Penggolongan Hukum dan Mazhab Ilmu Pengetahuan Hukum yang meliputi: Klasifikasi Hukum I;
Klasifikasi Hukum II; Mazhab Dalam Ilmu Hukum I; Mazhab Dalam Ilmu Hukum II. Tugas 2 dibuat
dalam bentuk essay dan dikirim hasil jawabannya maksimal 2 minggu setelah pengunggahan soal pada
Tugas 2
Jawab :
Drs E.Utrecht,SH dalam bukunya yang berjudul “pengantar hukum Indonesia” (1953) telah membuat
suatu batasan.Utrecht memberi batasan hukum sebagai berikut : ” Hukum itu adalah himpunan peraturan-
peraturan (perintah-perintah atau larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan
karena harus ditaati masyarakat itu.akan tetapi tidaklah semua orang mau menaati kaedah-kaedah hukum
itu ,maka peraturan kemasyarakatan itu harus dilengkapi dengan unsur memaksa.
dengan demikian hukum itu mempunyai sifat mengatur dan memaksa.hukum merupakan peraturan-
peraturan hidup masyarakat yang dapat memaksa orang supaya menaati tata tertib dalam masyarakat serta
memberi sanksi yang tegas (berupa hukuman) terhadap siapa yang tidak mau patuh untuk menaatinya.
Hukum ialah untuk mengatur,sebagai petugas,serta sebagai sarana untuk menciptakan dan memelihara
ketertiban.yang diatur oleh hukum adalah peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan
masyarakat,adanya sanksi terhadap pelanggaran tersebut adalah tegas,bersifat memaksa dan peraturan
hukum itu diadakan oleh badan-badan resmi.
Hukum yang diciptakan penguasa memiliki 3 tujuan yang hendak dicapai.ada 3 teori yang menjelaskan
tentang tujuan hukum yaitu :
Tujuan hukum negara Republik Indonesia menurut hukum positif tertuang dalam alinea ke empat UUD
1945 yaitu “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa,dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia berdasarkan kemerdekaan,perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Secara umum fungsi hukum dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat yaitu :
Klasifikasi hukum berdasarkan isinya yaitu adanya hukum privat dan hukum publik. Hukum Privat
adalah salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subjek hukum dan
hubungan antara subjek hukum.
Hukum perdata disebut pula sebagai hukum privat atau hukum sipil.Hukum Privat ialah termasuk hukum
pribadi,hukum keluarga,hukum kekayaan dan hukum waris,contohnya : Seseorang melakukan perjanjian
jual beli.
Hukum publik adalah bidang hukum dimana subjek hukum bersangkutan dengan subjek hukum
lainnya.Maksudnya adalah jika seseorang melanggar atau melakukan kejahatan-kejahatan terhadap
kepentingan umum,perbuatan mana diancam dengan hukuman.Contoh hukum publik yaitu :Hukum
pidana,Hukum tata negara,hukum administrasi negara.
Hukum berdasarkan waktu berlakunya berdasarkan hukum positif atau tata hukum yang dikenal dengan
istilah ius constitutum sebagai lawan kata dari ius constituendum yakni perbuatan hukum yang
berdampak positif bagi masyaraka.Contohnya seseorang ingin mencuri,tetapi seseorang tersebut tidak jadi
mencuri karena mengetahui adanya hukuman atau sanksi bagi yang melakukan perbuatan tersebut.
Hukum yang bersifat mengatur atau fakultatif atau subsidiair atau perlengkapan
dispositif,yaitu hukum yang dalam keadaan konkrit dapat dikesampingkan oleh perjanjian
yang dibuat para pihak.
Hukum yang bersifat memaksa atau imperatif (dwigendrecht) yaitu hukum yang dalam
keadaan konkrit tidak dapat dikesampingkan oleh perjanjian yang dibuat para pihak,yang
berarti kaedah hukumnya bersifat mengikat dan memaksa,tidak diberi wewenang lain selain
apa yang telah ditentukan Undang-undang .sedangkan hukum yang mengatur kepentingan
perseorangan atau kepentingan khusus bersifat mengatur.
Ada 3 pedoman untuk mengetahui hukum itu bersifat memaksa atau bersifat mengatur yaitu :
Berdasarkan pasal 23 AB.yang menentukan bahwa suatu perbuatan atau perjanjian tidak dapat
meniadakan kekuatan Undang-undang yang berhubungan dengan ketertiban umum dan
kesusilaan,dapat disimpulkan bahwa hak-hak yang berhubungan dengan ketertiban umum
kesusilaan itu bersifat memaksa.
Dengan membaca dari bunyi peraturan bersangkutan dapat diketahui bahwa suatu peraturan
itu bersifat memaksa atau tidak.Contohnya : Pasal 1447 KUH Perdata yang menentukan
bahwa penyerahan harus dilakukan ditempat dimana barang yang terjual berada pada waktu
penjualan.
Dengan jalan interprestasi dapat diketahui bahwa peraturan hukum tersebut bersifat memaksa
atau tidak.Contohnya : pasal 1368 KUH Perdata yang menentukan bahwa pemilik seekor
binatang ,atau siapa yang memakainya ,adalah selama binatang itu dipakainya bertanggung
jawab terhadap kerugian yang diterbitkan oleh binatang tersebut,baik binatang itu ada
dibawah pengawasannya,maupun tersesat atau terlepas dari pengawasannya.
