Anda di halaman 1dari 7

CiE 3 (1) (2014)

Chemistry in Education
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/chemined

PENERAPAN PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF DALAM


PEMBELAJARAN KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

RZ Sania, S Priatmoko

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang

Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. 8508112 Semarang 50229

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Pembelajaran berpusat pada guru menyebabkan siswa tidak dapat membangun
Diterima 17 Januari 2013 pengetahuannya sendiri sehingga menjadi pasif. Pendekatan induktif-deduktif
Disetujui 17 Februari 2013 merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam
Dipublikasikan April 2014 membangun pengetahuan. Penelitian dilakukan di MAN 1 Magelang pada
materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektivitas pembelajaran dengan pendekatan induktif-deduktif.
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA MAN 1 Magelang
tahun pelajaran 2012/2013. Desain penelitian yang digunakan adalah posttest only
Keywords: control design. Teknik sampling yang digunakan yaitu cluster random sampling,
learning outcomes dengan kelas XI IPA 4 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 1 sebagai kelas
deductive approach kontrol. Pengujian hipotesis dilakukan menggunakan uji t terhadap nilai posttest.
inductive approach Dari hasil uji hipotesis tersebut diperoleh nilai thitung sebesar 4,99 dan nilai t(0,95)(21)
inductive­deductive approach sebesar 1,72, yang berarti nilai thitung lebih dari t(0,95)(21) sehingga nilai posttest kelas
eksperimen sudah mencapai ketuntasan belajar dengan proporsi ketuntasan
belajar klasikal kelas diatas 0,85. Pada pengujian aspek afektif dan psikomotor,
rata-rata nilai hasil belajar kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
pendekatan induktif-deduktif efektif pada hasil belajar kimia siswa MAN 1
Magelang pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan.

Abstract
Teacher­centered learning cause students can’t construct their own knowledge and becomes
passive. Inductive­deductive approach is a learning approach which make students enable to
construct their knowledge. The research was conducted at MAN 1 Magelang on topic
solubility and solubility product. The purpose of this research was to determine the
effectiveness of learning with inductive­deductive approach. The study population was all
students in grade XI IPA MAN 1 Magelang school 2012/2013. The research design is
posttest only control design. Sampling technique is cluster random sampling, class XI IPA
4 as an experimental class and class XI IPA 1 as the control class. Hypothesis test have been
done using the t test for posttest values and the results obtained tvalue is 4.99 and
t(0,95)(21) is 1.72, it means the tvalue is larger than t(0,95)(21) so that the posttest value of
experimental class has reached completeness in learning with proportion classical
completeness upper than 0.85. On affective and psychomotor aspects of testing, the average
value of the experimental class learning better than classroom control. Based on the results
of the research, concluded that learning use inductive­deductive approach is effective in
student MAN 1 Magelang learning outcomes chemistry on topic solubility and solubility
product.

