Proposal Magang
Proposal Magang
PENDAHULUAN
Penyakit jenis ini merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir semua
negara berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya yang relatif tinggi
dalam waktu yang relatif singkat. Berbeda dengan penyakit tidak menular yang
biasanya bersifat menahun dan banyak disebabkan oleh gaya hidup (life style),
dan ditularkan melalui udara. Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman
tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia
Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus TB di dunia, bila dilihat dari jumlah
penduduk terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk (WHO, 2002). Di Indonesia
(Aditama, 2004).
1
Salah satu fasilitas layanan kesehatan yang bergerak di bidang
Konseling TB, Klinik PITC dan Klinik TB. Selama magang, mahasiswa
1.2 Permasalahan
1.2.2 Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelayanan di BBKPM Surakarta?
1.3 Tujuan
tempat magang.
2
iii. Memberikan alternatif pemecahan masalah terhadap konseling maupun
1.4 Manfaat
maupun klinik secara sederhana berdasarkan time, place, and people (waktu,
tempat, dan orang) sebagai wujud evaluasi dan upaya penemuan permasalahan.
3
BAB II
ANALISIS SITUASI
2.1.1 Sejarah
untuk penderita tuberkulosis (TB) paru. BP4 Surakarta ini semula dipimpin oleh
dr. Liem Ghik Djiang, seorang tenaga ahli dari WHO. Mulai tahun 1978,
m2 berada di jalan Prof. dr. Soeharso No. 28 Surakarta. Lokasi BBKPM Surakarta
mengakses BBKPM Surakarta. Prestasi yang pernah diraih BP4 Surakarta adalah
4
memiliki wilayah kerja sebanyak 10 provinsi yang meliputi: D.I. Yogyakarta,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTT, NTB, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Masyarakat kini menjadi UPT Ditjen Bina Upaya Kesehatan. Pada tahun yang
sama, sejak 11 Januari 2011, BBKPM Surakarta telah ditetapkan menjadi Satker
PK BLU.
2.2.1 Visi
2.2.2 Misi
kesehatan paru.
2.3 Motto
5
kompeten sesuai standar untuk menjamin mutu (kualitas)
pelayanan.
masyarakat.
2.4.2 Fungsi
6
b. Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pemberdayaan masyarakat dalam
KEPALA
BAGIAN
TATA
USAHA
SUBBAGIAN SUBBAGIAN
UMUM KEUANGAN
INSTALASI KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
7
1. Jenis Pelayanan Kesehatan Paru
1) Klinik Umum
kegawatan.
2) Klinik Non TB
3) Klinik TB
4) Klinik Anak
8
5) Klinik Paru Konsulan
b. DOTS Center
konseling gizi secara langsung kepada pasien, dan pelayanan Obat Anti
wilayah kerjanya.
9
dan paramedis yang berkualitas. Pelayanan instalasi gawat darurat ini
pleura dan kanker paru). Pelayanan One Day Care ini merawat pasien
e. Pelayanan Penunjang
1) Spirometri
2) Bronkoskopi
3) Mantoux Test
10
besarnya indurasi (benjolan) yang muncul, hasil baru dapat dibaca 2-
3 hari kemudian.
4) USG
5) ECG
6) Micro Co
perokok.
f. Instalasi Radiologi
Melayani foto thoraks dan foto lain yang yang diperlukan dalam
g. Instalasi Laboratorium
laboratorium adalah:
11
h. Rehabilitasi Paru (Fisioterapi)
i. Instalasi Farmasi
j. Rekam Medis
2. 6. 2 Konseling Asma
2. 6. 3 Konseling Gizi
2. 6. 4 Konseling TB
2. 6. 5 Konseling PITC
2. 6. 6 Klinik TB
12
KLINIK BERHENTI MEROKOK (KBM)
BBKPM SURAKARTA
13
DAFTAR ISI
Halaman Judul 13
Daftar Isi 14
Bab I Pendahuluan 15
1.2 Tujuan 16
1.3 Manfaat 16
2. 2 Alur Pelayanan 19
2. 3 Analisis Data 19
14
BAB I
PENDAHULUAN
Hak untuk menghirup udara bersih tanpa paparan asap rokok telah menjadi
perhatian dunia, namun kenyataannya pemaparan asap rokok dari hari ke hari
bahwa pada tahun 2020 penyakit yang berkaitan dengan rokok menjadi masalah
kesehatan utama di dunia yang menyebabkan 8,4 juta kematian setiap tahunnya
dan separuhnya terjadi di Asia. Saat ini Indonesia menduduki peringkat ketiga
dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah Cina dan India. Data tahun 2010
menunjukkan prevalensi perokok saat ini sebesar 34,7% dari jumlah tersebut
76,6% merokok di dalam rumah bersama anggota keluarga yang lain. Data lain
batang. Keadaan ini menunjukkan bahwa total perokok aktif di Indonesia adalah
70% dari total penduduk atau 141,44 juta orang (Depkes, 2006).
upaya pengendalian udara akibat asap rokok serta pengembangan Kawasan Tanpa
15
Namun, seperti sudah menjadi bagian dari budaya di negara kita. Perokok aktif
tidak akan bisa dihentikan bahkan dengan berbagai penyakit pernapasan dan
kepada perokok yang sudah menderita penyakit . Klinik ini menjadi salah satu
1.2 Tujuan
1.2.1 Menganalisis secara sederhana dan menyajikan data klien konseling Klinik
(KBM).
Merokok (KBM).
1.3 Manfaat
Klinik Berhenti Merokok (KBM) periode Juli 2010-Juni 2013 secara sederhana
berdasarkan time, place, and people (waktu, tempat, dan orang) sebagai wujud
16
1.3.2 Bagi Mahasiswa
Klinik Berhenti Merokok (KBM) yang merupakan salah satu klinik unggulan di
17
BAB II
ANALISIS SITUASI
pengetahuan dan sejauh mana keinginan klien untuk berhenti merokok. Di dalam
kimia yang terkandung dalam rokok. Hasil pengukuran dengan alat ini akan
kotinin di dalam urine. Hasil pengukuran dengan alat ini akan diketahui seseorang
perokok atau bukan perokok. Kategori perokok dan bukan perokok berdasarkan
18
2.2 Alur Pelayanan
Juni 2013 tercatat 293 orang. Data tersebut diperoleh dari Rekam Konseling (RK)
(RK) yang terdiri dari beberapa bagian yang disusun sedemikian rupa guna
40
Kunjungan klien pada tahun 2010
20
0
2010 2011 2012 2013
(Juli-Desember) tercatat 70 orang. Hal
Kunjungan ke-1 64 115 55 38
Kunjungan ke-2 3 4 6 2 tersebut jauh diatas jumlah kunjungan
Kunjungan ke-3 3 1 2 0
Sumber: Hasil olah data sekunder RK Klien KBM BBKPM pada tahun 2013 (Januari-Juni) yang
Surakarta
hanya sebesar 35 orang.
19
Rendahnya minat klien untukmelakukan kunjungan ulang terlihat dari
selisih jumlah kunjungan ke-1 dan kunjungan ke-2, 3 yang sangat jauh. Berikut
Gambar 1.3 Grafik Fluktuatif Kunjungan Klien KBM Periode Juli 2010-Juni 2013
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2010 14 13 8 11 13 11
2011 13 14 8 11 2 14 9 13 14 9 6 7
2012 9 7 7 5 5 1 3 4 8 5 5 4
2013 8 4 7 6 7 8
Pada Tahun 2010, kunjungan ke-1 yang terbanyak terjadi pada bulan Juli
yaitu sebanyak 14 orang. Kunjungan ke-2 sebanyak 3 orang dan kunjungan ke-3
Pada Tahun 2011, kunjungan ke-1 yang terbanyak terjadi pada bulan Juni dan
20
pada bulan Januari, Februari, Juli, dan Desember yaitu masing-masing sebanyak 1
orang dan kunjungan ke-3 hanya terjadi pada bulan Mei yaitu sebanyak 1 orang.
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
Kunjungan ke-1 12 13 8 11 1 14 8 13 14 9 6 6
Kunjungan ke-2 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
Kunjungan ke-3 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
Pada Tahun 2012, kunjungan ke-1 yang terbanyak terjadi pada bulan Januari,
yang terbanyak terjadi pada bulan Maret yaitu sebanyak 2 orang dan kunjungan
ke-3 pada bulan Januari dan Mei yaitu masing-masing sebanyak 1 orang.
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
Kunjungan ke-1 7 7 5 4 4 1 3 4 7 5 4 4
Kunjungan ke-2 1 0 2 1 0 0 0 0 1 0 1 0
Kunjungan ke-3 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
Pada Tahun 2013, kunjungan ke-1 yang terbanyak terjadi pada bulan Mei dan
bulan Maret dan Juni yaitu masing-masing sebanyak 1 orang dan tidak terdapat
21
Gambar 1.7 Grafik Distribusi Kunjungan Klien KBM Tahun 2013
tahun); (2) Usia Produktif (15-64 tahun); dan (3) lansia (≥65 tahun).
dijumpai pada usia produktif (15-64 tahun) sebesar 92% dan terendah pada usia
anak-anak (0-14 tahun) sebesar 1%. Hal tersebut sejalan dengan hasil Riskesdan
Tahun 2007 yang menyatakan , persentase penduduk merokok tiap hari tampak
tinggi pada kelompok umur produktif (25-64 tahun), dengan rentang rerata 29%
sampai 32%. Sedangkan penduduk kelompok umur 10-14 tahun yang merokok
tiap hari sudah mencapai 0,7% dan kelompok umur 15-24 tahun sebanyak 17%.
Gambar 1.8 Grafik Distribusi Klien KBM berdasarkan Gambar 1.9 Grafik Prosentase Klien KBM
Usia Periode Juli 2010 - Juni 2013 berdasarkan Usia
Periode Juli 2010 - Juni 2013
7% 1%
92%
Anak-anak (0-14 Usia Produktif (15-
Lansia (≥65 tahun)
tahun) 64 tahun)
2010 0 62 6
2011 1 117 6 Anak-anak (0-14 tahun) Usia Produktif (16-64 tahun)
2012 0 58 4
Lansia (≥ 65 tahun)
2013 1 32 6
Surakarta
22
2.3.3 Berdasarkan Jenis Kelamin
tertinggi dijumpai pada jenis kelamin perempuan sebesar 99% (290 orang) dan
terendah pada jenis kelamin laki-laki sebesar 1%. Hal tersebut menunjukkan
menghisap rokok juga semakin menampakkan diri, Hal tersebut sejalan dengan
hasil Riskesdas tahun 2007 yang menyatakan bahwa pada perokok dengan
perempuan (1,4%).
Gambar 1.10 Grafik Distribusi Klien KBM Gambar 1.11 Grafik Prosentase Klien KBM
berdasarkan Jenis Kelamin berdasarkan Jenis Kelamin
Periode Juli 2010-Juni 2013 Periode Juli 2010-Juni 2013
1%
99%
Laki-Laki Perempuan
Jumlah 290 3
Laki-Laki Perempuan
Berdasarkan Kabupaten/ Kota asal (alamat) klien KBM, pada Tahun 2010
didominasi klien yang berasal dari Surakarta dan Karanganyar yaitu masing-
masing sebanyak 18 orang dan paling sedikit berasal Klaten dan Wonogiri yaitu
masing-masing sebanyak 2 orang. Pada tahun 2011, didominasi klien yang berasal
dari Surakarta yaitu sebanyak 45 orang dan paling sedikit berasal Ngawi dan
23
Pada tahun 2012, didominasi klien yang berasal dari Sukoharjo yaitu
sebanyak 19 orang dan paling sedikit berasal Grobogan dan Wonogiri yaitu
masing-masing sebanyak 1 orang. Pada tahun 2013, didominasi klien yang berasal
dari Sukoharjo yaitu sebanyak 17 orang dan paling sedikit berasal Boyolali dan
prosentase tertinggi dijumpai pada Kota Surakarta sebesar 32% dan terendah pada
4% 7%
0%
0% 15%
4% 32%
23%
13%
2%
Boyolali Surakarta
Boyolal Surakar Grobog Karang Sukoha Wonogi
Klaten Ngawi Pacitan Sragen Grobogan Karanganyar
i ta an anyar rjo ri
2010 5 18 3 10 18 2 0 0 10 2 Sukoharjo Klaten
2011 12 45 0 16 23 6 1 1 14 6 Ngawi Pacitan
2012 3 12 1 7 19 3 0 0 16 1 Sragen Wonogiri
2013 1 17 1 5 8 0 0 0 4 3
Sumber: Hasil olah data sekunder RK
Sumber: Hasil olah data sekunder RK Klien KBM BBKPM Surakarta
Klien KBM BBKPM Surakarta
oleh karyawan swasta yaitu sebanyak 26 orang dan paling sedikit berasal dari
profesi PNS yaitu sebanyak 1 orang. Pada Tahun 2011 didominasi oleh karyawan
24
swasta yaitu sebanyak 48 orang dan paling sedikit berasal dari pensiunan yaitu
sebanyak 1 orang.
