Anda di halaman 1dari 52

2019

Modul Praktikum
Fisika Dasar 1
Modul 1 – Pengukuran dan Ketidakpastian

Penyusun:
NENNI MONA ARUAN
I GDE EKA DIRGAYUSSA
RIZAL H.M. SINAGA
JEKSON PARULIAN SITANGGANG

Laboratorium Fisika Dasar


INSTITUT TEKNOLOGI DEL
Gedung Bioteknologi: GD 811, Jl Sisingamangaraja, Tobasamosir -22381, Sumatera Utara
telp +62632331234, fax +626323311116, www.del.ac.id
INSTITUTTEKNOLOGIDEL
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I
Modul I : PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN

A. Tugas Pendahuluan
Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas!
1. Suatu benda berbentuk bola kecil diukur diameternya menggunakan mikrometer skrup seperti
terlihat pada gambar di bawah ini. Cara membaca skala mikrometer skrup
yang tepat dari pengukuran diameter benda tersebut adalah .....

2. Sebuah benda diukur dengan jangka sorong. Jika skala pada pengukuran ditunjukkan pada
gambar di bawah ini, maka panjang benda tersebut adalah .....

3. Pada pengukuran panjang benda diperoleh hasil pengukuran 0.08050 banyaknya angka
penting dari pengukuran tersebut adalah……
4. Hasil perkalian luas suatu benda dengan panjang 8.33 cm dan lebar 1.1 cm menurut angka
penting adalah ……

B. Tes Awal
Tes awal diberikan sebelum memulai praktikum ± 15 menit.

Laboratorium Fisika Dasar – IT Del 2016 | Page 1 of 17


C. Pelaksanaan Praktikum
Pendahuluan
Fisika mempelajari tentang fenomena-fenomena alam secara kualitatif dan kuantitaif, karenanya
masalah pengukuran terhadap besaran fisis mempunyai arti penting. Mengukur adalah
membandingkan suatu besaran fisis dengan besaran fisis sejenis yang dapat dianggap sebagai tolok
ukurnya (besaran standar).Oleh sebab itu tujuan pengukuran adalah untuk mengetahui harga/nilai
antara besaran yang diukur dengan besaran yang dianggap tolok ukurnya.Dalam kenyataannya nilai
pembanding yang sesungguhnya tidak pernah diketahui sehingga hasil pengukuran yang benar tidak
pernah diketahui.Setiap kali melakukan pengukuran yang diulang-ulang dengan teliti, hasilnya
hampir selalu berbeda meskipun selisihnya sangat kecil. Karenanya dalam proses pengukuran selalu
terdapat kesalahan atau ralat (”error”). Usaha yang harus dilakukan dalam setiap pengukuran adalah
memperoleh kesalahan tersebut sekecil mungkin. Kesimpulan yang diambil dari suatu kumpulan data,
khususnya seberapa yakin kepercayaan kita akan kesimpulan tersebut sangat bergantung dari
seberapa baik kita memahami dan mengontrol ketidakpastian dalam pengukuran. Oleh karena itu,
topik dalam eksperimen ini akan menjadi fondasi dasar, tidak hanya dalam eksperimen fisika dasar
tapi dalam bidang ilmu lainnya karena kita selalu berhubungan dengan data dan bagaimana
mengukur suatu besaran yang ingin diamati.

I. Tujuan
 Menggunakan dan memahami alat-alat pengukuran dasar.
 Menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang.
 Mengaplikasikan konsep ketidakpastian dan angka penting dalam pengolahan hasil
pengukuran.

II. Alat dan Bahan


Penggaris 1 buah
Jangka sorong 1 buah
Mikrometer 1 buah
Dynamometer 1 buah (tidak dibawa ke meja praktikum)
Neraca digital 1 buah
Statif dan klem universal 1 buah
Beban gantung 50 gram 1 buah
Kelereng 2 buah
Laboratorium Fisika Dasar – IT Del 2016 | Page 2 of 17
Persiapan
 Pelajari keseluruhan petunjuk praktikum untuk modul ini.
 Kerjakan tugas pendahuluan yang telah diberikan. Setiap anggota kelompok harus
mengerjakan tugas pendahuluan dan dikumpulkan sesaat sebelum memulai praktikum.
 Buatlah rancangan tabel pengamatan agar dapat digunakan untuk menuliskan data praktikum.
Tabel pengamatan harus dibuat sebelum memulai praktikum. Setiap praktikan harus membuat
masing-masing tabel pengamatan. Diakhir praktikum, tabel tersebut harus di tandatangani oleh
asisten praktikum. Setiap kelompok harus menyerahkan satu copy tabel pengamatan kepada
asisten untuk disimpan.

III. Teori Dasar


Pengamatan besaran-besaran fisis untuk mengetahui bagaimana hubungan antara suatu variabel
dan tujuan lainnya dilakukan melalui kegiatan pengukuran. Oleh karena itu, pengukuran sangat
penting dilakukan dalam berbagai bidang ilmu termasuk fisika. Agar pengamatan menjadi teliti,
maka pengukuran harus dilakukan dengan tepat dan cermat. Dengan demikian gejala ataupun
peristiwa yang terjadi dapat diprediksi dengan lebih akurat. Meskipun telah diupayakan secara
hati-hati, pengukuran akan selalu disertai dengan ketidakpastian. Yang dimaskud dengan
ketidakpastian disini adalah, kita tidak bisa menentukan secara tepat hasil dari suatu pengukuran.
Beberapa penyebab ketidakpastian adalah kesalahan kalibrasi alat ukur, fluktuasi parameter
pengukuran, kesalahan paralaks, kesalahan titik nol dan Nilai Skala Terkecil (NST). Kesalahan
juga dapat terjadi karena lingkungan yang saling mempengaruhi dan tingkat keterampilan
pengamat yang berbeda-beda. Oleh karena itu diperlukan suatu metode mengukur dengan benar
sehingga diperoleh hasil pengukuran seteliti mungkin. Selain itu, diperlukan pengetahuan
bagaimana cara melaporkan hasil pengukuran beserta ketidakpastiannya.
Alat ukur adalah suatu perangkat yang dipergunakan untuk menentukan nilai atau besaran suatu
variabel fisis. Alat ukur dasar dapat dibagi menjadi dua, yaitu alat ukur analog dan alat ukur
digital. Hasil dari alat ukur analog merupakan hasil pengukuran bernilai kontinu. Contoh dari alat
ukur analog adalah pengukuran arus listrik yang ditunjukkan dalam bentuk skala berupa nilai
jarum pada ampermeter. Alat ukur digital menunjukkan hasil pengukuran bernilai diskrit dalam
jumlah digit tertentu.
Dalam praktikum pengukuran dasar dibutuhkan beberapa alat ukur dasar, seperti: jangka sorong,
mikrometer skrup, penggaris, stopwatch, dynamometer dan neraca digital. Masing masing alat
ukur tersebut memiliki cara tersendiri dalam pengoperasiannya serta cara untuk membaca hasil

Laboratorium Fisika Dasar – IT Del 2016 | Page 3 of 17


pengukurannya. Terdapat beberapa pengertian yang sering ditemukan dalam dalam pengukuran
yaitu:
1. Presisi, yaitu tingkat atau derajat yang membedakan suatu alat pengukuran tertentu
dibandingkan dengan alat ukur lainnya.
2. Akurasi, yaitu kecermatan suatu alat ukur untuk membaca pada nilai yang sebenarnya.
3. Kepekaan, yaitu ratio dari sinyal tanggapan alat ukur terhadap perubahan input dari variabel
yang diukur.
4. Resolusi, yaitu perubahan terkecil dari nilai pengukuran yang mampu diukur oleh suatu alat
ukur.
5. Kesalahan, yaitu penyimpangan dari nilai sebenarnya dalam variabel yang diukur.

Nilai Skala Terkecil (NST)


Setiap alat ukur memiliki nilai skala terkecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Nilai ini disebut
sebagai nilai skala terkecil (NST). Ketelitian suatu alat ukur bergantung pada nilai skala terkecil.
Sebagai contoh pada gambar dibawah ini adalah mistar yang memiliki skala terkecil 1 mm.

Gambar 1. Skala pada mistar.

Skala Nonius
Untuk meningkatkan ketelitian dari suatu alat ukur, manusia berusaha menemukan cara-cara baru
sehingga alat ukur tersebut menjadi lebih baik dari sebelumnya. Skala nonius digunakan untuk
meningkatkan ketelitian pembacaan alat ukur. Umumnya terdapat suatu pembagian sejumlah skala
utama dengan sejumlah skala nonius yang akan menyebabkan garis skala nonius berimpit dengan
skala utama. Untuk memahami bagaimana ide dari skala nonius, perhatikan gambar alat ukur
panjang berikut ini.

0 cm 1 cm
Skala utama

Skala nonius

∆𝑁
Laboratorium Fisika Dasar – IT Del 2016 | Page 4 of 17
Tampak bahwa titik nol pada skala utama dengan skala nonius berimpit, sedangkan skala 0 lainnya
pada nonius berimput di skala 0,9 cm di skala utama. Maka panjang tiap bagian skala nonius (∆ )
dapat dihitung sebagai:

Lalu bagaimana skala terkecil yang dapat diukur oleh alat ukur tersebut? Perhatikan gambar berikut
ini. Ketika skala nonius digeser ke kiri sehingga angka ”1” pada skala nonius berimpit dengan strip
garis skala utama, maka akan didapat hasil pengukuran terkecil dari alat ukur ini.

0 ∆𝑈
cm 1 cm
Skala utama

Skala nonius

Hasil pengukuran terkecil

Maka hasil pengukuran terkecil yang dapat diukur adalah


∆ ∆
Jadi panjang terkecil yang dapat diukur adalah 0,1 mm yang biasanya tertulis pada alat ukur seperti
jangka sorong. Untuk lebih memahami bagaimana hasil pengukuran mengggunakan jangka sorong,
perhatikan gambar berikut ini.

