Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM MINGGUAN

PERKEMBANGAN HEWAN

ACARA 1

APUSAN VAGINA

KELOMPOK 4 :

INTANNIA EKA PUTRI S (E1A017033)

ISPA IRAWATI (E1A017034)

NURFADHILAH NADIYAH (E1A0170

NURUL AHADIA (E1A0170

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2019
ACARA 1

APUSAN VAGINA
A. Pelaksanaan Praktikum
1. Tujuan praktikum : Untuk mengetahui fase estrus pada mencit.
2. Hari, tanggal praktikum : Senin, 28 Oktober 2019
3. Tempat praktikum : Laboratorium Biologi II FKIP, Universitas Mataram.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Kaca benda.
b. Kaca penutup.
c. Mikroskop.
d. Pipet tetes.
2. Bahan
a. Cotton bath.
b. Garam fisiologis.
c. Mencit betina.
d. Metilen blue atau lugol.

C. Langkah Kerja
Adapun langkah kerja pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2) Mengambil seekor mencit betina yang telah disiapkan.
3) Mencelupkan cotton bath ke dalam garam fisiologis.
4) Mengusap bagian vagina dari mencit menggunakan cotton bath sampai mengeluarkan
lendir.
5) Mengusap lendir yang ada pada cotton bath di atas kaca benda.
6) Meneteskan metilen blue atau lugol pada kaca benda, kemudian meratakan larutan
tersebut dan mendiamkannya sampai kering.
7) Mengamati apusan vagina mencit menggunakan mikroskop.
8) Menentukan siklus yang sedang dialami mencit betina.
9) Mendokumentasikan hasil pengamatan.
10) Membersihkan alat dan bahan yang telah digunakan.
D. Hasil Pengamatan
1. Gambar hasil pengamatan
a. Kelompok 1

(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2019)

Keterangan :
Fase estrus akhir

b. Kelompok 2

(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2019)

Keterangan :
Fase diestrus
c. Kelompok 3

(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2019)

Keterangan :
Fase metestrus

d. Kelompok 4

(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2019)

Keterangan :
Fase estrus akhir
e. Kelompok 5

(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2019)

Keterangan :
Fase proestrus

f. Kelompok 6

(Sumber : Dokumentasi pribadi, 2019)