orang dan paling sedikit berasal dari konsele yang tidak bekerja/ Ibu Rumah
Tangga (IRT) yaitu sebanyak 1 orang. Pada Tahun 2013 didominasi oleh
wiraswasta yaitu sebanyak 9 orang dan paling sedikit berasal dari profesi PNS
Gambar 1.14 Grafik Distribusi Klien KBM berdasarkan Gambar 1.5 Grafik Prosentase Klien
Jenis Pekerjaan Periode Juli 2010 - Juni 2013 KBM berdasarkan Jenis Pekerjaan
Periode Juli 2010-Juni 2013
4%
3% 5%
27%
41%
Tidak 20%
Pelajar/M Karyawa Tani/Tern Wiraswas Pensiuna
Buruh PNS bekerja/I
ahasiswa n Swasta ak ta n
RT
2010 6 4 24 1 9 20 2 2
Tidak Bekerja Sekolah
2011 6 12 48 3 14 34 6 1
Pegawai Wiraswasta
2012 2 9 18 5 4 16 1 7
Petani/ Nelayan/ Baruh Lainnya
2013 3 6 6 1 5 9 4 5
oleh lulusan SMA yaitu sebanyak 22 orang dan paling sedikit berasal dari klien
yang tidak bersekolah yaitu sebanyak 2 orang. Pada Tahun 2011 didominasi oleh
lulusan SMA yaitu sebanyak 42 orang dan paling sedikit berasal dari klien yang
tidak bersekolah yaitu sebanyak 12 orang. Pada Tahun 2012 didominasi oleh
lulusan SMA yaitu sebanyak 17 orang dan paling sedikit berasal dari klien yang
25
Menurut pendidikan, pada periode Juli 2010-Juni 2013 prosentase tertinggi
dijumpai pada klien yang lulusan pendidikannya berasal dari SMA sebesar 31%
Gambar 1.16 Grafik Distribusi Klien KBM berdasarkan Gambar 1.17 Grafik Prosentase
Tingkat Pendidikan Klien KBM berdasarkan Pendidikan
Periode Junli 2010 - Juni 2013 Periode Juli 2010-Juni 2013
45
40 7%
16%
35 24%
30
25
20 31%
15 22%
10
5
0
Tidak Perguruan Tidak sekolah
SD SMP SMA
sekolah Tinggi
SD
2010 2 16 17 22 11 SMP
2011 12 29 24 42 17 SMA
2012 6 10 14 17 15 Perguruan Tinggi
2013 0 14 9 11 5
Berdasarkan jumlah rokok yang dihisap per hari, pada Tahun 2010
mayoritas klien KBM menghisap rokok 7-12 batang per hari yaitu sebanyak 28
orang dan paling sedikit klien KBM menghisap rokok ≥25 batang per hari yaitu
sebanyak 1 orang. Pada Tahun 2011 mayoritas klien KBM menghisap rokok 1-6
batang per hari yaitu sebanyak 43 orang dan paling sedikit klien KBM menghisap
rokok <1 batang per hari yaitu sebanyak 1 orang. Pada Tahun 2012 mayoritas
klien KBM menghisap rokok 7-12 batang per hari yaitu sebanyak 27 orang dan
paling sedikit klien KBM menghisap rokok <1 batang per hari yaitu sebanyak 1
orang. Pada Tahun 2013 mayoritas klien KBM menghisap rokok 7-12 batang per
hari yaitu sebanyak 14 orang dan paling sedikit klien KBM menghisap rokok <1
26
Menurut jumlah rokok yang dihisap per hari, pada periode Juli 2010-Juni
2013 prosentase tertinggi dijumpai pada klien yang menghisap dengan jumlah
rokok 13-18 batang per harinya sebesar 38% dan terendah pada klien yang
menghisap dengan jumlah rokok <1 batang per harinya sebesar 2%.
Gambar 1.18 Grafik Distribusi Klien KBM berdasarkan Jumlah Gambar 1.19 Grafik Prosentase Klien KBM
Rokok (Batang per Hari) Periode Juli 2010 - Juni 2013 berdasarkan Jumlah Rokok (Batang per Hari)
Periode Juli 2010 - Juni 2013
4% 2%
7%
14% 35%
Menurut asal poli, pada periode Juli 2010-Juni 2013 prosentase tertinggi
dijumpai pada klien yang berasal dari poli umum sebesar 51% dan terendah pada
Gambar 1.20 Grafik Distribusi Klien KBM berdasarkan Asal Poli Gambar 1.21 Grafik Prosentase
Periode Juli 2010 - Juni 2013 Asal Poli Klien Konseling
KBM Periode Juli 2010-Juni
2013
2% 1%
3%
28%
51%
Eksekutif/Sp 15%
Daftar sendiri UGD Non TB TB Umum
esialis
2011 3 1 10 6 39 Daftar sendiri UGD
2012 0 0 3 17 10 28 Eksekutif/Spesialis Non TB
2013 1 0 1 17 7 12 TB Umum
27
2.3.9 Berdasarkan Minat Mengikuti Pemeriksaan Penunjang
merupakan periode dengan minat tertinggi yakni 39 dari 124 total pengunjung
Micro CO sebesar 83% dan terendah pada klien yang mengikuti pemeriksaan
Gambar 1.22 Grafik Distribusi Klien KBM Gambar 1.23 Grafik Prosentase Klien KBM yang
berdasarkan Pemeriksaan Penunjang Mengikuti Pemeriksaan Penunjang Periode Juli
Periode Juli 2010 - Juni 2013 2010-Juni 2013
124
2%
15%
68 62
39 39
27 83%
17
9
Surakarta
28
2.4 Kelebihan dan Kelemahan Klining Berhenti Merokok (KBM)
2.4.1 Kelebihan
2.4.2 Kelemahan
a. Butir form rekam konseling yang kurang bisa menggali informasi lebih
29
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH
(KBM) BBKPM Surakarta, yang dilakukan selama 4 hari (16-19 Juli 2013)
Terdapat beberapa point penting yang belum tercantum pada Form Rekam
Asal poli, dokter yang merujuk/ pengirim dan penyakit yang diderita (jika pasien
konseling dalam upaya berhenti merokok tidak dapat dilihat. Hal tersebut
yang cukup besar di masyarakat untuk berhenti merokok. Hal tersebut terlihat
bahwa 4 orang dari 150 total pengunjung (2.67%), terdapat konsele yang datang
30
BAB IV
PENYELESAIAN MASALAH
Penambahan point pada daftar Form Rekam Konseling (RK). Penambahan ini
Rokok (KMS-TR).
terutama perokok yang sudah merokok dalam jangka waktu yang lama. Dalam
upaya memberikan penghargaan kepada klien yang telah berhasil berhenti dari
kebiasaan merokok, “Wisuda Berhenti Merokok” dapat menjadi salah satu upaya
Surakarta.
31
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
dengan kebiasaan merokok adalah salah satu faktor risiko yang cukup besar
degeneratif lainnya.
5.2 Saran
Upaya follow up yang masih lemah dan rendahnya minat konsele untuk
melakukan kunjungan ke-2 seharusnya segera dicari solusi terbaik yaitu melalui
dipantau.
32
KONSELING ASMA
BBKPM SURAKARTA
33
DAFTAR ISI
Halaman Judul 33
Daftar Isi 34
Bab I Pendahuluan 35
1.2 Tujuan 36
1.3 Manfaat 36
2. 1 Konseling Asma 38
2. 2 Alur Pelayanan 38
2. 3 Analisis Data 39
34
BAB I
PENDAHULUAN
Asma adalah obstruksi jalan nafas akut, episodik yang diakibatkan oleh
rangsangan yang tidak menimbulkan respon pada orang sehat. Asma adalah
menjadi menjadi sindrom klinis yang dikarakteristikkan oleh batuk, mengi, dan
sesak nafas serta sesak dada yang ditimbulkan oleh alergen, infeksi atau stimulus
lain. Asma adalah penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di
hampir semua negara di dunia, diderita oleh anak-anak sampai dewasa dengan
derajat penyakit yang ringan sampai berat, bahkan dapat mengancam jiwa
terhadap kualitas hidup dan produktivitas hidup yang ditunjukkan dari laporan
berikut, seperti didapatkan keterbatasan dalam berekreasi atau olah raga 52,7%,
aktivitas fisik 44,1%, pemilihan karier 37,9%, aktifitas sosial 38%, cara hidup
37,1% dan pekerjaan rumah tangga 32,6%. Absen dari sekolah maupun pekerjaan
dialami oleh 36,5% anak dan 26,5% pada orang dewasa. Prevalensi nasional
untuk penyakit asma sebesar 4,0% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan
Berbagai faktor yang dapat menimbulkan serangan asma antara lain olah
raga (exercise), infeksi, allergen, perubahan suhu, pajanan iritan asap rokok, dan
35
lain-lain. Selain terdapat berbagai faktor lain yang mempengaruhi prevalensi
penyakit asma antara lain usia, jenis kelamin, ras, sosio-ekonomi dan faktor
derajat asma dan juga kematian akibat penyakit asma (Rahajoe, Supriyatno dan
Setyanto, 2008).
salah satu unit pelayanan kesehatan yang menyediakan konseling asma. Konseling
asma yang terdapat di BBKPM Surakarta meliputi Konseling Asma Dewasa dan
dan mengelola asma yang diderita agar tidak mengganggu kegiatan sehari-hari.
1.2 Tujuan
1.2.1 Menganalisis secara sederhana dan menyajikan data klien konseling Asma
Surakarta.
BBKPM Surakarta.
1.1 Manfaat
36
place and people (waktu, tempat dan orang) sebagai wujud evaluasi dan
37
BAB II
ANALISIS SITUASI
dan mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal
Asma Anak.
Ruang Ruang
Konseling Konseling
Asma Asma
Anak Dewasa
Klien baru dan klien lama (kunjungan konseling lanjutan) terlebih dahulu
mendaftar di loket pendaftaran. Bagi klien baru, akan dilakukan pemeriksaan dan
38
pula rekomendasi untuk melakukan konseling asma. Selanjutnya klien menuju
memasuki ruang konseling asma sesuai dengan umur (dewasa atau anak).
Pada grafik tersebut terlihat bahwa tidak terdapat satupun kunjungan pada
Gambar 2.2 Grafik Fluktuasi Kunjungan Konseling Asma Periode 2011-Juni 2013
dibanding dua periode tahun lalu. Jumlah kunjungan cenderung naik dan
mengalami puncak pada bulan Mei 2013 yakni 15 klien. Berikut ini merupakan
hasil analisis data yang dilakukan berdasarkan karakteristik klien konseling asma
39
a. Distribusi Klien Asma berdasarkan Jenis Kelamin
Klien asma didominasi oleh jenis kelamin perempuan. Hal tersebut terlihat
dari kunjungan klien berjenis kelamin perempuan sebesar 57% (101 orang)
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 tercatat 32 orang, menurun menjadi 24
orang pada tahun 2012 dan semakin menurun pada tahun Juni 2013 menjadi 20
orang.
Gambar 2.3 Grafik Distribusi Klien Konseling Asma Gambar 2.4 Grafik Prosentase Klien Konseling
berdasarkan Jenis Kelamin Asma berdasarkan Jenis Kelamin
Periode 2011-Juni 2013 Periode 2011-Juni 2013
Laki-laki Perempuan
43%
Laki-Laki Perempuan 57%
2011 32 37
2012 24 22
2013 20 42
sebagai berikut: (1) Balita (0-5); (2) Kanak-kanak (5-11); (3) Remaja Awal (12-
16); (4) Remaja Akhir (17-25); (5) Dewasa Awal (26-35); (6) Dewasa Akhir (36-
45); (7) Lansia Awal (46-55); (8) Lansia Akhir (56-65); (9) Manula >65.
40
Gambar 2.5 Grafik Distribusi Klien Konseling Asma berdasarkan Gambar 2.6 Grafik Prosentase
Umur Periode 2011-Juni 2013 Umur Klien Konseling Asma
Periode 2011-Juni 2013
2%
30%
68%
Sumber:Hasil olah data sekunder Konseling Asma BBKPM Surakarta Konseling Asma BBKPM Surakarta
Klien konseling asma terbanyak pada kategori usia produktif yakni usia 15-64
tahun sebesar 68% (110 orang). Hal tersebut tentu akan berpengaruh pula pada
pendapatan juga akan menurun, sehingga akan berpengaruh pula pada pemasukan
Jika kedua orang tua mempunyai riwayat asma, maka hampir 50% dari anak-
anak yang dilahirkan akan mempunyai kecenderungan asma pula. Selain dari
orang tua, alergi dan asma dapat pula diturunkan dari kerabat lain seperti, nenek
dan kakek. Terkadang alergi tidak muncul atau diabaikan pada orang dewasa
Sebesar 50% (65 orang) klien menyatakan memiliki kerabat lain (paman,
nenek, kakek, dll) dengan riwayat alergi, 40% (51 orang) bahwa keluar inti
mereka memiliki riwayat alergi, dan 10% (13 orang) menyatakan bahwa riwayat
41
Gambar 2.7 Grafik Distribusi Riwayat Alergi Kerabat Gambar 2.8 Grafik Prosentase Riwayat Alergi
Klien Konseling Asma Periode 2011-Juni 2013 Kerabat Klien Konseling Asma
Periode 2011-Juni 2013
10%
40%
Gambar 2.9 Grafik Distribusi Klien Konseling Asma berdasarkan Gambar 2.10 Grafik Prosentase Klien
Kabupaten/Kota Asal Konseling Asma berdasarkan
Periode 2011-Juni 2013 Kabupaten/ Kota Asal
Periode 2011-Juni 2013
Boyolali Grobogan
Karanganyar Klaten
Ngawi Pacitan
Sragen Sukoharjo
Surakarta Wonogiri
1%
8% 9%
Sumber:Hasil olah data sekunder Konseling Asma BBKPM Surakarta Sumber:Hasil olah data sekunder
Kota Surakarta menduduki peringkat pertama dengan 24% (43 orang) klien
konseling asma, Kabupaten Sragen tercatat 19% (34 orang), dan Kabupaten
Karanganyar sebesar 17% (32 orang). Kota Surakarta merupakan kota dengan
Surakarta.
42
e. Distribusi Klien Asma berdasarkan Faktor Pencetus
Faktor pencetus asma yang paling banyak disebutkan oleh klien konseling
adalah perubahan cuaca yakni sebesar 19% (98 orang), diikuti Debu dan tungan
lalu makanan dengan besar masing-masing 16% (80 0rang) dan 14% (71 orang).
