutup Lahan
Berdasarkan peta penggunaan lahan
Basisdata Hujan dan Debit Aliran Sungai
yang diperoleh dari peta Rupabumi skala 1 :
Hasil perhitungan data curah hujan rata-
25.000 dan citra Landsat TM tahun 2003 serta
rata bulanan selama 11 tahun disajikan pada
hasil ceking lapangan tahun 2006 diperoleh data
Tabel 2. Hasil perhitungan data hujan selama
penggunaan lahan terbaru. Jenis penggunaan
11 tahun (periode tahun 1995 sampai 2005)
yang ada di daerah penelitian (DAS Blorong)
menunjukkan bahwa rata-rata curah hujan
meliputi pemukiman, sawah, tegalan,
tahunan di DAS Blorong sebesar 3.060 mm.
Perkebunan, kebun campur dan hutan. Lahan
Curah hujan maksimum pada bulan Januari,
tegalan meliputi jagung dan ketela pohon, kebun
minimum bulan Agustus.
campur meliputi tanaman duren, petai, pisang
Debit aliran Kali Blorong dalam penelitian
dan kelapa.
ini diperoleh dari hasil pengukuran yang telah
Data luas dan persentase pada setiap
dilakukan oleh Balai Pengelolaan Sumberdaya
jenis penggunaan lahan disajikan pada Tabel 4.
Air (BPSDA) Kota Semarang berdasarkan hasil
Berdasarkan Tabel tersebut diperoleh data jenis
pencatatan tinggi muka air otomatis automatic
penggunaan lahan hutan dan kebun campuran
water level recorder (AWLR). Pencatatan data
sebesar 48,32%, lahan sawah seluas 20,90%,
tinggi muka air Kali Blorong selama periode
penggunaan lahan tegalan dan permukiman
tahun 1993 sampai tahun 2004 disajikan pada
seluas 30,78%.
Tabel 3.
Tabel 2. Data Curah Hujan Rata-rata bulanan di Kali Blorong Tahun 1995-2005

Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Jumlah
rata-rata 485 412 343 279 174 84 61 36 58 160 252 419 3.060

Sumber: Analisis data hujan tahun 1995 - 2005


Tabel 3. Data Tinggi Muka Air Kali Blorong Tahun 1993– 2004
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
rata-rata 206,8 204,0 183,1 152,2 89,2 72,6 34,9 28,2 47,1 65,5 112,7 193,0
Sumber: Hasil Analisis Data Balai Pengelolaan Sumberdaya Air Kota Semarang

132 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 10 – Juli 2008, hal: 127 - 138
Tabel 4. Jenis Penggunaan Lahan DAS Blorong
Luas Persentase
No Jenis Penggunaan Lahan 2
(Km ) (%)
1 Hutan 15,43 9,91
2 Kebun Campuran 59,81 38,41
3 Sawah 32,54 20,90
4 Tegalan 18,35 11,79
5 Permukiman 29,57 18,99
Jumlah 155,70 100,00
Sumber: Hasil delineasi peta Penggunaan lahan dengan Citra Landsat DAS
Blorong dan cek lapangan tahun 2006