© 2013 Universitas Negeri Semarang


 Alamat korespondensi:
Email: rr_saniazahra@yahoo.com ISSN NO 2252-6609
RZ Sania/Chemistry in Education 3 (1) (2014)
Pendahuluan kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran
Kimia merupakan salah satu cabang minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran.
Ilmu Pendidikan Alam (IPA) yang menjelaskan Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari
tentang susunan, komposisi, struktur, sifat–sifat jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar
dan perubahan materi, serta perubahan energi mencapai 85% dari jumlah siswa yang ada di
yang menyertainya. Pada umumnya siswa kelas tersebut (Mulyasa, 2007).
menganggap ilmu kimia itu sulit, dikarenakan Permasalahan dalam penelitian ini
ilmu kimia membutuhkan pemahaman yang adalah apakah penerapan pendekatan induktif-
tinggi, materi kimia mencakup aspek deduktif efektif terhadap hasil belajar kimia
mikroskopis dan makroskopis, dan materi kimia siswa MAN 1 Magelang?. Tujuan dari
selau mengalami perkembangan (Sirhan, 2007). penelitian ini yaitu mengetahui keefektivan
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka proses penerapan pendekatan induktif-deduktif pada
berpikir harus direncanakan sehingga setiap hasil belajar kimia siswa Man 1 Magelang.
langkah eksplisit dan sangat terstruktur sehingga
dapat mencapai tujuan pembelajaran (Bilica &
Flores, 2009). Salah satu upayanya yaitu Metode Penelitian
diberlakukannya pembelajaran yang berpusat Penelitian dilakukan di MAN 1
pada siswa (learner centered) dengan menerapkan Magelang pada materi kelarutan dan hasil kali
pendekatan induktif-deduktif. kelarutan. Populasi penelitian ini yaitu seluruh
Pendekatan pembelajaran induktif- siswa kelas XI IPA MAN 1 Magelang tahun
deduktif diawali dengan contoh–contoh dengan pelajaran 2012/2013. Teknik pengambilan
tujuan siswa mengidentifikasi, membedakan, sampel menggunakan teknik cluster random
kemudian mengintepretasi, menggeneralisasi sampling dengan pertimbangan hasil uji
dan akhirnya mengambil kesimpulan. homogenitas dan kesamaan rata-rata, dan
Kemudian secara deduktif siswa dapat diperoleh kelas XI IPA 4 sebagai kelas
memberikan contoh dari generalisasi tersebut eksperimen dan kelas XI IPA 1 sebagai kelas
(Prince & Felder, 2007). kontrol.
Terdapat tiga fase strategi pembelajaran Metode pengumpulan data dilakukan
induktif-deduktif yaitu: pembelajaran konsep, dengan metode dokumentasi, metode tes,
interpretasi data dan aplikasi prinsip. lembar observasi dan angket atau kuesioner.
Pembentukan konsep merupakan proses Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
berpikir kompleks yang mencakup adalah soal posttest hasil belajar kognitif,
membandingkan, menganalisa dan lembar observasi afektif dan psikomotorik, serta
mengklasifikasikan dan penalaran induktif serta angket tanggapan siswa untuk mengetahui
hasil dari sebuah pemahaman. Fase interpretasi respon siswa terhadap pendekatan pembelajaran
data yaitu strategi mengajar yang dibangun yang digunakan. Data penelitian hasil belajar
meliputi menafsirkan, menyimpulkan dan kognitif dianalisis secara statistik parametrik
generalisasi. Dari pembentukan konsep dan dihitung dengan uji ketuntasan belajar
intepretasi data lalu siswa mengaplikasikan menggunakan uji t, uji proporsi ketuntasan
prinsip yang didapatnya (Joyce & Weil, 2002). belajar klasikal menggunakan uji z dan uji
estimasi rata-rata sedangkan hasil belajar afektif
Pendekatan induktif-deduktif
dan psikomotor dianalisis secara deskriptif.
merupakan istilah umum yang mencakup
berbagai metode pembelajaran, termasuk Desain penelitian yang dipakai adalah
pembelajaran inquiry, problem based learning, posttest only control design yaitu penelitian
project based learning, case based learning, dan dengan memberikan tes hasil belajar setelah
discovery learning (Prince & Felder, 2006). Secara dilakukan perlakuan (treatment) (Sugiyono,
singkat model ini merupakan strategi mengajar 2010). Variabel bebas penelitian ini adalah
untuk mengembangkan keterampilan berpikir pendekatan pembelajaran yang digunakan, pada
siswa (Sunhaji, 2008). kelas eksperimen menggunakan pendekatan
induktif-deduktif, sedangkan kelas kontrol
Hasil belajar merupakan perubahan
menggunakan metode ceramah. Variabel
perilaku yang diperoleh siswa setelah
terikatnya yaitu hasil belajar kimia siswa materi
mengalami kegiatan belajar (Rifa’i & Anni,
kelarutan dan hasil kali kelarutan dengan
2009). Hasil belajar dapat dikatakan efektif jika
variabel kontrol adalah guru, kurikulum dan
ia mampu menyelesaikan, menguasai
jumlah jam pelajaran yang sama.