Gambar 2.11 Grafik Distribusi Faktor Pencetus Asma Klien Konseling Gambar 2.12 Grafik Faktor
AsmaPeriode Juli 2011-Juni 2013 Pencetus Asma Klien Konseling
Asma Periode Juli 2011-Juni
2013
Makanan
Asap Rokok dan Asap Dapur
Debu dan Tungau
Hewan Peliharaan
Bau yang Menyengat
Obat-Obatan
Emosi
Perubahan Cuaca
Olahraga/ aktivitas
Kecapaian
Lain-lain
10% 3%
Asap 14%
Bau Olahrag
Rokok Debu Hewan Peruba
Makana yang Obat- a/ Kecapa Lain-
dan dan Pelihar Emosi han 9%
n Menye Obatan aktivita ian lain 13%
Asap Tungau aan Cuaca
ngat s
Dapur
19%
2011 25 21 30 1 7 2 12 32 4 29 4 16%
2012 25 18 16 2 7 3 9 30 23 8 2 9%
Juni 2013 21 28 34 5 7 3 23 36 21 14 9
2% 4% 1%
Konseling (RK) yang tercatat. Rekam Konseling tersebut terdiri dari beberapa
mungkin dari Klien Asma Dewasa. Setelah dilakukan rekap data Rekam
43
Kunjungan Januari-Juni 2013
cenderung meningkat. Kunjungan terbanyak terdapat pada bulan Mei dan Juni
Gambar 2.13 Grafik Fluktuasi Kunjungan Klien Konseling Asma Dewasa Periode Januari-Juni 2013
sebesar 70% (33 orang) dan laki-laki hanya sebesar 30% (14 orang).
Gambar 2.14 GrafikProsentase Klien Konseling Asma Dewasa berdasarkan Jenis Kelamin
Periode Januari-Juni 2013
30%
Laki-laki
Perempuan
70%
umur lansia awal (46 tahun-55 tahun) sebesar 30% (14 orang) dan paling sedikit
pada kelompok umur lansia akhir (56 tahun-65 tahun) sebesar 8% (7 orang).
44
Gambar 2.15 Grafik Prosentase Klien konseling Asma Dewasa menurut Klasifikasi Umur
Periode Januari-Juni 2013
BBKPM Surakarta
Surakarta yakni 41% (19 orang) dan paling sedikit berasal dari Wonogiri dan
berhubungan dengan tingginya tingkat polusi dan tekanan hidup di kota Surakarta.
Diketahui bahwa
Gambar 2.16 Grafik Prosentase Klien Konseling Asma Dewasa berdasarkan Kota/Kabupaten Asal
Periode Januari-Juni 2013
4%
7% Surakarta
4%
Sukoharjo
41% Sragen
18% Karanganyar
Wonogiri
13% Klaten
13% Boyolali
Berdasarkan jenis pekerjaan, karyawan dan buruh paling besar yakni 31% (14
orang). Hal tersebut menunujukkan bahwa karyawan swasta dan buruh merupakan
pekerjaan dengan tuntutan kerja yang tinggi dan biasanya memerlukan aktivitas
45
Gambar 2.18 Grafik Prosentase Klien Konseling Asma
Gambar 2.17 Grafik Distribusi Klien Konseling Asma
Dewasa berdasarkan Jenis Pekerjaan
Dewasa berdasarkan Jenis Pekerjaan
Januari-Juni 2013
Januari-Juni 2013
15% 13%
Pelajar/ Mahasiswa
Petani,
Pelajar/ Karyawan IRT,
Guru, Pedagang,
Mahasisw swasta, Pengangg
PNS Wiraswas
a Buruh uran
ta
Total 6 14 11 8 7
Sumber:Hasil olah data sekunder Konseling Asma
Sebesar 49% (22 klien) menyatakan bahwa asma yang mereka derita
aktivitas mereka.
Kualitas tidur yang buruk dapat menurunkan konsetrasi. Bagi para pekerja hal
Gambar 2.19 Grafik Prosentase Klien Konseling Asma Dewasa berdasarkan Pengaruh terhadap Aktivitas
5% Januari-Juni 2013
24%
49% Mengganggu Tidur
Mengganggu Aktivitas
22% Keduanya
Tidak Mengganggu
Jika kedua orang tua mempunyai riwayat asma, maka hampir 50% dari anak-
anak yang dilahirkan akan mempunyai kecenderungan asma pula. Selain dari
orang tua, alergi dan asma dapat pula diturunkan dari kerabat lain seperti, nenek
46
dan kakek. Terkadang alergi tidak muncul atau diabaikan pada orang dewasa
Grafik 2.20 Grafik Prosentase Riwayat Keluarga/ Kerabat pada Penyandang Asma
Periode Januari-Juni 2013
Sebesar 62% (29 klien) memiliki riwayat keluarga/ kerabat dengan asma atau
alergi laindan 38% (18 klien) tidak memiliki riwayat tersebut. Hal tersebut
membuktikan bahwa faktor keturunan menjadi salah satu faktor penentu yang
Berdasarkan gejala yang dialami, 31% (43 orang) mengeluhkan adanya sesak
yang ditandai dengan gejala episodik berulang. Sesak nafas muncul sebagai
Gambar 2.21 Grafik Prosentase Klien Konseling Asma Dewasa menurut Gejala yang Dialami
Periode Januari-Juni 2013
2% 14%
28% Batuk
Sesak Nafas
25%
Nafas Berbunyi
31% Gatal pada Kulit
Pilek/ Bersin Pagi
47
Distribusi Klien Konseling berdasarkan Faktor Pencetus
terbanyak. Hal tersebut dinyatakan oleh 19% (29 klien). Sedangkan yang paling
orang.
Gambar 2.22 Grafik Distribusi Klien konseling Asma Dewasa berdasarkan Faktor Pencetus Periode Januari-Juni
2013
Asap Rokok
Debu dan Hewan Bau yang Perubahan Olahraga/
Makanan dan Asap Obat-Obatan Emosi Kecapaian Lain-lain
Tungau Peliharaan Menyengat Cuaca aktivitas
Dapur
Total 13 22 28 5 4 3 20 29 17 3 9
Gambar 2.23 Grafik Prosentase Klien konseling Asma Dewasa berdasarkan Faktor Pencetus
Periode Januari-Juni 2013
6% Makanan
2%
9% Asap Rokok dan Asap Dapur
Debu dan Tungau
11% Hewan Peliharaan
14%
Bau yang Menyengat
Obat-Obatan
19% Emosi
18%
Perubahan Cuaca
Olahraga/ aktivitas
13%
Kecapaian
Lain-lain
2% 3% 3%
Dari 3 klien konseling Asma Dewasa yang asmanya tidak terkontrol, 8 klien
memiliki PHBS yang buruk dan 7 klien memiliki PHBS yang baik. Dari 3 klien
PHBS yang buruk dan 2 terkontrol. Dari 29 klien koseling asma dewasa yang
asmanya 11 klien memiliki PHBS yang buruk dan 18 klien memiliki PHBS yang
48
Gamnar 2.24 Grafik Perbandingan Penerapan PHBS dengan Klasifikasi Asma (Berdasarkan Frekuensi
Kekambuhan/ Bulan) pada Klien Konseling Asma Dewasa
Periode Januari-Juni 2013
18
7
11 PHBS Buruk
8
21
PHBS Baik
Tidak Terkontrol Terkontrol Terkontrol
Sebagian
olahraga (kebugaran).
Gambar 2.25 Grafik Perbandingan Perilaku Olahraga dalam Menjaga Kebugaran dengan Klasifikasi
Asma (berdasarkan Frekuensi Kekambuhan/ Bulan) pada Klien Konseling Asma Dewasa
Periode Januari-Juni 2013
10
6 21
10
Januari-Juni 2013 memiliki rumah yang berpenghuni 3-6 orang yaitu sebanyak
66% (31 klien). Sedangkan 1 klien (paling sedikit) memiliki rumah yang
49
Semakin padat penghuni sebuah rumah maka semakin besar pula peluang
seorang terkena asma. Hal tersebut berkaitan dengan perilaku dari setiap individu
yang berbeda-beda.
Gambar 2.26 Grafik Prosentase Konsele Asma Dewasa Menurut Jumlah Penghuni Rumah
Periode Januari-Juni 2013
2%
12%
14%
0% < 3 orang
3-6 orang
7-10 orang
11-14 orang
>15 orang
72%
Januari-Juni 2013 menggunakan obat minum (oral) yaitu sebanyak 75% (27
obat oral. Hal tersebut dikarenakan obat semprot/ hirup/ inhaler langsungmasuk ke
saluran pernapasan, sedangkan obat oral akan terlebih dahulu diserap di dalam
Prosentase Konsele Asma Dewasa menurut Jenis Pengobatan Periode Januari-Juni 2013
3%
14%
8%
Obat Minum
75% Obat Semprot
Keduanya
Tidak Minum Obat
50
Perbanding Tingkat Pengetahuan Klien Sebelum dan Sesudah dilakukan
Konseling
konseling).
Gambar 2.27 Grafik Pengetahuan Klien Konseling Asma Dewasa Sebelum dan Sesudah Proses Konseling Periode
Januari-Juni 2013
Tahu Tidak Tahu
2 4 6
21
30 28 26
11
subyektif, yang dirasakan pada 4 minggu terakhir. Dari pengisian ACT ini dokter
dari klien itu sendiri. Terdapat 5 pertanyaan dengan jawaban yang telah dipastikan
dengan skor. Berikut merupakan klasifikasi skor pada nilai ACT, meliputi: (1) 25
(Terkontrol Penuh); (2) 20-24 (Terkontrol Sebagian); (3) <19 (Tidak Terkontrol).
51
Berdasarkan data Rekam Konseling yang telah dianalisis hanya 17 dari 47
klien (27%) yang mengisi ACT (Asthma Controlling Test). Hal tersebut berarti
hanya 1 dari 3 klien konseling yang mengisi ACT sebelum melakukan konseling.
Gambar 2.28 Grafik Prosentase Konsele Asma Dewasa yang Mengisi ACT Periode Januari-Juli 2013
36%
64%
Berdasarkan hasil penilaian ACT yang diisi oleh 17 klien Konseling Asma
Dewasa didapati bahwa keseluruhan klien berada pada kategori <19 (tidak
terkontrol). Berikut merupakan grafik skor hasil pengisian ACT klien Konseling
Gambar 2.29 Grafik Skor Perolehan Nilai Pengisian ACT Klien Konseling Asma Dewasa
Periode Januari-Juni 2013
19 19
18 18
15 15
13 13 13
12
11
10
9
8
7 7
6
Klien 1 Klien 2 Klien 3 Klien 4 Klien 5 Klien 6 Klien 7 Klien 8 Klien 9 Klien 10 Klien 11 Klien 12 Klien 13 Klien 14 Klien 15 Klien 16 Klien 17
Dari grafik di atas, Klien 11 memiliki nilai ACT terendah yakni hanya
sebesar 6 sedangkan nilai tertinggi diperoleh Klien 2 dan Klien 8 dengan nilai 19.
Pada periode Juli 2011-Juni 2013 jumlah Klien Asma Anak di BBKPM
52
Rekam Konseling tersebut terdiri dari beberapa bagian yang disusun
sedemikian rupa guna memperoleh informasi sebanyak mungkin dari Klien Asma
Dewasa. Setelah dilakukan rekap data Rekam Konseling (RK) pada periode
Jenis Kelamin
Gambar 2.30 Grafik Prosentase Klien Berdasarkan jenis kelamin, Klien Asma Anak
Asma Anak berdasarkan Jenis Kelamin
Periode Januari-Juni 2013
didominasi oleh klien perempuan yaitu sebanyak
Laki-laki Perempuan
Usia
Berdasarkan usia, Klien Asma Anak didominasi oleh kelompok umur balita
(0-5 tahun) yaitu sebanyak 44% (7 klien). Sedangkan paling sedikit berasal dari
kelompok umur remaja awal (12-16 tahun) yaitu sebanyak 25% (4 klien). Hal
bahwa 25% anak dengan asma persisten mendapat serangan mengi pada usia <6
bulan dan pada 75% mendapat serangan mengi pertama sebelum usia 3 tahun.
53
Gambar 2.31 Grafik Distribusi Klien Konseling Asma Anak berdasarkan Usia
Periode Januari-Juni 2013
25%
44%
Balita (0-5 tahun)
Berdasarkan Kabupaten/ Kota asal, Klien Asma Anak didominasi oleh klien
yang berasal dari Kabupaten Boyolali yaitu sebanyak 23% (4 klien). Sedangkan
paling sedikit adalah klien yang berasal dari Sragen dan Sukoharjo yaitu masing-
Gambar 2.32 Grafik Distribusi Klien Asma Anak berdasarkan Kabupaten/ Kota Asal
Periode Januari-Juni 2013
12%
Boyolali
23% Karanganyar
Klaten
18%
Sragen
Sukoharjo
6% 17%
Surakarta
6%
Wonogiri
18%
- Pekerjaan
Berdasarkan pekerjaan orang tua, orang tua Klien Asma Anak didominasi
oleh ibu yang bekerja yakni sebesar 73%. Hal tersebut secara tidak langsung akan
mempengaruhi pengawasan kepada anak itu sendiri. Ibu yang bekerja cenderung
54
Gambar 2.33 Grafik Distribusi klien Konseling Asma Anak berdasarkan Pekerjaan Orang Tua
Periode Januari-Juni 2013
27%
IRT/ Tidak Bekerja
73% Bekerja
- Pendidikan
Berdasarkan pendidikan orang tua, orang tua Klien Asma Anak didominasi
oleh tingkat pendidikan SMP dan SMA yaitu masing-masing sebanyak 4 klien.
Pertanyaan pendidikan orang tua ini juga tidak diisi oleh 3 orang tua klien.
