Anda di halaman 1dari 7

Politik Hukum dan Sistem Hukum

I.I. Politik Hukum

Politik hukum adalah legal policy tentang hukum yang akan diberlakukan baik dengan
pembuatan hukum baru maupun dengan penggantian hukum lama, untuk mencapai tujuan
negara. "Dengan demikian, politik hukum merupakan pilihan tentang hukum-hukum yang
akan diberlakukan sekaligus pilihan tentang hukum-hukum yang akan dicabut atau tidak
diberlakukan yang kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara seperti yang
tercantum dalam pembukaan UUD 1945.

Ada beberapa pakar yang mengemukakan tentang definisi politik, yaitu,

1) Menurut Padmo Wahjono politik hukum adalah kebijakan penyelenggara negara yang
bersifat mendasar dalam menentukan arah, bentuk maupun isi dari hukum yang akan
dibentuk dan tentang apa yang akan dijadikan kriteria untuk menghukumkan sesuatu.15
Dengan demikian, politik hukum menurut Padmo Wahjono berkaitan dengan hukum yang
berlaku di masa datang (ius constituendum)

2) Teuku Mohammad Radhie dalam sebuah tulisannya berjudul Pembaharuan dan Politik
Hukum dalam Rangka Pembangunan Nasional mendefinisikan politik hukum sebagai suatu
peryataan kehendak penguasa negara mengenai hukum yang berlaku diwilayahnya dan
mengenai arah perkembangan hukum yang dibangun.

3) Satjipto Rahardjo mendefinisikan politik hukum sebagai aktivitas memilih dan cara yang
hendak dipakai untuk mencapai suatu tujuan social dengan hukum tertentu dalam
masyarakat. Menurut Satjipto Rahardjo, terdapat beberapa pertanyaan mendasar yang muncul
dalam studi politik hukum, yaitu:

 tujuan apa yang hendak dicapai dengan sistem hukum yang ada;
 cara-cara apa dan yang mana, yang dirasa paling baik untuk bisa dipakai mencapai
tujuan tersebut;
 kapan waktunya hukum itu perlu diubah dan melalui cara-cara bagaimana perubahan
itu sebaiknya dilakukan; dan
 dapatkah dirumuskan suatu pola yang baku dan mapan, yang bisa membantu
memutuskan proses pemilihan tujuan serta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut
secara baik.

4) Mantan ketua perancang (KUHP) Soedarto mengemukakan bahwa politik hukum adalah
kebijakan negara melalui badan-badan negara yang berwenang untuk menetapkan peraturan-
peraturan yang dikehendaki yang diperkirakan akan dipergunakan untuk mengekspresikan
apa yang dicita-citakan.

5) Menurut Bellefroid politik hukum adalah suatu disiplin ilmu hukum yang mengatur
tentang cara bagaimana merubah iusconstitutum menjadi ius constituendum, atau
menciptakan hukum baru untuk mencapai tujuan mereka. Selanjutnya kegiatan politik hukum
meliputi mengganti hukum dan menciptakan hukum baru karena adanya kepentingan yang
mendasar untuk dilakukan perubahan sosial dengan membuat suatu regeling (peraturan)
bukan beschiking (penetapan).

Berdasarkan beberapa definisi politik hukum yang telah dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa politik hukum adalah kebijakkan sebagai dasar untuk menyelenggarakan
negara khususnya dalam bidang hukum mengenai hukum yang akan berjalan , sedang
berjalan dan telah berlaku yang diambil dari nilai-nilai yang tumbuh dan hidup serta berlaku
dalam masyarakat untuk mencapai tujuan negara sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 alinea 4.