Keterangan :
Fase diestrus
E. Pembahasan
Nurul Ahadia (E1A017055)
Praktikum tentang apusan vagina kali ini bertujuan untuk mengetahui fase estrus
pada mencit. Perkembangan embrional pada suatu organisme khususnya hewan mamalia
saat ini dapat diketahui seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin
berkembang. Ovulasi pada hewan mamalia betina terjadi dalam fase estrus. Fase ini
ditandai dengan tingkah laku yang berbeda dan gelisah serta tidak menolak saat didekati
oleh pejantan. Merujuk pada Narulita dkk (2017) menyatakan bahwa siklus reproduksi
adalah perubahan siklis yang terjadi pada sistem reproduksi (ovarium oviduk, uterus, dan
vagina) hewan betina dewasa yang tidak hamil, yang memperlihatkan hubungan antara
satu dengan yang lainnya. Siklus reproduksi pada mamalia primata disebut siklus
menstruasi. Sedangkan siklus reproduksi yang berlangsung pada hewan non primata
betina dewasa seksual yang tidak hamil pada mamalia non primata contohnya mencit,
disebut siklus estrus. Siklus estrus ditandai dengan masa berahi atau estrus. ,ada saat
estrus, hewan betina akan reseptif terhadap hewan jantan dan kopulasinya kemungkinan
besar akan vertil sebab di dalam ovarium sedang terjadi ovulasi dan uterusnya berada
pada fase yang tepat untuk implantasi. Siklus estrus adalah waktu antara periode estrus
atau jarak antara estrus yang satu sampai pada estrus yang berikutnya. Fase estrus
memiliki periode antara fase satu dengan yang lainnya yang disebut dengan siklus estrus.
Merujuk pada Dikjayati (2018) menyatakan bahwa Metode yang dapat dilakukan untuk
mengetahui fase estrus pada mencit yaitu dengan metode Vaginal Smear. Metode vaginal
smear digunakan untuk mengetahui fase yang sedang dialami oleh hewan yang diuji dan
dilakukan dengan cara mengamati tipe sel dan proporsi masing-masing sel yang
ditemukan pada apusan. Metode ini didasarkan pada kenyataan bahwa saat fase estrus
berlangsung, sel-sel epithel vagina mengalami kornifikasi sebagai akibat dari kadar
estrogen yang tinggi. Vaginal smear atau apus vagina merupakan perubahan-perubahan
histologis vagina yang terjadi pada semua mamalia betina salama siklus estrus. Teknik
preparat apus vagina ini sangat bermanfaat bagi spesies yang memiliki siklus estrus
pendek seperti mencit dan tikus, hal ini disebabkan oleh histologis vagina dapat
menunjukkan kejadian-kejadian pada ovarium dengan tepat. Spesies dengan siklus yang
lebih panjang akan mengalami keterlembatan satu hingga beberapa hari dari perubahan
ovarium sehingga preparat apus vagina kurang dapat dipercaya untuk digunakan sebagai
indikator kejadian di dalam ovarium. Metode vaginal smear lebih banyak digunakan
karena bisa menunjukkan hasil yang lebih akurat. Metode ini menggunakan sel epitel dan
leukosit sebagai bahan identifikasi. Pada Siklus reproduksi yang biasa disebut siklus
estrus memiliki 4 tahap yaitu Proestrus, estrus Metestrus, dan Diestrus.
Hasil pengamatan yang didapatkan pada praktikum ini yaitu pada setiap
kelompok menemukan fase dari estrus yang berbeda beda, fase diestrus didapat oleh
kelompok 1 dan 4, adapun fase diestrus yang ditemukan yaitu fase diestrus akhir, dimana
pada pengamtan yang dilakukan pada preparat apusan vagina hanya terlihat sel epitel
mennduk saja, tanpa adanya sel epitel, bahkan leukosit. Menurut Ratna dkk (2016)
menyatakan bahwa tahap Estrus adalah tahap dimana folikel sudah matang dan siap
berovulasi, dan tidak terlihat sel leukosit lebih banyak sel epitel yang terkornifikasi dan
beberapa selepitel berinti. Sedangkan pada kelommpok 3 hasil pengamatan yang
didapatkan yaitu fase mesestrus, dimana fase ini dapat diketahui dengan adanya sel
tanduk dan leukosit. Selama periode ini terdapat penurunan estrogen dan penaikan
progesteron yang dibentuk oleh ovari. Fase ini terjadi selama 6 jam. Pada tahap ini
hormone yang terkandung paling banyak adalah hormon progesteron yang dihasilkan
oleh korpus leteum. Menurut Ratna dkk (2016) fase metestrus ditandai dengan adanya
sel-sel epitel menanduk dan leukosit yang banyak. Selanjutnya pada kelompok 1 dan 6
fase yang ditemukan yaitu fase diestrus, dimana pada fase dapat dikenali dengan adanya
leukosit, sel epitel, sel epitel menanduk. Menurut Ratna dkk (2016) pada tahap ini
terbentuk folikel-folikel primer yang belum tumbuh dan beberapa yang mengalami
pertumbuhan awal. Hormon yang terkandung dalam ovarium adalah estrogen meski
kandungannya sangat sedikit. Fase diestrus ditandai adanya sel-sel epitel berinti dalam