Sedangkan paling sedikit adalah orang tua klien yang tingkat pendidikannya SD
Gambar 2.34 Grafik Prosentase Klien Konseling Asma Anak berdasarkan Pendidikan Orang Tua Periode
Januari-Juni 2013
15%
23%
SD
SMP
31%
31% SMA
Perguruan Tinggi
Pendamping Konseling
Berdasarkan RK yang telah direkap, didapat bahwa 62% klien (10 orang)
didampingi oleh Ibu Kandungnya dan 38% klien (6 orang) tidak menvantumkan
Gambar 2.35 Grafik Prosentase Pendamping Klien Asma Anak Periode Januari-Juni 2013
38%
62%
55
Perbandingan Tingkat Pengetahuan Klien Sebelum dan Sesudah dilakukan
Konseling
Gambar 2.36 Grafik Perbanding Tingkat Pengetahuan Klien Sebelum dan Sesudah dilakukan Konseling
pada Pendamping Klien Konseling Asma Anak Periode Januari-Juni 2013
1 4 6
11
15 12 10
5
orang), sedangkan yang merasakan gangguan tidur sebanyak 6 orang. Kita ketahui
bersama bahwa tidur merupakan aktivitas penting bagi anak-anak. Ketika tidur,
Sehingga apabila tidur terganggu makan akan timbul kemungkinan terganggu pula
56
Gambar 2.37 Grafik Prosentase Pengaruh Asma terhadap Kegiatan Sehari-hari pada Klien Asma Anak
Priode Januari-Juni 2013
bahwa kerabat lain mereka memiliki riwayat penyakit (alergi) yaitu sebanyak 64%
Gambar 2.38 Grafik Prosentase Riwayat Penyakit Keluarga pada Konsele Asma Anak
Periode Januari-Juni 2013
18%
18%
Keluarga Inti
Kerabat Lain
64% Tidak Ada Riwayat
adanya batuk, yaitu sebanyak 35% (15 klien). Sedangkan gejala yang paling
sedikit dikeluhkan oleh klien adalah gatal pada kulit yaitu sebanyak 9% ( 4 klien).
Batuk merupakan bentuk respon tubuh terhadap keadaan yang salah di dalam
dan kemudian muncul asma karena saluran pernapasan mereka yang masih sangat
sensitif.
57
Gambar 2.39 Grafik Gejala yang Dialami Konsele Asma Anak Periode Januari-Juni 2013
14%
Batuk
9% Sesak Nafas
35%
Nafas Berbunyi
21% Gatal pada Kulit
21% Pilek/ Bersin Pagi
Faktor Pencetus
Berdasarkan faktor pencetus, menurut Klien Asma Anak faktor pencetus yang
paling banyak adalah faktor kecapaian yaitu sebanyak 17% (11 klien). Sedangkan
yang paling sedikit adalah faktor emosi dan bau menyengat yaitu masing-masing
sebanyak 6% (3 orang).
Anak-anak adalah makhluk hidup kecil yang sangat aktif. Keaktifan mereka
mengelola diri dan beristirahat agar tidak mengalami kecapaian m,asih sangat
Gambar 2.40 Grafik Prosentase Faktor Pencetus pada Konsele Asma Anak Periode Januari-Juni 2013
Makanan
17% Asap Rokok dan Asap Dapur
23% Debu dan Tungau
12% Bau yang Menyengat
8%
Emosi
Perubahan Cuaca
13% Olahraga/ aktivitas
15%
6% 6% Kecapaian
Penerapan PHBS
yang di dalamnya terdapat asap rokok/dapur yaitu sebanyak 18% (10 klien).
Sedangkan yang perilaku yang dilakukan oleh paling sedikit klien adalah
58
membersihkan seluruh perabot rumah dari debu dan memberikan ASI eksklusif
sirkulasi udara dan sinar matahari yang cukup juga masih sedikit yaitu 7 klien.
berpengaruh pada kejadian asma di kalangan anak. Saluran pernapasan anak yang
masih sensitif dan rentan menjadi penyebab utananya. selain itu, ASI Eksklusif
yang tidak diberikan kepada anak saat usia balita turut memberikan pengaruh
Gambar 2.41 Grafik Prosentase Penerapan PHBS pada Klien Konseling Asma Anak
Periode Januari-Juni 2013
a. Terkontrol
Tidak terjadi kekambuhan dalam satu bulan atau 2 kali/ kurang dalam
seminggu.
b. Terkontrol Sebagian
59
c. Tidak Terkontrol
Tabel 2.1 Perbandingan Olahraga untuk Kebugaran dengan Klasifikasi Asma berdasarkan Frekuensi Kekambuhan/
Berdasarkan table di atas, terlihat bahwa hanya satu klien dengan klasifikasi
asma tidak terkontrol yang melakukan olahraga yakni senam asma untuk menjaga
kebugaran, sedangkan satu klien asma dengan klasifikasi asma tidak terkontrol,
menjaga kebugaran.
60
Jumlah Penghuni Rumah
rumah yang berpenghuni 3-6 orang yaitu sebanyak 67% (8 klien). Sedangkan 33%
Gambar 4.2 Grafik Prosentase Jumlah Penghuni Rumah pada Klien Konseling Asma Anak
Periode Januari-Juni 2013
33%
Pengobatan
obat minum (oral) yaitu sebanyak 7 klien. Pertanyaan ini juga tidak diisi oleh 7
klien. Sedangkan 2 klien menggunakan kedua jenis pengobatan baik oral maupun
inhaler.
Gambar 2.43 Grafik Prosentase Jenis Pengobatan Klien Konseling Asma Anak Periode
Januari-Juni 2013
22%
Obat Minum
78%
Keduanya (Obat minum dan Semprot/
Inhaler)
Surakarta
61
2.4 Kelebihan dan Kelemahan
2.4.1 Kelebihan
menyeluruh.
2.4.2 Kelemahan
62
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH
tergalinya keadaan asma klien secara mendalam dan perkembangan asma dari
klien.
ACT (Asthma Control Test) sebaiknya diisi oleh semua klien konseling
disandangnya.
63
BAB IV
PENYELESAIAN MASALAH
Ketika klien datang pada kunjungan ke-2 maka sebaiknya dilihat lagi rekam
konseling lanjutan.
merupakan alat pemantau yang diisi oleh klien sendiri ketika mengalami
untuk melakukan konseling lanjutan dan dari kartu tersebut pula dapat
Form ACT seharusnya diisi ketika klien sedang berada di kamar periksa,
konseling agar klien tetap dapat mengisi ACT sehingga keadaan asma klien
bisa diidentifikasi.
64
BAB V
SIMPULAN SARAN
5.1 Simpulan
dan mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal
Asma Anak.
5.2 Saran
ke-2 maka dilihat lagi rekam konselingnya, dengan konselor yang mana klien ini
merupakan alat pemantau asma dan diisi oleh klien sendiri ketika mengalami
kekambuhan asma.
merata terutama di ruang konseling agar setiap klien dipastikan mengisi form
65
KONSELING GIZI
BBKPM SURAKARTA
66
DAFTAR ISI
Halaman Judul 66
Daftar Isi 67
Bab I Pendahuluan 68
1.2 Tujuan 69
1.3 Manfaat 69
2. 1 Hasil 71
2. 2 Pembahasan 82
67
BAB I
PENDAHULUAN
status gizi. Status gizi yang yang buruk akan meningkatan risiko terhadap
tubuh. Masalah gizi menjadi penting karena perbaikan gizi merupakan salah satu
(Triwanti, 2005).
TB. Walaupun begitu, penyebab dan efek sangat sulit untuk dibedakan karena TB
mengalami kenaikan BB sebesar lima persen atau kurang dari lima persen BB
mereka selama dua bulan pertama pengobatan (terapi masa intensif) memiliki
rendah adalah bila memiliki berat badan 10% dibawah BB ideal. Terdapat 18,5%
angka kekambuhan terjadi pada pasien dengan peningkatan berat badan lebih dari
lima persen dan 50,5% angka kekambuhan terjadi pada pasien dengan
peningkatan berat kurang dari lima persen. Kurang dari lima persen kenaikan
68
berat badan bisa menjadi penanda peningkatan aktivitas penyakit tuberkulosis dan
Diit yang cukup selain dapat meningkatkan status gizi penderita juga
bakteri dan memutus rantai penularan diberikan konseling gizi, agar pasien
1.2 Tujuan
1.2.1 Menganalisis secara sederhana dan menyajikan data Klien konseling Gizi
Surakarta.
BBKPM Surakarta.
1.3 Manfaat
place and people (waktu, tempat dan orang) sebagai wujud evaluasi dan
69
1.3.2 Bagi Mahasiswa
Konseling Gizi yang merupakan salah satu klinik konseling di Balai Besar
70
BAB II
2.1 Hasil
dan kemampuan individu/ keluarga tentang gizi. Konseling gizi adalah suatu
bentuk pendekatan yang digunakan dalam asuhan gizi untuk menolong individu
dan keluarga memperoleh pengertian yang lebih baik tentang dirinya sendiri dan
perubahan pola makan serta memecahkan masalah terkait gizi kea rah kebiasaan
kesehatan klien.
71
2.1.3 Periode Tahun 2012
Berdasarkan asal poli, klien Gambar 3.2 Grafik Prosentase Asal Poli
Konseling Gizi TB Dewasa Tahun 2012
poli eksekutif.
Non TB ODC TB Eksekutif
Berdasarkan Usia
Gambar 3.3 Grafik Distribusi Klien Konseling Gizi TB Dewasa menurut Usia Tahun 2012
Remaja Awal (12- Remaja Akhir (17- Dewasa Awal (26- Dewasa Akhir (36- Lansia Awal (46- Lansia Akhir (56- Manula (>65
16 tahun) 25 tahun) 35 tahun) 45 tahun) 55 tahun) 65 tahun) tahun)
Jumlah 13 233 343 313 454 349 259
Sumber: Hasil olah data sekunder Konseling Gizi TB Dewasa BBKPM Surakarta
oleh kelompok umur lansia awal (46-55 tahun) yaitu sebanyak 454 orang dan
paling sedikit berasal dari kelompok umur remaja awal (12-16 tahun) yaitu
sebanyak 13 orang.
Laki-laki
Perempuan
orang).
72
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Gambar 3.5 Grafik Distribusi Klien Konseling Gizi TB Dewasa menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012
Sumber: Hasil olah data sekunder Konseling Gizi TB Dewasa BBKPM Surakarta
didominasi oleh pendidikan setingkat SD yaitu sebanyak 612 orang dan paling
didominasi profesi buruh yaitu sebanyak 386 orang dan paling sedikit profesi
Gambar 3.6 Grafik Distribusi Klien Konseling Gizi TB Dewasa menurut Tingkat Pekerjaan
Tahun 2012
Sumber: Hasil olah data sekunder Konseling Gizi TB Dewasa BBKPM Surakarta
Gambar 3.7 Grafik Distribusi Klien Konseling Gizi TB Dewasa menurut Status Gizi Tahun 2012
Sumber: Hasil olah data sekunder Konseling Gizi TB Dewasa BBKPM Surakarta
didominasi oleh berstatus gizi baik yaitu sebanyak 929 orang dan paling sedikit
73
Berdasarkan Gangguan Gastrointestinal
Gambar 3.8 Grafik Distribusi Konsele Gizi TB Dewasa menurut Gangguan Gastrointestinal
Tahun 2012
Sumber: Hasil olah data sekunder Konseling Gizi TB Dewasa BBKPM Surakarta
orang), Kota Surakarta yaitu 25% (724 orang), Kabupaten Karanganyar yaitu 21%
(619 orang), Kabupaten Sukoharjo yaitu 17% (502 orang), dan Kabupaten
Gambar 3.9 Grafik Prosentase 5 Besar Kota/Kabupaten Terbanyak Kunjungan Konseling Gizi TB Dewasa
Tahun 2012
12%
25% Surakarta
25% Karanganyar
21% Sukoharjo
Sragen
Boyolali
17%
Sumber: Hasil olah data sekunder Konseling Gizi TB Dewasa BBKPM Surakarta
Berdasarkan Usia
Berdasarkan usia, klien konseling gizi TB anak tahun 2012 didominasi oleh
klien konseling yang berasal dari kelompok umur balita (0-5 tahun) sebanyak 208
74
anak dan paling sedikit berasal dari kelompok umur remaja awal (12-16 tahun)
Gambar 3.10 Grafik Distribusi Konsele Gizi TB Anak menurut Usia Tahun 2012
Balita (0-5 tahun) Kanak-kanak (6-11 tahun) Remaja awal (12-16 tahun)
Jumlah 208 82 7
Sumber: Hasil olah data sekunder Konseling Gizi TB Dewasa BBKPM Surakarta
didominasi jenis kelamin laki-laki sebanyak 55% (163 anak) dan jenis kelamin
Gambar 3.11 Grafik Distribusi Konsele Gizi TB Anak menurut Jenis Kelamin Tahun 2012
Laki-laki Perempuan
45%
55%
Sumber: Hasil olah data sekunder Konseling Gizi TB Dewasa BBKPM Surakarta
2012, didominasi pendidikan setingkat SMA sebanyak 125 anak dan paling
Gambar 3.12 Grafik Distribusi Klien Konseling Gizi TB Anak menurut Tingkat Pendidikan Ibu Tahun
2012
Perguruan
SD SMP SMA
Tinggi
Jumlah 28 56 125 44
Sumber: Hasil olah data sekunder Konseling Gizi TB Dewasa BBKPM Surakarta
75
Berdasarkan Jenis Pekerjaan Ibu
53%
konseling gizi TB anak didominasi oleh ibu bekerja
47%
Gambar 3.14 Grafik Distribusi Klien Konseling Gizi TB Anak menurut Status Gizi Tahun 2012
Sumber: Hasil olah data sekunder Konseling Gizi TB Dewasa BBKPM Surakarta
Berdasarkan status gizi, didominasi oleh klien konseling yang berstatus gizi
kurang sebanyak 148 anak dan paling sedikit berstatus gizi over sebanyak 3 anak.
