Anda di halaman 1dari 13

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GURU DALAM PENERAPAN

PEMBELAJARAN SAINTIFIK MELALUI KEGIATAN PELATIHAN DAN BIMBINGAN DI


TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA KABUPATEN TEMANGGUNG
( Tahun 2015, 30 halaman )
Nunung Budiyati
Kepala TK Negeri Pembina Kabupaten Temanggung

ABSTRAK
Permasalahan dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah guru di Taman Kanak-
kanak Negeri Pembina Kabupaten Temanggung masih kesulitan dalam menerapkan
pendekatan pembelajaran saintifik. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan
keterampilan guru dalam penerapan pembelajaran saintifik melalui pelatihan dan
bimbingan. Subyek penelitian ini adalah guru-guru kelompok A dan B Taman kanak-
kanak Negeri Pembina Kabupaten Temanggung sejumlah 6 orang. Penelitian dilakukan
selama satu bulan mulai awal bulan September 2015 sampai akhir bulan September
2015 dengan tahapan (1) persiapan proposal (2) membuat instrumen (3) pelaksanaan
siklus 1 dan siklus 2 (4) menganalisis data (5) pembahasan (6) membuat laporan.
Penelitian tindakan sekolah ini merupakan jenis penelitian kwalitatif dengan
menggunakan analisis diskriptif dengan membandingkan hasil kondisi awal dengan
siklus 1 dan siklus 2. Kondisi awal keterampilan guru dalam penerapan pembelajaran
saintifik rata-rata 33,3 % (cukup) dan 66,6 % (kurang). Setelah diadakan pelatihan dan
bimbingan pada siklus 1 hasilnya meningkat menjadi rata-rata 33,3 % (baik) dan 66,6%
(cukup), namun karena peningkatan ini dirasa peneliti masih kurang maksimal maka
dilanjutkan tindakan siklus 2 yaitu pendalaman pelatihan dan bimbingan. Hasil dari
tindakan di siklus 2 ini meningkat lebih lagi hingga mencapai 100 % (baik) dan sudah
tidak ada guru yang mendapatkan nilai kurang maupun cukup sehingga tidak perlu
diadakan siklus 3. Berdasarkan hasil analisa diatas disimpulkan bahwa pelatihan dan
bimbingan dapat meningkatkan keterampilan guru Taman Kanak-kanak Negeri
Pembina Kabupaten Temanggung dalam penerapanpendekatan pembelajaran saintifik.

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Adanya kebijakan pemerintah tentang pelaksanaan kurikulum 2013 paud membawa
konsekwensi antara lain perubahan dari model pembelajaran yang tradisional ( model
dan metode pembelajaran yang lebih berpusat pada guru ) ke pengembangan model
dan metode pembelajaran yang lebih berpusat kepada siswa. Hal demikian menuntut
kemampuan guru dalam merancang model pembelajaran yang lebih berpusat kepada
siswa, sesuai dengan karakteristik bidang kegiatan dan karakteristik siswa agar
mencapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu peran guru dalam konteks
pembelajaran menuntut perubahan antara lain : (a) peranan guru sebagai penyebar
informasi semakin kecil, tetapi lebih banyak berfungsi sebagai pembimbing, penasehat
dan pendorong, (b) peserta didik adalah individu-individu yang kompleks, yang berarti
bahwa mereka mempunyai perbedaan cara belajar sesuatu yang berbeda pula, (c)
proses belajar lebih ditekankan pada bermain sambil belajar.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengimplementasikan pergeseran peran
guru dalam pembelajaran yaitu :
a. Cara pandang guru terhadap siswa perlu diubah. Siswa bukan lagi sebagai obyek
pempelajaran, tetapi siswa sebagai pelaku aktif dalam proses pembelajaran. Dalam diri
siswa terdapat berbagai potensi yang siap dikembangkan. Oleh karena itu dalam
konteks pembelajaran guru diharapkan mampu memberikan dorongan kepada siswa
untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
b. Guru diharapkan mampu mengajarkan bagaimana siswa bisa berlatih menghadapi
masalah dan mengatasi persoalan dengan cara mendengarkan, mengamati, mencoba,
mendefinisikan dan menyimpulkan meskipun dengan sederhana sesuai tahap
perkembangan anak.
Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan baru sebagian kecil guru Taman
Kanak-kanak Negeri Pembina Kabupaten Temanggung yang telah menerapkan
pendekatan pembelajaran saintifik dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar,
dengan alasan mereka belum paham dan belum mendapatkan pelatihan khusus
tentang penerapan pembelajaran saintifik.
Melihat kondisi tersebut nampaknya perlu usaha untuk memberikan pemahaman
dan keterampilan kepada guru Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Kabupaten
Temanggung tentang penerapan pembelajaran saintifik. Untuk mewujudkan kompetensi
dan peran guru dalam penerapan pembelajaran saintifik perlu adanya upaya yang
dilakukan baik oleh Dinas Pendidikan, pengawas Sekolah maupun Kepala Sekolah.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan Kepala Sekolah dalam rangka meningkatkan
keterampilan guru dalam penerapan pembelajaran saintifik adalah melalui kegiatan
Pelatihan dan Bimbingan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba mengadakan penelitian tindakan
sekolah untuk mengetahui efektifitas kegiatan pelatihan dan bimbingan yang dilakukan
Kepala Sekolah terhadap peningkatan keterampilan guru dalam penerapan
pembelajaran saintifik.