Jumlah yang sangat sedikit dan leukosit dalam jumlah yang sangat banyak.
Intannia Eka Putri S (E1A017033)
Hasil pengamatan dari praktikum apusan vagina ini didapatkan hasil bahwa
pada preparat apusan vagina terlihat sedang mengalami fase estrus. Tahap estrus adalah
tahap dimana folikel sudah matang dan siap berevolusi. Tidak terlihat sel leukosi. Lebih
banyak sel epitel yang terkornifikasi dan beberapa sel berinti. Fase estrus dapat terlihat
dari prilaku mencit dan morfologi vagina mencit. Menurut Nursyah (2012) menyatakan
bahwa fase estrus dipengaruhi mekanisme hormonal yaitu hubungan antara hormon-
hormon hipotalmus-hipofisis (GnRH, LH, FSH), hormon-hormon ovarial (estradiol dan
progesteron) dan hormon uterus (prostaglandin). Berdasarkan histologi vagina, siklus
estrus pada tikus dibagi menjadi empat stadium yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan
diestrus. . Hasil pengamatan yang didapat oleh kelompok 5 yaitu fase proesterus.
Menurut Rintafiani (2014) menyatakan bahwa fase proesterus merupakan periode
persiapan yang ditandai dengan pemacuan pertumbuhan folikel oleh FSH sehingga
folikel tumbuh dengan cepat. Kandungan air pada uterus meningkat, mengandung banyak
pembuluh darah dan kelenjar-kelenjar endometrial mengalami hipertrofi. Fase proesterus
dapat diketahui dengan adanya dominasi sel-sel epitel berinti yang muncul secara tunggal
atau bertumpuk (berlapis-lapis). Berlangsung selama kira-kira 12 jam.
Hasil pengamatan fase estrus yang didapat oleh kelompok 1 dan 4 merupakan
fase estrus akhir. Menurut Dikjayati (2018) menyatakan bahwa fase estrus merupakan
period ketika betina reseptif terhadap jantan dan akan melakukan perkawinan, mencit
jantan akan mendekati mencit betina dan akan terjadi kopulasi. Tahap estrus pada mencit
terjadi dua tahap yaitu estrus awal dimana folikel sudah matang. Sel-sel epitel sudah tidak
berinti, dan ukuran uterus pada tahap ini adalah ukuran uterus maksimal dan bertahan
selama 12 jam. Selanjutnya tahap estrus akhir dimana terjadi ovulasi yang hanya
berlangsung selama 18 jam. Jika pada tahap estrus tidak terjadi kopulasi, maka tahap
tersebut akan berpindah pada tahap matesterus.
Hasil pengamatan yang didapat oleh kelompok 3 yaitu fase metestrus yang
dapat diketahui dengan adanya dominasi sel-sel tanduk dan sel-sel leukosit. Selama
metestrus, uterus ,menjadi agak lunak karena terjadi pengendoran otot serta melakukan
persiapan untuk menerima dan memberikan embrio. Fase metestrus berlangsung selama
21 jam. . Hasil pengamatan yang didapat oleh kelompok 2 dan 6 yaitu fase diestrus. Fase
diestrus merupakan fase terpanjang yaitu berlangsung selama 60-70 jam. Pada fase ini,
kontraksi uterus menurun, endometrium menebal dan kelenjar-kelenjar mengalami
hipertropi, serta mukosa vagina menipis, warna lebih pucat dan leukosit yang semakin
banyak.
Ispa Irawati (E1A017034)
Hasil pengamatan pada apusan vagina mencit menunjukkan beberapa fase
siklus estrus. Fase proestrus ditemukan oleh kelompok V, pada fase proestrus terdapat
epitel berinti dan sel menanduk. Merujuk pada Kusdiantoro dkk, (2005) menyatakan
bahwa Pada saat proestrus, estrogen diproduksi seiring dengan perkembangan folikel di
ovarium. Karena aktivitas estrogen menyebabkan proliferasi sel-sel epitel vagina, maka
gambaran ulasan vagina pada fase ini ditandai dengan keberadaan sel-sel epitel berinti.
Fase proestrus merupakan periode persiapan yang ditandai dengan pemacuan
pertumbuhan folikel oleh FSH sehingga folikel tumbuh dengan cepat. Proestrus
berlangsung selama 2-3 hari. Pada fase ini kandungan air pada uterus meningkat dan
mengandung banyak pembuluh darah dan kelenjar- kelenjar endometrial mengalami
hipertrofi.
Hasil pengamatan fase estrus akhir ditemukan oleh kelompok I dan kelompok
IV. Fase estrus akhir adalah fase yang ditemukan adanya sel menanduk dan tidak
ditemukan leukosit. Merujuk pada Ernie Novriyanti, dkk (2014) menyatakan bahwa fase
estrus ditandai dengan seluruh sel epitel mengalami kornifikasi (menanduk) dan tidak
dijumpai leukosit. Fase estrus merupakan yang terpenting karena pada fase ini mencit
mau menerima pejantan untuk kopulasi. Tanda-tanda estrus dapat terlihat pada tingkah
laku mencit betina yang agresif, nafsu makan berkurang, menghampiri pejantan dan tidak
lari bila pejantan menungganginya.
Hasil pengamatan fase metestrus ditemukan oleh kelompok III. Fase metestrus