Gambar 3.15 Grafik Distribusi Konsele Gizi TB Anak menurut Gangguan Gastrointestinal Tahun 2012
Sumber: Hasil olah data sekunder Konseling Gizi TB Dewasa BBKPM Surakarta
anoreksia sebanyak 95 anak dan paling sedikit keluhan konstipasi yaitu 1 anak.
dengan kunjungan terbanyak, yakni Kota Surakarta 36% (94 anak), Kabupaten
76
Karanganyar 18% (48 anak), Kabupaten Sukoharjo 16% (43 anak), Kabupaten
Gambar 3.16. Grafik Prosentase 5 Besar Kota/Kabupaten Terbanyak Kunjungan Konseling Gizi TB
Anak Tahun 2012
15%
36%
15% Surakarta
Karanganyar
16% Sukoharjo
18%
Sragen
Boyolali
Sumber: Hasil olah data sekunder Konseling Gizi TB Dewasa BBKPM Surakarta
Berdasarkan Usia
Gambar 3.18 Grafik Distribusi Klien Konseling Gizi TB Dewasa menurut Usia
Bulan Januari - Juni Tahun 2013
Remaja Awal (12- Remaja Akhir Dewasa Awal Dewasa Akhir Lansia Awal (46- Lansia Akhir (56- Manula (>65
16 tahun) (17-25 tahun) (26-35 tahun) (36-45 tahun) 55 tahun) 65 tahun) tahun)
Jumlah 7 100 101 141 189 149 130
Sumber: Hasil olah data sekunder Konseling Gizi TB Dewasa BBKPM Surakarta
umur lansia awal (46-55 tahun) 189 orang dan paling sedikit kelompok umur
77
Berdasarkan Jenis Kelamin
(337 orang).
Gambar 3. 20 Grafik Distribusi Klien Konseling Gizi TB Dewasa menurut Tingkat Pendidikan Bulan Januari -
Juni Tahun 2013
Sumber: Hasil olah data sekunder Konseling Gizi TB Dewasa BBKPM Surakarta
sebanyak 379 orang dan paling sedikit adalah klien konseling yang tidak
Gambar 3.21 Grafik Distribusi Klien Konseling Gizi TB Dewasa menurut Tingkat Pekerjaan
Bulan Januari - Juni Tahun 2013
Sumber: Hasil olah data sekunder Konseling Gizi TB Dewasa BBKPM Surakarta
Berdasarkan jenis pekerjaan, profesi sebagai petani yaitu 157 orang dan
78
Berdasarkan Status Gizi
Gambar 3.22 Grafik Distribusi Klien Konseling Gizi TB Dewasa menurut Status Gizi
Bulan Januari - Juni Tahun 2013
Sumber: Hasil olah data sekunder Konseling Gizi TB Dewasa BBKPM Surakarta
Berdasarkan status gizi, klien didominasi status gizi baik yaitu 373 orang
Gambar 3.23 Grafik Distribusi Konsele Gizi TB Dewasa menurut Gangguan Gastrointestinal
Bulan Januari - Juni Tahun 2013
yaitu 371 orang dan paling sedikit adalah diare yaitu sebanyak 3 orang.
Gambar 3.24 Grafik Prosentase 5 Besar Kota/Kabupaten Terbanyak Kunjungan Konseling Gizi TB
Dewasa Bulan Januari - Juni Tahun 2013
13%
23%
Surakarta
25% Karanganyar
20% Sukoharjo
Sragen
19% Boyolali
Sumber: Hasil olah data sekunder Konseling Gizi TB Dewasa BBKPM Surakarta
memiliki kunjungan terbanyak yakni Kabupaten Sragen 25% (172 orang), Kota
Surakarta 23% (161 orang), Kabupaten Karanganyar 20% (140 orang), Kabupaten
79
b. Konseling Gizi Anak
Berdasarkan Usia
Gambar 3.25 Grafik Distribusi Konsele Gizi TB Anak menurut Usia Bulan Januari -Juni Tahun 2013
Balita (0-5 tahun) Kanak-kanak (6-11 tahun) Remaja awal (12-16 tahun)
Jumlah 38 15 3
Sumber: Hasil olah data sekunder Konseling Gizi TB Dewasa BBKPM Surakarta
Berdasarkan usia, klien didominasi oleh klien konseling yang berasal dari
kelompok umur balita (0-5 tahun) sebanyak 38 anak dan paling sedikit berasal
Gambar 2.27 Grafik Distribusi Klien Konseling Gizi TB Anak menurut Tingkat Pendidikan Ibu
Bulan Januari - Juni Tahun 2013
Sumber: Hasil olah data sekunder Konseling Gizi TB Dewasa BBKPM Surakarta
80
Berdasarkan Jenis Pekerjaan Ibu
Gambar 2.28 Grafik Prosentase Klien Konseling Gizi TB Anak menurut Status Pekerjaan Ibu Bulan
Januari - Juni Tahun 2013
52%
48%
Berdasarkan jenis pekerjaan ibu, didominasi klien dengan ibu tidak bekerja
yaitu sebanyak 52% (27 anak) dan ibu bekerja hanya 48% (25anak).
Gambar 3.29 Grafik Distribusi Konsele Gizi TB Anak menurut Status Gizi
Bulan Januari - Juni Tahun 2013
Sumber: Hasil olah data sekunder Konseling Gizi TB Dewasa BBKPM Surakarta
berstatus gizi kurang yaitu 23 anak dan paling sedikit berstatus gizi buruk yaitu
sebanyak 12 anak.
Gambar 3.30 Grafik Distribusi Konsele Gizi TB Anak menurut Gangguan Gastrointestinal
Bulan Januari - Juni Tahun 2013
Sumber: Hasil olah data sekunder Konseling Gizi TB Dewasa BBKPM Surakarta
gangguan gastrointestinal berupa gangguan nafsu makan yaitu 17 anak dan paling
sedikit adalah konstipasi dan gangguan gigi geligi yaitu masing-masing sebanyak
2 anak.
81
Berdasarkan Kota/Kabupaten Asal (Alamat)
Gambar 3.31 Grafik Prosentase 5 Besar Kota/Kabupaten Terbanyak Kunjungan Konseling Gizi TB Anak
Bulan Januari - Juni Tahun 2013
11%
Surakarta
15% Karanganyar
42%
Sukoharjo
13%
Sragen
19% Boyolali
Sumber: Hasil olah data sekunder Konseling Gizi TB Dewasa BBKPM Surakarta
terbanyak. Terbanyak pertama adalah Kota Surakarta 42% (20 anak), Kabupaten
2.2 Pembahasan
dewasa mayoritas klien berusia 46-55 tahun (Lansia Awal) dimana pada usia
inilah daya tahan tubuh mulai menurun sebagai hasil dari gambaran gizi masa lalu
dan minoritas klien dari usia 12-15 tahun (Remaja Awal) yang memiliki daya
karena daya tahan tubuh mereka yang masih lemah. Hal tersebut sejalan dengan
biasanya sesoeorang berada dalam kondisi kesehatan yang prima baik secara fisik
maupun psikologis. Mereka juga berada dalam kondisi keunangan yang aman.
82
2. 2. 2 Klien Konseling Gizi berdasarkan Jenis Kelamin
Klien konseling dewasa maupun anak didominasi oleh jenis kelamin laki-
laki. Hal tersebut sejalan dengan Madanijah (2007) yang menyatakan bahwa
angka kejadian TB pada pria selalu lebih tinggi pada semua usia, tetapi cenderung
menurun pada wanita. Perlawanan tubuh terhadap basil TB pada anak laki-laki
dan perempuan pada masa pubertas memang hampir tidak ada perbedaan.
dan pada pendamping klien gizi anak didominasi ibu berpendidikan SMA.
Menurut Lina, dkk (2007) tingkat pendidikan kurang merupakan faktor risiko
untuk terjadinya tuberkulosis 4,324 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan
Selain itu pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang memperoleh
Petani dan buruh menjadi klien konseling gizi dewasa yang mendominasi.
Kedua profesi tersebut memang rawan gizi. Hal tersebut diungkapkan Madanijah
sebagai pedagang dan pegawai swasta memiliki penghasilan relatif tinggi. Dengan
demikian, upaya pemenuhan gizi dan kesehatan anak dapat lebih terjamin.
83
Dalam penelitian lain, Lina, dkk (2007) menyebutkan bahwa pekerjaan
makanan bagi keluarga dengan kualitas dan kuantitas yang cukup menjadi
terbatas. Pendapatan yang tinggi akan mendukung perbaikan kesehatan dan gizi
pangan yang berkualitas menjadi rendah, akibatnya status gizi anggota keluarga,
Peningkatan status gizi pasien dapat dilakukan jika didukung dengan asupan
Hasil analisis data pada konseling gizi didapat bahwa klien dewasa dengan
status gizi baik mendominasi dan pada anak didominasi oleh status gizi kurang.
Hal tersebut diungkapkan pula oleh Ratnawati (2002) bahwa pasien TB Paru
status gizi buruk. Bila tidak diimbangi dengan diet yang tepat.
minimal 12 bulan. Hal ini sangat ditentukan oleh daya tahan tubuh anak sebagai
hasil dari kondisi status gizii selama masa terinfeksi kuman TB. Status gizi masa
84
lalu yang sedang, diduga merupakan akibat dari ketidak-optimalan pemeliharaan
gizi dan kesehatan anak di masa lalu. TB lebih banyak terjadi pada anak yang
kurang gizi sehubungan dengan lemahnya daya tahan tubuh anak (Madanijah,
2007).
daya tahan tubuh yang kemudian memeperbesar peluang diri untuk terkena
tubuh.
kelainan biokimia tubuh. Hal ini berdampak terhadap system imunitas dan
penurunan daya tahan tubuh dan infeksi menjadi progresif yang mengakibatkan
85
2.3 Kelebihan dan Kelemahan
2.3.1 Kelebihan
2.3.2 Kelemahan
86
BAB III
3.1 Simpulan
asuhan gizi untuk menolong individu dan keluarga memperoleh pengertian yang
lebih baik tentang dirinya sendiri dan permasalahan yang dihadapi. Konseling gizi
bertujuan untuk membantu klien dalam upaya merubah perilaku yang berkaitan
karakteristik klien seperti; usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,
3.2 Saran
tersebut sebaiknya konselor memastikan semua butir terjawab oleh klien sebelum
87
KONSELING TB
BBKPM SURAKARTA
88
1. Jadwal Kegiatan
- Konseling TB
- Bagaimana konseling TB
- Bagian-bagian konseling TB
- Dokumen-dokumen konseling TB
2.1 Konseling
89
2.2 Konseling TB
konselor kepada pasien TB agar memperoleh pengertian lebih baik tentang dirinya
dan penyakit yang dideritanya, sehingga mampu mengambil atau membuat suatu
Untuk menerapkan suatu konseling yang baik maka konselor harus memiliki
data Rekam Medis pasien, ini penting agar konselor dapat mengetahui
b. Tahap konseling
Pembukaan
90
Diskusi untuk mengumpulkan informasi dan identifikasi masalah
obat, menurunkan interval dosis per hari dan sesuai regimen dosis
kontrol kembali.
91
- Mengembangkan pengertia dan sikap mendukung di pihak keluarga
dapat dapat dipahami dengan baik oleh pasien dengan cara meminta
pembetulan.
c. Menutup diskusi
pasien apakah ada hal-hal yang masih ingin ditanyaka maupun yang tidak
hal yang sangat penting sebelum penutupan sesi diskusi. Penekanan pesan yang
92
d. Follow up diskusi
terkadang pasien mendapat konselor yang berbeda pada sesi konseling berikutnya.
e. Dokumentasi
f. Evaluasi
93
bermanfaat pada pengobatan TB. Beberapa pengamatan yang dapat dilakukan
adalah :
dinding selnya mengandung komplek lipida-glikolipida serta lilin (wax) yang sulit
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif pada waktu batuk atau
dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu
kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup
berdahak terus-menerus selama 3 minggu atau lebih, batuk darah atau pernah
94
batuk darah. Adapun gejala-gejala lain dari TB pada orang dewasa adalah sesak
nafas dan nyeri dada, badan lemah, nafsu makan dan berat badan menurun, rasa
demam meriang lebih dari sebulan. Pada anak-anak gejala TB terbagi 2, yakni
Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas
dan tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi
yang baik.
Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria
atau infeksi saluran nafas akut) dapat disertai dengan keringat malam.
Gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lebih dari 30 hari (setelah
disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri dada.
Gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh
95
TB otak dan saraf
menurun.
b. Mencegah kematian
c. Mencegah kekambuhan
bahwa obat yang diberikan harus diminum setiap hari selama 6 bulan. Sehingga
pasien TB dituntut untuk sabar da telaten agar tidak terjadi Drop Out atau bahkan
96
2.5 Hambatan dan Tantangan
Tuberklosis (OAT).
konselor.
pembicaraan.
97
KLINIK PITC
BBKPM SURAKARTA
98
DAFTAR ISI
Halaman Judul 98
Daftar Isi 99
99
BAB I
PENDAHULUAN
AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu kondisi medis
berupa kumpulan tanda dan gejala yang diakibatkan oleh menurunnya atau
hilangnya kekebalan tubuh karena terinfeksi HIV, sering berwujud infeksi yang
penyembuhannnya.
Pada tahun 2008 di seluruh dunia jumlah orang yang hidup dengan HIV-
AIDS terus meningkat dan diperkirakan telah mencapai angka 33,4 juta jiwa.
Jumlah ini lebih banyak 20% dibandingkan data pada tahun 2000 dan angka
prevalensinya telah meningkat tiga kali lipat sejak tahun 1990. Di Indonesia
dilaporkan sebanyak 6.139 orang yang mengalami infeksi baru HIV dan AIDS
Virus HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang
berpotensial mengandung HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air
susu ibu. Dari sini dapat diketahui cara penularan HIV yaitu melalui kontak
seksual, kontak dengan darah atau secret yang infeksius, ibu ke anak selama masa
100
kehamilan, persalinan dan pemberian ASI. Dalam perjalanannya virus ini tidak
akan langsung menimbulkan sakit, akan tetapi pada fase awal infeksi mungkin
tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi. Pada fase lanjut penderita
HIV akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar
getah bening, diare, berat badan menurun, demam, batuk dan pernapasan pendek.