B. Identifikasi Masalah
Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab masih rendahnya keterampilan
guru di Taman Kanak-kanak Negeri pembina dalam menerapkan pendekatan
pembelajaran saintifik antara lain :
1. Kurangnya atau belum adanya kegiatan pelatihan dan bimbingan tentang pembelajaran
saintifik.
2. Keterbatasan sarana dan prasarana pembelajaran untuk mengembangkan
pembelajaran saintifik.
3. Motivasi guru masih rendah
4. Kurang berfungsinya peran pengawas sekolah.
5. Kurangnya keterampilan guru dalam menyusun rencana kegiatan untuk penerapan
pembelajaran saintifik.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan hasil identifikasi masalah dengan mempertimbangkan waktu, tenaga
dan biaya yang tersedia, penelitian tindakan sekolah ini hanya membatasi pada
masalah kurangnya atau belum adanya kegiatan pelatihan dan bimbingan tentang
pembelajaran saintifik menjadi salah satu penyebab kurangnya atau lemahnya
keterampilan guru dalam pembelajaran saintifik.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut :
“ Bagaimana efektifitas kegiatan pelatihan dan bimbingan yang dilakukan kepala
sekolah terhadap peningkatan keterampilan guru dalam penerapan pembelajaran
saintifik di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Kabupaten Temanggung “.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan khusus dari kegiatan penelitian tindakan sekolah ini adalah untuk
mengetahui efektifitas upaya peningkatan keterampilan guru dalam penerapan
pembelajaran saintifik melalui pelatihan dan bimbingan di Taman Kanak-kanak Negeri
Pembina Kabupaten Temanggung.
Sedangkan tujuan umum dari kegiatan penelitian tindakan sekolah ini adalah untuk
peningkatan kwalitas proses dan hasil belajar anak di Taman Kanak-kanak Negeri
Pembina Kabupaten Temanggung.

F. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Untuk mengaplikasikan pengetahuan tentang penerapan pendekatan pembelajaran
saintifik di Taman Kanak-kanak.

2. Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini adalah sebagai pedoman bagi guru untuk menerapkan
pendekatan pembelajaran saintifik di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Kabupaten
Temanggung.

