Anda di halaman 1dari 10

LABORATORIUM FISIKA DASAR

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2010

1. I. TUJUAN PRAKTIKUM
2. Dapat menganalisis ketidakpastian pengukuran pada masing masing alat ukur yang
digunakan
3. dapat membandingkan hasil pengukuran dengan jangka sorong, mistar dan mikrometer
sekrup
4. dapat melakukan pengukuran dengan jangka sorong, neraca , mistar dan mikrometer
sekrup
5. dapat menghitung dari massa jenis benda

1. II. ALAT DAN BAHAN


1. jangka sorong
2. mikrometer sekrup
3. mistar
4. neraca
5. benda ( Kuningan, besi, tembaga, alumunium, kayu )
2. III. TEORI DASAR

A.Pengukuran
Untukmencapai suatu tujuan tertentu, di dalam fisika,kita biasanya melakukan
pengamatan yang diikuti dengan pengukuran. Pengamatan suatu gejala secara umum
tidaklah lengkap bila tidak dilengkapi dengan data kuantitatif yang didapat dari hasil
pengukuran. Lord Kelvin, seorang ahli fisika berkata, bila kita dapat mengukur apa yang
sedang kita bicarakan dan menyatakannya dengan angka-angka, berarti kita menghetahui
apa yang sedang kita bicarakan itu.
Sedangkan arti dari pengukuran itu sendiri adalah membandingkan sesuatu yang sedang
diukur dengan besaran sejenis yang ditetapkan sebagai satuan, misalnya bila kita
mendapat data pengukuran panjang sebesar 5 meter, artinya benda tersebut panjangnya 5
kali panjang mistar yang memiliki panjang 1 meter. Dalam hal ini, angka 5 menunjukkan

nilai dari besaran panjang, sedangkan meter menyatakan besaran dari satuan panjang.
Dan pada umumnya, sesuatu yang dapat diukur memiliki satuan. Sesuatu yang dapat
diukur dan dinyatakan dengan angka kita sebut besaran. Panjang, massa dan waktu
termasuk pada besaran karena dapat kita ukur dan dapat kita nyatakan dengan angka-
angka. Akan tetapi kebaikan dan kejujuran misalnya. Tidak dapat kita ukur dan tidak
dapat kita nyatakan dengan angka-angka.
Tapi walaupun demikian, tidak semua besaran fisika selalu mempunyai satuan. Beberapa
besaran fisika ada yang tidak memiliki satuan. Antara lain adalah indek bias, koefisien
gesekan, dan massa jenis relatif

B.Pengukuran Panjang Benda


1. Dengan Menggunakan Mistar
Untuk mengukur panjang suatu benda, dalam kehidupan sehari-hari kita lumrah
menggunakan mistar atau penggaris. Terdapat beberapa jenis mistar sesuai dengan
skalanya. Ada mistar yang skala terkecilnya mm (mistar milimeter) dan ada mistar yang
skala terkecilnya cm (mistar centimeter). Mistar yang sering kita gunakan biasanya
adalah mistar milimeter. Dengan kata lain, mistar itu mempunyai skala terkecil 1
milimeter dan mempunyai ketelitian 1 milimeter atau 0,1 cm.
Ketika mengukur dengan menggunakan mistar, posisi mata hendaknya diperhatikan dan
berada di tempat yang tepat, yaitu terletak pada garis yang tegak lurus mistar. Garis ini
ditarik dari titik yang diukur. Jika sampai mata berada diluar garis tersebut, panjang
benda yang terbaca bisa menjadi salah. Bisa saja benda akan terbaca lebih besar atau
lebih kecil dari nilai yang sebenarnya. Akibat dari hal ini adalah terjadinya kesalahan
dalam pengukuran yang biasa disebut kesalahan paralaks.

2. Dengan Menggunakan Jangka Sorong


Untuk melakukan pengukuran yang mempunyai ketelitian 0,1 mm diperlukan jangka
sorong. Jangka sorong mempunyai fungsi-fungsi pengukuran, yaitu:
Pengukuran panjang bagian luar benda.
Pengukuran panjang rongga bagian dalam benda.
Pengukuran kedalaman lubang dalam benda.
Jangka sorong sendiri mempunyai bagian-bagian sebagai berikut:
Rahang yang tetap (biasa disebut rahang tetap), memiliki skala panjang yang disebut
skala utama.
Rahang yang dapat digeser-geser (disebut rahang geser), yang memiliki skala pendek
yang disebut nonius atau vernier.
Rahang tetap terdapat skala-skala utama dalam satuan cm dan mm. Sedangkan pada
rahang geser terdapat skala pendek yang terbagi menjadi 10 bagian yang sama besar.
Skala inilah yang disebut sebagai nonius atau vernier. Panjang 10 skala nonius itu adalah
9 mm, sehingga panjang 1 skala nonius adalah 0,9 mm. Jadi selisih antara skala nonius
dan skala utama adalah 0,1 mm.atau 0,01 cm. Sehingga dapat ketelitian jangka sorong
adalah 0,1 mm.
Contoh pengukuran dari jangka sorong adalah sebagai berikut. Bila diukur sebuah benda
didapat hasil bahwa skala pada jangka sorong terletak antara skala 5,2 cm dan 5,3 cm.
Sedangkan skala nonius yang keempat berimpit dengan salah satu skala utama. Mulai
dari skala keempat ini ini kekiri, selisih antara skala utama dan skala nonius bertambah