Skala nonius

Skala utama

Gambar 2. Cara pembacaan skala utama dan skala nonius.

Laboratorium Fisika Dasar – IT Del 2016 | Page 5 of 17


Pada gambar 2, hasil pembacaan pada skala utama (U) (pembacaan tanpa nonius) adalah 6,7 satuan,
sedangkan pada skala nonius (N) nilai yang berimpit dengan skala utama adalah adalah angka 7.
Maka hasil nilai yang terbaca adalah:

( )

Ketidakpastian
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa setiap pengukuran selalu disertai dengan
ketidakpastian. Karena itu, pengukuran akan mengalami gangguan, sehingga sulit atau tidak
mungkin memperoleh nilai sebenarnya dalam suatu pengukuran. Ketidakpastian terdiri dari dua
bagian, yakni ketidakpastian mutlak dan ketidakpastian relatif. Masing-masing ketidakpastian
tersebut dapat digunakan dalam pengukuran berulang maupun dalam pengukuran tunggal.

Ketidakpastian Mutlak
Keterbatasan alat ukur menyebabkan ketidakpastian.

Pengukuran Tunggal
Dalam satu kali pengukuran terhadap variabel (pengukuran tunggal), maka ketidakpastiannya

umumnya dinyatakan sebagai setengah dari nilai skala terkecilnya ( ) . Misalkan suatu

pengukuran besaran X maka ketidakpastian mutlaknya dalam pengukuran tunggal adalah:


x  12 nilai skala terkecil (1)

Di mana x adalah nilai ketidakpastian pengukuran, sehingga hasil pengukurannya dapat dilaporkan
sebagai:
∆ (2)
Pengukuran Berulang
Untuk pengukuran berulang, hasil pengukuran dapat dinyatakan dengan menggunakan kesalahan
setengah rentang atau dapat juga menyatakannya dengan menggunakan standar deviasi.

Ketidakpastian setengah rentang


Pada pengukuran berulang, cara menghitung ketidakpastian berbeda dengan pengukuran tunggal.
Dengan menggunakan metode kesalahan setengah rentang, maka ketidapastian dari suatu pengukran
berulang dapat di peroleh. Caranya adalah sebagai berikut:

Laboratorium Fisika Dasar – IT Del 2016 | Page 6 of 17


- Kumpulkan sejumlah hasil pengukuran berulang pada besaran yang akan diukur. Misalnya
dilakukan pengukuran sebanyak n kali, yaitu .
- Kemudian mencari nilai rata – ratanya ̅
n

x i
x i 1
(3)
n
- Ketidakpastian pengukuran dapat dituliskan sebagai:
x max  x min
x  (4)
2
Di mana xmax adalah nilai data terbesar (maksimum) dan xmin adalah nilai data terkecil. Dengan
demikian, maka untuk menyatakan hasilnya dapat dilaporkan sebagai:
X  x  x (5)
Ketidakpastian pengukuran dengan standar deviasi
Dalam menyatakan kesalahan dengan standar deviasi (simpangan baku), maka kesalahan tersebut
dapat dinyatakan dengan persamaan:
2
n n  n 
 x i  x
2
n 
i 1
xi2
 xi 
 i 1 

i 1
Sx  
n 1 n(n  1)
(6)
Sehingga lapoaran hasil pengukran dilaporkan sebagai:
X  x  Sx (7)
Arti dari persamaan (7) adalah bahwa nilai pengukuran yang benar dari besaran X adalah terletak
dalam selang ( x  S x ) dengan ( x  S x ).

Ketidakpastian Relatif
Ketidakpastian Relatif didefinisikan sebagai perbandingan ketidakpastian mutlak dengan hasil
pengukuran yang dapat dinyatakan sebagai:
x
KTP relatif  (8)
x
Dengan demikian, maka hasil pengukuran dapat dinyatakan sebagai:
X  x  ( KTP relatif  100%) (9)
Perambatan Ketidakpastian (Ketidakpastian pada Fungsi Variabel)
Jika variabel dalam pengukuran merupakan fungsi dari variabel lain yang juga memiliki
ketidakpastian, maka variabel tersebut tentu akan memiliki ketidakpastian. Kedaaan seperti ini

Laboratorium Fisika Dasar – IT Del 2016 | Page 7 of 17


disebut sebagai perambatan ketidakpastian. Ketidakpastian variabel yang merupakan hasil operasi
variabel-variabel lain yang disertai oleh ketidakpastian dapat dilihat dalam Tabel 1 di bawah ini.

Nilai yang KTP Relatif


Angka Berarti Hasil Penulisan
terukur (%)
0,1 4 (1,341  0,001)  103

1,341 x 103 1 3 (1,34  0,01)  10 3

10 2 (1,3  0,1)  103

Tabel 1. Perambatan Ketidakpastian

Variabel Operasi Hasil Ketidakpastian


Penjumlahan p  ab  p   a  b

Pengurangan q  a b  q   a  b

∆ r a b
Perkalian r  ab  
∆ r a b
a  s a b
Pembagian s  
b s a b
t a
Pangkat t  an n
t a

Angka penting (Significant Figures)


Angka penting adalah jumlah digit angka yang dilaporkan sebagai hasil pengukuran. Angka penting
berkaitan dengan ketidakpastian relatif (dalam %). Apabila ketidakpastian relatif semakin kecil,
maka hal tersebut menjukkan bahwa mutu pengukuran semakin tinggi. Hal ini juga berarti bahwa
ketelitian pengukuran semakin tinggi. Secara praktis, hubungan antara ketidakpastian (KTP relatif)
dengan angka penting (AB) adalah:
AB=1 – log(KTP relatif) (10)

Laboratorium Fisika Dasar – IT Del 2016 | Page 8 of 17


IV. Prosedur Percobaan
Saat praktikum di Laboratorium Fisika Dasar, praktikan akan berlatih untuk menggunakan alat ukur
dasar yaitu penggaris, jangka sorong, mikrometer, dynamometer dan neraca digital, kemudian
mengolah data hasil pegukuran dan melaporkan hasil pengukuran tersebut.
1. Tuliskan alat dan bahan yang akan dipinjam pada daftar peminjaman alat.
2. Ambil alat dan bahan yang dibutuhkan dan bawa ke meja praktikum.

Penentuan Nilai Skala Terkecil (NST)


3. Perhatikan semua alat ukur yang akan anda gunakan. Tentukanlah Nilai Skala Terkecil dan
ketidakpastian terhadap alat ukur yakni penggaris, jangka sorong, mikrometer, dynamometer
dan neraca digital berikut satuannya. Tuliskan dalam tabel pengamatan 1.
Tabel 1 – NST alat ukur dasar
No. Nama Alat Ukur NST Ketidakpastian alat ukur
1. Penggaris
2. Jangka Sorong
3. Mikrometer
4. Dynamometer
5. Neraca Digital

4. Cek setiap alat ukur, apakah skala awal sudah tepat di angka nol? Jika tidak, lakukan kalibrasi
skala nol terlebih dahulu. Mintalah bantuan asisten praktikum jika anda mengalami kesulitan.

Pengukuran Dimensi dan Massa Bahan


5. Ambilah beban berbentuk silinder, lakukan pengukuran dimensi beban gantung yaitu
diamater dan tebalnya masing-masing sebanyak 10 kali dengan menggunakan jangka sorong,
mikrometer dan mistar. Catat hasil pengukuran dalam tabel pengamatan

Laboratorium Fisika Dasar – IT Del 2016 | Page 9 of 17


Tabel 2 – Hasil pengukuran beban gantung.
Massa beban gantung: .............................
Alat Ukur yang digunakan
Pengukuran Jangka Sorong Mikrometer Sekrup Mistar
Ke - Diameter Tebal Diameter Tebal Diameter Tebal
( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
1.
2.
3.
4..
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Catatan:
Contoh tabel isian untuk pengamatan yang lengkap seperti ini hanya diberikan untuk
percobaan 1. Pada percobaan selanjutnya tidak semua tabel isian untuk pengamatan
diberikan dalam petunjuk praktikum, praktikan harus merancang sendiri bentuk tabel isian
pengamatannya mengikuti langkah pada percobaan dalam petunjuk praktikum.

Rancanglah tabel pengamatan sebelum anda melakukan praktikum.


6. Lakukan pengukuran diameter kelereng sebanyak 10 kali dengan menggunakan mikrometer
sekrup, jangka sorong dan mistar. Tuliskan hasil pengukuran yang didapat dalam tabel
pengamatan yang dibuat.
7. Masih dengan beban gantung dan kelereng yang telah anda ukur dimensi panjangnya, lakukan
pengukuran massa beban gantung dan kelereng dengan neraca digital dan dynamometer.
Lakukan pengukuran berulang untuk masing-masing benda sebanyak 10 kali, kemudian tuliskan
dalam tabel pengamatan yang telah dibuat.

Laboratorium Fisika Dasar – IT Del 2016 | Page 10 of 17


8. Setelah semua data selesai didapat, rapikan kembali alat dan bahan dan dikembalikan ke tempat
peminjaman. Jangan lupa untuk cek kembali barang yang anda pinjam apakah sudah sesuai
dengan sewaktu peminjaman diawal.
V. Tabel Data
Tabel data sudah dilampirkan pada setiap percobaan
VI. Laporan Praktikum

Pada laporan praktikum, sertakanlah hasil pengamatan praktikum Anda di Laboratorium dengan
kelengkapan data dan jawablah pertayaan sebagai berikut:
1. Catatalah dimensi beban gantung (diameter dan tebal) dan kelereng (diameter). Catatlah
ketidakpastian mutlaknya.
2. Tentukanlah volume dari beban gantung dan kelereng berdasarkan data dari masing-masing
alat ukur yang digunakan. Tentukan KTP nya dengan menggunakan perambatan
ketidakpastiannya (nilai volume dan KTP mutlaknya), Harga volume dilaporkan dalam
bentuk KTP relatif (pakai konsep angka berarti)
3. Tentukanlah massa bahan dengan pengukuran tunggal (KTP mutlak ½ sekala terkecil).
Tentukan rapat massa beban gantung dan kelereng dengan formula   m / V . Gunakanlah
pertambatan ketidakpastian. Konversikan nilai KTP massa ke dalam bentuk KTP relatif.
4. Apakah anda menemukan ada benda yang tidak dapat diukur dengan alat ukur yang
digunakan sewaktu praktikum?
5. Bandingkan hasil pengukuran diameter dan tebal beban gantung dengan menggunakan
mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup.
- Manakah hasil pengukuran yang memiliki standar deviasi paling besar? Nyatakan
perbedaan tersebut dan jelaskan analisis saudara.
- Manakah hasil pengukuran yang memiliki ketelitian paling baik? Nyatakan perbedaan
tersebut dan jelaskan analisis saudara.

