Anda di halaman 1dari 18

JOURNAL READING

“Outcome of Misoprostol and Oxytocin in Induction of Labour”

Pembimbing :

Dr. Eko Heny Sutanto, Sp. OG.,(K).,M.Kes

Disusun Oleh :

Cendy Andestria

2015730020 / 2018790028

STASE OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SAYANG CIANJUR
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSIAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2019
DAFTAR ISI
TELAAH JURNAL ........................................................................................................................ 1

1. Judul Artikel Jurnal .............................................................................................................. 1

2. Penulis .................................................................................................................................. 1

3. Penerbit ................................................................................................................................ 1

4. Tahun Penerbit ..................................................................................................................... 1

5. Isi Jurnal ............................................................................................................................... 1

ABSTRAK ...................................................................................................................................... 2

1. PENDAHULUAN ................................................................................................................... 3

2. METODE................................................................................................................................. 4

3. HASIL ..................................................................................................................................... 5

4. DISKUSI ............................................................................................................................... 11

5. KESIMPULAN ..................................................................................................................... 13

REFERENSI ................................................................................................................................. 14

i
TELAAH JURNAL

1. Judul Artikel Jurnal


Outcome of Misoprostol and Oxytocin in Induction of Labour
2. Penulis
Trishna Acharya, Ramesh Devkota, Bimbishar Bhattarai, Radha Acharya
3. Penerbit
Department of Pharmacy, National Model College for Advanced Learning (NMCAL),
Tribhuvan University, Kathmandu, Nepal
4. Tahun Penerbit
2017
5. Isi Jurnal

1
ABSTRAK

Latar Belakang
Induksi persalinan adalah proses memulai persalinan dengan cara buatan sejak usia kehamilan 24
minggu. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil dari induksi persalinan
pada ibu dan janin dengan menggunakan misoprostol dan oksitosin pada usia kehamilan lebih
dari 37 minggu.
Metode
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional berbasis rumah sakit (hospital-based
observational) yang dilakukan di Rumah Sakit Wanita dan Ibu Bersalin dan Paropakar, Nepal.
Misoprostol 25 ug dimasukkan dalam forniks posterior vagina atau infus oksitosin dimulai dari
2,5 unit pada pasien yang diputuskan untuk diinduksi. Hasil pada ibu dan neonates lalu diamati.
Data yang terkumpul dianalisis menggunakan SPSS dan MS Excel.
Hasil
Tingkat induksi umum ditemukan sebanyak 7,2%. Dalam penelitian ini, kehamilan post-term
merupakan alasan yang paling umum menggunakan induksi persalinan. Analisis onset persalinan
menyebabkan temuan bahwa onset persalinan rata-rata jauh lebih cepat dengan menggunakan
oksitosin (6,6 jam) daripada dengan misoprostol (13,6 jam). Namun, ada kesamaan dalam
interval induksi hingga melahirkan pada kedua kelompok. Secara keseluruhan, tingkat persalinan
normal dan operasi caesar masing-masing ditemukan 64,9% dan 33,2%. Begitu pula persalinan
normal dalam 12 jam terlihat pada 18,4% pasien yang diberi misoprostol dan 43,5% pada
kelompok oksitosin. Gawat janin ditemukan sebagai alasan paling umum untuk dilakukannya
operasi caesar. Kejadian komplikasi ibu secara keseluruhan ditemukan serupa pada kelompok
misoprostol dan oksitosin, mual / muntah menjadi komplikasi yang paling umum (36,7%) diikuti
oleh demam (24,1%). Selain itu, komplikasi neonatal yang paling umum ditemukan pada
keseluruhan kasus adalah cairan mekonium (49,2%).
Kesimpulan
Ditemukan bahwa misoprostol paling sering digunakan untuk induksi persalinan dibandingkan
dengan oksitosin. Onset persalinan ternyata lebih cepat ditemukan pada pasien yang diberikan
oksitosin dibandingkan pemberian misoprostol. Namun, kejadian efek samping ditemukan
serupa pada kedua kelompok.

