Anda di halaman 1dari 4

Carrying Capacity

A. Carrying Capacity ( Distirbusi dan Komposisi )

Carrying capacity merupakan konsep yang diperkenalkan oleh Thomas Malthus yang tertuang dalam buku
The Principle of Population. Dimana artinya adalah jumlah maksimum individu yang dapat didukung atau
dilayani oleh sumber daya yang ada di dalam suatu ekosistem. Dapat dikatakan bahwa kemampuan
lingkungan dapat menyediakan sumber daya agar kehidupan semua makhluk di bumi dapat hidup secara
berkelanjutan. Agar tidak terjadi kelaparan dimana – mana, dan menjamin suatu negara memiliki
ketahanan pangan.

Pengertian daya dukung lingkungan ( carrying capacity ) menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Daya dukung lingkungan adalah jumlah maksimum manusia yang
dapat didukung oleh bumi dengan sumberdaya alam yang tersedia. Jumlah maksimum tersebut adalah
jumlah yang tidak menyebabkan kerusakan pada lingkungan dan kehidupan di bumi dapat berlangsung
secara “sustainable”.

Adapun teori ini berkembang dan muncul beberapa isu penting yang muncul terkait ledakan populasi
dunia yang terjadi di masa kini. Pertumbuhan atau pertambahan jumlah penduduk dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain tingkat kelahiran dan urbanisasi. Kedua faktor ini yang kemudian menjadi
salah satu penyebab tidak seimbangnya laju pertumbuhan ekonomi dan sosial, ketidakseimbangan
tersebut terjadi apabila laju pertumbuhan penduduk pada suatu wilayah tidak seimbang dengan angka
laju pertumbuhan ekonomi dan sosial pada wilayah tersebut. Selain itu, masih adanya disparitas
pembangunan antara daerah perkotaan dan pedesaan yang juga merupakan salah satu penyebab
terjadinya arus migrasi dari satu wilayah ke wilayah yang lain.

Mengacu data dari Badan Pusat Statistik mencatat bahwa laju pertumbuhan penduduk Indonesia selama
periode 2000 – 2010 lebih tinggi dibanding periode 1990 – 2000. Laju pertumbuhan penduduk 2000 –
2010 mencapai 1,49 persen atau lebih tinggi dibanding periode 1990 – 2000 yang hanya mencapai 1,45
persen sesuai dengan hasil sensus tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,56 juta orang.
Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan pangan 237,56 juta orang dibutuhkan lahan produktif untuk
tanaman padi seluas 13 juta ha, namun saat ini lahan padi yang diolah hanya seluas 7,7 ha, jika
pertambahan penduduk setiap tahunnya sebesar 1,49% atau bahkan melebihi, maka dengan sendirinya
akan mendatangkan masalah – masalah seperti distribusi, komposisi, dan pola konsumsi yang berbeda –
beda.

Masalah distribusi ini pun dipengaruhi oleh persebaran penduduk yang tidak merata karena timbulnya
migrasi penduduk. Seperti halnya yang terjadi di Indonesia, urbanisasi begitu sangat besar dan
mengakibatkan daerah tertentu mengalami kepadatan penduduk. Sehingga dengan sendirinya akan
mengalami carrying capacity yang akan menimbulkan beberapa masalah yang menyebabkan kualitas
hidup menjadi sangat rendah. Selain itu, akan mendatangkan masalah – masalah sosial seperti
kemiskinan, kelaparan, kekumuhan kota, sanitasi, limbah, berkurangnya daya dukung lahan dan masalah
– masalah sosial lainnya. Apabila suatu daerah mencapai titik maksimal carrying capacity, dengan
sendirinya penduduk akan melakukan migrasi menuju daerah yang kaya akan sumber daya alam atau
tanah yang sangat subur.