Penyusunan Model Ketersediaan Air Langkah-langkah dalam menjalankan


Ketersediaan air mencerminkan keadaan program KTSAIRDAS.EXE diuraikan sebagai
kondisi air, tentang ada atau tidak adanya air di berikut.
dalam sistem DAS. Pergerakan air merupakan 1. Buka file KTSAIRDAS.EXE pada CD dengan
suatu rangkaian proses hidrologi siklus air yang cara mengklik dua kali. Selanjutnya muncul
terus berjalan dari waktu ke waktu, dimulai dari pembuka file berupa gambar dengan tulisan
hujan turun jatuh di atas vegetasi (intersepsi) ’MODEL KETERSEDIAAN AIR’ sampai
dan tanah, sebagian meresap ke dalam tanah muncul ’MENU UTAMA’.
(infiltrasi), sebagian air hujan mengalir sebagai 2. Tampilan ’MENU UTAMA’ muncul dengan
aliran permukaan di atas tanah, bergabung memberikan beberapa menu pilihan, untuk
dengan sungai-sungai lain menuju ke laut. program pilih menu input data, jalankan
Selanjutnya air di laut maupun air yang perhitungan, tampilan hasil, cetak hasil,
tergenang di permukaan tanah akan bersama- keluar dari program (exit). Selain itu terdapat
sama mengalami proses penguapan (evaporasi) menu pilihan SAVE DATA dari yang telah
dan penguapan dari vegetasi (transpirasi), terketik dan menu pilihan OPEN DATA untuk
selanjutnya proses penguapan air dari membuka data anda yang telah tersimpan di
permukaan tanah dan vegetasi disebut komputer.
evapotranspirasi. Proses yang terjadi didalam 3. Pilih menu ’INPUT DATA’ akan muncul 9
sistem DAS dipelajari dengan membuat macam inputan data yaitu input data curah
algoritma tata air dalam sistem DAS. Sistem ini hujan, data luas daerah, data koordinat
terdiri dari komponen vegetasi, komponen lintang, data temperatur udara, data rasio
tanah, dan komponen sungai. penyinaran matahari, data kelembaban
Selanjutnya algoritma ketersediaan air udara, data kecepatan angin, data cadangan
yang telah disusun sebagai model hidrologi air tanah, data jumlah hari hujan. Pilih
pada sistem DAS Blorong, dirancang dalam perintah PILIH atau BATAL.
bentuk software model ketersediaan air dan 4. Kalau dipilih menu ’DATA CURAH HUJAN’
diberi nama Model KTSAIRDAS.EXE. Software tekan ’ PILIH’ muncul input data curah hujan.
dapat dijalankan pada semua komputer dengan Selanjutnya ketik data curah hujan selama
spesifikasi under windows Pentium IV. 12 bulan. Setelah data terketik dan data

Pemodelan ketersediaan Air untuk Perencanaan Pengendalian Banjir Kali Blorong ......... – Dewi Liesnoor Setyowati 133
perlu disimpan maka pilihlah menu ’SIMPAN’ Selanjutnya model ketersediaan air
atau ’TUTUP’ bila tidak ingin menyimpan digunakan untuk melakukan simulasi berbagai
data. alternatif penggunaan lahan.
5. Setelah ditutup akan kembali ke MENU
UTAMA, pilih ’INPUT DATA’ untuk Pengujian Model Ketersediaan Air
memasukkan ’Data Luas Daerah’ lakukan Penelitian ini menghasilkan model
klik dan tekan ’PILIH’. Masukkan data luas Hidrologi Ketersediaan air DAS Blorong yang
hutan, kebun, sawah, tegalan, dan diberi nama KTSAIRDAS.EXE, model ini
permukiman. SIMPAN data atau TUTUP. menggambarkan keadaan keseimbangan air
Setelah ditutup maka akan kembali ke dalam setiap proses hidrologi DAS yang diteliti.
MENU UTAMA. Debit sungai hasil pengukuran (observasi) di
6. Lakukan seterusnya untuk ’Data Koordinat outlet DAS Blorong dibandingkan dengan debit
Lintang’, ’Data temperatur udara’, ’ rasio hasil perhitungan (model) untuk kondisi
penyinaran matahari’, ’data kelembaban penggunaan lahan saat penelitian dilakukan,
udara’, ’data kecepatan angin’, ’data disajikan Tabel 5 dan Gambar 2.
cadangan air tanah’, dan ’data jumlah hari
hujan’. Pilih menu SIMPAN atau TUTUP Tabel 5. Perbandingan Debit Pengukuran
(Observasi) dengan Debit Perhitungan
untuk kembali ke MENU UTAMA.
Debit
7. Setelah semua data dimasukkan pilih Debit
Bulan Perhitungan
Pengukuran
Model
perintah ’JALANKAN PERHITUNGAN’, pilih
Januari 206,80 179,00
bulan awal yang akan ditampilkan, tekan Februari 204,00 234,90
Maret 183,08 225,30
’Hitung’ program akan melakukan April 152,15 194,80
Mei 89,22 132,40
perhitungan secara cepat. Tekan ’OK’ dan
Juni 72,58 66,20
’TUTUP’ kembali ke MENU UTAMA. Juli 34,89 33,10
Agustus 28,18 28,18
8. Setelah perhitungan selesai, pada ’MENU September 47,11 14,11
Oktober 65,55 15,55
UTAMA’ pilih ’TAMPILKAN HASIL’, akan
Nopember 112,67 112,67
tampil hasil perhitungan pilih komponen yang Desember 193,02 183,02
Sumber: Hasil Analisis Data Primer, tahun 2007
akan ditampilkan mulai dari curah hujan,
intersepsi, evapotranspirasi, infiltrasi,
Hasil pengujian model dengan cara grafis
simpanan air tanah, perkolasi, aliran
dan uji statistik menunjukkan bahwa hubungan
permukaan, dan aliran bawah tanah.
antara debit hasil model dengan hasil
9. Setelah semua hasil sesuai dengan yang kita
pengukuran di lapangan cukup signifikan. Nilai
harapkan, lakukan perintah ’CETAK HASIL’.
uji korelasi menunjukkan nilai r-hitung sebesar
Sebelum dicetak akan muncul print preview.
0,97 lebih besar dari r-tabel sebesar 0,576,
10. Setelah data di print maka selesailah
dikatakan model dapat digunakan untuk analisis
operasional ModelKetersediaan Air ini.
ketersediaan air di DAS Blorong dengan
Tekan ’EXIT’ untuk keluar dari program
melakukan perencanaan alternatif penggunaan
KTSAIRDAS.EXE.
lahan.