Laboratorium Fisika Dasar – IT Del 2016 | Page 11 of 17


Lampiran
Pengetahuan mengenai ketidakpastian pengukuran ini bertujuan agar praktikan
berkompetensi mengenal konsep dasarnya. Disamping itu, dapat mengetahui juga
batasan-batasan (range) yang diperlukan dalam melakukan perhitungan, baik itu oleh
laboratorium penguji ataupun laboratorium kalibrasi.
Memang peran ketidakpastian pengukuran sangat penting guna menjaga mutu hasil
uji agar penyajian data terukur betul-betul dapat dipertanggungjawabkan. Terlebih
lagi bagi laboratorium penguji/kalibrasi yang telah menggunakan sistem manajemen
mutu laboratorium ISO/IEC 17025:2008 dan ISO 15189.
a. Konsep Dasar Ketidakpastian Pengukuran
1. Pengukuran Kuantitatif
Sesungguhnya nilai yang diperoleh pada pengukuran kuantitatif merupakan
suatu perkiraan terhadap nilai benar (true value) dari sifat yang diukur.
2. Faktor-faktor yang mempunyai kontribusi pada penyimpangan nilai benar :
 Ketidaksempurnaan alat uji / alat ukur
 Ketidaksempurnaan metode pengujian/pengukuran
 Pengaruh personil (operator)
 Kondisi lingkungan
3. Hasil pengukuran kuantitatif merupakan perkiraan saja, namun demikian
berguna untuk mengecek mutu produk.
4. Hasil analisis kuantitatif harus dapat diterima oleh semua pengguna.
5. Untuk meningkatkan mutu hasil analisis harus ada indikator mutu yang
memenuhi syarat antara lain :
 Dapat diterapkan secara universal
 Tetap / sesuai
 Dapat diukur
 Mempunyai arti yang jelas
Dari beberapa konsep diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa indikator yang
memenuhi syarat tersebut adalah ketidakpastian.

b. Ketidakpastian
Definisi ketidakpastian (uncertainty) adalah parameter yang menetapkan rentang
nilai yang didalamnya diperkirakan terletak nilai kuantitas yang diukur. Jadi bisa

Laboratorium Fisika Dasar – IT Del 2016 | Page 12 of 17


diartikan bahwa hasil pengukuran kuantitatif tidak tepat bila dilaporkan sebagai
satu angka atau nilai tunggal, misalnya “pH = 3,7”. Dari hasil pengukuran
tersebut kita tidak yakin bahwa nilai tersebut benar, namun akan lebih yakin jika
nilai tersebut adalah nilai perkiraan .

c. Kesalahan (error)
Definisi dari kesalahan (error) adalah perbedaan antara hasil individual dengan
nilai benar.
Sebenarnya nilai benar tidak diketahui, jadi kesalahan juga tidak diketahui
dengan pasti. Dalam hal ini ketidakpastian dan kesalahan adalah dua konsep yang
sangat berbeda.

Berdasarkan penggolongannya, „kesalahan‟ dapat dibagi menjadi 2 yaitu


kesalahan acak dan kesalahan sistematik :
1. Kesalahan acak (random error) adalah kesalahan yang bersumber dari variasi
yang bersifat acak dan dapat terjadi diluar kendali personil yang melakukan
pengukuran. Faktor kesalahan acak ini sebenarnya dapat dikurangi dengan
melakukan banyak pengulangan pengukuran.
2. Kesalahan Sistematik (sistematic error) atau „bias‟ sifatnya konstan atau dapat
bervariasi yang dapat diramalkan. Kesalahan ini tidak dapat dikurangi dengan
cara pengulangan pengukuran. Walau dapat dikoreksi, tetapi tidak bisa tepat
atau eksak. Pada prinsipnya kita tidak bisa mengelak dari adanya
ketidakpastian pada kesalahan sistematis ini. Jika kita mengetahui faktor
kesalahan ini, sangatlah bermanfaat karena dapat digunakan untuk koreksi
hasil pengukuran yang juga harus diperkirakan. Nah, dari perkiraan itu dapat
digunakan untuk perhitungan ketidakpastian.

d. Akurasi dan Presisi


Akurasi adalah kedekatan kesesuaian antara hasil pengukuran dengan nilai benar
dari kuantitas yagg diukur. Akurasi ini menyatakan ukuran seberapa dekat hasil
pengukuran terhadap nilai benar yang diperkirakan. Sedangkan presisi adalah
kedekatan suatu rangkaian pengukuran berulang satu sama lain. Presisi
merupakan ukuran penyebaran / dispersi suatu kumpulan hasil pengukuran.

Laboratorium Fisika Dasar – IT Del 2016 | Page 13 of 17


Disamping itu presisi diterapkan pada pengukuran berulang tanpa menghiraukan
letak nilai rata-rata terhadap nilai benar.
Presisi sendiri diukur dalam bentuk replicability, repeatability, reproducibility.
Variabel Replicability Repeatability Reproducibility

Sub spl S/B S/B S/B

Sampel S S S

Analis S 1 B& B

Alat S 2S B

Hari S S/B

Lab S S B

e. Estimasi Ketidakpastian
Melalui pendekatan sistematik, garis besar estimasi/evaluasi ketidakpastian
adalah mengkuantitasikan kesalahan dan mengkombinasikan (menggabungkan)
kesalahan-kesalahan tadi.
Proses estimasi sendiri meliputi 5 tahapan :
1. Penetapan spesifik
2. Identifikasi sumber-sumber ketidakpastian
3. Menentukan ketidakpastian baku
4. Penggabungan ketidakpastian baku, dan
5. Perhitungan ketidakpastian yang diperluas

a. Penetapan spesifikasi
Maksudnya adalah kuantitas yang diukur atau diuji didefinisikan, artinya
diberi spesifikasi dalam bentuk formula atau persamaan. Misalnya :
konsentrasi = berat / volume larutan.

b. Identifikasi sumber-sumber ketidakpastian


Ketidakpastian pengukuran bersumber dari :
 Kesalahan acak
 Kesalahan sistematik

Laboratorium Fisika Dasar – IT Del 2016 | Page 14 of 17


Sumber-sumber ketidakpastian harus diidentifikasi secara individual, sebelum
menentukan ketidakpastian pengukuran secara menyeluruh.
Jika kita masuk pada bab estimasi (kuantifikasi) ketidakpastian yang
bersumber dari individual maka estimasi ini akan melalui 2 tipe evaluasi yaitu
evaluasi tipe A dan evaluasi tipe B.
Evaluasi tipe A.
 Merupakan evaluasi komponen acak (random)
 Nilai ketidakpastian diperoleh dari pengukuran berulang (via eksperimen)
 Nilai ketidakpastian baku = μ = deviasi standar
Evaluasi tipe B
 Merupakan evaluasi komponen random + sistematik
 Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
 Nilai ketidakpastian diperoleh dari sumber informasi, misal :
 Sertifikat kalibrasi
 Spesifikasi alat / bahan
 Handbook
 Catalog

3. Penentuan Nilai Ketidakpastian Baku


a. μ = Quoted Ucertainty / faktor cakupan,
Jika QU sebagai faktor cakupan x deviasi standar
b. μ = QU/2
Jika Q.U. dinyatakan pada tingkat kepercayaan 95 %, populasi data
memiliki distribusi normal
c. μ=QU/√3
Jika kita yakin bahwa kesalahan yang lebih besar lebih mungkin terjadi,
populasi data memiliki distribusi rectangular.
d. μ=QU/√6
Jika yakin bahwa kesalahan yang lebih kecil lebih mungkin
terjadipopulasi data memiliki distribusi triangular.