BAB II LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN


A. Landasan Teoretis
1. Teori Tentang Keterampilan
Keterampilan adalah hasil belajar pada ranah psikomotorik, yang terbentuk
menyerupai hasil belajar kognitif. Keterampilan adalah kemampuan untuk mengerjakan
atau melaksanakan sesuatu dengan baik (Nasution, 1975). Maksud dari pendapat
tersebut bahwa kemampuan adalah kecakapan dan potensi yang dimiliki oleh
seseorang untuk menguasai suatu keahlian yang dimilikinya sejak lahir. Kemampuan
tersebut merupakan suatu hasil latihan yang digunakan untuk melakukan sesuatu.
Melalui pendapat Chaplin di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan seseorang itu
dapat tumbuh melalui latihan-latihan yang dilakukan oleh orang itu sendiri.
Keterampilan (skill) dalam arti sempit yaitu kemudahan, kecepatan, dan ketepatan
dalam tingkah laku motorik yang disebut juga normal skill. Sedangkan dalam arti luas,
keterampilan meliputi aspek normal skill, intelektual skill, dan social skill (Vembriarto,
1981). Keterampilan adalah pola kegiatan yang bertujuan, yang memerlukan manipulasi
dan koordinasi informasi yang dipelajari (Sudjana, 1996).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah
kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik, cepat, dan tepat. Keterampilan
akan dapat dicapai atau ditingkatkan dengan latihan tindakan secara
berkesinambungan.
2. Teori Tentang Pembelajaran Saintifik
a. Pengertian Pembelajaran saintifik
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar
peserta didik secara aktif mengkonstruk kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan melalui
tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan.
Pendekatan saintifik tidak diartikan sebagai belajar sain tetapi menggunakan proses saintis dalam
kegiatan belajar.
b. Pentingnya pendekatan saintifik sejak anak usia dini.
Pembelajaran saintifik pada anak usia dini merupakan hal yang sangat penting untuk banyak
aspek perkembangan anak. para peneliti menganjurkan pembelajaran saintifik mulai dikenalkan
sebelum anak memasuki sekolah, bahkan anak sejak lahir. (Eshach & Fried, 2005; Watters,
Diezmann, Grieshaber, & Davis, 2000). Hal ini penting untuk membantu anak memahami dunia,
mengumpulkan dan mengolah informasi sebagai kunci dasar anak belajar berpikir saintis (Eshach &
Fried, 2005)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mengembangkan berpikir saintifik
sejak usia dini akan mempermudah transfer keterampilan saintifik yang mereka miliki
menjadi area akademik yang dapat mendukung prestasi akademik. Berpikir saintifik
adalah kemampuan berpikir dalam memahami masalah, menganalisa, mencari
pemecahannya, dan menghasilkan sesuatu yang inovatif dan kreatif. self-efficacy (Kuhn
& Pearsall, 2000; Kuhn & Schauble, & Garcia-Milla, 1992). PAUD yang proses
pembelajarannya miskin dengan proses berpikir saintifis berpengaruh negative pada
perilaku dan capaian prestasi anak. Dampak tersebut bersifat menetap hingga ke tahap
pendidikan tinggi (Mullis & Jenkins, 1988).
c. Pendekatan Saintifik Pada Anak Usia Dini
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa
agar peserta didik secara aktif membangun kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan melalui tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
menalar, dan mengomunikasikan. Pada anak usia dini pengenalan proses saintifik
dilakukan dengan cara melibatkan anak langsung dalam kegiatan; yakni melakukan,
mengalami pencarian informasi dengan bertanya, mencari tahu jawaban hingga
memahami dunia dengan gagasan-gagasan yang mengagumkan. (Duckworth, 1987).

