Anda di halaman 1dari 2

Pemicu.

Stunting, adalah salah satu masalah kesehatan yang perlu menjadi sorotan. Seorang anak
dinyatakan stunting ketika tinggi badannya lima persen di bawah acuan normal. Angka stunting
di Indonesia masih masuk kategori sangat tinggi yaitu 27.67 persen, karena menurut ambang
batas standar WHO 20 persen. Selanjutnya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
melaporkan 510 dari 516 kabupaten/kota di Indonesia, termasuk DKI Jakarta mempunyai
masalah ini. Bahkan, Country Director World Bank Indonesia Rodrigo Chavez mengatakan,
sekitar 37% atau hampir 9 juta balita Indonesia saat ini mengalami pertumbuhan yang terhambat
termasuk otak sang anak. Faktor utama penyebab stunting di Indonesia adalah buruknya asupan
gizi sejak janin masih dalam kandungan (masa hamil), baru lahir, sampai anak berusia dua tahun.
Kekurangan gizi pada dua tahun pertama kehidupan dapat menyebabkan kerusakan otak yang
tidak dapat lagi diperbaiki, sehingga mengganggu kecerdasannya di masa depan, yang berakibat
pada kemiskinan. WHO telah menetapkan Indonesia sebagai Negara dengan status gizi buruk.
Di Wamena baru-baru ini juga ditetapkan Kejadian luar biasa (KLB) gizi buruk yang sudah
memakan korban jiwa. Hal ini menjadi perhatian serius karena angka ini adalah bagian dari masa
depan bangsa yang jumlahnya cukup besar dan sebagai indikator kunci kesejahteraan anak secara
keseluruhan. WHO menjadikan stunting sebagai fokus Global Nutrition Targets untuk 2025, juga
Sustainable Development Goals (SDGs)untuk 2030, sehingga mencegah stunting sangat penting
untuk mencapai SDM Indonesia yang berkualitas dan pertumbuhan ekonomi yang merata, serta
memutus rantai kemiskinan antargenerasi. berupa perbaikan layanan kesehatan dasar, seperti
akses air bersih dan sanitasi dan yang berkaitan dengan lingkungan. Jadi, masalah gizi adalah
persoalan mendesak yang harus segera diatasi di negeri "gemah ripah loh jinawi" ini karena bila
terlambat menanganinya bisa membawa dampak yang jauh lebih parah dari sekadar bencana
banjir dan tanah longsor. Selanjutnya, Direktur Eksekutif dari United Nations World Food
Programme (WFP) Ertharin Cousin, kembali mengingatkan seluruh masyarakat di dunia untuk
membantu dan memastikan bahwa tahun 2030 dunia akan mencapai Zero Hunger atau tantangan
nol rawan pangan.Sejauh ini pemerintah telah melaksanakan sejumlah program perbaikan gizi,
dan program perbaikan sanitasi maupun MCK, juga program bagaimana prilaku hidup sehat
melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) yang dilakukan terintegrasi oleh semua
kementerian/lembaga, mulai dari literasi tentang kesehatan, pendidikan, infrastruktur, pasokan
makanan, gerakan makan ikan, dan lain-lain.

Disarikan dari:

1. Fitri Haryati Harsono, Bahaya Stunting dan Ancaman Lost Generation, Indonesia Harus
Berbuat Apa? Liputan 6.com11 Sep 2018, 00:58 WIB
2. Prevalensi Stunting Balita Indonesia Tertinggi Kedua di ASEAN, Katadata.co.id,22/11/2018,
22.55 WIB
3. Desy Susilawaty, Agus Yulianto,WHO: 7,8 Juta Balita di Indonesia Penderita Stunting,
Replubika.co.id, Rabu 24 Jan 2018 04:10 WIB
4. TriWahyuni, Tantangan Zero Hunger Demi Berantas Kelaparan, CNN Indonesia | Senin,
9/10/2015 18:10 WIB
5. Hana Fadel, SDGs Lira Targetkan Perbaikan Gizi Anak Indonesia,Mardiana Makmun /
MAR Kamis, 7 Desember 2017 | 19:00 WIB
6. Anindhita Maharran, Gentingnya masalah stunting di Indonesia, Beritagar.id, Kamis, 14
Maret 2019, 17.27 WIB
7. Nabila Ulfa Jayanti, Menkes Terawan Tegaskan Stunting Jadi Prioritas, detikHealth,
19/11/01 16:23:41 WIB
8. Rolando Fransiscus Sihombing , KPAI: 510 Kabupaten/Kota di RI Punya Status Stunting, Termasuk Jakarta,
Detik News, Jumat, 01 Nov 2019 09:25 WIB
9. Eduardo Simorangkir, 9 Juta Anak RI Alami Stunting, Detik Finance, Rabu, 19 Sep 2018 11:11 WIB

Anda mungkin juga menyukai