Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para tim
medis. Janis yang berat memperlihatkan morbidilitas dan derajat cacat yang
relatif tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan
pun tinggi. Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tidak
langsung, juga paparan suhu tinggi dari matahari, listrik ataupun bahan kimia.
Luka bakar karena api atau akibat tak langsung dari api misalnya tersiram air
panas banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
Berat ringannya suatu luka bakar tergantung pada keadaan jaringan yang
terbakar serta intensitas trauma panas. Kulit yang tebal, berpigmen banyak dan
banyak mempunya kelenjar sebasea akan lebih tahan terhadap trauma panas
dibanding dengan kulit yang tipis dan kering. Jaringan di bawahnya akan
menerima rambatan panas yang serupa. Kandungan air dalam jaringan dan
kaya tidaknya jaringan akan aliran darah merupakan faktor penting.
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat
meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat dalam perawatan luka dan tehnik
rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan
hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius.
Di amarika di laporkan sekitar 2 sampai 3 juta penderita setiap tahunnya
dengan jumlah kematian 5-6 ribu kematian pertahun, sedangkan di Indonesia
belum ada laporan tertulis.
Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta pada tahun 1998 di
laporkan 107 kasus luka bakar yang dirawat, dengan angka kematian 37,38%
sedangkan di Rumah Sakit Dr. sutomo Surabaya pada tahun 2000 dirawat 106
kasus luka bakar kematian 26,41% (Rohmanazzam, 2008).
(Nugroho Taufan, dkk 2012).

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi fisiologi kulit ?
2. Apa yang dimaksud dengan luka bakar ?
3. Bagaimana etiologi dari luka bakar ?
4. Bagaimana patofisiologi dari luka bakar ?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari luka bakar ?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari luka bakar ?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis dari luka bakar ?
8. Bagaimana komplikasi dari luka bakar ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas Keperawatan Gawat Darurat II mengenai luka bakar
serta mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya luka bakar.
2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui anatomi fisiologi kulit
2) Untuk mengetahui Definisi dari luka bakar
3) Untuk mengetahui etiologi dari luka bakar
4) Untuk mengetahui patofisiologi dari luka bakar
5) Untuk mengetahui manifestasi klinis dari luka bakar
6) Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari luka bakar
7) Untuk menegtahui penatalaksanaan medis dari luka bakar
8) Untuk menegtahui komplikasi dari luka bakar

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi


Kulit merupakan pembungkus tubuh dan pelindungan organ didalamnya. Luas
permukaan pada orang dewasa 1,5-1,75m2. Berat 15% dari total berat badan.
Tebal tidak sama, bervariasi antara 5-6mm, pada telapak tangan dan kaki, 0,5
mm pada kulit penis.

Tabel 1.1 Gambar Lapisan-Lapisan Kulit

Sumber : Artikelsiana.com

1. Lapisan-lapisan kulit
Kulit terdiri dari 2 lapisan pokok :
a. Lapisan Epidermis
Lapisan epidermis merupakan lapisan kulit yang paling luar. Ketebalan
<1mm. epidermis dibagi menjadi 5 lapisan yaitu stratum germinativum,
stratum spinosum, stratum granulosum, dan korneum. Epidermis akan
bertambah tebal jika sering digunakan.
b. Lapisan Dermis
Merupakan lapisan dibawah epidermis. Terdiri dari jaringan ikat yang
terdiri 2 lapisan yaitu pars papilaris dan retikularis.

3
c. Lapisan Hipodermis
Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang
menghasilkan banyak lemak. Merupakam jaringan adipose sebagai
bantalan antara kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang.
2. Kelenjar-kelenjar pada kulit
Gambar 1.2 Kelenjar-Kelenjar pada Kulit

Sumber : http://yuniansari.blogspot.com/2017/04/sistem-integumen.html

a. Kelenjar Sebasea
Berfungsi mengontrol sekresi minyak kedalan ruang antara folikel
rambut dan batang rambut yang akan melumasi rambut sehingga menjadi
halus, lentur dan lunak.
b. Kelenjar Apokrin
Terdapat di aksil, anus skrotmum, labia mayora dan bermuara pada
folikel rambut. Kelenjar ini memproduksi keringat yang keruh seperti
susu yang diuraikan oleh bakteri menghasilkan bau khas pada aksila.
c. Kelenjar Ekrin
Kelenjar ini terdapat disemua kulit. Melepaskan keringat sebagai reaksi
peningkatan suhu lingkungan dan suhu tubuh. Kecepatan eksresi keringat
dikendalikan oleh saraf simpatik.
3. Fungsi Kulit
a. Fungsi Adaptif
Kulit sebagai adaptor terhadap rangsangan antara lain temperature,
tekanan, fisisk dan kimia.