3. Teori Tentang Pelatihan


a. Definisi Pelatihan
Menurut Mathis (2002), Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang
mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh
karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat
dipandang secara sempit maupun luas. Secara terbatas, pelatihan menyediakan para
pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan
yang digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik
antara pelatihan dengan pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat lebih
luas dalam cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan
baru yang berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun di masa mendatang.
Sedangkan Payaman Simanjuntak (2005) mendefinisikan pelatihan merupakan
bagian dari investasi SDM (human investment) untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan kerja, dan dengan demikian meningkatkan kinerja pegawai. Pelatihan
biasanya dilakukan dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan,
diberikan dalam waktu yang relatif pendek, untuk membekali seseorang dengan
keterampilan kerja.
Pelatihan didefinisikan oleh Ivancevich sebagai “usaha untuk meningkatkan kinerja
pegawai dalam pekerjaannya sekarang atau dalam pekerjaan lain yang akan dijabatnya
segera”. Selanjutnya, sehubungan dengan definisinya tersebut, Ivancevich (2008)
mengemukakan sejumlah butir penting yang diuraikan di bawah ini: Pelatihan (training)
adalah “sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja seorang/sekelompok
pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi”. Pelatihan terkait dengan
keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk pekerjaan yang sekarang
dilakukan. Pelatihan berorientasi ke masa sekarang dan membantu pegawai untuk
menguasai keterampilan dan kemampuan (kompetensi) yang spesifik untuk berhasil
dalam pekerjaannya.
Pelatihan menurut Gary Dessler (2009) adalah Proses mengajarkan karyawan
baru atau yang ada sekarang, ketrampilan dasar yang mereka butuhkan untuk
menjalankan pekerjaan mereka”. Pelatihan merupakan salah satu usaha dalam
meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam dunia kerja. Karyawan, baik yang
baru ataupun yang sudah bekerja perlu mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan
pekerjaan yang dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain
sebagainya.
b. Tujuan Pelatihan
Tujuan umum pelatihan sebagai berikut : (1) untuk mengembangkan keahlian,
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif, (2) untuk
mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara
rasional, dan (3) untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan
kerjasama dengan teman-teman pegawai dan dengan manajemen (pimpinan).
Sedangkan komponen-komponen pelatihan sebagaimana dijelaskan oleh
Mangkunegara (2005) terdiri dari :
1) Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat di ukur.
2) Para pelatih (trainer) harus ahlinya yang berkualitas memadai (profesional).
3) Materi pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak di
capai.
4) Peserta pelatihan dan pengembangan (trainers) harus memenuhi persyaratan yang
ditentukan.
Dalam pengembangan program pelatihan, agar pelatihan dapat bermanfaat dan
mendatangkan keuntungan diperlukan tahapan atau langkah-langkah yang sistematik.
Secara umum ada tiga tahap pada pelatihan yaitu tahap penilaian kebutuhan, tahap
pelaksanaan pelatihan dan tahap evaluasi. Atau dengan istilah lain ada fase
perencanaan pelatihan, fase pelaksanaan pelatihan dan fase pasca pelatihan.
Mangkunegara (2005) menjelaskan bahwa tahapan-tahapan dalam pelatihan dan
pengembangan meliputi : (1) mengidentifikasi kebutuhan pelatihan / need assesment;
(2) menetapkan tujuan dan sasaran pelatihan; (3) menetapkan kriteria keberhasilan
dengan alat ukurnya; (4) menetapkan metode pelatihan; (5) mengadakan percobaan
(try out) dan revisi; dan (6) mengimplementasikan dan mengevaluasi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah proses
mengajarkan karyawan untuk menguasai keterampilan yang mereka butuhkan untuk
menjalankan pekerjaan mereka. Pelatihan mempunyai tujuan untuk mengembangkan
keahlian, pengetahuan dan sikap. Pelatihan dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan
mengidentifikasi kebutuhan, menetapkan tujuan dan sasaran, menetapkan kriteria
keberhasilan, menetapkan metode, mengadakan percobaan dan
mengimplementasikan.

4. Teori Tentang Bimbingan


a. Definisi Bimbingan
Menurut Prayitno & Erman Amti (2004) Bimbingan adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang
individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang-orang yang dibimbing
dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan
berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan
secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga
ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan
keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap
kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti (Winkel & Sri
Hastuti 2007).
Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang di berikan kepada individu
atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan di
dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat
mencapai kesejahteraan hidupnya.
Menurut Miller (2005) menyatakan bahwa bimbingan merupakan proses bantuan
terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang
dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri yang dibutuhkan untuk melakukan
penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk
madarasah), keluarga, dan masyarakat.
Bimbingan sebagai "The help given by one person to another in making choices
and adjustment and in solving problems". Pengertian bimbingan yang dikemukakan
Arthur ini amat sederhana yaitu bahwa dalam proses bimbingan ada dua orang yakni
pembimbing dan yang dibimbing, dimana pembimbing membantu si terbimbing
sehingga si terbimbing mampu membuat pilihan-pilihan, menyesuaikan diri, dan
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya (Sofyan S. Willis 2009).
Bimbingan berarti suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada
individu dalam hal: memahami diri sendiri; menghubungkan pemahaman tentang
dirinya sendiri dengan lingkungan; memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai
dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan dari lingkungan (Winkel & Sri Hastuti 2007).
Bimbingan merupakan serangkaian kegiatan paling pokok, bimbingan dalam
membantu konseli/klien secara tatap muka, dengan tujuan agar klien dapat mengambil
tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus (Winkel &
Sri Hastuti 2007).
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki maupun
perempuan yang memiliki pribadi baik dan pendidikan yang memadai, kepada
seseorang (individu) dari setiap usia untuk menolongnya mengembangkan kegiatan-
kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat
pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri (M. Tohirin 2008).
Dari beberapa devinisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada
seseorang atau beberapa individu baik anak-anak, remaja maupun dewasa agar orang
yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian terdahulu yang relefan dengan penelitian ini adalah “ Upaya Peningkatan
Keterampilan Guru Dalam Penerapan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan Melalui Kegiatan Pelatihan dan Bimbingan Di SMPN 2 Ciekeusik
Kabupaten Pandeglang “ oleh Aina Mulyana (2005). Hasilnya adalah pelatihan dan
bimbingan terbukti dapat meningkatkan keterampilan guru dalam penerapan
pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran teoretis dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1