134 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 10 – Juli 2008, hal: 127 - 138
GRAFIK ALIRAN SUNGAI HASIL OBSERVASI DAN MODEL

250.00

Debit (mm)
Q-Obs ervas i
Q-Model
200.00

150.00

100.00

50.00

-
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
Bulan

Gambar 2. Grafik hubungan debit hasil pengukuran dengan debit perhitungan model

Eksperimentasi Model Berbagai Alternatif Alternatif


Keterangan
Perubahan Penggunaan Lahan 3 25% Hutan berkurang menjadi
Berdasarkan model ketersediaan air tegalan
4 10% hutan berkurang menjadi sawah
yang telah diuji validitasnya, diterapkan untuk 5 Hutan tetap, permukiman bertambah,
sawah berkurang 10%, tegalan 10%
melakukan simulasi pada beberapa perubahan 6 Luas hutan tetap, permukiman
penggunaan lahan yang mungkin terjadi. bertambah 25%, dan tegalan
berkurang 25%
Pedoman pengubahan pola penggunaan lahan 7 Luas hutan tetap, permukiman
bertambah 25%, dan sawah
berdasarkan pada kaidah konservasi tanah dan berkurang 25%
lingkungan hidup agar tidak akan menjadi 8 Luas hutan tetap, kebun campuran
berkurang 20% menjadi tegalan
bumerang bagi masyarakat sekitarnya. 9 Luas hutan tetap. Kebun campuran
berkurang 20% menjadi permukiman
Alternatif pengubahan penggunaan lahan yang 10 Hutan berkurang 10%, kebun
diusulkan antara lain, perubahan lahan pada campuran bertambah 10%, yang lain
tetap
lereng lebih besar dari 25 % dijadikan sebagai
Penggunaan lahan pada alternatif 1
daerah konservasi sebagai lahan perkebunan
merupakan luasan bentuk penggunaan lahan
stsu kebun campuran, perubahan lahan
pada kondisi sekarang saat dilakukan penelitian.
perkebunan menjadi sawah atau tegalan,
Hasil eksperimentasi pada ke lima alternatif
perubahan penggunaan lahan tegalan atau
menunjukkan adanya perubahan pola
sawah menjadi pemukiman dan sebagainya.
penggunaan lahan akan menyebabkan
Berikut ini dikaji beberapa alternatif penggunaan
perubahan pada komponen pergerakan air
lahan yang diusulkan disajikan pada Tabel 6.
dalam sistem DAS Blorong yang diteliti.
Tabel 6. Kriteria Beberapa Alternatif Berdasarkan kriteria alternatif
Penggunaan Lahan untuk Simulasi
pada Model Ketersediaan Air DAS penggunaan lahan yang telah ditetapkan (pada
Blorong
Tabel 6), luasan setiap alternatif dicobakan atau
Alternatif
Keterangan disimulasikan pada model ketersediaan air
1 Penglan tahun 2006 sehingga pada setiap alternatif diperoleh
2 Luas tegalan berkurang menjadi
hutan tambah 10%, kebun campuran informasi secara rinci tentang nilai curah hujan,
tambah 10%
intersepsi, infiltrasi, evapotranspirasi, simpanan