Berkaitan dengan komposisi yang berhubungan dengan usia, gender, dan tingkat pendapatan. Badan
Pusat Statistik Indonesia mengatakan bahwa di tahun 2030, Indonesia akan mengalami bonus demografi.
Bonus demografi merupakan peningkatan jumlah penduduk usia produktif secara signifikan. Hal ini
ditandai dengan menurunnya rasio ketergantungan ( dependency ratio ) penduduk non-usia kerja ( 0-14
tahun dan > 65 tahun ) terhadap penduduk usia kerja ( 15 – 64 tahun ). Dengan adanya jumlah penduduk
usia produktif yang lebih besar daripada usia non – produktif, hal ini tentunya akan menyebabkan
persaingan kerja yang lebih tinggi pula. Sehingga sesuai dengan konsep teori makro ekonomi neoklasik,
dan akan sulit mendapatkan pekerjaan seiring meningkatnya jumlah penduduk. Kemudian sesuai dengan
hukum penawaran dan permintaan, bila permintaan tenaga kerja banyak, maka penawaran upah tenaga
kerja akan semakin murah pula dan berpengaruh dengan tingkat pendapatan. Dan ini terjadi pada daerah
yang mengalami kepadatan penduduk, sehingga mengakibatkan jumlah angkatan kerja yang semakin
besar daripada lapangan kerja. Maka, akan timbul masalah sosial yaitu meningkatnya jumlah
pengangguran karena lapangan pekerjaan tidak bisa menampung penduduk usia produktif.

B. Carrying Capacity Terkait Dengan Kualitas, Kuantitas, dan Keberlanjutan Lingkungan

Besarnya jumlah penduduk terkait langsung dengan penyediaan bahan pangan. Berdasarkan UU Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan pasal 1 berbunyi bahwa pangan adalah segala hal yang
berasal dari sumber daya hayati baik dari produk pertanian, kehutanan, perkebunan, perairan,
peternakan, perikanan, dan air yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukan sebagai makanan
ataupun minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan
bahan lainnya yang dimanfaatkan dalam proses persiapan, pengolahan, atau pembuatan makanan
maupun minuman. Di Indonesia, konsumsi pangan utama sumber karbohidrat adalah beras. Menurut
Badan Pusat Statistik, sejak tahun 1970 – 1990 konsumsi beras per kapita per tahun meningkat.
Sedangkan menurut Sensus Pertanian Tahun 2013 oleh Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa rata-
rata luas lahan tanaman pangan saat ini hanya sebesar 7.407 m2. Padahal jumlah kebutuhan lahan
pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi 238,5 juta jiwa sekitar 13 hektar atau lebih.

Berangkat dari permasalahan tersebut, maka kebutuhan pangan suatu negara harus terpenuhi secara
maksimal. Dan harus memperhatikan beberapa aspek diantaranya dari segi kuantitas pangan, kualitas
pangan, dan keberlanjutan lingkungan. Dari aspek tersebut, menimbulkan definisi mengenai ketahanan
pangan suatu negara. Pengertian ketahanan pangan versi negara Republik Indonesia telah dirumuskan
dalam UU Pangan (Suryana,2013b). Dengan mengacu pada berbagai definisi yang berlaku di Indonesia
dan di masyarakat Internasional, para penyusun UU Pangan merumuskan Batasan ketahanan pangan yang
didalamnya merangkum beberapa butir penting sebagai berikut: (1) terpenuhinya kebutuhan pangan bagi
negara sampai tingkat perseorangan; (2) tolok ukur terpenuhinya kebutuhan pangan meliputi beberapa
aspek yaitu: (a) dari sisi kuantitas jumlahnya cukup, (b) dari sisi kualitas mutunya baik, aman dikonsumsi
jenis pangan tersedia beragam, memenuhi kecukupan gizi, (c) dari sisi keamanan pangan rohani, pangan
harus tidak bertentangan dengan dengan kaidah agama, keyakinan dan budaya masyarakat, serta (d) dari
sisi keterjangkauan ekonomi, pangan tersedia merata ke seluruh pelosok Indonesia dengan harga
terjangkau oleh seluruh komponen masyarakat; dan (3) penyediaan dan keterjangkauan pangan ini
dimaksudkan agar masyarakat sampai perseorangan dapat hidup sehat, aktif, produktif secara
berkelanjutan.