D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara berupa tindakan atas rumusan
permasalahan yang di tetapkan dalam perencanaan penelitian tindakan sekolah.
Sesuai dengan judul penelitian “ Upaya Meningkatkan Keterampilan Guru dalam
penerapan pembelajaran saintifik melalui kegiatan pelatihan dan bimbingan di Taman
Kanak-kanak Negeri Pembina Kabupaten Temanggung” maka yang menjadi hipotesis
tindakan dalam penelitian tindakan sekolah ini adalah “ Pelatihan dan Bimbingan dapat
meningkatkan Keterampilan Guru Dalam Penerapan Pembelajaran Saintifik di Taman
Kanak-kanak Negeri Pembina Kabupaten Temanggung “.

BAB III METODE PENELITIAN


A. Seting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan mulai tanggal 1 September 2015 sampai
dengan 30 September 2015 dengan kegiatan sebagai berikut ;
1. Persiapan Penelitian
2. Pelaksanaan Penelitian
3. Pengolahan Data
4. Penyusunan Laporan

C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah Semua guru di Taman Kanak-
kanak Negeri Pembina Kabupaten Temanggung sejumlah 6 orang.
D. Fokus Penelitian
Penelitian ini di fokuskan pada upaya peningkatan keterampilan guru dalam
penerapan pembelajaran saintifik

E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen antara lain :
1. Pedoman wawancara
2. Ceklis
3. Dokumentasi

F. Teknik Pengumpulan Data


Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi dan
catatan data lapangan, wawancara, hasil ceklis dan catatan hasil refleksi / diskusi yang
dilakukan oleh peneliti dan mitra peneliti. Penentuan teknik tersebut didasarkan pada
ketersediaan sarana dan prasarana serta kemampuan yang dimiliki peneliti dan mitra
peneliti.

G. Teknik Analisis Data


Analisis atau pembahasan data dalam penelitian tindakan sekolah ini dilakukan
sejak awal, artinya analisis data dilakukan tahap demi tahap atau siklus demi siklus. Hal
ini sesuai dengan pendapat Miles dan Huberman (2005) bahwa “ the ideal model for
data collection and analysis is one that interweaves them form the begining “. Ini berarti
model ideal dari pengumpulan data dan analisis adalah yang secara bergantian
berlangsung sejak awal.
Kegiatan analisis data akan dilakukan mengacu pada pendapat Rochiati
Wiriatmaja (2005) dengan melakukan catatan refleksi, yakni pemikiran yang timbul
pada saat mengamati dan merupakan hasil proses membandingkan, mengkaitkan atau
menghubungkan data yang ditampilkan dengan data sebelumnya atau dengan teori-
teori yang relevan.

H. Indikator Kinerja
Penelitian tindakan sekolah ini dikatakan berhasil jika :
1. Semua guru sudah terampil mengembangkan Kemampuan Dasar (KD) kedalam bentuk
kegiatan pembelajaran saintifik dengan baik.
2. Semua guru sudah terampil menyusun/merancang kegiatan pembelajaran saintifik
dengan baik.
3. Semua guru terampil memilih metode pembelajaran untuk pendekatan saintifik dengan
baik.
4. Semua guru terampil memilih sumber belajar untuk pendekatan pembelajaran saintifik
dengan baik.
5. Semua guru terampil memilih alat peraga untuk pembelajaran saintifik dengan baik.
6. Semua guru terampil menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk
pendekatan pembelajaran saintifik dengan baik.
7. Semua guru terampil mengelola kelas / model pembelajaran untuk pendekatan
pembelajaran saintifik dengan baik.
8. Semua guru terampil menyampaikan materi pembelajaran untuk pendekatan
pembelajaran saintifik dengan baik.
9. Semua guru terampil memotivasi peserta didik untuk pendekatan pembelajaran saintifik.
10. Semua guru terampil memberikan penilaian kepada peserta didik dalam pendekatan
pembelajaran saintifik.

Anda mungkin juga menyukai