Gabungan Enzim
Gabungan Enzim
TINJAUAN PUSTAKA
Tepung kacang Garbanzo atau yang sering dikenal dengan nama tepung
chickpea dibuat dengan menggiling kacang garbanzo kering (kacang ayam) menjadi
serbuk. Ia adalah ramuan yang popular di masakan Timur Tengah dan India, di mana
ia terdapat dalam hidangan seperti falafel dan hummus. Oleh kerana kacang garbanzo
tinggi protein dan serat serta beberapa mineral dan vitamin B, tepungnya sangat
berkhasiat. Kacang garbanzo adalah kacang-kacangan dan bukan jenis gandum,
tepung garbanzo tidak mempunyai gluten jadi ia sesuai untuk diet bebas gluten.
Satu cawan tepung garbanzo mempunyai lebih daripada 20 gram protein dan
hampir 10 gram serat bersama-sama dengan kira-kira 350 kalori.Ia juga mempunyai
lebih daripada 4 miligram besi, 150 miligram magnesium, lebih daripada 2.5 gram
zink, 1.6 miligram niacin, dan 400 mikrogram folat.
Pembuatan roti bisa menggunakan tepung lain selain tepung terigu meskipun
tidak memiliki gluten yang cukup untuk mengembangkan roti namun mempunyai
nilai tambah pada roti. Hal ini sesuai dengan program diversifikasi pangan
pemerintah dengan dapat memanfaatkan sumber daya lokal yang berpotensial.
Penganekaragaman pangan lokal dimaksudkan untuk memperoleh keragaman zat gizi
sekaligus melepas ketergantungan masyarakat atas penggunaan tepung terigu dalam
proses pembuatan roti (Rahmah, et al. 2017).
Roti bebas gluten berbeda dengan roti pada umumnya karena bahan utama
yang digunakan adalah tepung yang tidak mengandung gluten. Contoh tepung yang
bebas gluten adalah tepung beras, jagung, kedelai, Modified Cassava Flour
(MOCAF), dan kentang (Samantha, 2017).
a. Bahan
Bahan yang digunakan pada pembuatan roti tawar bebas yaitu tepung
jagung “Maizena 328”, tepung chickpea “Pattu Besan”, garam halus “Cap
Kapal”, gula “Gulaku”, margarine “forvita”, susu skim dari toko Intisari
Purwokerto, telur dari pasar Wage Purwokerto, ragi instan “Fermipan”, air
dan enzim transglutaminase “Activa TG”. Sedangkan bahan yang
digunakan untuk analisis yaitu aquades, K2SO4, HgO, H3BO3, NaOH,
H2SO4, HCL, Indikator BCG-MR, pelarut heksan, dan asam sitrat.
b. Alat
Alat yang digunakan pada pembuatan roti tawar bebas gluten adalah
timbangan analitik “Camry”, mixer “Miyako”, loyang aluminium ukuran
17x6x5 cm, pengaduk, oven, dan proofer “Getra”.
Alat yang digunakan untuk analisis meliputi cawan porselen,
desikator, timbangan, oven, penjepit, tanur, timbangan analitik,
erlenmeyer, mortal dan alu, tabung Kjedahl, kaca arloji, kompor listrik,
rangkaian alat destilasi (heating mantle, kondensor, pompa, selang,
ember), gelas beaker, gelas ukur, pipet tetes, lemari asam, erlenmeyer,
corong, buret, kertas saring, tabung soxhlet, pisau, form penilaian
sensoris, nampan, dan alat tulis.
2. Prosedur Analisis
2007).
c. Analisa firmness adonan
Firmness adonan diukur dengan menggunakan Tekstur Analyzer pada
adonan yang telah homogen akibat mixing selama 6 menit.
d. Analisa kekerasan crust dan crumb
Analisa kekerasan crust dan crumb diukur dengan menggunakan alat
Texture Analyzer dengan menekan alat pada sampel roti sebanyak 3 kali
ulangan.
e. Analisa keseragaman pori – pori crumb
Keseragaman pori – pori crumb diukur dengan pengukuran lubang
yang terlihat dari hasil scanning lembaran roti menggunakan jangka
sorong.
f. Analisa intensitas warna crust
Intensitas warna crust roti setelah baking diukur menggunakan alat
Chromameter Minolta.
g. Analisis organoleptik
Pengujian organoleptik merupakan teknik penilaian menggunakan
panca indera manusia (Ayustaningwarno, 2014). Uji organoleptik
berperan dalam pengembangan kualitas produk pangan. Uji hedonik
menggambarkan tingkat kesukaan panelis terhadap suatu produk.