4
b. Fungsi Transmisi
Kulit dapat berfungsi sebagai alat sensorok karena adanya aliran saraf.
c. Fungsi Proteksi
Melindungi dari benda luar (benda asing, invasi bakteri), melindungi dari
trauma yang terus menerus, mencegah keluarnya cairan yng berlebihan,
dan memproduksi melanin yang mencegah kulit dari sinar UV.
d. Fungsi Metabolisme
Sebagi tempat metabolism lemak, sintesa vitamin D dan penyimpanan
serum pada lapisan dermis.
(Musliha, dkk 2010)

B. Definisi
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan
radiasi (Moenajat, 2001).
(Musliha, dkk 2010)

C. Etiologi
Luka bakar dapat disebabkan oleh panas, sinar ultraviolet, sinar X,
radiasi nuklir, lstrik,bahan kimia, abrasi mekanik. Luka bakar yang disebabkan
oleh panas api, uap atau cairan yang dapat membakar merupakan hal yang
lazim dijumpai dari luka bakar yang parah :
1. Luka Bakar Termal
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak
dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.
2. Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit
dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan
banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat
kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi terjadi misalnya karena kontak
dengan zat-zat pembersih sering dipergunakan untuk keperluan rumah
tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industry,

5
pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 zat kimia diketahui dapat
menyebabkan luka bakar kimia.
3. Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari
energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka
dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang
elektrik itu sampai mengenai tubuh.
4. Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe
injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radisai ion pada
industry atau sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia
kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat yerpapar yang terlalu lama
juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.
(Sumber :Musliha, 2010. Keperawatan Gawat Darurat.Yogyakarta:Numed).

D. Fase Luka Bakar


1. Fase Akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok, secara umum pada fase ini,
seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life
thretening. Dalam fase awal pederita akan mengalami ancaman gangguan
airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan circulation
(sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa
saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran
pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera
inhalasi adalah penyebab kematian utama penderita pada fase akut. Pada
fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat
cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal
dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paska O2 dan
tingkat kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik
dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi dengan
problema instabilitas sirkulasi.

6
2. Fase sub akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak dengan sumber panas.
Luka yang terjadi menyebabkan:
a. Proses inflamasi dan infeksi
b. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atu
tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ-organ
fungsional.
c. Keadaan hipermetabolisme
3. Fase Lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka
dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada
fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan
pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
(Sumber :Musliha, 2010. Keperawatan Gawat Darurat.Yogyakarta:Numed.

E. Patofisiologi
pada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang tinggi, akibatnya
akan merusak kulit dan pembuluh darah tepi maupun pembuluh, darah besar
dan akibat kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan plasma sel
darah, protein dan albumin, mengalami gangguan fisiologi. Akibatnya
terjadilah kehilangan cairan yang massif, terganggunya cairan didalam lumen
pembuluh darah. Suhu tinggi juga merusak pembuluh darah yang
mengakibatkan radang sistemik, maupun kerusakan jaringan lainnya, dari
kilasan diatas maka pada luka bakar juga dapat terjadi sok hipovolemik (burn
syok).
(Sumber :Musliha, 2010. Keperawatan Gawat Darurat.Yogyakarta:Numed).

F. Klasisifikasi Luka Bakar


1. Berdasarkan Penyebab:
a. Luka bakar yang disebabkan oleh radiasi.
b. Luka bakar yang disebabkan oleh air panas.

7
c. Luka bakar yang disebabkan oleh listrik.
d. Luka bakar yang disebabkan oleh bahan/zat kimia.
e. Luka bakar yang disebabkan oleh api, dsb.
2. Berdasarkan kedalaman luka
a. Derajat 1
Pada derajat 1 luka bakar akan sembuh dalam waktu singkat. Paling
lambat satu minggu tanpa dilakukan pengobatan apapun, kecuali apabila
pada derajat 1 ini penderita kesakitan, bila diberikan analgesik tetapi
ingat berilah analgetik yang tidak menurunkan suhu tubuh. Dapat
dilakukan perendaman pada air dengan suhu kamar ciri luka bakar
derajat satu adalah kulit hanya tampak kemerahan tanpa ada kerusakan
jaringan kulit. Oleh karena itu pada luka derajat 1 ini perlu diberikan
obat-obat topikal.
b. Derajat 2, Superfisial
Luka bakar pada derajat dua ini kulit berwarna merah dan adanya bula
(gelembung), organ kulit seperti kelenar sebasea, dan kelenjar kulit masih
utuh, pada luka bakar ini terjadi kerusakan epidermis yang ditandai rasa
nyeri dan akan sembuh dalam waktu 10-14 hari, dapat pula diberikan
pengompresan dengan menggunakan NaCl, bula tidak perlu dilakukan
pemecahan.
c. Derajat 2, Dalam
Luka bakar derajat dua ini kulit kemerahan, dengan jaringan yang
terkelupas (kerusakan dermis dan epidermis), organ-organ kulit seperti
kelenjar keringat folikel rambu, kelenjar sebasea sebagian besar masih
utuh, proses penyembuhan pada derajat dua dalam ini biasanya
memerlukan waktu yang lama tergantung jaringan epitel yang masih
tersisa.
d. Derajat 3
Luka bakar derajat tiga ini ditandai dengan seluruh dermis dan epidermis
mengalami kerusaka, tidak dijumpai rasa nyeri dan kehilangan sensasi,
oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian
bahkan bisa merusak jaringan lemak maupun otot walaupun jaringan

8
tersebut tidak mengalami nekrosis. Penyembuhan terjadi lama karena
tidak terbentuk eitelisasi jaringan dari dasar luka yang spontan. Kulit
yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Terjadi koagulasi protein
pada epidermis dan dermis yang di kenal sebagai eskar.
e. Derajat 4
Luka bakar derajat ini semua jaringan sudah terjadi kerusakan bahkan
lebih dalam lagi dapat menimbulkan jaringan nekrotik.
(Sumber :Musliha, 2010. Keperawatan Gawat Darurat.Yogyakarta:Numed).