Baru pada fase akhir, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi,
gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada
Oleh sebab itu, perlu adanya upaya yang bertujuan untuk mendeteksi
infeksi HIV/AIDS secara dini agar dapat mengurangi angka morbiditas dan
mortalitas akibat infeksi virus ini. Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah
Klinik PITC (Provider Initiated HIV Testing and Counseling) adalah suatu tes
HIV dan konseling yang diprakarsai oleh petugas kesehatan kepada pengunjung
sarana layanan kesehatan sebagai bagian dari standar pelayanan medis. Selain
melakukan tes HIV, klinik ini juga memberikan konseling sehingga pasien dapat
1.2 Tujuan
1.2.1 Menganalisis secara sederhana dan menyajikan data Klien Klinik PITC di
Surakarta
101
1.2.3 Memberikan alternative pemecahan masalah yang ada di Klinik PITC
BBKPM Surakarta.
1.3 Manfaat
and people (waktu, tempat dan orang) sebagai wujud evaluasi dan upaya
penemuan permasalahan.
102
BAB II
ANALISIS SITUASI
PITC (Provider Initiated HIV Testing and Counseling) adalah suatu tes
HIV dan konseling yang diprakarsai oleh petugas kesehatan kepada pengunjung
sarana layanan kesehatan sebagai bagian dari standar pelayanan medis. Tujuan
utama dari PITC ini adalah untuk membuat keputusan klinis dan/atau menentukan
Gambar 5.1 Grafik Prosentase Klien PITC berdasarkan Jenis kelamin Bulan Januari-Juli
2013
Laki-laki Perempuan
24%
76%
didominasi oleh klien yang berjenis kelamin laki-laki. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan hasil prosentase klien PITC yaitu 71 dari 94 orang klien
perempuan (24%).
103
2.2.2 Berdasarkan Usia
Penentuan kategori usia yakni sebagai berikut; (1) <4 tahun; (2) 5-14
tahun; (3) 15-19 tahun; (4) 20-24 tahun; (5) 25-49 tahun; dan (6) ≥50 tahun.
Gambar 5.2 Grafik Distribusi Klien PITC berdasarkan Usia Bulan Januari-Juli 2013
<4 tahun 5-14 tahun 15-19 tahun 20-24 tahun 25-49 tahun ≥ 50 tahun
Jumlah 5 3 3 5 59 19
oleh klien dengan rentang usia 25-49 tahun yaitu sebanyak 59 orang, sedangkan
rentang usia 5-14 tahun dan 15-19 tahun merupakan kelompok usia dengan
didominasi oleh klien yang berprofesi sebagai pegawai (negeri, swasta, POLRI)
didominasi oleh klien dengan pendidikan setingkat SMA yaitu sebanyak 39 orang,
104
sedangkan klien yang tidak sekolah merupakan kelompok pendidikan dengan
Gambar 5.4 Grafik Distribusi Klien PITC berdasarkan Tingkat Pendidikan Bulan Januari-Juli 2013
Gambar 5.5 Grafik Distribusi Klien PITC berdasarkan Bulan Konseling Bulan Januari-Juli 2013
banyak berada pada bulan Juni yaitu sebanyak 17 orang, sedangkan kunjungan
klien PITC paling sedikit berada pada bulan Juli yaitu sebanyak 10 orang.
Gambar 5.6 Grafik Distribusi Klien PITC berdasarkan Status Kawin Bulan Januari-Juli 2013
didominasi oleh klien dengan status kawin yaitu sebanyak 57 orang, sedangkan
105
2.2.7 Berdasarkan Pasangan Tetap
bulan Januari-Juli 2013 yang memiliki pasangan tetap sebesar 71% (53 orang),
sedangkan sebesar 29% (22 orang) mengaku tidak memiliki pasangan tetap.
Gambar 5.7 Grafik Prosentase Klien PITC berdasarkan Pasangan TetapbBulan Januari-Juli 2013
29%
71%
Ya Tidak
Gambar 5.8 Grafik Prosentase Klien PITC berdasarkan Status HIV Pasangan Bulan Januari-Juli 2013
4%
HIV (+)
Tidak tahu
96%
Januari-Juli 2013 yang mengetahui status HIV (+) pasangannya hanya sebesar 4%
(2 orang), sedangkan sebesar 96% (52 orang) mengaku tidak mengetahui status
HIV pasangannya.
Gambar 5.9 Grafik Prosentase Klien PITC berdasarkan Jumlah Anak Bulan Januari-Juli 2013
2%
<5
98% Tidak punya
106
Berdasarkan jumlah anak, prosentase klien PITC pada bulan Januari-Juli
2013 yang mempunyai anak <5 sebesar 98% (49 orang), sedangkan sebesar 2% (1
Gambar 5.10 Grafik Prosentase Klien PITC berdasarkan Pajanan Bulan Januari-Juli 2013
21%
79% Ya
Tidak
2013 yang memiliki pajanan sebesar 79% (48 orang), sedangkan sebesar 21% (13
Gambar 5.11 Grafik Prosentase Klien PITC berdasarkan Jenis Pajanan Bulan Januari-Juli 2013
2% 2% 2%
4%
Pajanan okupasional
Tato, goresan
44% Produk darah
40% Hubungan seks vaginal
Oral seks
Anal seks
6% Pasangan klien
Juli 2013 didominasi oleh klien yang memiliki jenis pajanan tato, goresan sebesar
44% (23 orang), sedangkan paling sedikit pada klien yang memiliki jenis pajanan
orang).
107
2.2.12 Berdasarkan Masa Jendela
Juli 2013 yang sudah memasuki masa jendela sebesar 26% (11 orang), sedangkan
Gambar 5.12 Grafik Prosentase Klien PITC berdasarkan Masa Jendela Bulan Januari-Juli 2013
26%
74%
Ya Tidak
Gambar 5.13 Grafik Prosentase Klien PITC berdasarkan Tes Ulang Masa Jendela Bulan Januari-Juli 2013
9%
91% Ya Tidak
Berdasarkan tes ulang masa jendela, prosentase klien PITC pada bulan
Januari-Juli 2013 yang melakukan tes ulang masa jendela hanya sebesar 9% (3
orang), sedangkan sebesar 91% (30 orang) tidak melakukan tes ulang masa
jendela.
Gambar 5.14 Grafik Prosentase Klien PITC berdasarkan Risiko HIV (+) Bulan Januari-Juli 2013
36%
64%
Ya Tidak
Berdasarkan risiko HIV (+), prosentase klien PITC pada bulan Januari-Juli
2013 yang memiliki risiko terkena HIV (+) sebesar 64% (18 orang), sedangkan
klien yang tidak memiliki risiko terkena HIV (+) hanya sebesar 36% (10 orang).
108
2.2.15 Berdasarkan Status Hamil
Berdasarkan status hamil atau tidaknya, prosentase klien PITC pada bulan
Januari-Juli 2013 yang statusnya sedang hamil hanya sebesar 9% (1 orang) yaitu
pada trimester 2, sedangkan sebesar 91% (10 orang) statusnya tidak sedang hamil.
Gambar 5.15 Grafik Prosentase Klien PITC berdasarkan Satus Hamil Bulan Januari-Juli 2013
9%
91%
Ya Tidak
Gambar 5.16 Grafik Prosentase Klien PITC berdasarkan Pemakaian KB Bulan Januari-Juli 2013
11%
89% Ya Tidak
Gambar 5.17 Grafik Prosentase Klien PITC berdasarkan IMS Bulan Januari-Juli 2013
35%
65%
Ya Tidak
yang terjangkit IMS hanya sebesar 35% (6 orang), sedangkan sebesar 65% (11
109
2.2.18 Berdasarkan Laporan Gejala TB
Gambar 5.18 Grafik Prosentase Klien PITC berdasarkan Laporan Gejala TB Bulan Januari-Juli 2013
10%
90% Ya Tidak
Berdasarkan laporan gejala TB, prosentase klien PITC pada bulan Januari-
Juli 2013 yang memiliki laporan gejala TB sebesar 90% (27 orang), sedangkan
Gambar 5.19 Grafik Prosentase Klien PITC berdasarkan Indikasi Bunuh Diri Bulan Januari-Juli 2013
40%
60%
Ya Tidak
Januari-Juli 2013 yang memiliki indikasi bunuh diri sebesar 60% (3 orang),
Gambar 5.20 Grafik Prosentase Klien PITC berdasarkan Kesediaan Melakukan Test Bulan Januari-Juli
2013
11%
Bersedia
89%
Menolak
Berdasarkan bersedia test atau tidak, prosentase klien PITC pada bulan
Januari-Juli 2013 yang bersedia untuk test sebesar 89% (84 orang), sedangkan
klien yang menolak untuk test hanya sebesar 11% (10 orang).
110
2.2.21 Berdasarkan Hasil Test
Gambar 5.21 Grafik Prosentase Klien PITC berdasarkan Hasil Tes Bulan Januari-Juli 2013
25% NR
1% R
74%
RRR
Berdasarkan hasil test, prosentase klien PITC pada bulan Januari-Juli 2013
didominasi pada klien dengan hasil test NR sebesar 74% (62 orang), sedangkan
Gambar 5.22 Grafik Prosentase Klien PITC berdasarkan Hasil Test yang Diragukan Bulan Januari-Juli 2013
1%
99% Ya Tidak
Berdasarkan hasil test yang diragukan, prosentase klien PITC pada bulan
Gambar 5.23 Grafik Prosentase Klien PITC berdasarkan Hasil Bulan Januari-Juli 2013
28%
yang hasil HIV Antibody (-) yaitu sebesar 72% (52 orang), sedangkan klien
dengan hasil HIV Antibody (+) hanya sebesar 28% (20 orang).
111
2.3 Analisis Data Klien PITC Bulan Januari-Juli 2013
Gambar 5.24 Grafik Prosentase klien PITC dengan HIV (+) menurut Jenis Kelamin Januari-Juli 2013
45%
55% Laki-laki
Perempuan
Berdasarkan jenis kelamin, klien klinik PITC dengan status HIV (+) bulan
Januari-Juli 2013 didominasi oleh klien berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar
55% (11 orang). Sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebesar 45% (9
orang).
Gambar 5.25 Grafik Distribusi klien PITC dengan HIV (+) menurut Usia Januari-Juli 2013
Berdasarkan umur, klien klinik PITC dengan status HIV (+) bulan Januari-
Juli 2013 didominasi oleh klien pada kelompok umur 25-49 yaitu sebanyak 13
orang. Sedangkan yang paling sedikit berasal dari kelompok umur < 4 tahun dan ≥
Gambar 5.26 Grafik Distribusi klien PITC dengan HIV (+) menurut Pekerjaan Januari-Juli 2013
Pegawai (Negeri,
Tidak bekerja Sekolah Wiraswasta Petani/Nelayan/Buruh IRT
Swasta, POLRI)
Jumlah 5 1 2 4 4 4
112
Berdasarkan pekerjaan, klien klinik PITC dengan status HIV (+) bulan
Januari-Juli 2013 didominasi oleh klien yang tidak memiliki pekerjaan yaitu
sebanyak 5 orang. Sedangkan yang paling sedikit adalah klien yang masih duduk
Gambar 5.27 Grafik Distribusi klien PITC dengan HIV (+) menurut Pendidikan Januari-Juli 2013
Berdasarkan pendidikan, klien klinik PITC dengan status HIV (+) bulan
Januari-Juli 2013 didominasi oleh klien yang tidak sekolah yaitu sebanyak 8
orang. Sedangkan yang paling sedikit adalah klien yang berpendidikan setingkat
Gambar 5.28 Grafik Distribusi klien PITC dengan HIV (+) menurut Status Kawin Januari-Juli 2013
Berdasarkan status kawin, klien klinik PITC dengan status HIV (+) bulan
Januari-Juli 2013 didominasi oleh klien yang berstatus kawin yaitu sebanyak 11
orang. Sedangkan yang paling sedikit adalah klien yang berstatus cerai/pisah yaitu
sebanyak 2 orang.
Berdasarkan tetap atau tidaknya pasangan, klien klinik PITC dengan status
HIV (+) bulan Januari-Juli 2013 didominasi oleh klien yang memiliki pasangan
113
tetap yaitu sebanyak 1 orang. Sedangkan klien yang tidak memiliki pasangan tetap
sebanyak 6 orang. Apabila diteliti lebih dalam, terdapat 2 orang pasangan klien
Gambar 5.29 Grafik Distribusi klien PITC dengan HIV (+) menurut Status Kawin Januari-Juli 2013
Ya Tidak
Jumlah 12 6
Gambar 5.30 Grafik Distribusi klien PITC dengan HIV (+) menurut Status Kawin Januari-Juli 2013
Berdasarkan jumlah anak, klien klinik PITC dengan status HIV (+) bulan
Januari-Juli 2013 didominasi oleh klien yang memiliki anak <5 yaitu sebanyak 10
orang. Sedangkan klien yang tidak memiliki anak tetap sebanyak 1 orang.
memiliki pajanan, jenis pajanan yang paling banyak didapatkan oleh klien adalah
hubungan sex vaginal yaitu sebesar 77% (10 orang), sedangkan untuk pajanan
berupa tato/goresan, produk darah dan oral sex hanya dialami masing-masing
114
Gambar 5.31 Grafik Prosentase klien PITC dengan HIV (+) menurut Status Kawin Januari-Juli 2013
8% 7%
8%
Tato, goresan
Produk darah
Hubungan sex vaginal
77%
Oral sex
Gambar 5.32 Grafik Prosentase klien PITC dengan HIV (+) menurut Risiko HIV (+) Januari-Juli 2013
17%
83%
Ya Tidak
Berdasarkan risiko HIV (+),klien klinik PITC dengan status HIV (+) bulan
Januari-Juli 2013 didominasi oleh klien yang berisiko HIV (+) yaitu sebesar 83%
Gambar 5.32 Grafik Prosentase klien PITC dengan HIV (+) menurut Risiko HIV (+) Januari-Juli 2013
25%
Ya
75%
Tidak
bulan Januari-Juli 2013 didominasi oleh klien yang tidak menggunakan KB yaitu
status HIV (+) bulan Januari-Juli 2013 didominasi oleh klien yang menderita IMS
115
yaitu sebesar 67% (2 orang). Sedangkan yang tidak menderita IMS sebesar 33%
(1 orang).