89
RZ Sania/Chemistry in Education 3 (1) (2014)
kondisi sosial siswa. Keadaan, partisipasi dan
Hasil dan Pembahasan kondisi sosial siswa selama pembelajaran
Penyebaran angket dalam penelitian menentukan keadaaan akademik siswa. Siswa
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana yang selalu hadir dan aktif dalam pembelajaran
penerimaan siswa terhadap proses pembelajaran memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap
dengan pendekatan induktif-deduktif pada kelas materi yang dipelajari sehingga keadaan
eksperimen. Angket terdiri dari 4 indikator yang akademik siswa juga baik. Hasil analisis angket
digeneralisasi menjadi 13 aspek pernyataan, tanggapan siswa terhadap pembelajaran kimia
yaitu keadaan siswa selama pembelajaran, dengan pendekatan induktif deduktif dapat
partisipasi siswa, keadaan akademik, dan dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik analisis angket tanggapan siswa


Hasil analisis angket menyatakan Pembelajaran menggunakan
bahwa sebagian besar siswa setuju pada setiap pendekatan induktif–deduktif memberikan
aspek yang terdapat dalam angket. Siswa lebih kesempatan siswa untuk berpartisipasi secara
menyukai pembelajaran dengan pendekatan aktif menggunakan konsep-konsep dan prinsip
induktif-deduktif karena lebih menyenangkan, serta melakukan eksperimen-eksperimen yang
menarik, dan dapat membuat siswa lebih memberi kesempatan siswa untuk menemukan
mudah memahami konsep materi, hal ini dapat konsep dan prinsip-prinsip sendiri dengan kata
dilihat dari rasa ingin tahu siswa yang lain pendekatan induktif-deduktif ini
meningkat dalam pembelajaran dan mereka menekankan pada pengembangan daya nalar
lebih termotivasi untuk giat belajar baik individu dan kemampuan berpikir kritis siswa
maupun kelompok. (Sulistyani, 2012). Kemampuan ranah afektif
Pendekatan induktif-deduktif yang antara kelas eksperimen dengan kontrol
diterapkan di kelas eksperimen, dapat menunjukkan adanya pengaruh positif terhadap
membiasakan siswa menjadi aktif dalam penggunaan pembelajaran dengan pendekatan
kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga induktif-deduktif dalam pembelajaran kimia.
keaktifan dan keberanian menyampaikan Penilaian ranah afektif diperoleh dari
pertanyaan, ide/pendapat, maupun keberanian hasil observasi terhadap siswa pada saat proses
mengerjakan tugas di depan kelas mereka pembelajaran berlangsung. Aspek afektif yang
menjadi lebih baik karena sudah terbiasa dinilai terdiri dari enam aspek dengan kategori
mereka terapkan dalam kegiatan belajarnya. tiap aspek meliputi sangat tinggi, tinggi, sedang,
Melalui pembelajaran tersebut, siswa tertarik rendah, dan sangat rendah. Penilaian aspek
untuk memperhatikan pelajaran dan antusias afektif digunakan untuk mengetahui sikap siswa
dalam pemahaman materi pembelajaran yang selama kegiatan pembelajaran. Perbandingan
mereka temukan sendiri melalui keterampilan hasil belajar ranah afektif pada kelas
yang mereka miliki. eksperimen dan kelas dimuat pada Gambar 2.

90
RZ Sania/Chemistry in Education 3 (1) (2014)

Gambar 2. Penilaian rata-rata afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol


Gambar 2 menunjukkan bahwa hasil siswa menjadi aktif dalam kegiatan belajar
belajar afektif kelas eksperimen lebih baik mengajar di kelas, sehingga keaktifan dan
daripada hasil belajar afektif kelas kontrol. Pada keberanian menyampaikan pertanyaan,
analisis deskriptif nilai afektif, kelas eksperimen ide/pendapat, maupun keberanian mengerjakan
memperoleh rata-rata skor sebesar 3,41 sehingga tugas di depan kelas mereka menjadi lebih baik
predikat yang diperoleh berdasarkan kriteria karena sudah terbiasa mereka terapkan dalam
sangat baik dan pada kelas kontrol rata-rata skor kegiatan belajarnya.
yang diperoleh sebesar 3,13 sehingga predikat Keaktifan siswa selama pembelajaran di
yang diperoleh berdasarkan kriteria baik. Selain kelas juga mempengaruhi ketrampilan dan
itu, dari Gambar 2 juga terlihat hasil penilaian kemampuan bertindak siswa selama proses
aspek afektif di kelas eksperimen maupun praktikum (psikomotorik siswa). Penilaian
kontrol menunjukkan ada dua aspek yang ranah psikomotorik menggunakan lembar
paling menonjol perbedaannya yaitu keaktifan observasi atau lembar pengamatan yang
dalam diskusi dan keberanian siswa dalam dilakukan oleh observer. Penilaian ini
mengerjakan tugas di depan kelas. Hal tersebut dilaksanakan ketika siswa melaksanakan
disebabkan pada kelas eksperimen praktikum. Ada delapan aspek yang diobservasi
pembelajarannya menggunakan pendekatan pada aspek psikomotorik. Perbandingan hasil
induktif-deduktif sehingga siswa menjadi belajar ranah psikomotorik pada kelas
terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. eksperimen dan kelas kontrol dimuat pada
Pendekatan induktif-deduktif membiasakan Gambar 3.

Gambar 3. Penilaian rata-rata psikomotorik kelas eksperimen dan kontrol


Skor rata-rata psikomotorik siswa kelas teori yang ada dan informasi-informasi yang
eksperimen menurut Gambar 3 mencapai telah mereka bangun sebelumnya. Pembelajaran
sebesar 3,60 termasuk dalam kategori sangat dengan pendekatan induktif-deduktif di kelas
baik sedangkan rata-rata kelas kontrol sebesar eksperimen ternyata membuat siswa lebih
3,44 termasuk dalam kategori baik. Kegiatan mudah memahami materi kelarutan dan hasil
pembelajaran dengan praktikum pada kelas kali kelarutan dan terbiasa untuk menyelesaikan
eksperimen dapat menumbuhkan sikap rasa soal-soal yang dihadapinya dengan tepat
ingin tahu dan proses ilmiah pada siswa. Hasil sehingga pengamatan dapat dilakukan dengan
yang diperoleh saat praktikum dikaitkan dengan mudah, siswa dapat menjabarkan hasil

91
RZ Sania/Chemistry in Education 3 (1) (2014)

pengamatan dengan tepat, pertanyaan- terbiasa untuk mengidentifikasi, membedakan,