2
1. PENDAHULUAN
Induction of labour (IOL)/Induksi persalinan adalah proses untuk memulai persalinan
dengan cara buatan sejak usia kehamilan 24 minggu. Mungkin ada risiko efek samping (operasi
caesar, persalinan lama, perdarahan post-partum (PPH), kelahiran traumatis, dll) pada ibu dan
bayi bila kehamilan terus dilanjutkan hingga usia kandungan cukup bulan. IOL dipraktekkan
secara luas untuk mencegah masalah seperti itu dan membantu meningkatkan kesehatan. IOL
terjadi lebih dari 20% kehamilan dan paling umum berlaku untuk kasus-kasus di mana ada
kelainan proses fisiologis seperti hipertensi atau diabetes atau masalah janin seperti
pertumbuhan janin terhambat atau makrosomia.

Berbagai metode farmakologis dan non-farmakologis digunakan untuk IOL. Metode


farmakologis termasuk analog oksitosin, prostaglandin (PG) dan stimulan otot polos seperti
herbal atau minyak jarak, sedangkan metode non-farmakologis termasuk metode mekanis seperti
peregangan serviks dan penyapuan membran, dilator serviks higroskopis, balon kateter,
pecahnya selaput buatan dan stimulasi puting.

Agar induksi berhasil, serviks perlu mengalami perubahan yang akan menyebabkan
kontraksi uterus dimana berefek dalam dilatasi progresif dan penipisan serviks. Menilai
kematangan serviks dilakukan dengan cara sistem penilaian yang dibuat oleh Bishop tahun 1964.
Induksi dengan oksitosin dilakukan jika keadaan serviks yang baik yaitu, nilai Bishop 6 atau
lebih, sedangkan dalam kasus serviks tidak baik, maka biasanya digunakan PG untuk induksi
persalinan, dimana pengunaannya ditempatkan di vagina atau serviks untuk insiasi kontraksi
uterus.

PG telah digunakan untuk induksi persalinan sejak 1960-an. Agen yang paling efektif
yang ditemukan adalah prostaglandin intravaginal atau intracervical E (PGE). PG meningkatkan
tingkat persalinan normal dan menurunkan tingkat operasi caesar. Dibandingkan dengan yang
lain PG, yaitu misoprostol ditemukan harganya lebih murah, tersedia luas, stabil pada suhu
kamar dan memiliki sedikit efek samping. Oksitosin banyak digunakan untuk induksi persalinan,
secara tunggal atau kombinasi dengan agen lainnya. Risiko terkait dengan penggunaan infus
oksitosin termasuk asfiksia dan hipoksia pada janin, ruptur uterus, retensi cairan, PPH dan
emboli cairan ketuban.

3
Dalam penelitian ini, kami telah menggunakan onset persalinan dan interval induksi
hingga melahirkan untuk melihat efektivitas obat. Hasil dari penelitian ini dalam hal efektivitas
dan efek samping obat dapat menghasilkan data yang bermanfaat untuk perawatan kesehatan
yang terlibat dalam kehamilan dan persalinan. Jadi, tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk
menggambarkan hasil keluaran pada ibu dan janin pada wanita yang menjalani induksi
persalinan dengan menggunakan misoprostol dan / atau oksitosin di Rumah Sakit di Nepal.

2. METODE
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasional berbasis
rumah sakit (hospital-based observational) yang dilakukan di Rumah Sakit Wanita dan Ibu
Bersalin Paropakar, Thapathali, Kathmandu, Nepal, selama periode dari bulan Juli 2014 hingga
September 2014. Populasi dalam penelitian ini yaitu pasien-pasien yang akan melahirkan dengan
induksi persalinan.

Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Kriteria inklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah kehamilan tunggal hidup, presentasi
kepala dan kehamilan usia 37 minggu atau lebih.

Kriteria eksklusi. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah grand multiparitas (> 5 paritas),
riwayat operasi caesar segmen bawah sebelumnya (LsCs), perdarahan antepartum dan ketuban
pecah dini(KPD)/premature rupture of membranes (PROM).

Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah sebagai berikut : onset persalinan, interval induksi hingga melahirkan,
usia kehamilan, paritas, metode induksi, cara persalinan, hasil ibu dan bayi baru lahir.