G. Perhitungan Luas Luka Bakar

Tabel 1.3 Gambar Persentase Luas Luka Bakar

(Sumber : Nugroho Taufan,2012. Mengungkap tentang Luka Bakar. Yogyakarta: nuMed).

Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan
nama rule of nine atau rule of wallace , yaitu :
a. Kepala dan leher : 9%
b. Lengan masing-masing 9% : 18%
c. Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
d. Tungkai masing-masing 18% : 36%
e. Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%

9
H. Manifestasi Klinis
1. Cedera
Jika luka bakar disebabkan oleh luka nyala api atau korban terbakar pada
tempat yang terkurung atau kesua-duanya, maka perlu diperhatikan
tanda-tanda sebagai berikut :
a. Keracunan karbon monoksida
Klien yang terperangkap dan menghirup karbo monoksida dalam
jumlah yang signifikan.
b. Distress pernapasan
Penurunan oksigenasi arteri sering terjadi setelah luka bakar. Hal ini
menunjukkan penurunan PO2 terjadi obstruksi jalan udara atau
penurunan curah jantung kiri.
2. Sepsis
Syok sejak terjado pada klien luka bakar luas dengan ketebalan penuh,
hal ini disebabkan oleh bakteri yang menyerang luka masuk ke dalam
aliran darah, gejalanya :
a. Suhu tubuh berfarisasi.
b. Nadi (140-170x?mnt), sinus takikardi.
c. Penurunan TD.
d. Paralitik ileus.
e. Perdarahan jelas dan luka.
3. Metabolik
Metabolik sangat tinggi pada pasien dengan luka bakar. Tingkat
metabolik yang tinggi akan sesuai denga luas luka bakar sampai dengan
luka tersebut menutup. Respon metabolik pada luka bakar adalah
hipermetabolisme yang merupakan hasil dari peningkatan sejumlah
energi, peningkatan katekolamin; dimana terjadi peningkatan temperatur
dan metabolisme, hiperglikemia karena meingkatnya pengeluaran
glukosa untuk kebutuhan metabolik yang kemudian terjadi penipisan
glukosa, ketidakseimbangan nitrogen oleh karena status
hipermetabolisme dan injury jaringan. Kerusakn pada sel darah merah
dan hemolisis menimbulkan anemia, yang kemudian akan meningkatkan

10
curah jantung untuk mempertahankan perfusi. Pertumbuhan dapat
terhambat oleh depresi hormon pertumbuhan karena terfokus pada
penyembuhan jaringan yang rusak. Pembentukan edema karena adanya
peningkatan permiabilitas kapiler dan pad a saat yang sama terjadi
vasodilatasi yang menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dalam
kapiler.
(Sumber :Musliha, 2010. Keperawatan Gawat Darurat.Yogyakarta:Numed).

I. Pemeriksaan Penunjang
Nama Pemeriksaan Keterangan
Hitung darah lengkap Hb : (hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan
lebih dari 15% mengidikasikan adanya cedera, pada Ht
(hematokrit) yang meningkatkan menujukkan adanya
kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi
sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh
panas terhadap pembuluh darah.
Leukosit Leukosit dapat terjadi sehubungan dengan adanya
infeksi atau inflamsi.
GDA (Gas Darah Untuk mengetahui adanya kecurigaan cedera inhalasi.
Arteri) Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan
tekanan karbo dioksida (PaCo2) mungkin terlihat pada
retensi karbo monoksida.
Elektrolit serum Kalium dapat meningkatkan pada awal sehubungan
dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal,
natrium pada wal mungkin menurun karena kehilangan
cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal
dan hipokalemia dapat terjadi bila mulai diuresis.
Natrium Urin Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan
cairan, kurang dari 10 mEqAL mensuga ketidak
adekuatan cairan.
Alkali Fosfat Peningkatan Alkali fosfat sehubungan dengan
perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa,
natrium.
Glukosa Serum Peningkatan Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
Albumin Serum Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada
edema cairan.
BUN atau Kreatinin Peningkatan menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi
ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera
jaringan.
Loop aliran volume Memberikan pengakjian non-invasif terhadap efek atau
luasnya cedera.
EKG Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau
distrimia.
Fotografi luka bakar Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.
(Sumber :Musliha, 2010. Keperawatan Gawat Darurat.Yogyakarta:Numed).