pertanyaan pada analisis data dapat dikerjakan menginterpretasi, mengeneralisasi, dan menarik
siswa dengan mudah dan siswa dapat kesimpulan sehingga siswa memperoleh
menyimpulkan hasil praktikum dengan tepat. kesempatan untuk membangun
Hasil analisis nilai posttest menunjukkan pengetahuannya sendiri. Hal ini menyebabkan
bahwa jumlah siswa kelas eksperimen siswa akan memperoleh pemahaman yang
menjawab benar pada setiap butir soal lebih mendalam (deep learning) dan peningkatan
banyak daripada kelas kontrol, khususnya pada kualitas siswa, sehingga memudahkan siswa
tipe soal yang merupakan soal High Order dalam mengerjakan soal. Hal ini membuktikan
Thinking (HOT) yang membutuhkan bahwa ada keterkaitan antara penerapan
pemahaman yang lebih tinggi dan pendekatan induktif yang diikuti dengan
mengharuskan siswa berpikir tingkat tinggi. Hal pendekatan deduktif (Heit & Rotello, 2010).
ini disebabkan pada kelas eksperimen siswa Bentuk visualisasi rata-rata nilai posttest siswa
dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik perbandingan rata-rata nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol
Gambar 4 menunjukkan perbedaan eksperimen dan kelas kontrol telah mencapai
rata-rata nilai posttest siswa kelas eksperimen ketuntasan belajar atau tidak. Untuk
dan kelas kontrol menunjukkan selisih yang mengetahui ketuntasan belajar individu dapat
cukup besar. Diperoleh rata-rata nilai posttest dilihat dari data hasil belajar siswa dan
kelas eksperimen yang menerapkan pendekatan dikatakan tuntas belajar jika hasil belajarnya
induktif-deduktif sebesar 79,68 sedangkan kelas mendapat nilai 72 atau lebih sesuai dengan
kontrol yang menggunakan pembelajaran KKM mata pelajaran kimia materi kelarutan
konvensional sebesar 76,04. Penelitian ini dan hasil kali kelarutan di MAN 1 Magelang.
menunjukkan pencapaian rata-rata hasil belajar Berdasarkan hasil perhitungan uji ketuntasan
kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas belajar, diperoleh hasil bahwa ketuntasan
kontrol sehingga dapat dikatakan pembelajaran belajar pada kelas eksperimen diperoleh thitung
dengan menerapkan pendekatan induktif- sebesar 4,99 dengan t(0,95)(21)sebesar 1,72,
deduktif dapat meningkatkan hasil belajar sedangkan pada kelas kontrol diperoleh thitung
siswa. Hal ini disebabkan siswa memperoleh sebesar 2,02 dengan t(0,95)(23) sebesar 1,71, maka
kesempatan dan fasilitasi untuk membangun dapat disimpulkan bahwa rata–rata hasil belajar
sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih dari 72
memperoleh pemahaman yang mendalam (deep atau dapat dinyatakan telah mencapai
learning) dan pada akhirnya meningkatkan mutu ketuntasan belajar.
kualitas siswa. Perlakuan ini yang membuat Masing-masing kelompok eksperimen
siswa mudah memahami konsep materi yang selain dihitung ketuntasan belajar individu juga
diajarkan sehingga mudah dalam mengerjakan dihitung ketuntasan belajar klasikal
soal. (keberhasilan kelas). Ringkasan perhitungan
Uji ketuntasan belajar bertujuan untuk proporsi ketuntasan belajar dapat dilihat pada
mengetahui apakah hasil belajar kimia kelas Tabel 1