adalah fase yang ditemukan adanya leukosit dan sel menanduk. Merujuk pada Ernie
Novriyanti, dkk (2014) menyatakan bahwa pada fase metestrus, penekanan LH dapat
mempertahankan bentuk Corpus Luteum (CL). CL menghasilkan hormon progesteron.
Hormon progesteron mulai dihasilkan tapi lambat mencapai maksimal. CL yang
dipertahankan menyebabkan banyak terbentuk progesteron sehingga akan lebih lama
untuk memasuki fase selanjutnya yaitu diestrus. Hal ini menyebabkan fase metestrus juga
diperpanjang yang sesuai dengan pernyataan Tagama (1995) saat progesterone dominan
dalam tubuh maka fase estrus akan tertunda.
Hasil pengamatan fase diestrus ditemukan oleh kelompok II dan kelompok VI.
Fase diestrus adalah fase yang dapat ditemukan adanya leukosit, sel epitel berinti, sel
menanduk dan adanya lendir. Merujuk pada Nadayatul Khaira Huda, dkk (2017)
menyatakan bawa dalam periode permulaan diestrus, corpus hemorrhagicum mengkerut
karena di bawah lapisan hemorhagik ini tumbuh sel-sel kuning yang disebut luteum.
Diestrus adalah fase yang terlama diantara fase-fase yang terdapat dalam siklus berahi.
Diestrus adalah fase dalam siklus berahi yang ditandai dengan tidak adanya kebuntingan,
tidak adanya aktivitas kelamin dan hewan menjadi tenang. Dari periode permulaan
diestrus, endometrium masih mempelihatkan kegiatan, yaitu pertumbuhan kelenjar-
kelenjar endometrium dari panjang menjadi berkelok-kelok dan banyak diantaranya yang
berkelok hingga membentuk spiral. Tetapi pada pertengahan fase diestrus kegiatan-
kegiatan endometrium ini berdegenerasi yang akhirnya hanya tinggal kelenjar-kelenjar
permukaan yang cetek.
Nurfadhilah Nadiyah (E1A017051)
Reproduksi merupakan proses memperbanyak keturunan untuk melestarikan
dan mempertahankan kehidupan makhluk hidup. Setiap makhluk hidup memiliki
kemampuan reproduksi yang berbeda, ada yang menghasilkan satu anak dalam satu kali
bereproduksi dan untuk mendapatkannya harus menunggu dalam jarak waktu yang lama.
Namun ada juga makhluk hidup yang mampu bereproduksi dengan menghasilkan banyak
anak dalam jarak waktu relatif dekat sehingga meningkatkan jumlah populasi makhluk
hidup dalam suatu daerah khususnya manusia. Pertambahan jumlah manusia dalam
waktu yang cepat merupakan suatu masalah yang berkaitan dengan bidang lainnya seperti
pangan, sandang, papan dan juga kesehatan. Cara yang digunakan untuk mengatasi
masalah tersebut yaitu mengatur angka kelahiran dengan menggunakan kontrasepsi.
Abdullah, dkk (2013) mengemukakan kontrasepsi pada wanita bekerja dengan cara
menghambat ovulasi dan menghambat implantasi. Pemakaian kontrasepsi yang beredar
dalam masyarakat umum cukup banyak misalnya spiral, kondom, pil KB, suntikan
depeprovera, susuk KB, diafragma dan spon vagina (Novriyanti, 2014).
Kontrasepsi herbal salah satunya adalah biji kapas yang memiliki kandungan
senyawa Gosipol cukup tinggi. Gosipol (C30H30O8) merupakan senyawa fenolik yang
terdapat dalam kelenjar pigmen pada biji kapas. Widodo (2001) mengemukakan pada
tanaman kapas, Gosipol berfungsi sebagai pertahanan alamiah terhadap predator seperti
serangga dengan menyebabkan infertilitas pada serangga tersebut. Jika digunakan
manusia, Gosipol akan menyebabkan antifertilitas sementara yaitu pada pria menurunkan
jumlah sperma dan menurunkan libido (Sulastri, 2014).
Praktikum apusan vagina ini didapatkan hasil bahwa pada preparat apusan
vagina sedang mengalami fase estrus. Fase estrus adalah fase dimana folikel sudah
matang dan siap berevolusi. Sebelum masuk ke dalam fase estrus sebelumnya akan
mengalami fase proestus terlebih dulu. Fase proestus adalah fase persiapan. Lalu setelah
fase estrus adalah fase diestrus. Diestrus merupakan fase setelah fase proestrus dan
setelah fasedisetrus terjadilah fase estrus, dimana fase birahi dipun"ak tertinggi dan siap
untuk kawin. 6ase diestrus menurut teori fase istirahat dimana pasangan betina tidak
tertarik dengan lawan jenisnya, namun apabila hanya didekatkan saja, tidak apa-apa,
sampai mulainya fase estrus terjadi. Setelah itu terdapat fase metaestrus, yang merupakan
uterus ,menjadi agak lunak karena terjadi pengendoran otot serta melakukan persiapan
untuk menerima dan memberikan embrio (Astirin, 2002).
Hasil pengamatan fase estrus yang didapat oleh kelompok 1 dan 4 merupakan
fase estrus akhir. Hasil pengamatan yang didapat oleh kelompok 3 yaitu fase metestrus.
Hasil pengamatan yang didapat oleh kelompok 2 dan 6 yaitu fase diestrus.
F. Penutup
1. Kesimpulan
2. saran
DAFTAR PUSTAKA