Alat Pengumpulan Data


Kuesioner terstruktur dan file catatan pasien digunakan sebagai alat untuk pengumpulan
informasi. Penilaian Bishop dan Sistem penilaian apgar digunakan untuk memeriksa status
serviks dan hasil neonatal.

Teknik / Metode Pengumpulan Data


Sebelum pemberian obat-obatan, wanita hamil diminta untuk mengosongkan kandung kemih.
Penilaian Bishop dilakukan. Dalam kasus induksi persalinan dengan menggunakan misoprostol

4
25 ug, penggunaanya dengan cara dimasukkan ke dalam forniks posterior vagina. Dosis 25 ug
diulang setiap 6 jam menurut kebutuhan pasien dengan maksimum hingga dua dosis.

Dalam hal pemberian Syntocinon (oxytocin), pemberiannya dengan cara IV, infus
dimulai dari dosis 2,5 unit pada 500 mL dekstrosa atau saline normal dengan 10 tetes per menit.
Kecepatan meningkat 10 tetes per menit dalam setiap 30 menit. Hal ini dilakukan sampai pola
kontraksi yang baik (tiga kontraksi dalam 10 menit, berlangsung> 40 detik) hingga maksimum
60 tetes per menit. Jika pola kontraksi yang baik tidak terjadi, maka konsentrasi Syntocinon
ditingkatkan hingga 5 unit, dan laju infus disesuaikan ke 30 tetes per menit. Kecepatan
meningkat sebesar 10 tetes hingga 60 tetes per menit. Kontraksi uterus (untuk 10 menit) dan
denyut jantung janin (selama 1 menit) dipantau setiap jam oleh perawat staf. Suara Jantung Janin
/Foetal Heart Sound (FHS) dipantau setiap 30 menit pada kasus yang diberikan infus
Syntocinon.

Semua wanita yang memenuhi syarat diamati untuk terjadinya setiap efek samping
(muntah, diare, pireksia, takikardia, takisistol, hiperstimulasi, dan ruptur uterus). Setelah
persalinan, kondisi neonatal diamati. Akhirnya, secara keseluruhan hasil maternal dan neonatal
dicatat. Telah dikumpulkan data dikompilasi, dikelola, dianalisis, dan disajikan menggunakan
SPSS perangkat lunak dalam versi 21.0 dan MS Excel. Studi observasional non-acak/non-
randomized observational di mana metode induksi persalinan untuk setiap wanita ini ditentukan
berdasarkan klinis, tidak ada perbandingan formal yang dibuat antara perlakuan kelompok.

Pertimbangan Etis
Persetujuan etis diberikan oleh Institutional Review Committee Rumah Sakit untuk
melakukan penelitian. Kerahasiaan dipertahankan, dan responden tidak dipaksa untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan.

3. HASIL
Selama periode penelitian, ada total 3211 kasus pasien melahirkan. Dari total kasus yang
diterima, 231 menjalani induksi persalinan. Dari jumlah tersebut, 205 memenuhi kriteria.
Tingkat induksi umum ditemukan sebanyak 7,2%. Tidak ada kematian ibu / bayi yang terlihat
pada kelompok yang dilakukan induksi persalinan.

5
Mayoritas sampel berusia 20-24 tahun (91, 44,4%) diikuti oleh 25-29 tahun (77, 37,6%),
di bawah 20 tahun (24, 11,7%) dan 30 – 35 tahun(13, 6,3%). Prevalensi tertinggi yaitu nulipara
(127, 61.9%), sedangkan 78 (38.1%) di antaranya multipara. Dilihat dari gravida (ibu hamil),
populasi sampel tertinggi yang diindukasi adalah primigravida sebanyak 127 orang (61,9%)
diikuti oleh 60 orang hamil kedua (29,3%), hamil ketiga sebanyak 15 orang (7,3%) dan hamil
keempat sebanyak 3 orang (1,5%). Usia kehamilan pasien bervariasi dari 37 minggu hingga 43
minggu, dari proporsi yang tertinggi yaitu usia kehamilan 41 minggu (94, 45,9%) (Tabel 1).