0,1 mm atau 0,01 cm setiap melewati satu skala. Karena terdapat 4 skala, maka selisih
antara skala utama dan skala nonius adalah 0,4 mm atau 0,04 cm. Dengan demikian,
dapat ditarik kesimpulan kalau panjang benda yang diukur tersebut adalah 5,2 cm+0,04
cm=5,24 cm.
3. Dengan Mengunakan Mikrometer Sekrup
Untuk megukur benda-benda yang sangat kecil sampai ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm
digunakan alat bernama mikrometer sekrup. Bagian utama dari mikrometer sekrup adalah
sebuah poros berulir yang dipasang pada silinder pemutar yang disebut bidal. Pada ujung
silinder pemutar ini terdapat garis-garis skala yang membagi 50 bagian yang sama. Jika
bidal digerakan satu putaran penuh, maka poros akan maju (atau mundur) sejauh 0,5 mm.
Karena silinder pemutar mempunyai 50 skala disekelilingnya, maka kalau silinder
pemutar bergerak satu skala, poros akan bergeser sebesar 0,5 mm/50 = 0,01 mm atau
0,001 cm.
Sangat perlu diketahui, pada saat mengukur panjang benda dengan mikrometer sekrup,
bidal diputar sehingga benda dapat diletakan diantara landasan dan poros. Ketika poros
hampir menyentuh benda, pemutaran dilakukan dengan menggunakan roda bergigi agar
poros tidak menekan benda. Dengan memutar roda berigi ini, putaran akan berhenti
segera setelah poros menyentuh benda. Jika sampai menyentuh benda yang diukur,
pengukuran menjadi tidak teliti.

1. IV. METODA

Pengukuran Massa Jenis Benda

1. Timbang massa benda dengan massa neraca (minimal 5 kali pengukuran)


2. Catat tiap massa benda yang ditimbang
3. Hitung massa dan volume benda dengan menggunakan rumus massa jenis
4. Ulangi percobaan pada benda lain

Pengukuran Dimensi Panjang, lebar dan tinggi.

1. Ukur setiap panjang/ lebar/ tinggi benda dengan menggunakan jangka sorong,
micrometer sekrup, dan mistar minimal 5 kali pengukuran.

1. V. HASIL PERCOBAAN

Pengukuran Benda Menggunakan Jangka Sorong, Mikrometer Skrup

dan Mistar pada Jenis Benda Alumunium

Jangka Sorong
No Neraca (0,0001 kg) ρ(kg/m3) ∆ρ(kg/m3)
(0,00005 m)
V ∆V m (kg) ∆ m (kg)
1 2,01 21,83 10,8
2 2,02 21,98 10,9
3 2,01 21,73 10,9
0,003 0,1 0,145
4 2,02 21,71 10,9
5 2,01 21,68 10,9
2,014 21,78 10,88

Milimeter sekrup
Neraca (0,0001 kg)
No ρ(kg/m3) ∆ρ(kg/m3)
(0,000005 m)
V ∆V m (kg) ∆ m (kg)
1 20,39 21,98 1,07
2 20,05 21,83 1,08
3 20,04 21,71 1,08
0,145 0,1 0,4759
4 20,06 21,68 1,08
5 20,04 21,73 1,08
20,1 21,78 1,088
Neraca
Mistar (0,0001 m)
(0,0001 kg) ρ(kg ∆ρ
/m3) (kg/m3)
No
ρ (m) ∆ρ(m) ℓ(m) ∆ ℓ(m) t(m) ∆t(m) m(kg) ∆m(kg)
1 2 2 2 21,98 0,1 2,74
2 2 2 2 21,83 41,48
3 2 2 2 21,71 14,76
0,02 0,01 0,02 4,431
4 2 2 1,9 21,68 15,52
5 2 2 1,9 21,73 15,24
1,96 1,98 1,96 21,78 17,948