11
J. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan luka bakar dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Penanganan luka bakar ringan
Perawatan dibagian emergency terdapat luka bakar minor meliputi :
managemen nyeri, profilaksis tetanus dan perawatan luka tahap awal.
a. Managemen nyeri
Managemen nyeri sering kali dilakukan dengan pemberian dpsis ringan,
seperti morphine atau mepedifine, dibagikan emergency. Sedangkan
analgetik oral diberikan untuk digunakan oleh pasien rawat jalan.
b. Profilaksis tetanus
Petunjuk untuk pemberian prifilaksis tetanus adalah sama pada penderita
luka bakar baik yang ringan maupun yang injuri lainnya. Pada klien yang
pernah mendapat imunisasi tetanus tetapi tidak dalam waktu lama tahun
terakhir dapat diberikan boster tetanus toxoid. Untuk klien yang tidak
diimunisasi dengan tetanus human immune globulin daro serangkaian
pemberian imunisasi aktif tetanus toxoid.
c. Perawatan luka
Perawatan luka untuk luka bakar ringan terdiri dari membersihkan luka,
yaitu debridemen jaringan yang mati : membuang zat yang merusak (zat
kimia, dll) dan pemberian atau penggunaan krim atau salep antimikroba
topical dan balutan secara steril. Selain itu perawat juga bertangguang
jawab memberikan pendidikan tentang perawatan luka dirumah dan
manifestasi klinis dari infeksi agar klien dapat segera mencari
pertolongan. Pendidikan lain yang diperlukan adalah tentang pentingnya
melakukan ROM (Range Of Mation) secara aktif untuk mempertahankan
fungsi sendi agar tetap normal dan unruk menurunkan pembentuka
cedera.
2. Penaganan luka bakar berat
Untuk klien denga luka yang luas maka penanganan pada bagian emergency
akan meliputi reevaluasi ABC(jalan nafas, kondisi pernafasan, sirkulasi) dan
trauma lain yang mungkin terjadi : resusitasi cairan (penggantian cairan
yang hilang), pemasangan kateter urin, pemasangan NGT.

12
a. Reevaluasi jalan nafas, kondisi pernafasan, sirkulasi dan tarauma lain
yang mungkin terjadi. Menilai kembali keadaan jalan nafas, kondisi
pernafasn dan sirkulasi untuk lebih memastikan ada tidaknya kegawatan
dan unruk memastikan penganan secara dini.
b. Resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang)
Bagi klien dewasa dengan luka bakar lebih dari 15%, maka resusitasi
cairan inretvena melalui kulit yang tidak terbakar pada bagian proksimal
dari eksteritas yang terbakar. Sedangkan untuk klien yang mengalami
luka bakar yang cukup luas atau pada klien dimana tempat-tempat untuk
pemberian IV yang terbatas, maka dengan pemasangan kanul pada vena
sentral (seperti subklavia, jugularis internal/eksternal, atau femoral) oleh
dokter diperliukan. Luas atau persentasi luka bakar harus ditentukan
kemudian dilanjutkan dengan resusitasi cairan, adapun cara perhitungan
resusitasi cairan adalah sebagai berikut : % BSA x BB x 4.
c. Pemasangan kateter urine
d. Pemasangan keteter harus dilakukan untuk mengukur produksi urine
setiap jam. Output urine merupakan indicator yang reliable untuk
menentukan keadekuatan dari resusitasi cairan.
e. Pemasangan NGT
Pemasangan NGT bagi klien luka bakar 20%-25% atau lebih perlu
dilakukan unntuk mencegah emesis dan mengurangi resiko untuk
mencegah terjadinya aspirasi. Disfungsi gastro intestinal akibat dari ileus
dapat terjadi umumnya pada klien tahap dini setelah luka bakar. Oleh
karena itu semua pemberian cairan melalui oral harus dibatasi pada
waktu itu.

K. Komplikasi
1. Infeksi, luka yang terbuka menyebabkan memudahkan kuman patogen
masuk kedalam tubuh.
2. Kehilangan anggota tubuh atau cacat fisik.
3. Sepsis, keadaan terinfeksi oleh mikroorganisme yang menghasilkan ous.
4. Gangguan fungsi organ.

13
5. Gangguan psikologis terhadap perubahan keadaan citera tubuh (cacat
permanen).
6. Syok hipovolemik.
7. Kontraktur, pengaturan jaringan otot atau parut yang menyebabkan
deformitas.

L. Analisis Jurnal
“MANFAAT SUPLEMENTASI EKSTRAK IKAN GABUS TERHADAP
KADARALBUMIN, MDA PADA LUKA BAKAR DERAJAT II”
Berikut hasil analisis yang kami dapatkan menggunakan PICOT :
P Populasi :
Pasien Luka Bakar rawat inap di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Sampel :
Menggunakan 32 responden yang diambil dari pasien luka bakar derajat II di
RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar, yang kemudian dibagi lagi menjadi 2
kelompok menjadi kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
I Intervensi :
Penelitian ini menggunakan Quasi Eksperiment dengan menggunakan metode
pretest-postest group design dan matching ages, yaitu dengan mengumpulkan
data sebelum dan sesudah dilakukannya intervensi dengan memberikan
suplemen ekstrak ikan gabus untuk meningkatkan kadar albumin pada pasien
luka bakar derajat II yang akan diberikan kepada kelompok kontrol dan
kelompok intervensi, teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode
concecutive random sampling atau pengambilan sampel secara acak sampai
jumlah sampel terpenuhi.
C Pembanding :
Didalam analisis jurnal ini tidak ditemukan adanya jurnal pembanding antara
jurnal yang satu dengan jurnal yang lainnya, hanya ada satu jurnal saja.
O Outcome :
Hasil pemberian suplementasi ekstrak ikan gabus tinggi albumin 2,25 g/hari
dengan diet standar dan edukasi selamam 14 hari pada pasien luka bakar grade
II mampu meningkatkan kadar albumin lebih tinggi dibanding yang tidak
mendapatkan suplementasi ekstrak ikan gabus tinggi albumin.
T Time :
Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar selama 3
bulan dengan dilakukannya intervensi selama 14 hari.