Ditemukan bahwa kehamilan lewat waktu adalah indikasi utama untuk induksi persalinan
yaitu sebanyak 144 kasus (70,2%). Lalu sebanyak 15 kasus (7,3%) disertai hipertensi dalam
kehamilan. Indikasi untuk induksi ditunjukkan pada Tabel 2.

Dari 205 kasus, 138 kasus (67,3%) wanita diinduksi dengan misoprostol, 50 kasus
(24,4%) diinduksi dengan oksitosin. Secara keseluruhan, 17 kasus (8,3%) diinduksi dengan
oksitosin karena mengalami kegagalan induksi dengan misoprostol yang ditempatkan di grup
'lain' (Gambar 1). Metode persalinan setelah induksi digambarkan pada Tabel 3. Setelah induksi,
dari 205 kasus, ditemukan tingkat persalinan normal sebanyak 133 kasus (64,9%), operasi caesar
68 kasus (33,2%) dan persalinan dengan vakums sebanyak 4 kasus (1,9%). Mayoritas wanita
dengan misoprostol (98 wanita, 71,1%) dan oksitosin (33 wanita, 66%) menjalani persalinan
normal, sedangkan maksimum operasi Caesar (15, 88,2%) pada kelompok lain.

6
Dari total 68 kasus operasi caesar, gawat janin ditemukan menjadi alasan paling umum
untuk dilakukan operasi caesar yaitu sebanyak 42 kasus (61,8%, dari total kasus operasi caesar)
diikuti oleh kegagalan induksi sebanyak 16 kasus (23,5%; Tabel 4).

Ditemukan bahwa dosis kedua misoprostol diperlukan dalam 58 kasus (42,1%) (Tabel 5).
Diantaranya, penggunaan dosis misoprostol tambahan jauh lebih tinggi pada wanita nulipa (n =
82, 59%) dibandingkan pada multipara (n = 56, 40,6%).

Hasil pada Ibu dan Janin


Hasil pada ibu dan janin pada wanita yang dilakukan induksi terlihat pada188 kasus yang
diinduksi dengan hanya misoprostol dan hanya oksitosin. Namun, komplikasi ibu dan janin
terlihat di semua tiga kelompok untuk menemukan komplikasi induksi persalinan secara
keseluruhan.

Onset persalinan dan interval induksi hingga melahirkan. Onset persalinan dan interval induksi
hingga melahirkan terlihat di antara 188 kasus yang diberikan misoprostol tunggal dan oksitosin
tunggal. Selain itu, berdasarakan data sampel yang tidak termasuk yaitu sampel dengan
kegegalan induksi dimana ukuran sampel efektif 182 (12 dalam kelompok misoprostol dan 46
dalam kelompok oksitosin).

7
8
Rata – rata onset kerja oksitosin adalah 6,6 jam (1,2 jam), sedangkan 13,6 jam (0,9 jam)
pada misoprostol (Tabel 6). Demikian pula, rata-rata interval induksi hingga melahirkan
ditemukan selama 17,9 jam (1,3 jam) pada kelompok yang diberikan misoprostol, sedangkan
16,9 jam (2,3 jam) pada kelompok yang diberikan oksitosin (Tabel 7). Begitu pula pada interval
waktu melahirkan, terlihat bahwa lebih banyak jumlah pasien yang dilahirkan dalam <12 jam
dalam kelompok oksitosin daripada dalam kelompok misoprostol. Terdapat 60 wanita dalam
kelompok misoprostol dan 14 wanita dalam kelmpok oksitosin yang melahirkan dalam waktu
12-24 jam, sedangkan 51 wanita lainnya dengan misoprostol dan 12 wanita diberikan oksitosin

melahirkan dalam waktu 48 jam setelah induksi (Tabel 8).