Hukum Sebagai Alat

Berbagai pengertian mempunyai makna yang sama yakni politik hukum adalah legal policy
tentang hukum yang akan diberlakukan atau tidak diberlakukan untuk mencapai sebuah
tujuan negara. Ada seorang pakar yakni Sunaryati Hartono mengemukakan tentang "hukum
sebagai alat" sehingga secara praktis politik hukum itu adalah alat atau sarana yang
digunakan pemerintah untuk mencapai cita-cita bangsa dan tujuan dari berbagai definisi yang
seperti diatas bahwa negara mempunyai sebuah tujuan yang harus dicapai. Dan untuk
mencapai tujuan tersebut dilakukan dengan menggunakan hukum sebagai alat untuk
pemberlakuan atau pemberlakuan hukum sesuai dengan tahapan-tahapan perkembangan yang
dihadapi oleh masyarakat dan negara kita.

Politik hukum itu ada yang bersifat permanen dan ada yang bersifat periodik. Yang bersifat
permanen misalnya pemberlakuan prinsip pengujian yudisial, ekonomi kerakyatan,
keseimbangan antara kepastian hukum, keadilan & kemanfaatan, penggantian hukum-hukum
peninggalan colonial dengan hukum-hukum nasional, penguasa sumber daya alam oleh
negara, kemerdekaan kekuasaan kehakiman, dan sebagainya.

Adapun yang bersifat periodik adalah politik hukum yang dibuat sesuai dengan
perkembangan situasi yang dihadapi pada setiap periode tertentu baik yang akan
memberlakukan maupun yang akan mencabut, misalnya pada periode 1973-1978 ada politik
hukum untuk melakukan kodifikasi & unifikasi dalam bidang-bidang hukum tertentu. Pada
periode 1983-1988 ada politik hukum untuk membentuk peradilan Tata Usaha Negara &
pada periode 2004-2009 ada lebih dari 250 rencana pembuatan UU yang dicantumkan
didalam program Legislasi Nasional (Proglenas).

Cakupan Studi Politik Hukum

Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh pakar bahwa studi politik hukum itu
mencakup legal policy tentang hukum yang akan diberlakukan atau tidak diberlakukan, jadi
ada beberapa perbedaan antara politik hukum & studi politik hukum, yang pertama yaitu
bersifat formal & yang kedua yaitu mencakup tentang kebijakan resmi. Jadi studi politik
hukum itu mencakup tiga hal: pertama, kebijakan negara tentang hukum yang akan
diberlakukan atau tidak akan diberlakukan; kedua, latar belakang politik, ekonomi,social &
budaya; ketiga, penegakkan hukum didalam kenyataan masyarakat.
II.I. Sisten Hukum

Sistem hukum Indonesia merupakan perpaduan beberapa sistem hukum. Sistem hukum
Indonesia merupakan perpaduan dari hukum agama, hukum adat, dan hukum negara eropa
terutama Belanda sebagai Bangsa yang pernah menjajah Indonesia. Belanda berada di
Indonesia sekitar 3,5 abad lamanya. Maka tidak heran apabila banyak peradaban mereka yang
diwariskan termasuk sistem hukum. Bangsa Indonesia sebelumnya juga merupakan bangsa
yang telah memiliki budaya atau adat yang sangat kaya. Bukti peninggalan atau fakta sejarah
mengatakan bahwa di Indonesia dahulu banyak berdiri kerajaan-kerajaan hindu-budha seperti
Sriwijaya, Kutai, Majapahit, dan lain-lain. Zaman kerajaan meninggalkan warisan-warisan
budaya yang hingga saat ini masih terasa. Salah satunya adalah peraturan-peraturan adat yang
hidup dan bertahan hingga kini. Nilai-nilai hukum adat merupakan salah satu sumber hukum
di Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar maka tidak
heran apabila bangsa Indonesia juga menggunakan hukum agama terutama Islam sebagai
pedoman dalam kehidupan dan juga menjadi sumber hukum Indonesia.

Sejarah Hukum di Indonesia

 Periode Kolonialisme

Periode kolonialisme dibedakan menjadi tiga era, yaitu: Era VOC, Liberal Belanda dan
Politik etis hingga pendudukan Jepang.
A. Era VOC
Pada era penjajahan VOC, sistem hukum yang digunakan bertujuan untuk:
1. Keperluan ekspolitasi ekonomi untuk membantu krisis ekonomi di negera Belanda;
2. Pendisiplinan rakyat asli Indonesia dengan sistem yang otoriter
3. Perlindungan untuk orang-orang VOC, serta keluarga, dan para imigran Eropa.