Laboratorium Fisika Dasar – IT Del 2016 | Page 15 of 17


4. Kombinasi (Penggabungan) Ketidakpastian Baku
Semua ketidakpastian baku dari masing-masing sumber individual
dikombinasikan/digabungkan agar didapat nilai ketidakpastian yang
menyeluruh.
Terdapat 3 aturan untuk melakukan proses penggabungan :

Aturan 1
Untuk penjumlahan atau pengurangan
Model : Y = a + b + c (a,b,c bisa positif atau negatif)
Model : Y = a + b + c (a,b,c dapat positif atau negatif)
Ketidakpastian baku gabungan :
μy = √ [ μa2 + μb2 + μc2 ]
Contoh :
Y=a+b+c
a = 9,27 μa = ± 0,011
b = -2,33 μb = ± 0,013
c = 5,11 μc = ± 0,012
μy = √ [ μa2 + μb2 + μc2 ]
Y = 9,27 + (-2,33) + 5,11 = 12,05
μy = √ [0,0112 + 0,0132 + 0,0122]
= √ [0,000121 + 0,000169 + 0,000144]
= √ 0,000434
= ± 0,020833
Y = 12,05 ± 0,02

Aturan 2
• Perkalian atau pembagian
Y = a.b.c atau Y = a/b.c
• Ketidakpastian baku gabungan :
μy = Y √ [ (μa /a)2 + (μb/b)2 + (μc /c)2 ]
Contoh :
Y = a.b.c.
• μy = Y √ [ (μa /a)2 + (μb/b)2 + (μc /c)2 ]
Y = 9,27 X – 2,33 X 5,11 = -110,3714

Laboratorium Fisika Dasar – IT Del 2016 | Page 16 of 17


• μy = -110,3714 √ [(0,011 /9,27)2+(0,013/-2,33)2+(0,012 /5,11)2 ]
μy = ± 0,6808
Y = -110,37 ± 0,68

Aturan 3
• Pangkat :
Y = an ( a = yang diukur, n = bil tetap)
• Ketidakpastian baku gabungan :
μy = (nY μa ) / a
Persamaan Umum
Jika tidak dapat menggunakan ketiga aturan di atas, maka digunakan
persamaan :
• μy = √ [ (dy /dp)2 x (μb/Y)2 + (dy /dq)2 x(μQ /Y)2 ]

5. Ketidakpastian Yang Diperluas


U = μC x k
k : faktor cakupan
Nilai k = 2 (ini yang umum digunakan, distribusi normal 95%)

Laboratorium Fisika Dasar – IT Del 2016 | Page 17 of 17


2019

Modul Praktikum
Fisika Dasar 1
M O D U L 2 : Gerak Parabola

Penyusun:
Nenni Mona Aruan
I Gde Eka Dirgayussa
Rizal H. M. Sinaga
Jekson P. Sitanggang

Laboratorium Fisika Dasar


INSTITUT TEKNOLOGI DEL
Gedung Bioteknologi: GD 811, Jl Sisingamangaraja, Tobasamosir -22381, Sumatera Utara
telp +62632331234, fax +626323311116, www.del.ac.id
A. Tugas Pendahuluan

1. Sebutkan dan jelaskan perbedaan antara jarak dan perpindahan


2. Sebutkan dan jelaskan perbedaan antara kelajuan dan kecepatan!
3. Sebuah benda mula-mula diam di titik P, lalu bergerak ke titik R melalui Q seperti pada
gambar di bawah. Setelah sampai di R benda kembali ke Q dan berhenti di sana. Tentukan
yang manakah yang merupakan jarak tempuh benda dan yang mana pula yang merupakan
perpindahan benda!

P Q R
4. Jelas arti grafik dibawah ini kemudian tuliskan persamaan!!

B. Tes Awal
Tes Awal diberikan sebelum memulai praktikum ± 15 menit
C. Pelaksanaan Praktikum
Percobaan I
Gerak Parabola
I. Tujuan
 Mengukur kecepatan bola menggunakan sensor Photogate.
 Menganalisa gerak parabola melalui pengukuran langsung menggunakan sensor photogate.
 Mempelajari pengaruh variasi kecepatan awal terhadap titik jatuh benda pada gerak parabola.

II. Alat dan Bahan


2.1.Alat
Alat Spesifikasi Jumlah
Komputer / Laptop Sudah ter install App Logger Pro 1
App Logger Pro
Statif 2
Klem sudut 2
Mistar 30 cm dan 100 cm 2
Stopwatch Digital 1
LabQuest mini 1
Vernier photogates 2
Kamera Handphone ± 2 megapixel 1
Bandul 1
Pipa paralon Diameter 3.5 cm, panjang 23 cm 1

2.2 Bahan

Bahan Spesifikasi Jumlah


Bola atau Kelereng Diameter 25 mm 1
Selotip atau spidol Tidak permanen 1
III. Teori Dasar
Gerak dapat didefinisikan sebagai perubahan posisi suatu benda terhadap titik acuan tertentu. Pada
kebanyakan gerak yang sesungguhnya, tiap – tiap titik pada suatu benda bergerak menurutkan
lintasannya masing – masing. Gerak seluruhnya dapat diketahui apabila kita mengetahui
bagaimana gerak setiap titik pada benda itu. Karena itu kita mulai saja dengan meninjau suatu titik
yang bergerak atau gerak suatu benda yang kecil sekali, yang disebut partikel. Suatu benda
melakukan gerak, bila benda tersebut kedudukannya (jaraknya) berubah setiap saat terhadap titik
asalnya ( titik acuan ). Sebuah benda dikatakan bergerak lurus, jika lintasannya berbentuk garis
lurus. Contoh : - gerak jatuh bebas - gerak mobil di jalan. Gerak lurus yang kita bahas ada dua
macam yaitu :
1. Gerak lurus beraturan (disingkat GLB)
2. Gerak lurus berubah beraturan (disingkat GLBB)
Gerak parabola merupakan gerak yang terdiri dari gabungan GLB pada arah sumbu horizontal dan
GLBB pada arah sumbu vertikal. Jadi untuk setiap benda yang diberi kecepatan awal sehingga
menempuh lintasan gerak yang arahnya dipengaruhi oleh gaya gravitasi yang bekerja terhadapnya
dan juga dipengaruhi oleh gesekan udara, benda tersebut disebut mengalami gerak peluru.

Gambar 1. Skema rangkaian peralatan dan bahan


IV. Prosedur
Percobaan I. Mengukur kecepatan benda yang bergerak diantara 2 Photogate

1. Rangkailah alat dan bahan seperti tampak pada Gambar 1. Buat lintasan (ramp) yang cukup
rendah/landai menggunakan pipa paralon sehingga bola dapat menggelinding didalam pipa
paralon.
2. Pasangkan photogates pada batang statif menggunakan klem lalu atur jarak (Δs) kedua
photogates sebesar 10cm.
3. Hubungkan Photogates 1 ke port digital (DIG 1) dan hubungkan Photogates 2 ke port digital
(DIG 2) pada LabQuest mini. Catatan: Hubungkan sensor sehingga bola pertama melewati
Photogate 1 terhubung ke (DIG 1) dan kemudian melewati Photogate 2 yang terhubung ke (DIG
2). Seperti tampak pada gambar 1
4. Perhatikan dan atur posisi awal lintasan bola dengan baik, sehingga Anda dapat berulang kali
menggelindingkan bola pada posisi yang sama. Gelindingkan bola pada lintasan, kemudian bola
bergulir melalui kedua Photogate, dan akhirnya meninggalkan meja. Tangkap bola dengan cepat
setelah ia jatuh dari meja.
Catatan: Jangan biarkan bola membentur lantai selama uji coba ini atau selama pengukuran
kecepatan berlangsung agar tidak merusak prediksi.

Gambar 2. Tampilan pada aplikasi Logger Pro

5. Bukalah Logger pro kemudian buka file "08A Proyektil Motion (Photogate)" di Physics with
Vernier. Sebuah tabel data dan dua grafik akan ditampilkan; satu grafik akan menunjukkan waktu
yang dibutuhkan untuk bola untuk melewati Photogates untuk setiap percobaan, dan lainnya
akan menampilkan kecepatan dari objek untuk setiap percobaan.
6. Anda harus mengatur jarak s, antar dua Photogates agar Logger Pro dapat menghitung
kecepatan dengan baik sehingga berhasil memprediksi dampak yang ditimbulkan. Program ini
akan membagi jarak dengan interval waktu, t, untuk mendapatkan kecepatan (v = s / t). Hati-
hati mengukur jarak dari Photogate 1 ke berkas Photogate 2. Anda dapat menggunakan garis
lurus yang terdapat pada setiap Photogate sebagai patokan.

Gambar 3. Posisi antar Photogate

7. Klik Pastikan bahwa Photogates merespon dengan baik dengan cara mengujinya
menggerakkan jari Anda melalui Photogate 1 dan kemudian ke Photogate 2. Logger Pro akan
memplot interval waktu (t) untuk setiap contoh gerakan yang melalui Photogate 1 atau
Photogate 2. Klik lalu klik kembali untuk menghapus data percobaan dan
memulai pengumpulan data yang baru.
8. Setelah semua peralatan bekerja dengan baik, Anda dapat menggelindingkan bola dari atas
lintasan pipa, kemudian bola akan melalui kedua Photogates dan tangkap bola segera setelah ia
jatuh dari tepi meja (jangan biarkan bola jatuh kelantai). Lakukan percobaan ini sebanyak
minimal dalam 10 kali pengambilan data. Jaga laju bola agar tidak menabrak salah satu
Photogates. Jika Anda membutuhkan lebih banyak waktu, klik untuk me restart, pilih
Append. Setelah percobaan terakhir, klik Catat kecepatan untuk setiap data percobaan
pada Tabel 1.
9. Periksa data anda, apakah data yang anda peroleh memiiki nilai yang sama setiap waktu? Untuk
menentukan nilai rata-rata, nilai maksimum, dan nilai minimum, klik velocity vs time pada
grafik, lalu klik Statistik, . Catat nilai-nilai pada Tabel data.
Percobaan 2. Percobaan Mengukur jarak titik jatuhnya bola pada sumbu x, ketika jatuh pada suatu
ketinggian y.