Komplikasi maternal. Komplikasi maternal terlihat pada total 205 sampel. Di antaranya,
morbiditas ibu terlihat pada 79 (38,5%) pasien. Mual / muntah adalah efek samping paling umum
yaitu sebanyak 29 pasien (36,7%) yang diikuti demam pada 19 pasien (24,1%). Kejadian
keseluruhan komplikasi ibu adalah 38 pasien (27,5%) pada kelompok misoprostol, 23 pasien
(46%) pada kelompok oksitosin dan 8 pasien (47,1%) pada grup lain. Insiden diare hanya pada
kelompok yang diberi misoprostol. Kejadian dan distribusi komplikasi ibu disajikan di Tabel 9.

Hasil/Komplikasi pada neonatal. Untuk hasil pada neonatal, Apgar skor digunakan. Rata-rata
skor Apgar neonatus pada 2 menit adalah 5.7 (0,9) pada kelompok misoprostol dan 5.3 (0,2)
untuk kelompok oksitosin dan pada menit ke 5, 7.5 (0,1) pada kelompok misoprostol dan 7.3
(0,1)pada kelompok oksitosis (Tabel 10).

9
Terjadinya dan distribusi komplikasi neonatal / janin disajikan pada Tabel 11. Demikian
pula, dari total populasi efektif 205, 130 neonatal (63,4%) mengalami komplikasi. Meconium
stained liquor (MSL) adalah komplikasi pada janin yang paling sering dijumpai yaitu terdapat 64
pasien (49,2%) diikuti oleh pengisapan untuk resusitasi pada 28 pasien (21,6%), masuk unit bayi
27 pasien (20,8%), denyut jantung janin tidak teratur/irregular foetal heart rate (FHR) pada 9
pasien (6,9%) dan bradikardia janin pada 2 pasien (1,5%). Selanjutnya, skor Apgar <7 pada 5
menit ditemukan pada 11 pasien (18,0%) kelompok misoprostol dan 5 pasien (21,7%) kelompok
oksitosin.

10
4. DISKUSI
Terdapat potensi risiko bagi kesehatan ibu dan bayi jika kehamilan terus berlanjut dan
karena itu induksi persalinan diinginkan. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Norwegia,
ditemukan bahwa induksi persalinan dan kehamilan lewat waktu adalah faktor prognostiK untuk
hasil yang buruk. Meskipun induksi persalinan rutin disarankan pada usia kehamilan 41 minggu
untuk mengurangi kematian perinatal, induksi dikaitkan dengan komplikasi kebidanan lainnya.

Terlihat bahwa misoprostol cukup sering digunakan dalam penelitian ini. Misoprostol
aman, hemat biaya, dan mudah diberikan dan simpan karena telah menjadi obat pilihan di
negara-negara miskin, dan 25 mg misoprostol intravaginal telah dimasukkan dalam daftar
pelengkap Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai obat untuk induksi persalinan. Usia
kehamilan pasien bervariasi dari 37 minggu hingga 43 minggu dalam penelitian kami yang mirip
dengan penelitian lain.

IOL diindikasikan karena berbagai alasan mengenai ibu dan kondisi janin. Kehamilan
lewat waktu adalah yang paling banyak sering ditemui alasan untuk induksi dalam penelitian ini
yang mirip dengan temuan penelitian lain. Indikasi lain yang ditemukan dalam penelitian kami
adalah hipertensi gestasional, hipertensi kronis, hipotiroidisme, oligohidramnion, pertumbuhan
janin terhambat (IUGR), riwayat kematian janin intrauterin yang tidak dijelaskan, indeks cairan
ketuban rendah (AFI), ibu Rh-negatif, kolestasis kehamilan, polihidramnion, riwayat sub-
fertility, riwayat sebelumnya lahir mati, indikasi ibu dan indikasi janin lainnya. Dalam sebuah
penelitian oleh Goldberg dan Wing, indikasi lain adalah termasuk seperti penurunan pergerakan
janin saat aterm dan hipertensi yang diinduksi kehamilan.
Kelly dan Tan serta Escudero dan Contreras melaporkan bahwa oksitosin adalah metode
induksi persalinan yang efektif. Di penelitian-penelitian ini, durasi waktu dari inisiasi induksi
untuk melahirkan lebih pendek dalam kelompok yang diinduksi dengan oksitosin, dan mayoritas
melahirkan dalam waktu 24 jam setelah induksi oksitosin intravena. Dalam penelitian kami, rata-
rata onset kerja untuk oksitosin ternyata lebih cepat daripada misoprostol. Selanjutnya, penelitian
ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dalam interval waktu induksi hingga melahirkan
antara dua obat tersebut. Interval induksi hingga melahirkan pada kelompok misoprostol serupa
dengan penelitian lain.