Hukum Belanda diterapkan terhadap bangsa Belanda atau Eropa. Sedangkan untuk rakyat
pribumi, yang berlaku ialah hukum-hukum yang dibuat oleh tiap-tiap komunitas secara
mandiri. Tata politik & pemerintahan pada zaman itu telah mengesampingkan hak-hak dasar
rakyat di nusantara & menjadikan penderitaan yang pedih terhadap bangsa pribumi di masa
itu.

B. Era Liberal Belanda


Tahun 1854 di Hindia-Belanda dikeluarkan Regeringsreglement (kemudian dinamakan RR
1854) atau Peraturan mengenai Tata Pemerintahan (di Hindia-Belanda) yang tujuannya
adalah melindungi kepentingan usaha-usaha swasta di tanah jajahan & untuk yang pertama
kalinya mencantumkan perlindungan hukum untuk rakyat pribumi dari pemerintahan jajahan
yang sewenang-wenang. Hal ini bisa dilihat dalam (Regeringsreglement) RR 1854 yang
mengatur soal pembatasan terhadap eksekutif (paling utama Residen) & kepolisian, dan juga
jaminan soal proses peradilan yg bebas.
Otokratisme administrasi kolonial masih tetap terjadi pada era ini, meskipun tidak lagi
sekejam dahulu. Pembaharuan hukum yang didasari oleh politik liberalisasi ekonomi ini
ternyata tidak dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat pribumi, sebab eksploitasi masih
terus terjadi.

C. Era Politik Etis Sampai Kolonialisme Jepang


Politik Etis diterapkan di awal abad ke-20. Kebijakan-kebijakan awal politik etis yang
berkaitan langsung dengan pembaharuan hukum antara lain:
1. Pendidikan bagi rakyat pribumi, termasuk juga pendidikan lanjutan hukum;
2. Pendirian Volksraad, yaitu lembaga perwakilan untuk kaum pribumi;
3. Manajemen organisasi pemerintahan, yang utama dari sisi efisiensi;
4. Manajemen lembaga peradilan, yang utama dalam hal profesionalitas;
5. Pembentukan peraturan perundang-undangan yg berorientasi pada kepastian hukum.
Sampai saat hancurnya kolonialisme Belanda, pembaruan hukum di Hindia Belanda
meninggalkan warisan: i) Pluralisme/dualisme hukum privat dan pluralisme/dualisme
lembaga-lembaga peradilan; ii) Pengelompokan rakyat ke menjadi tiga golongan; Eropa dan
yang disamakan, Timur Asing, Tionghoa & Non-Tionghoa, & Pribumi. Di masa penjajahan
Jepang tidak banyak pembaruan hukum di semua peraturan perundang-undangan yang tidak
berlawanan dengan peraturan militer Jepang, tetap berlaku sambil menghapus hak-hak
istimewa orang-orang Belanda & Eropa lainnya. Sedikit perubahan perundang-undangan
yang dilakukan: i) Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yang awalnya hanya berlaku untuk
golongan Eropa & yang setara, diberlakukan juga untuk kaum Cina; ii) Beberapa peraturan
militer diselipkan dalam peraturan perundang-undangan pidana yang berlaku. Di bidang
peradilan, pembaharuan yang terjadi adalah: i) Penghapusan pluralisme/dualisme tata
peradilan; ii) Unifikasi kejaksaan; iii) Penghapusan pembedaan polisi kota &
lapangan/pedesaan; iv) Pembentukan lembaga pendidikan hukum; v) Pengisian secara besar-
besaran jabatan-jabatan administrasi pemerintahan & hukum dengan rakyat pribumi.