Sehingga dari hasil analisis jurnal dapat disimpulkan bahwa pemberian


suplementasi ekstrak ikan gabus tinggi albumin 2,25 g/hari dengan diet standar
dan edukasi selamam 14 hari pada pasien luka bakar grade II mampu
meningkatkan kadar albumin lebih tinggi dibanding yang tidak mendapatkan
suplementasi ekstrak ikan gabus tinggi albumin. Sedangkan kadar MDA lebih
rendah. Untuk menilai mekanisme lebih lanjut albumin sebagai antiinflamasi

14
dan antioksidan dan peranannya dalam meningkatkan aktivitas sistem imun,
diperlukan penelitian lanjutan dengan dosis yang lebih besar dan jumlah
sampel yang lebih banyak serta perlunya dilakukan seleksi serta penambahan
variabel penelitian. Pada penanganan pasien luka bakar disarankan
memberikan asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan individu masing-
masing pasien luka bakar juga pemberian suplementasi ekstrak ikan gabus
tinggi albumin pada awal setelah fase resusitasi terutama penderita luka bakar
dengan kadar albumin rendah, karena dapat meningkatkan kadar albumin serta
mampu menurunkan dan menekan produksi radikal bebas (MDA) sehingga
mencegah proses inflamasi yang berlebihan. Terapi non farmakalogi edukasi
dan pemahaman tentang gizi khususnya pada luka bakar adalah bagian yang
sangat menunjang untuk penatalaksanaan nutrisi sehingga memaksimalkan
keberhasilan pada terapi nutrisi.

15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat
Tanda: penurunan kekuatan,tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area
yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
2. Sirkulasi
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstermitas yang cedera; vasokontriksi
perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih, dan dingin (syok
listrik);takikardi (syok/ansietas/nyeri); distrimia (syok listrik);pembentukan
edema jaringan (semua luka bakar).
3. Integritas ego
Gejala: Masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: Ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.
4. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin
hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot
dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam
sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar
kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan mortilitas/peristaltik
gastrik.
5. Makanan/cairan:
Tanda: edema jaringan umum; anoreksia;mual/muntah.
6. Neurosensori:
Gejala :area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku, penurunan refleks tendon dalam
(RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi
korneal; kerusakan retinal; oenurunan ketajaman pengelihatan (syok listrik);

16
ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran
saraf).
7. Nyeri/kenyamanan:
Gejala : berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara ekstren
sensitif untuk sentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka
bakar ketebalan sednag derajat kedua sangat nyeri: sementara respon pad
luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf;
luka bakar derajat tiga tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar
derajat tiga tidak nyeri.
8. Pernafasan
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpan lama (kemungkinan cedera
inhalasi).
Tanda : serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum;
ketidakmampuan menelan sekresi oral dam siaonosis; indikasi cedera
inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar
lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan
laringospasme, edema laringeal); bunyi nafas: gemerick (odema paru);
stridor (odema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
9. Keamanan
Tanda: kulit umum: destruksi jaringan dalam munngkin tidak terbukti
selama 3-5 hari sehubungan denga proses trobus mikrosvaskuler pada
beberapa luka. Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat,
dengan pengisi kapiler lamabt pad adanya penurunan curah jantung
sehubungan dengan kehilamgan cairan/status syok.
Cedera api /; terdapat area cedera campuran dalam sehubungan dengan
variase internitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung
gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring
posterior; odema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervasiari sesuai agen penyebab. Kulit mungkin
coklat kekuningan dengan tekstur seperti kulit samak halus, lepuh,ulkus;
nekrosis; atau jaringan parut tabal. Cedra secara umum lebih dalam dari
tampaknya secara perkutan cedera.

17
Cedera listrik; cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikitdibawah
nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran
masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pad proksimal
tubuh tertutup dan luka bakar ternal sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya fraktur/dilokasi (jatuh,kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot
tetanik sehubungan dengan syok listrik).
10. Pemeriksaan diagnostik:
Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Interpretasi
Hitung darah Hematokrit pria : 40%-50% Peningkatan MHT awal
lengkap Wanita : 35%-45% merupakan hemokonsentrasi
Hemoglobin pria : 13-18 g/dL sehubung dengan perpindahan
Wanita : 12-16 g/dL atau kehilangan cairan.
Selanjutnya menurunnya Hb
dan Ht dapat terjadi
sehubungan dengan
kerusakan oleh panas
terhadap endothelium
pembuluh darah.
Sel darah putih 4.000-11.000 mm3 Leukosit dapat terjadi
sehubungan dengan
kehilangan sel pada sisi luka
dan respon inflamasi terhadap
cidera.
GDA PH 7,35-7,45 Dasar penting untuk
PaCo2 : 35-45 mmHg kecurigaan cidera inhalasi.
PaO2 : 75-100 mmHg
Elektrolit serum Natrium : 135-145 mmol/l Kalium dapat meningkat pada
Kalium : 3.5-5.0 mmol/l awal sehubungan dnegan
Klorida : 98-106 mmol/l cidera jaringan/kerusakan
Calcium : 7.6-11.0 mg/dl SDm dan penurunan fungsi
Phospor : 2.5-7.0 mg/dl ginjal.
Natrium Urine 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl Lebih besar dari Meql.
Random Mengidikasikan kelebihan
resusitasi cairan, kurang dari
10 Meq/L menduga ketidak
adekuatan resusitasi cairan.
Glukosa serum 103,7 mg/dL Rasio albumin/ globin
mungkin terbaik sehubungan
dengan kehilangan protein
pada edema cairan.
Albumin serum 3,5-4,5 mg/dL Peningkatan glukosa serum
menunjukkan respon stress
BUN (Blood Urea Laki-laki : 8-20 mg/Dl Peningkatan BUN
Nitrogen) Kreatinin Wanita 6-20 mg/Dl menunjukan penurunan fugsi.
Fungsi ginjal
Urine 600-1600 ml Adanya albumin, Hb dan
mioglobin menunjukkan
kerusakan jaringan dalam dan
kehilangan protein
Foto rontgen dada Dapat tampak normal pada
pasca luka bakar dini