Pengukuran Benda Menggunakan Jangka Sorong, Mikrometer Skrup

dan Mistar pada Jenis Benda Kayu


Jangka Sorong
Neraca (0,0001 kg)
No ρ(kg/m3) ∆ρ(kg/m3)
(0,00005 m)
V ∆V m (kg) ∆ m (kg)
1 2,01 5,56 2,76
2 2,01 5,1 2,53
3 2,02 4,67 2,31
0,01 0,18 0,0965
4 2,01 4,75 2,36
5 2,01 4,51 2,24
2,012 5,2 2,498

Milimeter sekrup
Neraca (0,0001 kg)
No ρ(kg/m3) ∆ρ(kg/m3)
(0,000005 m)
V ∆V m (kg) ∆ m (kg)
1 20,90 5,1 0,24
2 20,87 4,67 0,22
3 20,88 5,1 0,24
0,69 0,18 0,533
4 19,12 4,75 0,24
5 20,89 5,56 0,26
20,5 5,2 0,224
Neraca
Mistar (0,0001 m) ρ(kg ∆ρ
No
(0,0001 kg) /m3) (kg/m3)
ρ (m) ∆ρ(m) ℓ(m) ∆ ℓ(m) t(m) ∆t(m) m(kg) ∆m(kg)
1 2 2 2 5,56 0,18 0,695
2 2 2 2 5,1 0,637
3 1,9 2 1,9 4,67 9,33
0,01 0 0,01 0,096
4 2 2 2 4,75 0,593
5 2 2 2 5,1 0,637
1,98 2 1,98 5,2 11,87

Pengukuran Benda Menggunakan Jangka Sorong, Mikrometer Skrup

Jangka Sorong
Neraca (0,0001 kg)
No ρ(kg/m3) ∆ρ(kg/m3)
(0,00005 m)
V ∆V m (kg) ∆ m (kg)
1 2,01 61,98 30,8 dan Mistar
2 2,02 62,04 30,7 pada Jenis
3 2,01 62 30,8 Benda Besi
0,002 0,07 0,217
4 2,02 62,05 30,7
5 2,02 62,05 30,7
2,016 62,18 30.74

Milimeter sekrup
Neraca (0,0001 kg)
No ρ(kg/m3) ∆ρ(kg/m3)
(0,000005 m)
V ∆V m (kg) ∆ m (kg)
1 20,47 62,98 3,076
2 20,35 62 3,046
3 20,50 62,05 3,026
0,01 0,07 0,094
4 20,38 62,04 3,044
5 20,52 62,05 3,023
20,4 62,18 3,043

Neraca
Mistar (0,0001 m) ρ(kg ∆ρ
No
(0,0001 kg) /m3) (kg/m3)
ρ (m) ∆ρ(m) ℓ(m) ∆ ℓ(m) t(m) ∆t(m) m(kg) ∆m(kg)
1 2,1 2 1,9 62,04 0,07 112,2
2 2 2 2 62,05 7,75
3 2 1,9 1,9 62,05 112
0,06 0,02 0,02 14,1754
4 1,9 1,9 1,9 62 117,8
5 1,9 2 2 61,98 29,44
1,98 1,96 1,94 62,18 75,838

Pengukuran Benda Menggunakan Jangka Sorong, Mikrometer Skrup

dan Mistar pada Jenis Benda Kuningan

Jangka Sorong
No Neraca (0,0001 kg) ρ(kg/m3) ∆ρ(kg/m3)
(0,00005 m)
V ∆V m (kg) ∆ m (kg)
1 2,02 71 35,14
2 2,01 70,6 35,12
3 2,01 70,67 35,12
0,004 0,155 0,4985
4 2,01 70,6 35,12
5 2,01 70,6 35,12
2,012 70,69 35,124

Milimeter sekrup
Neraca (0,0001 kg)
No ρ(kg/m3) ∆ρ(kg/m3)
(0,000005 m)
V ∆V m (kg) ∆ m (kg)
1 20,40 71 50,6
2 20,43 70,6 50,17
3 20,36 70,67 50,31
0,05 0,155 0,5296
4 20,34 70,6 50,26
5 20,35 70,6 50,25
20,3 70,69 226,59