1. Ukurah jarak ketinggian meja dari lantai dan mencatatnya sebagai Table height (h) dengan
menggunakan meteran. Gunakan bandul secara tegak lurus untuk menemukan titik 0 sumbu y
jatuh bola ketika meninggalkan meja di lantai secara tepat, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 1. Tandai titik tersebut dengan selotip atau spidol, titik tersebut akan berfungsi
sebagai nilai titik (0.0) untuk awal lantai.
2. Gunakan nilai kecepatan yang anda peroleh pada percobaan 1 untuk memprediksi atau
menghitung jarak dari titik asal lantai ke titik jatuh yang mungkin terjadi di mana bola akan
jatuh ke lantai. Catatlah nilai pada Tabel sebagai “prediksi jarak jatuh bola”. Sejajarkan titik
prediksi benturan dengan trek dan menandai titik prediksi benturan di lantai dengan selotip.
Posisikan target pada titik prediksi benturan.
3. Kemudian gelindingkan bola dari lintasaan, dan membiarkan bola menggelinding dari meja
sampai jatuh ke lantai. Tandai titik tumbukan dengan selotip. Ukur jarak dari titik (0,0) ke
tumbukan sebenarnya dengan mistar dan masukkan jarak yang diperoleh pada tabel data
sebagai “actual jatuh bola”.
4. Untuk mengukur waktu jatuhnya bola dari meja hingga bola menyentuh lantai gunakanlah
stopwatch.
5. Rekamlah proses peristiwa jatuhnya bola dari ketinggian meja hingga pada titik jatuhnya bola
agar dapat dianalisa proses gerak jatuhnya bola melalui analisa video.
V. TABEL DATA

Titik ketinggian jatuh bola = ……… m

Percobaan Velocity (m/s) Waktu yang Prediksi jarak Actual


dibutuhkan ketika
bola jatuh (s) jatuh bola (m) Jatuh bola (m)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
V rata-rata

VI. Laporan Praktikum


Laporan Praktikum Percobaan 1
1. Dari percobaan yang pertama faktor apa yang membuat nilai kecepatan berbeda ketika
photogate menangkap pergerakan benda yang melaluinya? Jelaskan
2. Apa yang perlu dilakukan untuk menghindari besarnya Ralat atau ketidak pastian pada
percobaan 1?

Laporan Praktikum Percobaan 2


1. Dari percobaan yang anda lakukan apakah jarak titik jatuhnya bola sesuai dengan perhitungan
yang anda prediksi, jika sesuai dengan prediksi anda coba jelaskan dan jika tidak sesuai
antara periksi dan aktual percobaan, coba jelaskan!
2. Dari percobaan yang anda lakukan mengapa lebih baik memprediksi titik pendaratan bola
dengan cara mengambil data dari hasil percobaan yang telah dilakukan? Dapatkah anda
menjelaskan mana yang lebih baik mengambil data dengan cara memprediksi atau melakukan
percobaan secara langsung?. Jelaskan.
3. Anda telah mempelajari pengaruh dari variasi kecepatan terhadap jarak ketinggian pada Y0
dan hubungannya dengan prediksi anda . Apakah ada faktor-faktor pengukuran lain yang
mempengaruhi prediksimu? Coba sebutkan?
4. Apakah ada pengaruh hambatan di udara terhadap titik jatuh bola sehingga mempengaruhi
prediksi anda? Jika YA, jelaskan? Jika tidak, jelaskan.

Percobaan 3. Menganalisa sebuah video (Video Pada Percobaan 1 dan 2)


Teori Dasar
GERAK PARABOLA
Gerak parabola merupakan gerak yang terdiri dari gabungan GLB pada arah sumbu horizontal dan
GLBB pada arah sumbu vertikal. Jadi untuk setiap benda yang diberi kecepatan awal sehingga
menempuh lintasan gerak yang arahnya dipengaruhi oleh gaya gravitasi yang bekerja terhadapnya
dan juga dipengaruhi oleh gesekan udara, benda tersebut disebut mengalami gerak peluru.
Dinamakan Gerak parabola karena lintasannya berbentuk parabola, bukan bergerak lurus. Contoh
bentuk gerak ini dapat kita lihat pada gerakan bola saat dilempar, gerakan pada peluru meriam yang
ditembakkan, gerakan pada benda yang dilemparkan dari pesawat dan gerakan pada seseorang yang
melompat maju.

Gambar 4. Arah pada gerak parabola


Sebelum Menganalisa Percobaan 3
Anda harus merekam dan mengamati gerak bola pada percobaan 2 secara teliti, kemudian diskusikan
hubungan antar posisi-waktu dan perilaku kecepatan-waktu.

I. Tujuan
Melalui percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Untuk menganalisa grafik posisi vs waktu dan kecepatan vs waktu dari suatu video gerak
parabola dengan menggunakan teknik analisis Video .
2. Menganalisis hubungan antara posisi vs waktu dan kecepatan vs waktu melalui grafik untuk
gerak horizontal dan vertikal dari gerak peluru.

II. Alat dan Bahan


2.1.Alat
Alat dan Bahan Spesifikasi Jumlah
Komputer / Laptop Sudah ter install App Logger Pro 1
App Logger Pro
Statif 2
Klem sudut 2
Mistar 30 cm dan 100 cm 2
Stopwatch Digital 1
LabQuest mini 1
Vernier photogates 2
Kamera Handphone ± 2 megapixel 1
Bandul 1
Pipa paralon Diameter 3.5 cm, panjang 23 cm 1

2.2 Bahan
Bahan Spesifikasi Jumlah
Bola atau Kelereng Diameter 25 mm 1
Selotip atau spidol Tidak permanen 1
III. PROSEDUR

Gambar 5. Langkah awal menganalisa video menggunakan aplikasi LoggerPro

1. Bukalah aplikasi Logger Pro pada Komputer/Laptop anda. Pilih Movie dari menu Insert,
kemudian klik Movie selanjutnya Klik sebuah folder Advanced Physics-Mechanics. Seperti
yang ditunjukkan gambar 5.
2. Buatlah layar film yang cukup besar agar anda dengan mudah melihat gerak peluru yang
ditampilkan dalam video.
3. Aktifkan analisis Video dengan mengklik tombol di sudut kanan bawah. Tombol ini akan
menampilkan toolbar untuk menganalisa video.
4. Klik tombol Set Origin (ketiga dari atas), kemudian klik pada frame film untuk
menentukan titik awal bola. Jika diperlukan, sistem koordinat ini dapat diputar dengan cara
menyeret titik kuning pada sumbu horisontal.

5. Klik tombol Set Scale (keempat dari atas), lalu seret tombol set scale untuk menentukan
panjang obyek yang terdapat pada video. Bila Anda melepas tombol mouse, masukkan
panjang objek; pastikan unit sudah benar.
6. Gunakan tombol maju dan tombol kembali untuk memajukan video sampai bola dilepaskan
dari tangan penembak. Selanjutnya, tombol yang anda gunakan untuk mengaktifkan analisis
adalah Sync Movie to Graph . Klik tombol ini, kemudian masukkan 0 di
graph time. Centang Use This Synchronization in Video Capture.
6

Gambar 6. Langkah-langkah menganalisis video menggunakan aplikasi Logger Pro

7. Klik tombol Add Point (kedua dari atas). Tentukan di mana Anda akan menandai
lokasi (titik pusat, titik puncak, lainnya) dan kemudian klik objek di Video. Penting: Harus
konsisten dalam menandai.
Setiap kali Anda menandai lokasi objek, video akan maju satu frame. Tergantung pada
kecepatan frame, Anda dapat memilih untuk menandai posisi setiap frame. Perhatikan bahwa
data sedang diplot pada grafik.

Gambar 7. Menandai lokasi objek gerak benda dari video

8. Jika Anda ingin mengedit titik/lokasi, klik tombol Select Point (atas). Hal ini
memungkinkan Anda untuk memindahkan atau menghapus titik/lokasi yang salah.

Gambar 7. Grafik posisi vs waktu


9. Logger Pro akan menampilkan grafik posisi untuk masing-masing sumbu x dan sumbu y
sebagai fungsi waktu (t). Anda akan dapat menganalisa lebih mudah dengan hanya meninjau
salah satu komponen (misalnya x sebagai fungsi posisi).

10. Setelah data grafik ditampilkan seperti pada gambar 7, selanjutnya Anda dapat memplot
grafik :
a. x(m) vs time(s). Kemudian cari persamaan garis linear dengan cara klik Linear Fit
jangan lupa Save as data.
b. y-position(m) vs time(s). Kemudian Curve Fit data dengan cara klik lalu pilih
persamaan Y = At^2+Bt+C.
c. y-velocity vs time(s) Kemudian Curve Fit data dengan cara klik lalu pilih
persamaan Vy = mt + b.

V. Tabel Data
(Tidak memakai table data, langsung plot dari grafik)
VI. Laporan Praktikum 3
Pada laporan praktikum anda, lampirkanlah hasil pengamatan anda di laboratorium
dengan melengkapi data sebagai berikut :
1. Analisa grafik posisi-x terhadap waktu. Jika tampak linear, periksa kesesuaiannya dengan
cara mem fit garis lurus yang terdapat pada data Anda. Jika kemiringan grafik tampaknya
tidak linear, anda dapat memilih hanya mem fit data yang tampaknya linear.
2. Tuliskan persamaan yang menggambarkan posisi- x vs waktu. Persamaan yang dimaksud
adalah 1) pada saat bola di puncak dan 2) pada saat bola mulai turun. Pastikan untuk memfit
semua data yang diperoleh.
3. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, gambarkan komponen horizontal dari gerak peluru.
Catat bila ada perubahan dalam komponen horizontal pada saat gerak terjadi.
4. Sekarang, anaisa grafik posisi-y vs waktu. Fit kurva yang tepat untuk grafik ini (atau setiap
bagian dari grafik). Tuliskan persamaan yang menggambarkan posisi-y vs waktu. Persamaan
yang dimaksud adalah 1) pada saat bola mulai di lempar sampai turun ke lantai.
5. Berdasarkan apa yang telah Anda pelajari dalam percobaan ini, gambarkan komponen
vertikal dari posisi gerak bola.
6. Sekarang, untuk menguji analisis Anda pada Langkah 5, periksa grafik y-kecepatan vs waktu.
Fit garis lurus dari grafik ketika bola mulai jatuh.
7. Apa yang bisa Anda tuliskan tentang laju perubahan dari kecepatan-y sebagai fungsi waktu?
Bagaimana hubungan antara nilai kemiringan yg linear dengan percepatan benda jatuh bebas?
8. Bandingkan parameter (nilai-nilai dan unit) A dan B untuk nilai A dalam fit kuadrat ke y-
posisi vs waktu dan B untuk nilai kemiringan fit linear ke y-kecepatan vs waktu (Kurva yang
telah anda fit pada Langkah 4 ke garis miring yang linear pada Langkah 6).
2019

Modul Praktikum
Fisika Dasar 1
M O D U L 3 : Momentum, Energi dan Tumbukan

PENYUSUN:
TIM FISIKA

Laboratorium Fisika Dasar


INSTITUT TEKNOLOGI DEL
Gedung Bioteknologi: GD 811, Jl Sisingamangaraja, Tobasamosir -22381, Sumatera Utara
telp +62632331234, fax +626323311116, www.del.ac.id
A. Tugas Pendahuluan
1. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis tumbukan!
2. Sebuah mobil mainan bermassa 1 kg mula-mula bergerak ke kanan dengan kelajuan 10 m/s.
Mobil mainan tersebut menabrak mobil kedua yang bermassa 1,5 kg yang bergerak dengan
kecepatan 5 m/s. Berapakah kecepatan mobil mainan ini setelah tumbukan jika tumbukan
dianggap tumbukan lenting sempurna?
B. Tujuan
1. Mengamati tumbukan antara 2 benda (kereta), dan konversi dari momentum
2. Mengukur perubahan energi pada masing-masing jenis tumbukan
3. Mengklasifikasikan tumbukan sebagai eleastis, tidak elestis atau tidak elastis sama sekali.