11
Tingkat keberhasilan keseluruhan persalinan normal dan operasi caesar ditemukan
masing-masing sebanyak 64,9% dan 33,2%. Persalinan normal pada pasien yang hanya diberikan
misoprostol sedikit lebih tinggi (71,1%) dibandingkan kelompok oksitosin (66%). Menurut
penelitian yang berbeda, kejadian persalinan normal mirip dengan penelitian ini. Sebagian besar
penelitian lainnya telah menemukan bahwa tingkat operasi caesar secara signifikan lebih rendah
pada kelompok yang diberikan misoprostol daripada metode lain untuk induksi. Sebuah
penelitian melaporkan bahwa meskipun lebih banyak insiden operasi caesar ditemukan dengan
oksitosin, itu tampaknya aman. Namun, penelitian lain melaporkan kejadian operasi caesar
serupa pada kedua kelompok oksitosin dan misoprostol, tidak ada perbedaan diamati antara
kelompok dalam perinatal dan post-partum hasil yang merugikan dan penggunaan misoprostol
dianggap aman. Pada penelitian ini, kejadian operasi caesar ini serupa pada kedua kelompok
yaitu sebanyak (28,3%) pada kelompok misoprostol dan kelompok oksitosin (28%).

Heffner et al. melaporkan bahwa IOL, usia ibu dan kehamilan usia di atas 40 minggu
adalah beberapa faktor yang meningkatkan risiko untuk melahirkan caesar. Ketika kami
mempelajari alasan yang berbeda untuk operasi caesar, terlihat yang paling umum alasan untuk
caesar ditemukan adalah gawat janin yang mirip dengan penelitian. Dalam penelitian lain, gagal
induksi ditemukan sebagai indikasi tertinggi kedua untuk dilakukan operasi Caesar.

IOL tidak bebas dari efek yang tidak diinginkan. Penelitian ini menunjukkan bahwa
misoprostol dan oksitosin dikaitkan dengan beberapa komplikasi. Secara keseluruhan, morbiditas
ibu akibat misoprostol ditemukan mual / muntah, diare, sakit kepala, demam, sesak napas (SOB)
dan PPH dengan mual / muntah adalah yang paling umum diikuti karena demam. Beberapa
penelitian telah melaporkan hiperstimulasi uterus dan takisistol merupakan komplikasi dari
misoprostol, tetapi dalam peneltian ini tidak ada kasus yang ditemukan. Menurut berbagai
penelitian terdapat risiko hiperstimulasi dengan dosis lebih rendah misoprostol, tetapi juga
mengurangi efektivitas persalinan induksi. Efek samping yang ditemukan dalam penelitian ini
serupa dengan penelitian lain yang dilakukan di Nepal kecuali untuk demam, yang terlihat hanya
dalam satu kasus.

Mengenai hasil neonatal, kejadian keseluruhan MSL (49,2%) ditemukan lebih tinggi.
Komplikasi lain terlihat adalah pengisapan untuk resusitasi, unit penerimaan bayi,
ketidakteraturan dalam FHR, bradikardia janin dancSkor Apgar <7. Komplikasi yang dicatat

12
mirip dengan penelitian lain. Dalam penelitian ini, sangat sedikit perbedaan yang terlihat dalam
skor Apgar antara kelompok misoprostol dan oksitosin. Rata-rata skor Apgar <7 pada menit ke 2
dan menit ke 5 lebih tinggi dari penelitian yang dilakukan oleh Heimstad et al.