Tabel 1. Proporsi ketuntasan belajar klasikal

92
RZ Sania/Chemistry in Education 3 (1) (2014)
Hasil analisis data kelas eksperimen sebagai fasilitator siswa dalam menemukan
mempunyai nilai Zhitung sebesar 0,176 dan Z(0,45) pengetahuan mereka sendiri. Guru juga harus
sebesar 0,1736, sehingga kelas eksperimen memberikan dukungan dan dorongan yang
dikatakan telah mencapai ketuntasan hasil dapat meningkatkan kemampuan inkuiri dan
belajar individu dan klasikal. Kelas kontrol intelektual siswa.
mempunyai nilai Zhitung sebesar -0,989 dengan
Z(0,45) sebesar 0,1736, sehingga dapat dikatakan
belum mencapai ketuntasan belajar klasikal. SIMPULAN
Pembelajaran dengan pendekatan induktif- Berdasarkan penelitian yang dilakukan
deduktif didapat hasil belajar mencapai dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
ketuntasan belajar klasikal (Immiyati & pendekatan induktif-deduktif lebih efektif
Muchlis, 2010). terhadap hasil belajar kimia pokok bahasan
kelarutan dan hasil kali kelarutan. Proporsi
Uji estimasi rata-rata hasil belajar
siswa yang mencapai ketuntasan belajar
digunakan untuk mengetahui estimasi rata-rata
mencapai 0,85 dengan rata-rata nilai sebesar
hasil belajar bagi kelompok eksperimen dan
79,68.
kelompok kontrol. Berdasarkan hasil
perhitungan estimasi rata-rata pada t(0,975) untuk
kelas eksperimen diperoleh nilai estimasi rata- DAFTAR PUSTAKA
rata hasil belajar berkisar 76,82 - 82,54 dan Bilica, K. & Margaret, F. 2009. Inductive & deductive
untuk kelas kontrol diperoleh berkisar 72,44 science thinking. Journal of Science Scope.
-79,64. Terdapat peningkatan yang signifikan 9(2): 36-41
terhadap pemahaman konsep siswa dalam Heit, E. & Rotello, C. 2010. Relations between
pembelajaran matematika dengan pendekatan inductive reasoning and deduktive
reasoning. Journal of Experimental Psycology :
induktif-deduktif serta peningkatan pemahaman Learning, Memory, and Cognition. 36(3): 805-
konsep matematika siswa yang menggunakan 812
pendekatan induktif-deduktif lebih baik dan Immiyati, S. & Muchlis. 2010. Penerapan model
signifikan dari pada pemahaman konsep pembelajaran deduktif untuk menuntaskan
matematika siswa yang menggunakan hasil belajar submateri pokok alkana,
pembelajaran ceramah (Sutriyadi, 2012). Rata- alkena, dan alkuna pada siswa kelas X SMA
Negeri 17 Surabaya. Jurnal Pendidikan
rata kelas eksperimen yang menggunakan Matematika dan Sains Universitas Negeri
pendekatan induktif ternyata lebih tinggi Surabaya. 17(1): 13-21
dibanding kelas kontrol (Rahmawati, 2011). Joyce, B. & Weil, M. 2002. Models of teaching.
Dari analisis hasil belajar kognitif, London: Prentice Hall International, Inc
afektif, psikomotorik antara kelas eksperimen Mulyasa. 2007. Kurikulum tingkat satuan pendidikan.
dan kelas kontrol memperlihatkan bahwa nilai Bandung: Remaja Rosdakarya
rata-rata untuk ketiga ranah hasil belajar pada Prince, M. & Felder, R. 2006. Inductive teaching and
kelas eksperimen selalu lebih tinggi dari rata- learning methods : definitions, comparisons,
and research bases. Journal of Engineering
rata kelas kontrol. Hal ini disebabkan kelas Education. 95(2): 123-138
eksperimen menggunakan pendekatan induktif-
____________. 2007. The many faces of inductive
deduktif yang lebih mengaktifkan siswa dalam teaching and learning. Journal of College
pembelajaran dan dapat memberi kesempatan Teaching. 36(2): 14-20
kepada siswa untuk membangun Rahmawati, F. 2011. Pengaruh pembelajaran
pengetahuannya sendiri. Sehingga dapat geometri dengan pendekatan induktif. Jurnal
dikatakan bahwa penerapan pendekatan Pendidikan Matematika. 1(2): 73-79.
induktif-deduktif efektif terhadap hasil belajar Rifa’i, A. & Anni, C.T. 2009. Psikologi pendidikan.
kimia siswa. Semarang : UNNES
Pembelajaran menggunakan Sirhan, G. 2007. Learning difficulties in chemistry :
an overview. Journal of Turkish Science
pendekatan induktif–deduktif memberikan Education. 4(2): 2-20
kesempatan siswa untuk berpartisipasi secara Sugiyono. 2010. Metode penelitian pendidikan
aktif menggunakan konsep-konsep dan prinsip (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D).
serta melakukan eksperimen-eksperimen yang Bandung: Alfabeta.
memberi kesempatan siswa untuk menemukan Sulistyani. 2010. Pendekatan induktif dalam
konsep dan prinsip-prinsip sendiri. Dalam pembelajaran kimia beracuan konstruktivisme
pelaksanaan pembelajaran ini, guru berperan untuk membentuk pemikiran kritis, kreatif, dan

93
RZ Sania/Chemistry in Education 3 (1) (2014)
berkarakter. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan. 13(3): 474-492
Kimia dan Pendidikan Kimia 2010. Sutriyadi, A.E. 2012. Pengaruh pembelajaran
Yogyakarta 30 Oktober 2010 matematika dengan pendekatan induktif­deduktif
Sunhaji. Strategi pembelajaran : konsep dan terhadap pemahaman siswa. Skripsi. Bandung:
aplikasinya. Jurnal Pemikiran Alternatif Universitas Pendidikan Indonesia

94

Anda mungkin juga menyukai