C. Alat dan bahan

1. Komputer atau laptop yang terinstall aplikasi Logger pro


2. Vernier computer interface (Lab quest Mini)
3. 2 buah Vernier Motion Detectors
4. Vernier Dynamic Track
5. 2 Buah Vernier Dynamic Carts dengan magnet dan pengait
D. Teori Dasar
Tumbukan dari dua benda pada suatu lintasan dapat digambarkan sebagai suatu konversi
momentum dan dalam sejumlah kasus disebut sebagai konversi energi. Jika tidak ada gaya external
yang dialami oleh sistem 2 kereta, kemudian kita akan dapat mengamati bahwa total momentum
dari sistem tersebut akan terkonversi terlepas dari gaya yang bekerja diantara benda yang
bertabrakan. Sebaliknya, energi hanya dikonversi ketika gaya tertentu diberikan diantara kereta
(benda).

Tumbukan diklasifikasikan sebagai elasatis (Energi kinetik di konverikan) dan tidak elastis (Energi
kenetik hilang) atau sama sekali tidak elastis (Kedua objek menempel setelah tumbukan). Kadang
tumbukan digambarkan sebagai super elastis (jika energi kinetik diperoleh). Dalam percobaan ini,
anda dapat mengamati tumbukan elastis dan tidak elastis ketika benda mengkonversi momentum
dan energi.

Gambar 1.

E. Prosedur

1. Ukur terlebih dahulu massa dari Dynamic cart (kereta) dan catat hasil pengukuran dalam
tabel 1. Kemudian tandai cart (kereta) sebagai cart 1 dan cart 2.
2. Rangkai Dynamic track se horizontal mungkin. Dapat di uji dengan meletakkan cart (kereta)
pada lintasan. Cart (kereta) diharuskan tidak bergerak ketika tidak diberikan gaya.
3. Terlebih dahulu coba menabrakkan secara perlahan kedua cart (kereta). Posisikan cart 2
berada ditegah lintasan dan dorong cart 1 sehingga membentur cart 2, bumper magnet
menghantam bumper magnet. Cart (kereta) akan perlahan mendorong tanpa ada sentuhan
sama sekali.
4. Letakkan Motion Detector pada masing-masing ujung lintasan, jarak yang diperbolehkan
minimum 0.15 m antara detector an cart (kereta), tanpak seperti pada
gambar 1. Hubungkan Motion Detector ke port digital (DIG) pada interface
LabQuest Mini. Atur pengaturaan sensifitas Motion Detector ke Track seperti
tampak pada gambar di samping.
5. Buka file “18 Momentum Energy Coll” dari Folder Physics with Vernier .
6. Klik untuk memulai pengambian data. Lakukan pengulangan seperti langkah diatas
dan gunakan grafik posisi untuk memverifikasi bahwa Motion Detector dapat melacak setiap
cart (kereta) dengan baik pada keseluruhan lintasan pergerakan kereta. Anda perlu
menyesuaikan posisi satu atau kedua Motion Detector.
7. Tempatkan kedua cart (kereta) ditengah lintasan. Jauhkan tangan anda dari cart (kereta)
dan klik . Pilih kedua sensor dan klik . Prosedur ini akan menempatkan
koordinat sistem yang sama untuk kedua sensor. Verifikasi atau cek kembali bahwa penolan
telah berhasil dengan cara meng klik dan biarkan cart (kereta) bergerak perlahan
pada lintasan. Grafik pada setiap Motion Detector akan menampilkan nilai yang sama. Jika
tidak lakukan kembali penolan.

Bagian 1. Bumper Magnet

8. Tempatkan kembali cart (kereta) sehingga bumper magnetic berhadapan satu sama lain. Klik
untuk memulai pengambilan data dan ulangi tumbukan yang telah anda coba pada
langkah ke 3. Jauhkan tangan anda dari Motion Detector setelah anda mendorong cart
(kereta).
9. Dari grafik kecepatan, anda dapat menetukan kecepatan sebelum dan sesudah tumbukan
pada masing-masing cart (kereta). Untuk mengukur kecepatan selama interval waktu, drag
kursor melalui interval waktu. Klik Statistik untuk membaca nilai rata-rata dari data. Ukur
nilai rata-rata pada setiap cart (kereta) sebelum dan sesudah tumbukan dan masukkan data
tersebut pada tabel 2
10. Ulangi langkah ke 8 dan 9 untuk dua percobaan dengan menggunakan bumper magnet
kemudian catat data ke dalam tabel percobaan.

Bagian 2. Bumper hook dan pile


11. Ubah jenis tumbukan dengan memutar cart (kereta) sehingga kait dan tumpukan
berhadapan satu sama lain. Cart (kereta) harus menempel setelah bertambrakan. Berlatih
dengan membuat tabrakan baru saat cart 2 dalam keadaan diam.
12. Klik untuk memulai pengambilan data dan ulangi untuk tumbukan yang baru.
13. Ulangi langkah sebelumnya sebagai langkah ke 2 dengan bumper hook dan pile.

Bagian 3. Bumper Hook dan pile ke bumper magnetic

14. Posisikan bagian depan Cart (kereta )Bumper hook dan pile dihadapkan dengan bagian
depan bumper magnetik . Cart (kereta) tidak akan menempel satu sama lain, tetapi kedua
cart (kereta) tidak akan terpental dengan baik. Lakukan percobaan tumbukan berikut,
dengan cart 2 dalam keadaan diam.
15. Klik untuk memulai pengumpulan data dan ulangi tumbukan baru. Dengan
melakukan proseur 9, ukur dan rekam kecepatan cart (kereta) pada tabel percobaan.
16. Ulangi langkah sebelumnya sebagai langkah ke dua dengan bumper hook dan pile
dihadapkan dengan bumper magnetic.
Tabel data percobaan.

Tabel 1
Massa cart 1 ……….(kg) Massa cart 2 …..(kg)

Tabel 2
Kecepatan Kecepatan Kecepatan Kecepatan
cart 1 cart 2 cart 1 cart 2
Tipe Bumper Percobaan sebelum sebelum sesudah sesudah
tumbukan tumbukan tumbukan tumbukan
(m/s) (m/s) (m/s) (m/s)
BAGIAN I Magnetik 1 0
Magnetik 2 0
BAGIAN II Hook-and-pile 3 0
Hook-and-pile 4 0
BAGIAN III Keduanya 5 0
Keduanya 6 0

Tabel 3

Momentu Momentu Momentu Momentu Total Total


m cart 1 m cart 2 m cart 1 m cart 2 momentu momentu Ratio total
Percobaa sebelum sebelum sesudah sesudah m m momentum
n ke tumbukan tumbukan tumbukan tumbukan sebelum sesudah sesudah/sebelu
(kg•m/s) (kg•m/s) (kg•m/s) (kg•m/s) tumbukan tumbukan m
(kg•m/s) (kg•m/s)
1 0
2 0
3 0
4 0
5 0
6 0

Table 4
EK cart 1 EK cart 2 EK cart 1 EK cart 2 Total KE Total KE Ratio total EK
Percoba sebelum sebelum sesudah sesudah sebelum sesudah sesudah/sebelu
an ke tumbukan tumbukan tumbukan tumbukan tumbukan tumbukan m
(J) (J) (J) (J) (J) (J)
1 0
2 0
3 0
4 0
5 0
F. Analisa
1. Untuk setiap percobaan, tentukan momentum (mv) pada setiap kereta (cart) sebelum
tumbukan, sesudah tumbukan dan total momentum sebelum dan sesudah tumbukan.
Kalkulasikan nilai ratio dari total momentum setelah tumbukan dan total momentum
sebelum tumbukan. Masukkan kedalam tabel 3
1
2. Untuk setiap percobaan, tentukan energi kinetik ( Ek  mv 2 ) pada setiap cart (kereta)
2
sebelum dan sesudah tumbukan. Kalkulasikan ratio dari total enegi kinetik setelah
tumbukan dan energi kinetik sebelum tumbukan. Masukkan kedalam tabel 4
3. Jika total momentum dalam suatu sistem itu sama sebelum dan sesudah tumbukan, kita
menyebutkan bahwa momentum terlestarikan . Jika momentum terlestarikan, jelaskan
bagaimana nilai ratio dari total momentum setelah tumbukan dengan total momentum
sebelum tumbukan?
4. Jika total energi kinetik dalam suatu sistem itu sama sebelum dan sesudah tumbukan, kita
menyebutkan bahwa energi kinetik terlestarikan . Jika energi kinetik terlestarikan, jelaskan
bagaimana nilai ratio dari total energi kinetik setelah tumbukan dengan total energi kinetik
sebelum tumbukan?
5. Amati ratio momentum pada tabel 3. Bahkan jika momentum terlestarikan setelah diberikan
tumbukan, nilai dari hasil pengukuran mungkin tidak persis sama sebelum dan sesudah
karena ketidak pastian pengukuran. Namun, nilai ratio harus mendekati nilai 1. Bagaimana
momentum yang terlestarikan pada tumbukan yang anda lakukan.
6. Ulangi pertanyaan sebelumnya dalam kasus energi kenetik, menggunakan ratio energi
kinetik pada tabel 4. Apakah energi kinetik terlestarikan pada tumbukan bumper magnetic?
Bagaimana dengan energi kinetik pada tumbukan bumper hook dan pile? Apakah energi
kinetik dikomsumsi pada ketiga jenis tumbukan tersebut? Klasifikasikan ketiga tipe
tumbukan sebagai elastis, tidak elastis, tidak elastis sepenuhnya.
7. Dengan menggunakan bumper magnetic, pertimbangkan kombinasi lain dari massa cart
(kereta) dengan menambahkan massa pada salah satu cart (kereta), apakah momentum
ataupun energi terlestarikan seteleh tumbukan?
8. Menggunakan bumper magnetic, pertimbangkan kombinasi kecepatan awal lainnya.
Mulailah dengan kedua cart (kereta) bergerak kearah satu sama lainnya. apakah momentum
and energi terlestarikan dalam tabrakan tersebut?
2019