 Era Revolusi Fisik Sampai Demokrasi Liberal

A. Era Revolusi Fisik


i) Melanjutkan unfikasi badan-badan peradilan dengan melaksanakan penyederhanaan;
ii) Mengurangi serta membatasi peranan badan-badan pengadilan adat & swapraja, terkecuali
badan-badan pengadilan agama yg bahkan diperkuat dengan pembentukan Mahkamah Islam
Tinggi.

B. Era Demokrasi Liberal


Undang-undang Dasar Sementara 1950 yang sudah mengakui HAM. Namun pada era ini
pembaharuan hukum & tata peradilan tidak banyak terjadi, yang terjadi adalah dilema untuk
mempertahankan hukum & peradilan adat atau mengkodifikasi dan mengunifikasinya
menjadi hukum nasional yang peka terhadap perkembangan ekonomi dan tata hubungan
internasional. Selajutnya yang terjadi hanyalah unifikasi peradilan dengan menghapuskan
seluruh badan-badan & mekanisme pengadilan atau penyelesaian sengketa di luar pengadilan
negara, yang ditetapkan melalui UU No. 9/1950 tentang Mahkamah Agung dan UU Darurat
No. 1/1951 tentang Susunan & Kekuasaan Pengadilan.

 Era Demokrasi Terpimpin Sampai Orde Baru

A. Era Demokrasi Terpimpin


Perkembangan dan dinamika hukum di era ini
i) Menghapuskan doktrin pemisahan kekuasaan & mendudukan MA & badan-badan
pengadilan di bawah lembaga eksekutif;
ii) Mengubah lambang hukum "dewi keadilan" menjadi "pohon beringin" yang berarti
pengayoman;
iii) Memberikan kesempatan kepada eksekutif untuk ikut campur tangan secara langsung atas
proses peradilan sesuai UU No.19/1964 & UU No.13/1965;
iv) Menyatakan bahwa peraturan hukum perdata pada masa pendudukan tidak berlaku
kecuali hanya sebagai rujukan, maka dari itu hakim harus mengembangkan putusan-putusan
yang lebih situasional & kontekstual.

B. Era Orde Baru


Pembaruan hukum pada masa Orde Baru dimulai dari penyingkiran hukum dalam proses
pemerintahan dan politik, pembekuan UU Pokok Agraria, membentuk UU yang
mempermudah modal dari luar masuk dengan UU Penanaman modal Asing, UU
Pertambangan, dan UU Kehutanan. Selain itu, orde baru juga melancarkan: i) Pelemahan
lembaga hukum di bawah kekuasaan eksekutif; ii) Pengendalian sistem pendidikan &
pembatasan pemikiran kritis, termasuk dalam pemikiran hukum; Kesimpulannya, pada era
orba tidak terjadi perkembangan positif hukum Nasional.

 Periode Pasca Orde Baru (1998 – Sekarang)

Semenjak kekuasaan eksekutif beralih ke Presiden Habibie sampai dengan sekarang, sudah
dilakukan 4 kali amandemen UUD RI 1945. Beberapa pembaruan formal yang terjadi antara
lain: 1) Pembaruan sistem politik & ketetanegaraan; 2) Pembaruan sistem hukum & HAM;
dan 3) Pembaruan sistem ekonomi.

Ciri-ciri Sistem Hukum

 terdapat perintah dan larangan


 terdapat sanksi tegas bagi yang melanggar
 perintah dan larangan harus ditaati untuk seluruh masyarakat

Tiap-tiap orang harus bertindak demikian untuk menjaga ketertiban dalam bermasyarakat.
Oleh karena itu, hukum meliputi berbagai peraturan yang menentukan dan mengatur
hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain yang dapat disebut juga kaedah
hukum yakni peraturan-peraturan kemasyarakatan.

Sumber:
http://e-jurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/view/403
https://rechtsvinding.bphn.go.id/artikel/ART%206%20JURNAL%20VOLUME%202%20NO
%203_PROTEKSI.pdf
Rujukan: Md, Moh.Mahfud. Politik Hukum di Indonesia. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada. 2009

Anda mungkin juga menyukai