Definisi ini belum mengindikasikan sumber pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh
masyarakat. Dengan masuknya konsep kedaulatan pangan dan kemandirian pangan, aspek sumber
pangan menjadi salah satu hal yang penting dan strategis diatur dalam pasal-pasal pada UU Pangan
tersebut, diantaranya pada pasal 14 dan 15 (Suryana, 2013b). Pasal tersebut mengatur bahwa sumber
penyediaan pangan berasal dari produksi dalam negeri dan cadangan pangan nasional. Apabila dari kedua
sumber tersebut tidak mencukupi, pangan dapat dipenuhi dari import dengan jumlah sesuai dengan
kebutuhan. Dengan demikian, impor pangan merupakan variable kebijakan yang sah untuk dimanfaatkan,
tetapi harus dirancang dengan cermat melalui perhitungan yang tepat tentang ketersediaan pangan dari
produksi dalam negeri, cadangan pangan, dan kebutuhan konsumsi pangan antar wilayah serta nasional.
Selain itu, keputusan impor pangan harus benar-benar didasarkan dalam rangka menjaga kepentingan
nasional. Dengan kata lain, impor pangan adalah kebijakan terakhir yang dapat diambil (food import is the
last resort).

C. Solusi

Melihat kondisi dan keadaan yang terjadi pada saat ini, perlu menjadi perhatian bersama bahwa kebijakan
dan pengadaan pangan yang diberikan harus tepat sasaran, hingga implementasinya memiliki nilai dalam
mewujudkan pemenuhan pangan dan keberlangsungan hidup bangsa. Selain itu, juga perlu
dilaksanakannya kembali kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan pengendalian pertumbuhan
penduduk yaitu Program Keluarga Berencana ( KB ). Sehingga dapat menekan laju pertumbuhan
penduduk terutama di Indonesia. Selain itu, pemerintah khususnya bidang pertanian dengan
meningkatkan produksi dalam negeri, pemberdayaan petani, serta diversifikasi produk pangan dengan
mengembangkan benih local dan pangan lokal. Dalam penggunaan energi, perlu dikembangkan energi
alternatif yang ramah lingkungan, pembangunan waduk / bendungan secara massif guna mendukung
kelancaran irigasi untuk sektor pertanian, menyediakan lahan untuk permukiman penduduk dan juga
mengendalikan dampak lingkungan yang timbul. Dan di masa depan juga harus dipikirkan dengan
teknologi pertanian yang lebih canggih, seperti halnya menggembangkan bibit unggul dengan masa panen
pendek atau tidak membutuhkan waktu yang lama, yang diharapkan dalam setahun bisa panen 3 kali
bahkan sampai 5 kali. Dan kualitas pangan yang terbaik dan unggul.