Neraca
Mistar (0,0001 m) ∆ρ
No ρ(kg /m3)
(0,0001 kg) (kg/m3)
ρ (m) ∆ρ(m) ℓ(m) ∆ ℓ(m) t(m) ∆t(m) m(kg) ∆m(kg)
1 2 2,1 2 66,39 7,90
2 2,1 2 2,1 65,70 7,43
3 2,2 2,1 2 66,07 7,15
4 2 0 2,2 0,01 2 0 65,82 0,155 7,48 2,496
5 2,1 2,1 2 65,76 7,46
-
2,02X10 65,948
2,08X10-3 2,1X 10-2 2 7,5X103
Pengukuran Benda Menggunakan Jangka Sorong, Mikrometer Skrup

dan Mistar pada Jenis Benda Kuningan

No Jenis Benda ρ (kg/m3) ρ Literature (kg/m3) % Ketelitian % Ketepatan


1 Alumunium 5,618 2700 0,99% 0,89%
2 Kayu 0,513 600 0,95% 0,85%
3 Besi 6,227 7800 0,99% 0,8%
4 Kuningan 6,227 8400 0,99% 0,85%

1. VI. PEMBAHASAN

Setelah dilakukan percobaan pengukuran terhadap beberapa benda seperti kayu, besi,
alumunium, tembaga dan kuningan ternyata ketidakpastian dalam pengukuran memang terjadi.
Setiap pengukuran, misalnya pengukuran panjang pada 5 benda tersebut , semuanya dilakukan
lima kali.. Dari lima kali pengukuran itu ternyata berbeda-beda walaupun ternyata perbedaannya
tidak terlalu jauh. Hali ini disebabkan oleh faktor-faktor penyebab ketidakpastian.
Misalnya saja karena kesalahan kalibrasi, yang disebabkan oleh kurang bagusnya alat,
bisa juga karena kesalahan pembacaan skala oleh si pengukur dan bisa juga karena
ketelitian alat pengukur yang terbatas serta faktor-faktor ketidakpastian lainnya.
Sehingga untuk mencari jalan keluarnya, dari sepuluh hasil pengukuran yang ada
kemudian dirata-ratakan sehingga ditemukan nilai rata-rata yang kemudian ditetapkan
sebagai hasil pengukuran. Hasil pengukuran pun untuk memastikan ketepatannya, dibuat
nilai deviasi dengan menggunakan rumus

Dan memang itulah pentingnya mempelajari pengukuran dan ketidakpastian pengukuran


dalam fisika. Dengan mempelajarinya, kita bisa menentukan hasil pengukuran dengan
lebih teliti dan objektif.
1, Tentukan massa jenis tiap benda beserta ketidakpastiannya!

Jawab

1. Alumunium = ρ = 5,618 kg/m3

∆ ρ = 5,0519 kg/m3

1. Kayu = ρ = 0,513 kg/m3

∆ ρ = 0,7255 kg/m3

1. Besi = ρ = 6,227 kg/m3

∆ ρ = 14,486 kg/m3

1. Besi = ρ = 7,162 kg/m3

∆ ρ = 3,53 kg/m3

2. Bandingkan hasil pengukuran menggunakan jangka serong dan micrometer sekrup. Untuk
tiap-tiap benda. Berikan penjelasan alat mana yang memiliki ketelitian yang lebih baik!

Jawab: diantara jangka sorong dan milimeter sekrup , milimeter sekrup lah yang memiliki
ketelitian lebih tinggi. namun , jika dibandingkan dengan jangka sorong maka jangka soronglah
yang memiliki ketelitian lebih baik . karena mudah dalam pembacaan skala dan kecil
kemungkinan untuk salah dalam pembacaan .

1. Tentukan ketelitian pengukuran dan bandingkan dengan literatur

Jawab : Perbandingan ketelitian dari pengukuran dan ketelitian literature ternyata cukup jauh
karena ketelitian literatur memiliki persentase ketelitian yang lebih besar dibandingkan
persentase ketelitian pengukuran.
1. VII. SIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil percobaan ini adalah

Fisika dasar merupakan siklus pertama pada bagian pengajaran fisika.Dimana fisika
merupakan salah satu ilmu yang membahas tentang perilaku dan gejala alam sepanjang yang
dapat di amati manusia.Dalam ilmu fisika kebiasan untuk mencapai suatu tujuan tertentu di
lakukan pengamatan yang di sertai dengan pengukuran.misalnya,mistar,jangka sorong,dan
micrometer sekrup.

Dan dari praktikum yang telah di laksanakan dapat di ambil sebuah kesimpulan bahwa setiap alat
ukur mempunyai suatu kekuatan yang berbeda –beda, dan pengukuran akurat merupakan bagian
penting dari fisikia walaupun demikian tidak ada pengukuran yang benar-benar tepat.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

 Modul praktikum Fisika Dasar 1


 Tippler, P. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid I. Erlangga (Terjemahan).
 Kanginan, Marthen, dkk. 2004. Fisika I A untuk Kelas X. Jakarta, Erlangga

Anda mungkin juga menyukai