C. Madzhab Sosiologi
Madzhab sosiologi dipelopori oleh Eugen Ehrlich, Max Weber dan Hammaker. Madzhab ini merupakan
hasil pertentangan-pertentangan dan hasil pertimbangan antara kekuatan-kekuatan sosial, cita-cita sosial,
institusi sosial, perkembangan ekonomi dan pertentangan serta pertimbangan kepentingan-kepentingan
golongan-golongan atau kelas-kelas dalam masyarakat.
Sosiologis adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hubungan antara gejala masyarakat yang satu
dengan gejala masyarakat yang lain, sedangkan ilmu pengetahuan hukum menurut madzhab sosiologis
memberikan suatu gambaran tentang tingkah laku manusia dalam masyarakat. Maka demikian hukum itu
merupakan fakta atau petunjuk yang mencerminkan kehidupan masyarakat, guna memahami kehidupan
hukum itu dari suatu masyarakat maka seorang ahli hukum harus mempelajari perundang-undangan,
keputusan-kepututusan pengadilan dan kenyataan sosial.
Madzhab sosiologis memusatkan perhatiannya bukan pada hukum tertulis atau perundang-undangan,
tetapi hukum adalah kenyataan sosial. Ia memandang bahwa hukum itu dipengaruhi oleh faktor-faktor
non hukum yang terdapat dalam masyarakat, seperti faktor ekonomi, politik, sosial dan budaya. Metode
yang digunakan adalah deskriptif, yaitu dengan menggunakan teknik-teknik survey lapangan, observasi
perbandingan, analisis stasistik dan eksperimen.
Pemikiran sosiologi pada dasarnya dapat diklasifikasikan ke dalam:
1. Sociological jurisprudence, kajian ini di tunjuk sebagai suatu studi yang berkarakter khas tertib
hukum, yaitu merupakan suatu aspek ilmu hukum yang sebenarnya.
2. Sosiology of law, menunjuk kajian ini sebagai studi sosiologi yang sebenarnya yang didasarkan pada
suatu konsep yang memandang hukum sebagai suatu alat pengendalian sosial. Hal ini berkaitan dengan
pertanyaan mengapa perangkat hukum dan tugas-tugasnya dibuat, sosiologi memandang hukum sebagai
produk suatu sistem sosial dan sebagai alat untuk mengendalikan dan mengubah sistem itu.
Esensi ajaran penganut sosiologis di dalam ilmu hukum adalah bahwa:
1. Yang dianggap sebagai hukum, bukanlah aturan-aturan yang tertuang dalam perundang-undangan,
melainkan yang diterapkan apa danya di dalam masyarakta.
2. Hukum itu tidak otonom, artinya pembuatan dan pelaksanaan hukum dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang sifatnya non hukum, seperti faktor ekonomi, politik, sosial dan budaya.
Menurut aliran hukum yang bersifat sosioligis hukum itu tidak perlu diciptakan oleh negara, karena
hukum sebenarnya tidak merupakan pertanyaan-pertanyaan tetapi terdiri dari lembaga-lembaga hukum
yang diciptakan oleh kehidupan, golongan-golongan dalam masyarakat.
Menurut madzhab sosiologis, hakim itu bebas untuk menggali sumber—sumber hukum yang terdapat
dalam masyarakat yang berwujud kebiasaan-kebiasaan, perbuatan-perbuatan dan adat.
Eugene Ehrlich menyatakan bahwa hukum hanya dapat dipahami dalam fungsinya di
masyarakat. Berlakunya hukum tertantung pada penerimaan masyarakat dan sebenarnya tiap golongan
menciptakan sendiri masing-masing hukumnya yang hidup. Daya kreativitas masing-masing golongan
saling berbeda dalam penciptaan hukumnya. Dalam kenyataan ini faktor masyarakat menjadi sangat
penting untuk mengetahui evektivitas hukum dalam masyarakat.
Ehrlich juga berpendapat bahwa, pusat perkembangan dari hukum bukanlah terletak dari badan-badan
legislatif, keputusan badan-badan yudikatif ataupun ilmu hukum, tetapi justru terletak dalam masyarakat
itu sendiri.
Dalam konteks ini Leon Gubuit berpendapat bahwa, tujuan ahli hukum adalah menetapkan suatu
peraturan hukum yang mutlak dan tidak dapat ditentang sekaligus obyektif, bebas dari kesewenagan
manusia dan keinginan akan kekuasaan sebagai pelindung negara.
Tokoh dalam madzhab sosiologi yang paling terkenal adalah Roscoe Pound (1870-1964). Ia mengatakan
bahwa, hukum bukan hanya merupakan kumpulan norma-norma abstrak atau suatu tertib hukum, tetapi
juga merupakan suatu proses untuk mengadakan keseimbangan antara kepentingan-kepentingan yang
saling bertentanngan, dan menjamin kepuasan kebutuhan-kebutuhan maksimal dengan pengorbanan
minimal.
Menurut Pound, cara membentuk masyarakat adalah dengan selalu memberikan keseimbangan antara
berbagai kepentingan dalam masyarakat sehingga menuju ke masyarakat yang lebih baik.