Anda mungkin juga menyukai

  • SEKOLAH MENENGAH KIMIA
    SEKOLAH MENENGAH KIMIA
    Dokumen6 halaman
    SEKOLAH MENENGAH KIMIA
    Bernardine Prima
    Belum ada peringkat
  • Soal PKN Dan Bi Uts Semester 1
    Soal PKN Dan Bi Uts Semester 1
    Dokumen2 halaman
    Soal PKN Dan Bi Uts Semester 1
    Bernardine Prima
    Belum ada peringkat
  • Soal Uts Matematika
    Soal Uts Matematika
    Dokumen4 halaman
    Soal Uts Matematika
    Bernardine Prima
    Belum ada peringkat
  • Soal TWK 1-2021
    Soal TWK 1-2021
    Dokumen9 halaman
    Soal TWK 1-2021
    Bernardine Prima
    Belum ada peringkat
  • Jawaban TWK 1-2021
    Jawaban TWK 1-2021
    Dokumen19 halaman
    Jawaban TWK 1-2021
    Bernardine Prima
    Belum ada peringkat
  • SOAL
    SOAL
    Dokumen9 halaman
    SOAL
    Bernardine Prima
    Belum ada peringkat
  • MENGENAL POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT
    MENGENAL POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT
    Dokumen8 halaman
    MENGENAL POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT
    Sukdi Sukma
    0% (1)
  • TIU
    TIU
    Dokumen14 halaman
    TIU
    Bernardine Prima
    Belum ada peringkat
  • TEKNOLOGI PELONTAR BOLA
    TEKNOLOGI PELONTAR BOLA
    Dokumen8 halaman
    TEKNOLOGI PELONTAR BOLA
    Bernardine Prima
    Belum ada peringkat
  • Himpunan Rocky
    Himpunan Rocky
    Dokumen4 halaman
    Himpunan Rocky
    Bernardine Prima
    Belum ada peringkat
  • TWK 1-3
    TWK 1-3
    Dokumen9 halaman
    TWK 1-3
    Bernardine Prima
    Belum ada peringkat
  • Bilangan Nilai Tempat
    Bilangan Nilai Tempat
    Dokumen5 halaman
    Bilangan Nilai Tempat
    Ririn Wahyu Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Mat Semester 1
    Mat Semester 1
    Dokumen6 halaman
    Mat Semester 1
    Bernardine Prima
    Belum ada peringkat
  • Jawaban TKP Hots Paket 4 - 6
    Jawaban TKP Hots Paket 4 - 6
    Dokumen19 halaman
    Jawaban TKP Hots Paket 4 - 6
    Bernardine Prima
    Belum ada peringkat
  • Nomor 1
    Nomor 1
    Dokumen6 halaman
    Nomor 1
    Bernardine Prima
    Belum ada peringkat
  • 01 Soal Latihan
    01 Soal Latihan
    Dokumen24 halaman
    01 Soal Latihan
    Riski Indra Irawati
    Belum ada peringkat
  • Bilangan Nilai Tempat
    Bilangan Nilai Tempat
    Dokumen5 halaman
    Bilangan Nilai Tempat
    Ririn Wahyu Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Surat Pernyataan
    Surat Pernyataan
    Dokumen2 halaman
    Surat Pernyataan
    Bernardine Prima
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen8 halaman
    1
    Nietha Kharisma
    Belum ada peringkat
  • Surat Lamaran
    Surat Lamaran
    Dokumen2 halaman
    Surat Lamaran
    RyanSangMaestro
    Belum ada peringkat
  • TKD Tiu CPNS PDF
    TKD Tiu CPNS PDF
    Dokumen46 halaman
    TKD Tiu CPNS PDF
    Van El Vian
    Belum ada peringkat
  • BAB I, II, III Untuk Perusahaan
    BAB I, II, III Untuk Perusahaan
    Dokumen35 halaman
    BAB I, II, III Untuk Perusahaan
    Bernardine Prima
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen8 halaman
    1
    Nietha Kharisma
    Belum ada peringkat
  • 01 Soal Latihan
    01 Soal Latihan
    Dokumen24 halaman
    01 Soal Latihan
    Riski Indra Irawati
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen8 halaman
    1
    Nietha Kharisma
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen8 halaman
    1
    Nietha Kharisma
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen8 halaman
    1
    Nietha Kharisma
    Belum ada peringkat
  • FAQ Kewajiban Penggunaan Rupiah
    FAQ Kewajiban Penggunaan Rupiah
    Dokumen14 halaman
    FAQ Kewajiban Penggunaan Rupiah
    Sinta Agtrianasari
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen8 halaman
    1
    Nietha Kharisma
    Belum ada peringkat
  • Sebi - 17 11 15 Penggunaan Rupiah
    Sebi - 17 11 15 Penggunaan Rupiah
    Dokumen17 halaman
    Sebi - 17 11 15 Penggunaan Rupiah
    Sigit Prakasa
    Belum ada peringkat