Pemodelan ketersediaan Air untuk Perencanaan Pengendalian Banjir Kali Blorong ......... – Dewi Liesnoor Setyowati 135
air, aliran permukaan dan debit aliran sungai angka satu merupakan kondisi yang akan
(disajikan pada Lampiran). Pada eksperimentasi mampu memperbaiki kondisi hidro-orologis
ini masukan yang bersifat variabel adalah luas suatu DAS.
penggunaan lahan kebun, sawah, tegalan, dan Nilai rasio debit pada berbagai alternatif
permukiman. Perbedaan nilai debit aliran sungai penggunaan lahan disajikan pada Tabel 7. Pada
tertinggi terdapat pada musim hujan bulan tabel tersebut diketahui bahwa nilai terkecil rasio
dengan curah hujan tinggi yaitu bulan Januari, debit pada alternatif ke 1 sebesar 27,64. Nilai
Februari, Maret, April, Nopember, dan rasio terbesar pada alternatif 3 sebesar 28,48.
Desember. Nilai rasio debit masih masuk dalam angka
Pada dasarnya dapat disimpulkan bahwa ambang batas toleransi, menurut Balai
bentuk penggunaan lahan pada suatu daerah Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah
sangat mempengaruhi besaran debit aliran (BRLKT) Bogor menggunakan patokan
sungai atau debit yang keluar dari suatu sistem perbandingan debit maksimum dengan
DAS. Namun debit bukan merupakan satu- minimum masih wajar, lebih kecil atau sama
satunya ukuran dalam menentukan pola dengan 30.
penggunaan lahan yang optimum pada suatu
DAS. Ada banyak parameter lain yang menjadi Tabel 7. Rasio Debit atau Perbandingan Debit