18
meskipun dengan cidera
inhalasi, namun cidera
inhalasi yang sesungguhnya
akan ada pada saat progresif
tanpa foto dada.
Bronkopi serat optik Berguna dalam diganosa luas
cidera inhalasi, hasil dapat
meliputi edema, perdarahan
dan/tukak pada saluran
pernafasan atas.
Scan paru Mungkin dilakukan
menentukan luasnya xidera
inhalasi
Foto grafi luka bakar Memberikan catatan untuk
penyembuhan luka bakar
selanjutnya.

(Sumber :Musliha, 2010. Keperawatan Gawat Darurat.Yogyakarta:Numed).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan Integritas Kulit b/d Trauma : kerusakan permukaan kulit
karena destruksi lapisan kulit.
2. Risiko Infeksi b/d Kerusakan perlingdungan kulit; jaringan traumatik.
3. Gangguan Pertukaran Gas b/d cedera inhalasi asap atau sindrom
kompartemen.
4. Nyeri Akut b/d Agens cedera fisik (luka bakar).\

C. Nanda, NOC, dan NIC


NO NANDA NOC NIC
1. Domain 11 Label NOC : Pemulihan Label NIC Perawatan
Keamanan/Perlindung luka bakar luka : Luka Bakar
an
Kode : 00046 Definisi: Definisi:
Tingkat kesembuhan fisik Pencegahan komplikasi
Kerusakan integritas dan psikologis secara luka karna adanya
kulit b/d Trauma : keseluruhanpada luka kondisi luka bakar dan
kerusakan permukaan bakar mayor. memfasilitasi
kulit karena destruksi Setelah dilakukan penyembuhan luka.
lapisan kulit. tindakan keperawatan Akitifitas-aktifitas:
selama 2x24 jam 1. Pertahankan jalan
Definisi : diharapkan........... napas terbuka

19
Kerusakan pada 1. Nyeri untuk memastikan
epidermis dan/atau 2. Infeksi ventilisasi
dermis. 3. Kulit Melepuh 2. Monitor tingkat
4. Edema pada luka kesadaran pada
bakar pasien yang
5. Nekrosis jaringan mengalami luka
Skala : bakar laus
1. Tidak ada 3. Evaluasi luka, kaji
2. Terbatas kedalaman,
3. Sedang pelebaran,
4. Besar lokalisasi, nyeri,
5. Sangat besar agen penyebab,
eksudat, jaringan
granulasi atau
nekrosis,
epitelisasidan
tanda-tanda
infeksi.
4. Gunakan tindakan
isolasi fisik untuk
mencegah infeksi
(misal masker,
gaun, sarung
tangan steril, topi
dan pembungkus
kaki).
5. Berikan
pengontrolan nyeri
yang adekuat
dengan
mengaplikasikan
tindakan
farmakologi dan
non-farmakologi.

20
2. Domain 11. Label NOC : Kontrol Label NIC : Kontrol
Keamaan/Perlindunga Risiko : Proses Infeksi Infeksi
n
Kode : 00004 Definisi: Definisi:
Tindakan individu untuk Meminimalkan
Risiko Infeksi b/d mengerti, mencegah, penerimaan dan
Kerusakan mengeliminasi, atau transmisi agen infeksi.
perlingdungan kulit; mengurangi ancaman Aktivitas-aktivitas:
jaringan traumatik. terkena infeksi. 1. Ganti peralatan
Setelah dilakukan perawatan per
Definisi : tindakan keperawatan pasien sesuai
Rentan mengalami selama 2x24 jam protokol institusi.
invasi dan multiplikasi diharapkan........... 2. Tempatkan isolasi
organisme patogenik 1. Mengidentifikasi sesuai tindakan
yang dapat mengganggu faktor resiko infeksi pencegahan yang
kesehatan. 2. Mengidentifikasi sesuai.
tanda dan gejala 3. Lakukan tindakan-
infeksi tindakan
3. Melakukan tindakan pencegahan yang
segera untuk bersifat universal.
mengurangi risiko 4. Pastikan teknik
4. Memonitor perubahan perawatan luka
status kesehatan yang tepat,
5. Menyesuaikan strategi 5. Gunakan sabun
dalam mengontrol antimikroba untuk
infeksi mencuci tangan
yang sesuai.
Skala :
1. Tidak pernah
menunjukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang-kadang
menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Secara konsisten
menunjukan