Dikjayati, Fanisha R. (2018). Struktur Sel-sel Epitel pada Ulas vagina Fase Proestrus dan
Fase Estrus Serta Lama Waktu Estrus Mencit (Mus musculus) Setelah Pemberian
Ekstrak Biji Pepaya (Carica papaya L.). Skripsi. Bandar Lampung: Universitas
Lampung.

Huda, N K., Ramadhan S., Yuni A. (2017) Pengaruh Ekstrak Sambiloto (Andrographis
paniculata Nees.) Terhadap Siklus Estrus Mencit (Mus musculus L. Swiss
Webster). Jurnal Eksakta: 18(2). ISSN: 2549-7464.

Kusdiantoro, M., Hernadi H, Djuwita I. (2005). Allotransplantasi Ovarium Mencit Baru


Lahir ke Mencit Dewasa: Pengaruhnya terhadap Siklus Estrus Resipien dan
Morfologi Ovarium Donor. Veteriner; 6(4): 20-25.

Novriyanti E., Ramadhan S., Nofri Z., Siska A R. (2014). Pengaruh Ekstrak Biji Kapas
(Gossypium hirsutum L.) Terhadap Reproduksi Mencit Betina (Mus musculus
L., Swiss Webster). Jurnal Sainstek; 6(1): 1-16. ISSN: 2085-8019.

Nursyah, Daud A. (2012). Gambaran Siklus Estrus Tikus putih (Rattus norvegicus)
Ovariektumi yang diberi Tepung Daging Teripanv (Holothuria scabra). Skripsi.
Bogor: Institust Pertanian Bogor.

Rintafiani. (2014). Siklus Estrus Pada Mencit. Surabaya: ITS.

Sulastri Sri; Ngurah Intan Wiratmini dan Ni Luh Suriani. 2014. PANJANG SIKLUS
ESTRUS MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIBERI PEMANIS BUATAN
ASPARTAM SECARA ORAL. JURNAL BIOLOGI. Vol. 18, No 2.

Astirin dan Mutmainah. 2002. Struktur histologi ovarium Tikus (Rattus novergicus)
Gravid setelah pemberian ekstrak Momordica charantina. JURNAL BIOLOGI.
Vol. 1, no. 2.
Ratna, Aries Erlinda.,Wardhani., Agung Pramana Warih Marhendra., Aris Soewondo.
2016. Perubahan Siklus Estrus Akibat Induksi Peningkatan Kadar Prostaglandin
F2α(PGF2α) Pada Fase Luteal Kambing Peranakan Boer. Jurnal Biotropika. Vol.
2 (1).

Narulita, Erlia., Jekti Prihatin., Khoirul Anam., Fikri Ainur Risma Hardiyanti Oktavia.
2017. Perubahan Kadar Estradiol dan Histologi Uterus Mencit (Mus musculus)
Betina dengan Induksi Progesteron Sintetik. Biosfera. Vol 34(3).

Anda mungkin juga menyukai