Penilaian produk melalui parameter rasa, aroma, warna, tekstur, dan
secara keseluruhan produk dengan tingkat kesukaan berupa skala hedonik
1-7 (sangat tidak suka-sangat suka). Kuisioner uji hedonik untuk roti
tawar bebas gluten dapat dilihat pada lampiran 2.
Keterangan :
A = Berat cawan kosong (g)
B = Berat cawan berisi sampel macaron (g)
C = Berta cawan dan sampel setelah dikeringkan (g)
Keterangan :
A = Cawan kosong (g)
B = Cawan dengan sampel (g)
C = Cawan dan sampel setelah diabukan (g)
Luaran yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan
dan dimuat dalam jurnal nasional terakreditasi serta dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan dan pendidikan nasiona mengenai pengaruh dari penambahan enzim
transglutaminase pada roti tawar bebas gluten bagi penderita penyakit celiac.
3.5 Indikator Capaian
Dari percobaan yang akan diteliti akan dicari formula mana yang
menghasilkan roti tawar bebas gluten terbaik untuk penderita penyakit celiac
berdasarkan analisis-analisis yang akan diujikan.
Al-Dmoor, H.M. & Galali, Y. 2014. Noverty formulas of free gluten flat bread for
coeliac disearse patients. World Journal of medical Sciences 11(3):306-311.
DOI: 10.5829/idosi.wjms.2014.11.3.84264
Chavan, J.K., S.S. Kadam, & L.R.,Beuchat 1989. Nutritional improvement of cereals
by fermentation. Critical Reviews in Food Science and Nutrition. 28(5):349–
400
Cummins AG, Thomson IC. 2009 Prevalence of celiac disease in the Asia– Pacific
region. J. Gastroenterol Hepatol. 24 (8):1347-51.
Gambus, H., Sikora, M., dan Ziobro, R. (2007). The effect of composition of
hydrocolloids on properties of gluten-free Bread. Acta Scientiarum
Polonorum Technology Aliment 6(3):61-74.
Grades ZEA. 2006. Stability of microbial transglutaminase and its reactions with
individual caseins under atmospheric and high pressure. [disertasi].
Mexiko City: Fakultät Mathematik und Naturwissenschaften. Universität
Dresden.
Gujral N, Freeman HJ, Thomson AB. 2012. Celiac disease: Prevalence, diagnosis,
pathogenesis and treatment. World J Gastroenterol. 18(42):6036-59.
Loehr, J., & Schwartz, T. (2001). The making of a corporate athlete. Harvard
business review : 79(1), 120-129.
Man, S.; A. Paucean; S. Muste; A. Pop. (2014). Studies on the Formulation and
QualityCharacteristics of Gluten Free Muffins. Journal of Agroalimentary
Processes and Technologies 20 (2) : 122-127.
Muthoharoh, D. F. dan Aji S. 2017. Pembuatan Roti Tawar Bebas Gluten Berbahan
Baku Tepung Garut, Tepung Beras, dan Maizena (Konsentrasi Glukomanan
dan Waktu Proofing). Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol 5, no 02 : 34 –
44.
Pelkowsky TD, Viera AJ. 2014. Celiac disease: Diagnosis and Management. Am Fam
Physician. Vol. 89 (2) : 99-105.
Rahmah, A., Faizah H., dan Rahmayuni. 2017. Penggunaan Tepung Komposit dari
Terigu, Pati Sagu, dan Tepung Jagung dalam Pembuatan Roti Tawar.
Jurnal Faperta. Vol. 4 no. 1 : 14.
Suarni dan I.U. Firmansyah. 2005. Beras jagung: Prosesing dan kandungan nutrisi
sebagai bahan pangan pokok. Hlm. 393−398. Dalam Suyamto (Ed.) Prosiding
Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung, Makassar. 29−30 September 2005.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.
Suarni, S. (2009). Prospek Pemanfaatan Tepung Jagung untuk Kue Kering (Cookies).
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 28(2), 63-71.
Woodward J. 2016. Improving outcomes of refractory celiac disease – current and
emerging treatment strategies. Clin Exp Gastroenterol. 9:225-36.