Modul Praktikum
Fisika Dasar 1
M O D U L 4 : Osilasi Bandul dan Percepatan Gravitasi Bumi

PENYUSUN:
TIM FISIKA

Laboratorium Fisika Dasar


INSTITUT TEKNOLOGI DEL
Gedung Bioteknologi: GD 811, Jl Sisingamangaraja, Tobasamosir -22381, Sumatera Utara
telp +62632331234, fax +626323311116, www.del.ac.id
A. Tugas Pendahuluan
Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas!
1. Sebutkan pengertian dari gerak osilasi, Periode (T), Frekuensi, Simpangan
2. Cari Persamaan T (Periode) dan F(Frekuensi) dari fenomena Gerak Harmonis pada Osilasi
Bandul

3. Dalam modul osilasi Bandul dan percepatan gravitasi bumi apa saja yang menjadi variabel
bebas dan variabel terikat yang akan diamati dalam percobaan tersebut?

B. Tes Awal
Test awal diberikan sebelum memulai praktikum ± 15 menit

C. Tujuan
Melalui percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu :
 Menghitung periode bandul sebagai fungsi dari amplitudo (A)
 Menghitung periode bandul sebagai fungsi panjang tali (Ɩ).
 Menghitung periode bandul sebagai fungsi dari beban (m).
 Menunjukkan pengaruh massa, panjang tali, dan amplitude terhadap periode bandul.
 Menghitung konstanta percepatan gravitasi melalui percobaan osilasi bandul.
D. Alat dan Bahan
a) Alat
Alat Spesifikasi Jumlah
Komputer Sudah ter install App Loger Pro 1
LabQuest mini 1
Vernier photogate 1
Aplikasi LoggerPro 1
Busur derajat 1
Statif 2
Klem Universal 2
Meteran atau Penggaris 100 cm 1

b) Bahan
Bahan Spesifikasi Jumlah
Beban 100 gr, 150 gr, 200 gr, 250 gr 1
Tali 200 cm 1

E. Teori Dasar
Gerak harmonik merupakan gerak bolak-balik suatu benda melalui titik keseimbangannya. Gerak
harmonik mempunyai persamaan gerak dalam bentuk sinusoidal dan digunakan untuk menganalisis
suatu gerak periodik. Gerak harmonik sederhana yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari
adalah getaran benda pada pegas dan getaran benda pada ayunan sederhana.
Beberapa Contoh Gerak Harmonik Sederhana
1. Gerak harmonik pada bandul
Ketika beban digantungkan pada ayunan dan tidak diberikan gaya, maka benda akan diam di titik
keseimbangan B. Jika beban ditarik ke titik A dan dilepaskan, maka beban akan bergerak ke B, C,
lalu kembali lagi ke A. Gerakan beban akan terjadi berulang secara periodik, dengan kata lain beban
pada ayunan di atas melakukan gerak harmonik.
Dalam percobaan ini, Kamu akan menyelidiki gerak harmonik pada bandul melalui dua eksperimen,
yaitu dengan menggunakan photogate (Software) dan stopwatch (manual). Setidaknya ada tiga hal
yang bisa mengubah pergerakan pada ayunan bandul yang juga secara tidak langsung mempengaruhi
nilai periode (waktu untuk satu siklus lengkap), yakni Amplitudo, panjang tali, massa beban . Untuk
menyelidiki gerak bandul, Anda perlu melakukan percobaan terkontrol; yaitu, Anda perlu membuat
pengukuran, mengubah hanya satu variabel pada suatu waktu dan menjaga variabel lain agar selalu
tetap. Melakukan eksperimen terkontrol adalah prinsip dasar dari penyelidikan ilmiah.
Dalam percobaan ini, Anda akan menggunakan Photogate untuk mengukur periode satu siklus
lengkap pada bandul. Dengan melakukan serangkaian percobaan terkontrol dengan bandul, Anda
dapat menentukan bagaimana masing-masing dari variabel ini mempengaruhi periode.

Gambar 1. Rangkaian peralatan pada percobaan Osilasi Bandul

F. Prosedur Percobaan
a. Percobaan Pengaruh Amplitudo (A) terhadap periode (T)
1. Rangkailah semua peralatan seperti tampak pada gambar 1. Gantungkanlah beban seberat 200
g dengan menggunakan tali. Setelah itu ikatkan tali pada batang statif dengan membuat
jarak 10 cm antar kedua ikatan tali pada batang klem universal. Pengaturan ini akan membuat
ayunan dengan bebannya hanya melintas sepanjang garis, dan akan mencegah beban
membentur Photogate. Panjang tali bandul dihitung dari jarak titik pada tengah batang statif
antara tali ke pusat beban. Mulai dengan panjang tali bandul 100 cm.
2. Aturlah Photogate sehingga dapat berdiri dan tidak bergeser pada statif. Pastikan Photogate
telah menempel dengan kuat pada statif sehingga beban tergantung lurus tepat berada di
tegah sensor Photogates. Hubungkanlah Photogate ke digital (DIG) pada LabQuest mini
kemudian buka Aplikasi Logger Pro dan pilih New dari menu File. Kemudian buka physics
with vernier lalu pilih “ 14 Pendulum Periods” dari menu open.
3. Untuk menguji peralatan bekerja dengan baik, tutupi Photogate dengan tangan anda.
Kemudian perhatikan bahwa pada layar Logger Pro akan menunjukkan bahwa Photogate
blocked. Jauhkan tangan Anda dari sensor photogates dan perhatikan layar akan berubah ke
unblocked.
4. Tarik beban sekitar 100 dari arah vertikal dan tahan. Klik dan kemudian lepaskan
beban. Setelah beban berayun selama lima periode dan logger pro telah mencatat hasilnya
klik . kemudian klik statistik , untuk menghitung periode rata-rata dan lau catat
nilai periode rata-rata yang ditampilkan ke tabel data Anda.
5. Untuk menentukan apakah periode bergantung pada amplitudo. Ulangi Langkah 4 untuk
mengukur nilai masing-masing periode untuk total lima amplitudo yang berbeda. Sudut yang
akan digunakan adalah 50, 100, 150, 200,dan 250. Pastikan setiap kali mengukur amplitudo,
busur derajat berada ditegah antar kedua ikatan tali. Catat data dalam tabel data Anda (Bagian
I).

b. Percobaan Pengaruh Panjang Tali (l) terhadap periode (T)


1. Untuk mengetahui pengaruh perubahan panjang tali terhadap nilai periode. Gunakan beban
200 gr dan amplitudo konsisten 150 untuk setiap percobaan.
2. Kemudian variasikan panjang tali dari 50 cm, 60 cm, 70 cm, 80 cm , 90 cm sampai 100 cm
(mengukur panjang bandul dari batang statif ke tengah beban). Jika Anda memiliki ruang,
teruskan panjang tali hingga menapatkan data yang lebih banyak. Ulangi langkah 4 untuk
setiap panjang. Catat data dalam tabel data untuk Bagian II.

c. Percobaan Pengaruh Massa (m) terhadap periode (T)


1. Untuk mengetahui pengaruh perubahan massa terhadap nilai periode. Gunakan panjang tali
sebesar 50 cm dan amplitudo konsisten 100 untuk setiap percobaan.
2. Gunakan tiga jenis beban yang berbeda untuk menentukan apakah periode dipengaruhi oleh
perubahan beban. Ulangi langkah 4 untuk setiap beban yang berbeda, yaitu 100 g, 150 gr,
200 g, 250 gr dan 300 g. Catat data dalam tabel data untuk Bagian III.
G. Tabel Data

Bagian I . Pengaruh Amplitudo (A) terhadap periode (T)


Amplitudo Rata-rata Periode
(°) (s)

Bagian II. Pengaruh Panjang Tali (l) terhadap periode (T)


Panjang Tali Rata-rata Periode
(cm) (s)

Bagian III. Pengaruh Massa (m) terhadap periode (T)


Massa Rata-rata Periode
(g) (s)
H. Laporan Praktikum
Pada laporan praktikum anda, lampirkanlah hasil pengamatan yang anda lakukan di laboratorium
dengan melengkapi data sebagai berikut:
1. Plot grafik dari periode bandul (T) vs amplitudo (A) dalam derajat. Setiap sumbu Skala dimulai
dari titik (0,0). Apakah periode tergantung pada amplitudo? Jelaskan. Bandingkan hasil
perhitunganmu secara sensor maupun manual.
2. Plot grafik periode vs panjang tali (T vs length “ℓ”) setiap sumbu skala dimulai dari titik (0,0).
Apakah periode tergantung pada panjang? Jelaskan. Bandingkan hasil perhitunganmu secara
sensor maupun manual.
3. Plot grafik periode vs beban (T vs beban) setiap sumbu skala dimulai dari titik (0,0). Apakah
periode tergantung pada beban? Jelaskan. Bandingkan hasil perhitunganmu secara sensor
maupun manual.
4. Untuk menguji lebih teliti bagaimana pengaruh periode bandul (T), tehadap panjang tali (ℓ),
buatlah grafik dari T2 terhadap (ℓ ) dari data sensor maupun manual.
5. Dengan menggunakan Hukum Newton, Anda bisa mengetahui bahwa untuk beberapa bandul,
periode, T, berhubungan dengan panjang, ℓ , dan percepatan gravitasi g :

  4 2 
T  2 , or T 2     
g  g 
Apakah salah satu dari grafik Anda mendukung hubungan ini? Jelaskan.
6. Carilah nilai gravitasi berdasarkan persamaan pada no 5 diatas.