Menurut Chitrakar, 25 μg misoprostol intravagina mengurangi meconium pada janin dan


aman. Sebuah penelitian oleh Hofmeyr dan Gülmezoglu juga menunjukkan hal yang sama dalam
pemberian misoprostol meningkatkan lintasan meconium pada janin, efek samping neonatal
lebih sedikit bahkan pada dosis yang lebih tinggi. Banyak penelitian lain telah melaporkan
bahwa ada peningkatan risiko kematian bayi lahir mati dan kematian perinatal setelah 41 minggu
usia kehamilan. Satu penelitian juga melaporkan kematian ibu dan bayi baru lahir yang tidak
terlihat dalam penelitian ini.

Jadi, kami melihat bahwa penggunaan misoprostol dan oksitosin selama induksi
persalinan berhubungan dengan efek yang merugikan pada ibu hamil dan janin, dan kami
percaya keputusan dokter dalam menentukaan keamanan dan meminimalisir risiko yang akan
terjadi. Begitu, ada perbedaan yang diamati antara rejimen pengobatan mungkin juga
dipengaruhi oleh proses pengambilan keputusan untuk menentukan wanita mana yang menjalani
masing-masing rezim. Demikian pula, penelitian ini adalah penelitian yang berpusat tunggal.
Pencantuman data multisenter dapat mewakili data sehingga analisis lebih banyak.

5. KESIMPULAN
Ditemukan bahwa misoprostol adalah obat yang paling sering digunakan untuk induksi
persalinan dibandingkan dengan oksitosin. Interval waktu induksi hingga persalinan dan onset
persalinan menunjukkan bahwa tidak ada banyak perbedaan waktu pada masing-masing obat,
sedangkan onset timbulnya persalinan ditemukan lebih cepat pada oksitosin daripada
misoprostol. Namun, kejadian efek samping ditemukan serupa pada kelompok misoprostol dan
oksitosin.

13
REFERENSI
1. World Health Organization. WHO recommendations for induction of labour,
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/44531/1/9789241501156_eng.pdf
2. Wing DA. Induction of labor. In: Queenan JT, Hobbins JC and Spong CY (eds)
Protocols for high-risk pregnancies. Hoboken, NJ: Wiley-Blackwell, 2010, pp. 140–147.
3. Hofmeyr GJ and Gülmezoglu AM. Vaginal misoprostol for cervical ripening and
induction of labour. Cochrane Database Syst Rev 2003; (1): CD000941.
4. World Health Organization. Preparations WECoSfP – quality assurance of
pharmaceuticals: meeting a major public health challenge. 2014,
http://apps.who.int/medicinedocs/documents/ s21390en/s21390en.pdf
5. Gülmezoglu AM, Crowther CA, Middleton P, et al. Induction of labour for improving
birth outcomes for women at or beyond term. Cochrane Database Syst Rev 2012; (6):
CD004945. Kelly AJ, Malik S, Smith L, et al. Vaginal prostaglandin (PGE2 and PGF2a)
for induction of labour at term. Cochrane Database Syst Rev 2009; (4): CD003101.
6. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. Induction of labour: evidence-based
clinical guideline number 9. 2001,
http://www.perinatal.sld.cu/docs/guiasclinicas/inductionoflabour.pdf
7. Tang O, Gemzell-Danielsson K and Ho P. Misoprostol: pharmacokinetic profiles, effects
on the uterus and side-effects. IntJ Gynecol Obstet 2007; 99: S160–S167.
8. Daniel-Spiegel E, Weiner Z, Ben-Shlomo I, et al. For how long should oxytocin be
continued during induction of labour? BJOG 2004; 111(4): 331–334.
9. Heimstad R, Romundstad PR, Eik-Nes SH, et al. Outcomes of pregnancy beyond 37
weeks of gestation. Obstet Gynecol 2006; 108(3 Pt 1): 500–508.
10. Kelly AJ and Tan B. Intravenous oxytocin alone for cervical ripening and induction of
labour. Birth 2001; 28(4): 280–281.
11. Gülmezoglu AM, Crowther CA and Middleton P. Induction of labour for improving birth
outcomes for women at or beyond term. Cochrane Database Syst Rev 2006; (4):
CD004945.
12. Heimstad R, Skogvoll E, Mattsson L-Å, et al. Induction of labor or serial antenatal fetal
monitoring in postterm pregnancy: a randomized controlled trial. Obstet Gynecol 2007;
13. 109(3): 609–617.