Gambar 5.34 Grafik Prosentase klien PITC dengan HIV (+) menurut IMS Januari-Juli 2013
33%
Ya
67%
Tidak
Gambar 5.35 Grafik Distribusi klien PITC dengan HIV (+) menurut Laporan Gejala TB Januari-Juli 2013
Berdasarkan Laporan Gejala TB, DARI 20 klien klinik PITC dengan status
HIV (+) bulan Januari-Juli 2013 sebesar 25% melaporkan adanya gejala TB yaitu
sebanyak 5 orang.
Gambar 5.36 Grafik Prosentase klien PITC dengan HIV (+) menurut Kemungkinan Mencederai Januari-Juli 2013
17% 16%
Indikasi Bunuh Diri
HIV (+) bulan Januari-Juli 2013 didominasi oleh klien yang memiliki
Sedangkan yang memiliki indikasi bunuh diri, riwayat bunuh diri dan
116
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH
Surakarta, yang dilakukan selama 3 hari (12,19 dan 20 Agustus 2013) ditemukan
1. Penempatan meja dan kursi yang digunakan untuk konseling kurang sesuai
2. Pasien yang datang pada siang hari biasanya akan ditunda pemeriksaannya
3. ARV (Anti Retroviral) yang masih menjadi obat utama untuk menghambat
sehingga upaya follow up terhadap klien dengan status HIV (+) tidak
maksimal.
117
BAB IV
PENYELESAIAN MASALAH
diatur sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan efek relax pada klien.
Agar proses konseling lebih santai dan tidak terkesan tegang, maka meja
terkesan lebih santai agar penggalian informasi dari pasien lebih dalam. Pada
konseling kedua atau saat pembacaan hasil test, sebaiknya konselor menukar
posisi tempat duduk pasien. Posisi tempat duduk konselor diusahakan dapat
dirinya.
2. Untuk mengantisipasi klien yang datang pada siang hari, akan lebih baik jika
untuk melakukan tes HIV. Sehingga tidak perlu untuk melakukan penundaan
lebih memaksimalkan upaya follow up terhadap klien dengan status HIV (+).
118
Perubahan Tata Letak Ruang Klinik PITC
BERKAS
ALMARI
MEJA KOMPUTER
KONSELOR
MEJA KONSELING
KLIEN
MEJA MANAJER
KASUS
KASUR PERIKSA
PINTU
KLIEN
KASUR PERIKSA
KONSELOR
TIRAI
TIRAI
MEJA MANAJER
MEJA KOMPUTER
KASUS
PINTU
119
Perubahan Posisi Konselor dan Klien
KONSELOR
KLIEN
TIRAI
KONSELOR
KLIEN
KONSEL
OR
TIRAI
KONSELOR
120
BAB V
5.1 Simpulan
PITC (Provider Initiated HIV Testing and Counseling) adalah suatu tes
HIV dan konseling yang diprakarsai oleh petugas kesehatan kepada pengunjung
sarana layanan kesehatan sebagai bagian dari standar pelayanan medis. Tujuan
utama dari PITC ini adalah untuk membuat keputusan klinis dan/atau menentukan
status HIV seseorang. Adanya klinik PITC di BBKPM Surakarta ini bertujuan
5.2 Saran
Surakarta seharusnya dapat lebih dikembangkan. Hal ini berkaitan dengan terus
dikembangkannya klinik PITC ini klien dengan status HIV (+) dapat ditemukan
121
KLINIK TB
BBKPM SURAKARTA
122
DAFTAR ISI
123
BAB I
PENDAHULUAN
menyebabkan 5000 kematian per hari, atau hampir 2 juta kematian per tahun di
penyebab 6 juta kematian setiap tahun. Seperempat juta (25%) kematian karena
Sepertiga dari populasi total dunia (sekitar 2 milyar orang) terinfeksi TB.
Karena daya tahan tubuh, hanya 10% dari orang yang terinfeksi TB akan menjadi
sakit dengan tanda dan gejala TB aktif di perjalanan hidupnya. Setiap kasus TB
merupakan faktor risiko penyakit TB karena jika tidak diobati dengan tepat, setiap
kasus TB aktif menginfeksi 10 hingga 15 orang setiap tahun. Orang dengan HIV
memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami TB aktif karena kerusakan sistem
Report 2009 WHO, diperkirakan terdapat 528,063 kasus baru TB. Estimasi
insidensi TB 228 kasus baru per 100,000 populasi. Estimasi angka insidensi
124
hapusan dahak baru yang positif adalah 102 kasus per 100,000 populasi pada
2008).
elemen strategi DOTS sebagai berikut (WHO, 2009): (1) Komitmen politis yang
berkualitas; (3) Kemoterapi standar jangka pendek untuk semua kasus TB dengan
Keteraturan penyediaan obat yang dijamin kualitasnya; (5) Sistem pencatatan dan
pelaporan yang memungkinkan penilaian hasil pada semua pasien dan penilaian
dideklarasikan World Health Assembly (WHA) pada tahun 1991, yaitu deteksi
kasus baru BTA positif sebesar 70%, dan penyembuhan sebesar 85% dari kasus
pada tahun 2000 (WHO, 2009a). Meskipun demikian kecepatan kemajuan saat ini
tahun 2015 (Dye et al., 2005). Karena itu diperlukan kontinuitas implementasi
125
strategi DOTS agar program itu dapat mencapai target dan bahkan meningkatkan
(MDG) pada tahun 2015. Strategi baru WHO ditetapkan berdasarkan pencapaian
2009): (1) Perluasan dan peningkatan DOTS berkualitas tinggi; (2) Mengatasi
TB/HIV, MDR-TB dan tantangan lainnya; (3) Penguatan sistem kesehatan; (4)
Pemantauan yang dilakukan secara berkala dan kontinu berguna untuk mendeteksi
masalah secara dini dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan, agar
dapat dilakukan tindakan perbaikan segera. Selain itu evaluasi berguna untuk
menilai sejauh mana tujuan dan target yang telah ditetapkan sebelumnya telah
tercapai pada akhir suatu periode waktu. Evaluasi dilakukan setelah suatu periode
penanggulangan TB.
126
1.2 Tujuan
2012.
(BBKPM) Surakarta.
1.3 Manfaat
rekapitulasi hasil pengobatan dan hasil pemeriksaan dahak pada akhir intensif
127
Sebagai salah satu sumber pustaka dan menambah wawasan mengenai
surakarta.
128
BAB II
ANALISIS SITUASI
setiap obat yang ditelan penderita harus di depan seorang pengawas; selain itu
penderita harus mendapat obat yang baik artinya pengobatan short-course standar
berobat dan segera mengatasi efek samping obat jika timbul, yang pada akhirnya
129
d. Kesinambungan persediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek
Nasioanal ada 2 yaitu: (1) Angka penemuan pasien baru TB BTA positif (Case
Disamping itu ada beberapa indikator proses untuk mencapai indikator Nasional
f. Angka Konversi,
130
2.2 Hasil Analisis dan Pembahasan
Gambar 6.1 Grafik Rekapitulasi Hasil Pengobatan pada TB Paru BTA Positif Surakarta Tahun 2012
Dari rekapitulasi hasil pengobatan pada TB paru BTA positif tahun 2012 di
atas menunjukkan, pasien sembuh paling banyak pada triwulan pertama yaitu
triwulan keempat yaitu sebanyak 3 orang, pasien DO paling banyak pada triwulan
pertama yaitu sebanyak 17 orang, pasien gagal paling banyak pada triwulan
keempat yaitu sebanyak 3 orang, pasien meninggal paling banyak pada triwulan
kedua yaitu sebanyak 3 orang, dan pasien pindah paling banyak pada triwulan
Gambar 6.2 Grafik Prosentase Hasil Pengobatan pada TB Paru BTA Positif Tahun 2012
1% 17%
Sembuh
2% Lengkap
10% DO
1% 69% Gagal
Meninggal
Pindah
paru BTA positif tahun 2012 prosentase tertinggi dijumpai pada pasien yang
dinyatakan sembuh sebesar 69% (201 orang), diikuti dengan pasien pindah 17%
131
(51 orang), pasien DO 10% (29 orang), pasien gagal 2% (5 orang), pasien dengan
Gambar 6.3 Grafik Rekapitulasi Hasil Pengobatan pada TB Kambuh/Gagal Tahun 2012
atas menunjukkan, pasien sembuh paling banyak pada triwulan kedua yaitu
sebanyak 11 orang, pasien DO paling banyak pada triwulan pertama dan kedua
yaitu masing-masing sebanyak 3 orang, pasien gagal paling banyak pada triwulan
keempat yaitu sebanyak 4 orang, pasien meninggal paling banyak pada triwulan
kedua yaitu sebanyak 1 orang, dan pasien pindah paling banyak pada triwulan
Gambar 6.4 Grafik Prosentase Hasil Pengobatan pada TB Kambuh/Gagal Tahun 2012
20%
Sembuh
2%
DO
9% 54% Gagal
15% Meninggal
Pindah
dinyatakan sembuh sebesar 54% (29 orang), diikuti dengan pasien pindah 20%
132
(11 orang), pasien DO 15% (8 orang), pasien gagal 9% (5 orang), dan pasien
Gambar 6.5 Grafik Rekapitulasi Hasil Pengobatan pada TB Paru BTA Negatif Tahun 2012
Dari rekapitulasi hasil pengobatan pada TB paru BTA negatif tahun 2012 di
atas menunjukkan, pasien sembuh paling banyak pada triwulan ketiga yaitu
sebanyak 13 orang, pasien gagal paling banyak pada triwulan kedua yaitu
sebanyak 1 orang, pasien meninggal paling banyak pada triwulan pertama dan
ketiga yaitu masing-masing sebanyak 2 orang, dan pasien pindah paling banyak
Gambar 6.6 Grafik Prosentase Hasil Pengobatan pada TB Paru BTA Negatif Tahun 2012
27% Lengkap
DO
58% Gagal
3%
1% Meninggal
11% Pindah
paru BTA negatif tahun 2012 prosentase tertinggi dijumpai pada pasien dengan
pengobatan lengkap sebesar 58% (113 orang), diikuti dengan pasien pindah 27%
(53 orang), pasien DO 11% (22 orang), pasien meninggal sebesar 3% (6 orang),
133
d. Hasil Pengobatan TB Ekstra Paru
Gambar 6.7 Grafik Rekapitulasi Hasil Pengobatan pada TB Ekstra Paru Tahun 2012
Dari rekapitulasi hasil pengobatan pada TB ekstra paru tahun 2012 di atas
kedua yaitu sebanyak 30 orang, pasien DO paling banyak pada triwulan pertama
banyak pada triwulan ketiga yaitu sebanyak 2 orang, dan pasien pindah paling
Gambar 6.8 Grafik Prosentase Hasil Pengobatan pada TB Ekstra Paru Tahun 2012
3% 14%
16% Lengkap
DO
67%
Meninggal
Pindah
ekstra paru tahun 2012 prosentase tertinggi dijumpai pada pasien dengan
pengobatan lengkap sebesar 67% (78 orang), diikuti dengan pasien DO 16% (19
orang), pasien pindah 14% (16 orang), dan pasien meninggal sebesar 3% (3
orang).
134
e. Hasil Pengobatan TB Anak
Gambar 6.9 Grafik Rekapitulasi Hasil Pengobatan pada TB Anak Surakarta Tahun 2012
Lengkap Pindah
TW 1 19 5
TW 2 35 3
TW 3 35 3
TW 4 30 1
kedua dan ketiga yaitu masing-masing sebanyak 35 orang, dan pasien pindah
Gambar 6.10 Grafik Prosentase Hasil Pengobatan pada TB Anak Tahun 2012
9%
91% Lengkap
Pindah
anak tahun 2012 prosentase didominasi oleh pasien dengan pengobatan lengkap
sebesar 91% (119 orang) dan pasien pindah hanya sebesar 9% (12 orang).
Gambar 6.11 Grafik Rekapitulasi Hasil Pengobatan pada TB Ekstra Paru Anak Tahun 2012
TW 1 TW 2 TW 3 TW 4
Lengkap 1 0 2 2
Pindah 1 0 0 0
135
Dari rekapitulasi hasil pengobatan pada TB ekstra paru tahun 2012 di atas
ketiga dan keempat yaitu masing-masing sebanyak 2 orang, dan pasien pindah
Gambar 6.12 Grafik Prosentase Hasil Pengobatan pada TB Ekstra Paru Anak Tahun 2012
17%
Lengkap
83% Pindah
ekstra paru anak tahun 2012 prosentase didominasi pada pasien dengan
pengobatan lengkap sebesar 83% (5 orang) dan pasien pindah hanya sebesar 17%
(1 orang).
Gambar 6.13 Grafik Rekapitulasi Hasil Pemeriksaan Dahak pada Akhir Intensif Pasien Baru BTA Positif Tahun 2012
Dari rekapitulasi hasil pemeriksaan dahak pada akhir intensif pasien baru
BTA positif tahun 2012 di atas menunjukkan, pasien yang konversi paling banyak
pada triwulan pertama yaitu sebanyak 65 orang, pasien yang tidak konversi paling
136
banyak pada triwulan pertama yaitu sebanyak 19 orang, pasien DO paling banyak
pada triwulan kedua yaitu sebanyak 3 orang, pasien pindah paling banyak pada
triwulan ketiga yaitu sebanyak 12 orang, dan pasien meninggal paling banyak
Gambar 6.14 Grafik Prosentase Hasil Pemeriksaan Dahak pada Akhir Intensif Pasien Baru BTA Tahun 2012
8%
2% 1%
pada akhir intensif pasien baru BTA positif tahun 2012 prosentase tertinggi
dijumpai pada pasien yang konversi sebesar 73% (214 orang), diikuti dengan
pasien yang tidak konversi sebesar 16% (46 orang), pasien pindah 8% (25 orang),
Gambar 6.15 Grafik Rekapitulasi Hasil Pemeriksaan Dahak pada Akhir Intensif Pasien Pengobatan Ulang
Tahun 2012
pengobatan ulang tahun 2012 di atas menunjukkan, pasien yang konversi paling
banyak pada triwulan kedua, ketiga, dan keempat yaitu masing-masing sebanyak
5 orang, pasien yang tidak konversi paling banyak pada triwulan pertama yaitu
137
sebanyak 2 orang, pasien DO paling banyak pada triwulan kedua dan ketiga yaitu
sebanyak 1 orang, dan pasien pindah paling banyak pada triwulan kedua yaitu
sebanyak 3 orang.