21
3. Domain 3. Eliminasi Label NOC : Status Label NIC :
dan Pertukaran pernafasan; pertukaran Manajemen jalan
Kode : 00030 gas nafas

Gangguan Pertukaran Definisi : Definisi :


Gas b/d cedera inhalasi Pertukaran karbondioksida Fasilitasi kepatenan
asap atau sindrom dan oksigen di alveoli jalan nafas
kompartemen untuk mempertahankan Aktivitas-aktivitas :
konsentrasi darah arteri. 1. Posisikan pasien
Definisi : Setelah dilakkukan untuk
Kelebihan atau defisit tindakan keperawatan memaksimalkan
oksigenasi dan eliminasi 2x24 jam ventilasi
karbon dioksida pada diharapkan........... 2. Monitor status
membran alveolar- 1. Keseimbangan pernafasan dan
kapiler. ventilasi dan perfusi oksigenasi, sebagai
2. Saturasi oksigen mestinya
3. Tidal karbondioksida 3. Auskultasi suara
akhir nafas, catat area
4. Sianosis ventilasnya
5. Gangguan kesadaran menurun atau tidak
Skala : dan apakah ada
1. Sangat berat suara tambahan
2. Berat 4. Identifikasi
3. CukupRingan kebutuhan
4. Tidak ada aktual/potensial
pasien untuk
memasukan alat
membuka jalan
nafas
5. Buka jalan nafas
dengan tehnik chin
lift atau jaw thrust,
sebagai mana
mestinya
4. Domain 12. Label NOC : Kontrol Label NIC :
Kenyamanan Nyeri Manajemen Nyeri
Kode : 00132
Definisi : Definisi :

22
Nyeri Akut b/d Agens Tindakan pribadi untuk Pengurangan atau
cedera fisik (luka bakar) mengontrol nyeri. reduksi nyeri sampai
Setelah dilakkukan pada tingkat
Definisi : tindakan keperawatan kenyamanan yang
Pengalaman sensori dan 2x24 jam dapat diterima oleh
emosional tidak diharapkan........... pasien.
menyenangkan yang 1. Mengenali kapan Aktivitas-aktivitas:
muncul akibat kerusakan nyeri terjadi 1. Lakukan
jaringan aktual atau 2. Menggnakan jurnal pengkajian nyeri
potensial atau yang harian untuk komprehensif yang
digambarkan sebagai memonitor gejala dari meliputi lokasi,
kerusakan (International waktu ke waktu karakteristik,
Association for the study 3. Menggunakan onset/durasi,
of pain); awitan yang analgesik yang frekuensi, kualitas,
tiba-tiba atau lambat dari direkomendasikan intensitas, atau
intensitas rigan hingga 4. Menggunakan beratnya nyeri dn
berat dengan akhir yang tindakan pencegahan faktor pencetus.
dapat diantisipasi atau di 5. Melaporkan gejala 2. Observasi adanya
prediksi. yang tidak terkontrol petunjuk nonverbal
pada profesional mengenai
kesehatan. ketidaknyamanan
Skala : terutama pada
1. Tidak pernah mereka yang tidak
menunjukkan dapat
2. Jarang menunjukkan berkomunikasi
3. Kadang-kadang secara efektif.
menunjukkan 3. Pastikan perawatan
4. Sering menunjukkan analgesik bagi
5. Secara konsisten pasien dilakukan
menunjukkan dengan
pemantauan yang
ketat.
4. Pastikan
pemberian
analgesik dan
strategi
nonfarmakologi
sebelum dilakukan

23
prosedur yang
menimbulkan
nyeri.
5. Gunakan metode
penilaian yang
sesuai dengan
tahapan
perkembangan
yang meungkinkan
untuk memonitor
perubahan nyeri
(catat
perkembangan)