14
14. World Health Organization. The selection and use of essential medicines: report of the
WHO Expert Committee, 2005 (including the 14th model list of essential medicines).
2006, http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/43292/1/WHO_ TRS_933_eng.pdf
15. Heffner LJ, Elkin E and Fretts RC. Impact of labor induction, gestational age, and
maternal age on cesarean delivery rates. Obstet Gynecol 2003; 102(2): 287–293.
16. Dongol A, Shakya S and Chawla C. Safety and efficacy of misoprostol for induction of
labour. J Nepal Health Res Counc 2010; 8(1): 27–30.
17. Prager M, Eneroth-Grimfors E, Edlund M, et al. A randomized controlled trial of
intravaginal dinoprostone, intravaginal misoprostol and transcervical balloon catheter for
labour induction. BJOG 2008; 115(11): 1443–1450.
18. Goldberg AB and Wing DA. Induction of labor: the misoprostol controversy. J Midwifery
Womens Health 2003; 48(4): 244–248.
19. Yawn BP, Wollan P, McKeon K, et al. Temporal changes in rates and reasons for
medical induction of term labor, 1980– 1996. Am J Obstet Gynecol 2001; 184(4): 611–
619.
20. Escudero F and Contreras H. A comparative trial of labor induction with misoprostol
versus oxytocin. Int J Gynecol Obstet 1997; 57(2): 139–143.
21. Kramer RL, Gilson GJ, Morrison DS, et al. A randomized trial of misoprostol and
oxytocin for induction of labor: safety and efficacy. Obstet Gynecol 1997; 89(3): 387–
391.
22. Hofmeyr G, Gülmezoglu A and Alfirevic Z. Misoprostol for induction of labour: a
systematic review. BJOG 1999; 106(8): 798–803.
23. Chitrakar NS. Comparison of misoprostol versus dinoprostone for pre-induction cervical
ripening at-term. J Nepal Health Res Counc 2012; 10: 10–15.
24. Sanchez-Ramos L, Kaunitz AM, Wears RL, et al. Misoprostol for cervical ripening and
labor induction: a meta-analysis. Obstet Gynecol 1997; 89(4): 633–642.
25. Indiana Perinatal Network. Levels of hospital perinatal care in Indiana (retrieved from
the Indiana Section of ACOG and AAP, Indiana Chapter). 2008,
https://c.ymcdn.com/sites/ www.indianaperinatal.org/resource/resmgr/policy_makers/
locfinal1.6.12.pdf

15
26. Hofmeyr G and Gülmezoglu A. Vaginal misoprostol for cervical ripening and labour
induction in late pregnancy. Cochrane Database Syst Rev 2000; (2): CD000941.
27. Dällenbach P, Boulvain M, Viardot C, et al. Oral misoprostol or vaginal dinoprostone for
labor induction: a randomized controlled trial. Am J Obstet Gynecol 2003; 188(1): 162–
167.
28. Wing DA, Ham D and Paul RH. A comparison of orally administered misoprostol with
vaginally administered misoprostol for cervical ripening and labor induction. Am J Obstet
Gynecol 1999; 180(5): 1155–1160.
29. Shakya R, Shrestha J and Thapa P. Safety and efficacy of misoprostol and dinoprostone
as cervical ripening agents. JNMA J Nepal Med Assoc 2010; 49(177): 33–37.
30. Ingemarsson I and Källén K. Stillbirths and rate of neonatal deaths in 76,761 postterm
pregnancies in Sweden, 1982–1991: a register study. Acta Obstet Gynecol Scand 1997;
76(7): 658– 662.
31. Hilder L, Costeloe K, Thilaganathan B, et al. Prolonged pregnancy: evaluating gestation-
specific risks of fetal and infant mortality. BJOG 1998; 105(2): 169–173.
32. Divon MY, Haglund B, Nisell H, et al. Fetal and neonatal mortality in the postterm
pregnancy: the impact of gestational age and fetal growth restriction. Am J Obstet
Gynecol 1998;178(4): 726-731

16

Anda mungkin juga menyukai