bahan pertimbangan seperti nilai erosi, kualitas Tertinggi dengan Debit Terendah

air, beban sedimen, pertimbangan ekonomi, Nilai Debit Nilai Debit Rasio
Alter Produks
Tertinggi Terendah ( Debit
natif i Air
sosial budaya, politik, dan lain-lain. (T) R) T/R)
1 234.9 8.5 27.64 1.369,4
Salah satu parameter dalam menilai 2 234.8 8.3 28.29 1.368,6
konservasi tanah dan air suatu daerah 3 236.4 8.3 28.48 1.379,7
4 236.1 8.3 28.45 1.377,5
berdasarkan perbandingan antara debit 5 235.7 8.3 28.40 1.374,9
6 235.9 8.3 28.42 1.376,2
maksimum dengan debit minimum. Jika cara ini 7 235.5 8.3 28.37 1.373,7
digunakan dalam menilai eksperimentasi, maka 8 237.0 8.4 28.21 1.383,6
9 237.5 8.4 28.27 1.387,2
alternatif penggunaan lahan yang memiliki nilai 10 235.8 8.3 28.41 1.375,6
Sumber: Analisis Data Primer. 2007
rasio kecil merupakan kondisi yang lebih baik.
Berdasarkan nilai patokan tersebut,
Nilai rasio sama dengan satu artinya nilai debit
maka dapat disimpulkan bahwa keseluruhan
maksimum dengan debit minimum sama, artinya
alternatif untuk eksperimentasi model
pada musim hujan dan musim kemarau tidak
menghasilkan nilai rasio debit di bawah angka
ada perubahan debit aliran sungai, sebaliknya
30. Kondisi debit aliran air Kali Blorong memiliki
apabila nilai raasio debit besar maka pada
nilai berkisar antara 27,64 sampai 28,48, dapat
musim hujan terjadi debit yang jauh lebih besar
dikatakan bahwa angka rasio debit Kali Blorong
dari musim kemarau sehingga terjadi banjir.
mendekati angka kritis. Pada musim hujan debit
Nilai rasio debit merupakan salah satu kriteria
aliran sungai meningkat cukup tajam,
untuk mengkaji kondisi suatu DAS. Dengan
sedangkan pada musim kemarau debit aliran
mengubah pola penggunaan lahan dari kondisi
sungai kecil. Setiap datang musim hujan Kali
saat ini menjadi bentuk penggunaan lahan lain,
angka atau nilai rasio debit yang mendekati

136 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 10 – Juli 2008, hal: 127 - 138
Blorong selalu meluap dan menggenangi sebagai petani maupun buruh tani, yang dapat
kawasan hilir DAS Blorong. memicu timbulnya keresahan maupun masalah
Alternatif penggunaan lahan yang sosial lainnya.
menghasilkan rasio debit besar atau meningkat Pengelolaan DAS secara terpadu dapat
adalah berkurangnya luas penggunaan lahan dilakukan dengan memperhatikan berbagai
hutan menjadi tegalan, kebun campuran aspek baik produksi air, erosi, sedimentasi,
maupun bentuk penggunaan lainnya (alternatif 3 komposisi lahan, politik, dampak sosial dan
dan alternatif 4). Selain itu perubahan lahan ekonomi, sehingga menghasilkan perencanaan
berupa penambahan lahan permukiman yang maksimal dan menguntungkan bagi
(alternatif 5, 6, dan 7) akan berakibat pada kebutuhan masyarakat setempat. Komposisi
meningkatnya angka rasio debit. penggunaan lahan yang baik dengan
Ditinjau dari aspek produksi lahan, maka pengendalian perubahan penggunaan lahan
angka penurunan angka rasio debit tidak diikuti pada kawasan hulu, merupakan alternatif
dengan peningkatan nilai produksi lahan. pengelolaan lahan dan pengendalian banjir
Komposisi luas lahan berupa pengurangan paling baik untuk kawasan hilir sungai.
lahan sawah dan kebun, walaupun dapat Kajian ketersediaan air suatu DAS secara
mempengaruhi hasil air yang baik tetapi menyeluruh dari kawasan hulu (atas) sampai
memiliki kelemahan dari aspek sosial ekonomi kawasan hilir (bawah) dan meliputi semua
masyarakat. Aspek ekonomi tentunya akan aspek komponen fisik dan non fisik merupakan
merugikan karena dapat menyebabkan alternatif terbaik untuk merencanakan
terganggunya suplai beras dan tanaman tegalan pengendalian banjir di DAS Blorong Kabupaten
yang diperlukan untuk menopang kehidupan Kendal. Kajian terpadu mengenai upaya
masyarakat. Tinjauan dari aspek sosial dapat pengendalian banjir dan pengelolaan DAS
mengakibatkan berkurangnya matapencaharian merupakan upaya penanggulangan banjir yang
dibidang pertanian, timbul pengangguran paling baik dan dapat berhasil