Gambar 6.16 Grafik Prosentase Hasil Pemeriksaan Dahak pada Akhir Intensif Pasien Pengobatan Ulang
Tahun 2012
14%
7%
Jumlah yang Konversi
Jumlah yang Tidak Konversi
11%
DO
68% Pindah
pada akhir intensif pasien baru BTA positif tahun 2012 prosentase tertinggi
dijumpai pada pasien yang konversi sebesar 68% (19 orang), diikuti dengan
pasien pindah 14% (4 orang), pasien yang tidak konversi 11% (3 orang), dan
2.2.3 Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif diantara Semua Pasien TB Paru
Tercatat/ Diobati
paru yang diobati. Angka ini sebaiknya jangan kurang dari 65%. Bila angka ini
jauh lebih rendah, itu berarti mutu diagnosis rendah dan kurang memberikan
prioritas untuk menemukan pasien yang menular (pasien BTA positif) (Pedoman
138
Gambar 6.17 Grafik Proporsi Pasien TB Paru BTA Positif Tahun 2012
Proporsi, 53
TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 Tahun 2012
Dari data proporsi pasien TB paru BTA positif tahun 2012 di atas
sesuai yang diharapkan (≥65%). Hal ini menunjukkan bahwa mutu diagnosis
rendah dan kurang memberikan prioritas untuk menemukan pasien yang menular
(pasien BTA positif). Proporsi pasien di tiap triwulan juga masih belum sesuai
yang diharapkan (≥65%), pada triwulan pertama sebesar 16%, triwulan kedua
tercatat. Angka ini sebagai salah satu indikator untuk menggambarkan ketepatan
dalam mendiagnosis TB pada anak. Angka ini berkisar 15%, bila terlalu besar
Tuberkulosis, 2011).
10
0
TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 Tahun 2012
proporsi pasien di BBKPM Surakarta sebesar 17%, yaitu tidak sesuai yang
139
diharapkan (≤15%), pada triwulan pertama sebesar 3%, triwulan kedua 5%,
Angka konversi adalah prosentase pasien baru TB paru BTA positif yang
intensif. Indikator ini berguna untuk mengetahui secara cepat hasil pengobatan
dengan benar. Angka konversi minimal yang harus dicapai adalah 80% (Pedoman
Gambar 6.19 Grafik Data Konversi pada Pasien Baru BTA Positif Tahun 2012
Hasil Konversi, 73
TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 Tahun 2012
Dari data konversi pada pasien baru BTA positif tahun 2012 di atas
bahwa belum ada yang mencapai angka konversi yang diharapkan, hasil konversi
pada triwulan pertama hanya sebesar 71%, triwulan kedua 70%, triwulan ketiga
TB paru BTA positif yang sembuh setelah selesai masa pengobatan, diantara
pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat. Angka kesembuhan berguna untuk
140
mengetahui efektivitas OAT standar DOTS ketika diberikan kepada pasien TB di
Gambar 6.20 Grafik Data Kesembuhan pada Pasien TB Paru BTA Positif Tahun 2012
Hasil Kesembuhan, 69
TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 Tahun 2012
Dari data kesembuhan pada pasien TB paru BTA positif tahun 2012 di atas
bahwa belum ada yang mencapai angka kesembuhan yang diharapkan, hasil
kesembuhan pada triwulan pertama hanya sebesar 65%, triwulan kedua 66%,
Faktor penyebab rendahnya angka kesembuhan bisa dibagi dua pihak, yaitu
kesembuhan:
141
e. Efek samping obat (reaksi pada tubuh setelah minum obat).
petugas dengan alasan tempat tinggal yang jauh dari BBKPM Surakarta.
obat.
lainnya tetap perlu diperhatikan, yaitu berapa pasien dengan hasil pengobatan
a. Angka default tidak boleh lebih dari 10%, karena akan menghasilkan proporsi
kasus retreatment yang tinggi dimasa yang akan datang yang disebabkan
beberapa tahun.
142
Sedangkan angka gagal untuk pasien baru BTA positif tidak boleh lebih dari
4% untuk daerah yang belum ada masalah resistensi obat, dan tidak boleh lebih
besar dari 10% untukdaerah yang sudah ada masalah resistensi obat.
pasien baru TB paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan (baik yang
sembuh maupun pengobatan lengkap) diantara pasien baru TB paru BTA positif
yang tercatat. Dengan demikian angka ini merupakan penjumlahan dari angka
Tuberkulosis, 2011).
Gambar 6.21 Grafik Data Keberhasilan Pengoabatan pada Pasien TB Paru BTA Positif Tahun 2012
Hasil Keberhasilan
Pengobatan, 70
TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 Tahun 2012
Dari data keberhasilan pengoabatan pada pasien TB paru BTA positif tahun
yaitu tidak mencapai target minimal 85%. Angka keberhasilan pengobatan di tiap
triwulan menunjukkan bahwa belum ada yang mencapai angka kesembuhan yang
65%, triwulan kedua 66%, triwulan ketiga 72%,dan triwulan keempat 78%.
pengobatan:
143
a. Dukungan anggota keluarga (istri, anak) dalam mengantar pasien ke BBKPM
pengobatan).
144
BAB III
3.1 Simpulan
kasus baru TB BTA positif (Case Detection Rate), dan kesalahan (Error Rate)
laboratorium tidak bisa dihitung karena tidak adanya data tentang jumlah
penduduk.
Surakarta tahun 2012 masih di bawah target 80% yaitu 73%, meskipun pada
triwulan keempat angka konversi hampir mendekati target yaitu 79%. Angka
tahun 2012 juga masih di bawah target 85% yaitu 69%. Begitupun dengan angka
Surakarta tahun 2012 masih di bawah target 85% yaitu 70%. Salah satu penyebab
145
3.2 Saran
dan UPK (RS, dokter umum, spesialis) sebagai penyedia pelayanan kesehatan,
ikatan profesi misalnya Ikatan Dokter Indonesia (IDI), serta puskesmas sebagai
unit pelayanan primer. Perlu dibuat nota kesepakatan antara DKK dan para UPK.
persyaratan izin praktik dan akreditasi RS. Terbentuknya jejaring eksternal, nota
kesepahaman, lisensi dan akreditasi yang mengikat RS dan para dokter penting
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menekan jumlah pasien yang
DO (drop out), mangkir (default), dan gagal adalah dengan “wisuda TB”. Wisuda
pengobatan. Wisuda ini merupakan salah satu wujud penghargaan atau “reward”
146
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH
proses magang:
Klinik Berhenti Merokok Butir form rekam konseling yang kurang bisa menggali informasi lebih A
Konseling Asma Satu klien konseling yang berganti-ganti konselor pada kunjungan lanjutan. D
Konseling Gizi TB Banyak butir rekam konseling yang kosong/ tidak diisi G
Klinik PITC Penempatan meja dan kursi terlalu formal untuk proses konseling, H
12, 15-16 Agustus 2013 Penundaan pasien yang datang pada siang hari. I
sehingga upaya follow up terhadap klien dengan status HIV (+) tidak
maksimal.
147
3.2 Prioritas Masalah
Kriteria Penjelasan
A Yaitu prosentase atau jumlah atau kelompok penduduk yang terkena masalah serta
Efektifitas atau kemudahan masalah yang akan diperoleh dengan sumber daya (biaya, sarana dan cara) untuk
dan 1 = ya
a. P (Propriatness),
b. E (Economic feasibility),
tersebut akan bermakna dan member arti secara ekonomis? Apakah ada
konsekuensi ekonomi
c. A (Acceptability),
d. R (Resource availability),
e. L (Legality),
seperti peraturan pemerintah/ juklak/ juknis/ protap. Apakah hokum yang ada
148
Berikut ini merupakan hasil skoring terhadap permasalahan yang teridentifikasi
1 A 4 3 3 21 1 1 1 1 1 21 II
2 B 2 3 2 10 1 1 1 1 1 10 III
3 C 2 4 4 24 1 1 1 1 1 24 I
4 D 1 2 3 9 1 1 1 1 1 9 IV
5 E 2 3 2 10 1 1 1 1 1 10 III
6 F 3 4 3 21 1 1 1 1 1 21 II
7 G 3 2 2 10 1 0 1 1 1 0
8 H 1 2 3 9 1 0 1 1 1 0
9 I 4 4 4 32 1 1 1 0 0 0
10 J 3 2 4 20 1 1 1 0 1 0
149
BAB IV
PENYELESAIAN MASALAH
C Kurangnya upaya penjaringan a. Melalui rekaman suara (spot radio) promosi Klinik Berhenti
A Butir form rekam konseling a. Penambahan point pada daftar Form Rekam Konseling (RK).
yang kurang bisa menggali Penambahan ini dilakukan guna menggali lebih dalam informasi
mengenai kebiasaan merokok - Asal poli, dokter yang merujuk/ pengirim dan penyakit yang
rujukan dokter).
- Status perkawinan
ACT.
terhadap klien. puskesmas yang berada di wilayah tempat tinggal konsele untuk
E Lemahnya upaya follow up. Diberikan Kartu Kontrol Asma kepada klien.
150
4.2 Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah
2. Butir form rekam konseling yang kurang Penambahan point pada daftar Form Rekam Konseling. 9 8 8 7 32 III
3. Tidak semua klien mengisi ACT. Pendistribusian ACT yang merata 8 7 8 9 32 III
4. Kurangnya upaya follow up terhadap klien. puskesmas yang berada di wilayah tempat tinggal konsele 8 6 5 5 24 V
5. Lemahnya upaya follow up. Diberikan Kartu Kendali Asma kepada klien. 8 9 9 8 34 I
Keterangan:
10 5 1
151
4.3 Intervensi
Berikut merupakan rencana intervensi berdasarkan hasil prioritas
alternating pemecahan masalah , yang meliputi langkah-langkah yaitu: (1)
Perencanaan, (2) Pelaksanaan, dan (3) Evaluasi.
152
BAB V
5.1 Simpulan
sebagai berikut:
berkaitan dengan kebiasaan merokok adalah salah satu faktor risiko yang
153
c. Konseling gizi adalah suatu bentuk pendekatan yang digunakan dalam
pengertian yang lebih baik tentang dirinya sendiri dan permasalahan yang
e. PITC (Provider Initiated HIV Testing and Counseling) adalah suatu tes
pelayanan medis. Tujuan utama dari PITC ini adalah untuk membuat
dan segera mengatasi efek samping obat jika timbul, yang pada akhirnya
dunia.
154
5.2 Saran
1. Upaya follow up yang masih lemah seharusnya segera dicari solusi terbaik
perkembangan klien.
155
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, T.Y. 2002. Rokok dan Tuberkulosis Paru. Tersedia dai URL :
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0304/16/ilpeng/259139.htm.
Atmoko, Widi. 2009. Hubungan Usia, jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan dan
Universitas Indonesia.
Cornelia, dkk. 2010. Penuntun Konseling Gizi. Abadi Publishing dan Printing:
Jakarta
http://www.anthyrahasiahati.blogspot.com/2010/08/pengaruh-asupan-gizi-
156
Lina, dkk. 2007. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Padjajaran.
Madanijah, Siti dkk. 2007. Hubungan antara Status Gizimasa Lalu Anak dan
Taman Kanak-Kanak. Siti Madanijah, dkk. Jurnal Gizi dan Pangan, Maret
Gizi pada Pasien Tuberkulosis Paru Rawat Jalan (Studi di RSU dr. Soeselo
Diponegoro.
Operasi pada Anak di Instalasi Rawat Inap A BLU RSU Prof. dr. I. D
Jakarta : Erlangga.
157
World Health Organization. 2002. Operational Guide for National Tuberculosis
Zein, Umar, dkk., 2006. 100 Pertanyaan Seputar HIV/AIDS Yang Perlu Anda
158
Lampiran
159
Lampiran 2. Pengantar Magang dari Jurusan IKM FIK UNNES
160
Lampiran 3. Jadwal Kegiatan Magang di BBKPM Surakarta
161
Lampiran 4. Presensi Kehadiran Mahasiswa Magang di BBKPM Surakarta
162
Lampiran 6. Undangan Presentasi Hasil Magang di BBKPM Surakarta
163
Lampiran 1.1 Rekam Konseling KBM yang saat ini digunakan
164
Lampiran 1.2 Rekam Konseling KBM yang diusulkan oleh mahasiswa Magang
165
Lampiran 5.1 Rencana Tata Ruang Klinik PITC
BERKAS
ALMARI
MEJA KOMPUTER
KONSELOR
MEJA KONSELING
KLIEN
MEJA MANAJER
KASUS
KASUR PERIKSA
PINTU
KLIEN
KASUR PERIKSA
KONSELOR
TIRAI
TIRAI
MEJA MANAJER
MEJA KOMPUTER
KASUS
PINTU
166
Perubahan Posisi Konselor dan Klien
KONSELOR
KLIEN
TIRAI
KONSELOR
KLIEN
KONSEL
OR
TIRAI
KONSELOR
167
Lampiran 6.1 Klinik TB-DOTS
Lampiran 3.1 Konselor mengukur
berlangsung
periksa
TB-Anak
pelayanan dilaksanankan
168