24
BAB IV
PEMBAHASAN EBN

A. Pembahasan EBN
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan
yang disebabkan kontak dengan sumber panas dan suhu sangat rendah
(Munster, 1997; Mansjoer, 2000). Menurut World Fire Statistics Centre
pada tahun 2003 hingga 2005 tercatat negara yang memiliki prevalensi
terendah terjadinya luka bakar adalah Singapura sebesar 0,12% per 100.000
orang dan yang tertinggi adalah Hongaria sebesar 1,98%.
Menurut Riset Kesehatan Dasar Depkes RI 2007 prevalensi luka bakar
di Indonesia tertinggi terdapat di provinsi Nangroe Aceh Darussalam dan
Kepulauan Riau sebesar 3,8%.Data dari Rumah Sakit Wahidin
Sudirohusodo Makassar, dalam jangka waktu 5 tahun 2006- 2009 jumlah
penderita luka bakar yang dirawatdi perawatan luka bakar adalah 102 kasus,
dengan angka kematian sebanyak 9,2%, dan selama tahun 2010 jumlah
kasus yang dirawat sebanyak 88 kasus dengan angka kematian 17,2%.
Derajat luka bakar yang paling banyak ditemukan yaitu derajat II a-b
dengan 36 kasus atau 46,7% dari seluruh kasus luka bakar yang didapatkan.
Persentase luka bakar yaitu luas luka bakar 1-10% sebanyak 37 kasus atau
36,3% dan penyebab yang paling banyak adalah akibat air panas didapatkan
30 kasus dan terbanyak pada kelompok umur 1-10 th dengan 19 kasus
(Sarimin, 2009).
Luka bakar terutama yang luas > 20% menyebabkan terjadinya
gangguan keseimbangan di dalam tubuh, di antaranya adalah gangguan
metabolism protein, KH dan lemak. Luka bakar juga menyebabkan
terjadinya proses inflamasi, semakin berat kerusakan jaringan
respon inflamasi yang muncul akan lama bertahan dan makrofag akan
menghasilkan mediator inflamasi seperti sitokin, TNF-α dan sel fagosit
nekrotik. Meningkatnya stress oksidatif juga menyebabkan produksi radikal
bebas meningkat dan penurunan kadar trace element
(Sjamsyuhidayat,2002).
Stress oksidatif menyebabkan kerusakan jaringan sekunder dan
mengganggu fungsi imun setelah luka bakar (Rock, 1997; Khorasani, 2008).
Inflamasi yang tidak terkendali menyebabkan inflamasi sistemik dan
penekanan sistem imun yang sangat berbahaya karena akan berkembang
menjadi SIRS dan MODS (Monadjat, 2009). Stres oksidatif akibat luka
bakar akan menyebabkan ketidakseimbangan antara Reactive Oxygen
Species (ROS) dan antioksidan endogen. Kadar MDA pada luka bakar akan

25
meningkat sesuai intensitas oksidatif, sehingga MDA akan akan berkurang
bila sistem pertahanan baik (Gayatri, 2010).

B. Intervensi
1. Pemberian Suplementasi Ekstrak Ikan Gabus Terhadap Kadar Albumin,
MDA Pada Luka Bakar Derajat II yang dilakukan selama 3 bulan
dengan intervensi pada pasien luka bakar selama 14 hari.

C. Alasan Intervensi Pemberian Suplementasi Ekstrak Ikan Gabus


Albumin merupakan sumber antioksidan hewani yang berfungsi
sebagai pengikat radikal sehingga berperan dalam proses pembersihan dan
penangkapan ROS (Sunatrio, 2003). Kapsul ekstrak ikan gabus
mengandung albumin yang berlimpah mampu bekerja sebagai trapping
dan scavenging terhadap oksidan dan radikal bebas serta kemampuannya
untuk meningkatkan fungsi imun tubuh khususnya pada luka bakar
(Taverna dkk., 2013; oche dkk., 2008). Kapsul ekstrak ikan gabus tinggi
albumin merupakan proses pengekstrakkan kandungan albumin dari ikan
gabus menggunakan pelarut NaCl 0.9%. Merupakan prosedur yang
optimal dibadingkan proses sebelumnya dengan titik isoelektrik yang
terbaik pada pH 4.6. Profil produk hasil pemurnian ekstrak ikan gabus
high albumin adalah: kadar albumin 62.9±5,43%, kadar air 7.8± 1,17%
dan rendemen 11.6±11,62% per 100 gram (Asfar dkk., 2014). Luka Bakar,
Ekstrak Ikan Gabus, Albumin, TNF-α, MDA ISSN 2252-5416 387
Tingginya tingkat kematian dan kecacatan pada luka bakar serta
pemahaman pada luka bakar terjadi proses inflamasi yang mempengaruhi
perubahan metabolism ditingkat sel yang berpengaruh terhadap proses
penyembuhan.

26
27
BAB V
PENTUTUP
A. Kesimpulan
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam.
Luka bakar adalah cedera yang terjadi dari kontak langsung ataupun
paparan terhadap sumber panas, kimia, listrik atau radiasi (Joyce M. Black,
2009). Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh tenaga
kesehatan jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang
relatif tinggi dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain . Penyebab
luka bakar selain karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga
karena pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka
bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas )
banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga (Sjamsuhidajat, 2005 ).
Dari hasil analisis jurnal yang kami dapat disimpulkan bahwa pemberian
suplementasi ekstrak ikan gabus tinggi albumin 2,25 g/hari dengan diet standar
dan edukasi selamam 14 hari pada pasien luka bakar grade II mampu
meningkatkan kadar albumin lebih tinggi dibanding yang tidak mendapatkan
suplementasi ekstrak ikan gabus tinggi albumin. Sedangkan kadar MDA lebih
rendah. Pada penanganan pasien luka bakar disarankan memberikan asupan
gizi yang sesuai dengan kebutuhan individu masing-masing.

B. Saran
Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi segera mungkin,
pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada
kulit yang vital dan elemen di dalamnya.
Pertolongangan pertama luka bakar di tempat kejadian yaitu : Tidak panik,
jauhkan benda panas : api dipadamkan, dinginkan tubuh, menyiram dengan air
dingin 20 ˚-30˚C, mengurangi rasa nyeri berikan analgesik secara oral atau
suntikan (morfin/petidin), periksa jalan nafas, dan segera mungkin membawa
pasien ke rumah sakit.

28

Anda mungkin juga menyukai