End Of Paper
Viskositas Fluida

Modul 4

Laboratorium Fisika Dasar IT DEL


2015
Percobaan 4
Viskositas Fluida
Tugas Pendahuluan
1. Jelaskan dengan kata-kata Anda sendiri mengenai Hukum Stokes!
2. Sebuah bola dengan jari-jari 1 mm dan massa jenisnya 2500 kg/m3 jatuh ke
dalam air. Jika koefisien viskositas air 1 10-3 Ns/m2 dan g =10 m/s2, tentukan
kecepatan terminal bola!
3. Kenapa timbul laju terminal pada percobaan ini?
( )
4. Buktikanlah bahwa laju terminal fluida pada percobaan ini jika

benda yang digunakan berbentuk bola.


5. Tentukanlah dimensi viskositas fluida!

Tujuan
 Menentukan koefisien kekentalan zat cair dengan menggunakan hukum stokes.

Alat
a. Tabung stokes 1 buah
(tinggi : 80 cm, diameter : 10 cm, 2 gelang pembatas)
b. Mistar (100cm) 1 buah
c. Mikrometer sekrup ( 0 – 25 mm ; 0,01 mm) 1 buah
d. Neraca pegas (dynamometer) 1 buah
e. Sendok 1 buah
f. Bola pejal 10 buah
(bahan yang sama, diameter berbeda)
g. Stop Watch (Dapat digantikan stopwatch di gadget) 1 buah
h. Aerometer (massa jenis < 1 gr.cm-3) 1 buah
0
i. Termometer ((-10 – 0 – 110 ) C) 1 buah

1
Teori Dasar
Bila sebuah benda digerakkan pada permukaan zat padat yang kasar maka akan
mengalami gaya gesekan. Analog dengan hal ini, maka sebuah benda yang
bergerak dalam zat cair yang kental akan mengalami gaya gesekan yang
disebabkan kekentalan zat cair tersebut. Dalam hal ini gaya gesekan pada benda
yang bergerak dalam zat cair kental dapat kita ketahui melalui besar kecepatan
benda. Menurut Hukum Stokes, gaya gesekan yang di alami oleh sebuah bola
pejal yang bergerak dalam zat cair yang kental adalah :
(1.a)

di mana:
Fs = gaya gesekan zat cair (N)

η = koefisien kekentalan zat cair ( ⁄)

r = jari – jari bola pejal (m)


V = kecepatan gerak benda dalam zat cair (m/s)

Selain gaya gesekan zat cair, kita juga sudah mengenal gaya berat dan gaya ke
atas. Dengan demikian maka, pada sebuah bola pejal yang bergerak dalam zat
cair yang kental akan mengalami ketiga gaya tersebut, yaitu :
∑ (1.b)

Bila bola pejal telah mencapai kecepatan tetap, maka resultan ketiga gaya
gesekan tersebut akan sama dengan nol, sehingga benda bergerak lurus beraturan.
Besar kecepatannya pada keadaan itu dapat dinyatakan dengan :
( )
(1.c)

di mana :
g = percepatan gravitasi bumi (m.s-2) ; gunakan g = 9,87 m.s-2
ρ = massa jenis bola pejal (kg.m-3)
ρ0 = massa jenis zat cair ( kg.m-3)
Bila selama bergerak lurus beraturan, bola memerlukan waktu selama untuk
bergerak sejauh , maka persamaan (1.C) di atas dapat diubah menjadi :

2
( )
(1.d)

Langkah Percobaan
Percobaan 1: Menentukan harga viskositas berdasarkan grafik t = f(y)
a. Ukur dan catat massa jenis zat cair dengan menggunakan aerometer.
b. Pilih salah satu bola pejal yang tersedia (pilih yang kecil), ukur dan catat
diameter bola dengan menggunakan mikrometer sekrup. Lakukan
pengukuran ulang sebanyak 10 kali dengan posisi yang berbeda–beda (bola
diputar agar mendapatkan d yang mewakili).
c. Timbang massa bola pejal yang akan digunakan, cukup 1 kali pengukuran.
Perhatikan posisi skala nol sebelum akat ukur dipergunakan.
d. Masukkan bola kedalam tabung Stokes yang telah diberi minyak, amati
gerak bola hingga bola dianggap bergerak lurus beraturan.
e. Berilah tanda batas dengan gelang pertama ketika bola dianggap telah
mengalami gerak lurus beraturan (± 5 – 7 cm dari permukaan zat cair).
f. Ukur jarak yang akan diamati (y) dengan memberikan tanda dengan gelang
kedua.
g. Ambil bola yang telah dimasukkan, tiriskan, lalu masukkan kembali ke
dalam tabung Stokes, amati dan catat waktu yang ditempuh bola bergerak
lurus beraturan sepanjang y.
h. Berdasarkan data yang diperoleh, tentukanlah harga massa jenis bola pejal,
rata–rata jari–jari bola pejal.
i. Dengan informasi yang diperoleh, prediksikan besar kecepatan gerak benda
dalam fluida, prediksi ini akan membantu untuk mendapatkan data yang
berkualitas.
j. Dengan cara yang sama lakukan percobaan untuk bola dengan material
berbeda.
k. Lakukan langkah g – h untuk 10 kali percobaan dengan jarak y yang
berbeda–beda dengan cara merubah kedudukan posisi gelang kedua. Jarak
gelang pertama dan kedua minimal 20 cm.

3
Percobaan 2: Menentukan harga viskositas berdasarkan grafik ( )

a. Pilih 8 buah bola dengan massa jenis yang sama (terbuat dari bahan yang
sama) dan jari – jari yang berbeda (ambil bola yang tidak terlalu besar).
b. Ukur massa (1 kali pengukuran) dan jari – jarinya (5 kali pengukuran)
masing–masing bola.
c. Berdasarkan data perolehan percobaan 1, prediksikan jarak antar dua
gelang pembatas pada tabung Stokes, gunakan jarak ini untuk percobaan 2..
d. Kemudian ukur waktu yang diperlukan masing – masing bola pejal untuk
menempuh jarak antara kedua gelang pembatas yang sudah ditentukan
(jarak tetap), yaitu 40 cm untuk setiap bola yang dijatuhkan.

Laporan Praktikum
Pada laporan praktikum Saudara, lengkapilah data pengamatan dengan
hasil sebagai berikut:
Percobaan 1: Menentukan harga viskositas berdasarkan grafik t = f(y)
Untuk setiap bola dengan massa yang berbeda-beda, lakukan
perhitungan sebagai berikut:
a. Melalui pengukuran diameter yang Saudara lakukan, hitung diameter
rata-rata beserta ketidakpastiannya (standar deviasi), yaitu :
̅

∑ ∑ ( ̅)
Di mana, ̅ dan √

Lalu, tetapkan radius beserta ketidakpastiannya


b. Hitung volume bola rata-rata dan ketidakpastiannya.
̅
Volume : ̅ . Ketidakpastiannya : √( ) ( )

( )

c. Hitung dan ketidakpastiannya :


Rapat massa :
̅
̅
̅
Ketidakpastian : ( )

4
√( ) ( ) ( ) ( )

̅ √( ) ( )
̅ ̅

d. Dari grafik yang telah Saudara peroleh, tentukan gradient (m)beserta


ketidakpastiannya:
tan tan
e. Tentukan nilai viskositas fluida beserta ketidakpastiannya :
Viskositas :

tan
( )
Ketidakpastian: ( tan )

√ d d dtan
tan

tan
̅ √( ) ( )
tan ( )

Percobaan 2: Menentukan harga viskositas berdasarkan grafik ( )

Untuk setiap bola dengan massa yang berbeda-beda, lakukan


perhitungan sebagai berikut:
a. Melalui pengukuran diameter yang Saudara lakukan, hitung
diameter rata-rata beserta ketidakpastiannya.
b. Hitung volume dan ketidakpastiannya.
c. Hitung massa jenis dan ketidakpastiannya. Lalu, tentukan massa
jenis rata-rata dengan ketidakpastian terbesar.
d. Dari data yang telah saudara peroleh, gambarkan kurva sebagai

fungsi . Lalu, tetapkan gradien dan ketidakpastiannya.

e. Hitung viskositas fluida beserta ketidakpastiannya dengan


persamaan :

tan
( )
f. Bandingkan hasil yang Saudara peroleh dengan percobaan 1

5
Lampiran
Proses menetukan gradient garis dengan menggunakan candle line

13x10 2 1 15 x10 2 1
Tan Ө1 = x Tan Ө2= x
18 0,2 19 0,2
0,13 0,15
=  0,036 =  0,039
3,6 3,8

16 x10 2 1 0,16
Tan Ө3= x =  0,053
15 0,2 3

tan1  tan  2 0,036  0,039


∆ Tan Ө1= = =0,0015
2 2

tan1  tan  3 0,036  0,053


∆ Tan Ө2= = =0,0085
2 2

tan1   tan  2 0,0015  0,0085


∆ Tan Ө= = =0,005
2 2

Maka, gradient adalah tan tan tan ( )

Anda mungkin juga menyukai