Anda di halaman 1dari 1

13-09-2019 1/1 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Artikel ini diambil dari : www.depkes.go.id

MENTERI-MENTERI KESEHATAN BAHAS RESISTENSI ANTIMIKROBA (AMR) DI ASIA


DIPUBLIKASIKAN PADA : SABTU, 16 APRIL 2016 00:00:00, DIBACA : 11.220 KALI

Tokyo, 16 April 2016

Hari ini Menteri-Menteri kesehatan dari 12 negara Asia Pasifik bertemu di Tokyo untuk
membahas resistensi antimikroba (antimicrobial resistance/ AMR) di Asia. Pertemuan ini
diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang,
bersama WHO Regional Asia Tenggara (SEARO) dan Regional Pasifik Barat (WPRO).
Pada pertemuan ini delegasi berbagi pengalaman mengenai situasi dan program
pengendalian AMR di negara masing-masing. Pakar AMR dari WHO, FAO (Badan Pangan
Dunia), OIE (Organisasi Kesehatan Hewan Dunia) serta akademisi dan praktisi yang hadir
pada pertemuan tersebut, mengingatkan ancaman kesehatan global yang serius apabila
AMR tidak segera ditangani secara terpadu dan multisektoral. Resistensi antimikroba tidak
hanya terjadi pada manusia, namun juga pada hewan dan tanaman. Oleh karena itu
pendekatan One Health, yang melibatkan sektor kesehatan, pertanian (termasuk
peternakan dan kesehatan hewan) serta lingkungan, menjadi isu yang mengemuka dalam
pertemuan tersebut. Kegagalan atau keterlambatan dalam menangani AMR akan mengakibatkan dampak negatif yang masif pada kesehatan, ekonomi,
ketahanan pangan dan tujuan pembanguan berkelanjutan.

Menteri Kesehatan RI Nila F. Moeloek pada kesempatan tersebut menegaskan komitmen Indonesia dalam pengendalian AMR, antara lain dengan telah
berfungsinya Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) yang dibentuk pada 2014 dan pelaksanaan program pengendalian resistensi antimikroba di
144 rumah sakit rujukan serta Puskesmas di 5 provinsi pilot project. Pada bulan April ini Indonesia akan melakukan review program AMR dan menyempurnakan
Rencana Aksi Nasional, dengan asistensi WHO SEARO, jelas Menteri Kesehatan. Proses ini akan melibatkan berbagai sektor.

Pada akhir pertemuan bertajuk Tokyo Meeting of Health Ministers on Antimicrobial Resistance in Asia tersebut, disepakati Komunike Bersama berisi komitmen
untuk pengendalian AMR secara terpadu, kolaboratif, dan penguatan program melalui Rencana Aksi Nasional yang sejalan dengan Rencana Aksi Global.

Hasil Pertemuan Tokyo ini akan dibawa dan ditindak-lanjuti pada pertemuan G7 di Jepang pada bulan Mei dan UN General Assembly pada September 2016.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes
melalui nomor hotline (kode lokal) 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id.

Anda mungkin juga menyukai