Tabel 8. Produksi Lahan dan Rasio Debit Berbagai Alternatif Penggunaan Lahan

Peringkat
Alternatif Nilai Produksi Peringkat Rasio Debit
3 Angka Rasio
Penggunaan Lahan (ton/Ha) Produksi (m /detik)
debit
Alternatif-1 45.033,25 5 27,64 1
Alternatif-2 45.701,94 2 28,29 4
Alternatif-3 45.531,69 6 28,48 10
Alternatif-4 47.295,42 1 28,45 9
Alternatif-5 41.546,56 9 28,40 6
Alternatif-6 45.290,62 7 28,42 8
Alternatif-7 35.809,16 10 28,37 5
Alternatif-8 45.197,12 8 28,21 2
Alternatif-9 44.564,45 4 28,27 3
Alternatif-10 45.575,98 3 28,41 7

Sumber: Analisis Data Primer. 2007

Pemodelan ketersediaan Air untuk Perencanaan Pengendalian Banjir Kali Blorong ......... – Dewi Liesnoor Setyowati 137
KESIMPULAN DAN SARAN lingkungan. Umumnya masyarakat memiliki
Hasil penelitian berupa model pandangan hidup fatalistik, pandangan hidup
ketersediaan air software program KTSAIRDAS. demikian dapat mendorong sebagian
EXE, dapat digunakan untuk merencanakan masyarakat melakukan tindakan yang dapat
luas dan jenis penggunaan lahan optimal yang berdampak buruk bagi kondisi lingkungan alam
disimulasikan pada keluaran model dan sosial di sekitarnya.
ketersediaan air ini merupakan analog proses
keseimbangan. Hasil penelitian menunjukkan DAFTAR PUSTAKA
bahwa model ini dapat digunakan di daerah Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air.
penelitian untuk merencanakan penggunaan Bogor:IPB.
lahan secara optimal. Namun model ini perlu Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Daerah Aliran
Sungai.Yogyakarta: UGM Press.
disempurnakan agar diperoleh informasi yang
Chow,VT. 1964. Handbook of Applied
lebih mendetail, dengan menganalisis Hydrology, a Compendium of Water
Resources Technology. New York:
penggunaan lahan menurut jenis vegetasi lebih
McGraw-Hill Book Company.
terinci, seperti hutan pinus, hutan jati, kebun Haan, C.T., Johnson, and D.L. Brakensiek.
karet, ladang singkong, dan sebagainya. 1982. Hydrologic Modeling of Small
Watershed. Michigan: An ASAE
Model dapat digunakan untuk analisis Monograph.
ketersediaan air dengan melakukan simulasi Hillel. D. 1980. Fundamentals of Soil Physics.
berbagai alternatif penggunaan lahan. Nilai rasio Ner York: Academic Press.
debit Kali Blorong berkisar antara 27,64 sampai Manetch T., and G.L.Park. 1973. System
Analysis and Simulation with Aplication to
28,48 mendekati angka kritis. Berdasarkan Economic and Social System. Part of
aspek produksi lahan, pengurangan lahan Manuscrip and Classnote. Part I.
Departement of Elektrical Engineering and
sawah dan kebun, dapat menurunkan rasio
Science.
debit dan produksi juga menurun. Analisis aspek Setyowati, Dewi Liesnoor, 2006. “Model
ekonomi termasuk merugikan karena Pengendalian Banjir Berbasis Spasial
Biofisik, Ketersediaan Air, dan Perilaku
terganggunya suplai beras dan tanaman tegalan Masyarakat untuk Perencanaan
yang diperlukan untuk menopang kehidupan Pengelolaan DAS”. Laporan Penelitian.
Semarang: Lembaga Penelitian
masyarakat. Perilaku masyarakat di DAS Universitas Negeri Semarang.
Blorong menunjukkan hal yang kontradiktif, Seyhan, E. 1977. The Watershed as an
terdapat ketidak selarasan antara tingkat Hydrologic Unit. Utrecht: Geografisch
Institut der Rijksuniversiteit Utrecht.
kognitif, afektif dengan perilaku terhadap

138 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN, Nomor 2 Volume 10 – Juli 2008, hal: 127 - 138

Anda mungkin juga menyukai