Anda di halaman 1dari 21

OBSTETRI SOSIAL

Primi Tua

Oleh :
Feby Wirananto / 4151171538
Lyzia Ausha / 4151171533
Klara Hartika/ 4151171528

Pembimbing
dr. Syafrial .,Sp.OG

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
FAKULTAS KEDOKTERAN
CIMAHI 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga saya dapat menyusun makalah ini sebagai tugas kepaniteraan di
bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Ahmad
Yani.
Dalam makalah ini penulis membahas mengenai “Primi Tua Dilihat dari
Obstetri Sosial”.
Tak lupa dalam kesempatan ini, saya ingin menyampaikan terima kasih yang
tidak terhingga kepada :
1. H. Undang Gani, dr., Sp.OG. Selaku Kepala Bagian Obstetri dan Ginekologi Fak
ultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani.
2. Syafrial, dr., Sp.OG. selaku dosen pembimbing.
3. Teman-teman sejawat dokter muda Fakultas Kedokteran Unjani yang telah memb
antu proses penyusunan makalah ini.
4. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membant
u pelaksanaan sehingga dapat berjalan dengan baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan waktu. Oleh karena itu kritik dan
saran sangatlah penulis harapkan untuk kesempurnaan proses pembelajaran ini dan
mohon maaf atas segala kekurangannya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
bagi semua pihak yang membacanya.
Cimahi, Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

Menikah dan hamil pada usia diatas 35 tahun pada saat ini sudah merupakan hal
yang biasa, terlebih zaman dimana perempuan banyak bekerja dan berkarir. Secara
psikologis dan finansial memang akan lebih matang dan lebih siap namun jika ditinjau
dari segi fisik tidaklah demikian, mereka justru berisiko mengalami kelainan kehamilan
yang dapat membahayakan kesehatan janinnya. Ada beberapa risiko yang akan
dihadapi wanita yang hamil diatas usia 35 tahun yaitu janin dapat mengalami kelainan
genetik dan lahir cacat. Meski bukan penyakit keturunan namun secara teori wanita
yang hamil diatas usia 35 tahun atau lanjut akan lebih besar mempunyai resiko bayi
dengan kelainan genetik.1
Pada usia diatas 35 tahun sel telur biasanya mengalami kemunduran dalam
kuantitas dan kualitas dan wanita cenderung mengalami kondisi-kondisi medis yang
berkaitan dengan sistem reproduksi juga dapat terjadi beberapa masalah seperti pada
saat kehamilan berupa nyeri otot, nyeri punggung dan juga proses melahirkan lebih
lama dan panjang. Kehamilan di usia tua terjadi peningkatan berbagai faktor risiko yang
dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun janin.2
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SKDI) tahun 2012 masih tinggi sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun meskipun tidak terlalu signifikan jika
dibandingkan dengan SKDI tahun 1991, yaitu sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup.
Penyebab terbesar kematian ibu selama tahun 2010-2013 paling tinggi adalah
perdarahan, serta yang paling rendah adalah persalinan lama. Tingginya kematian ibu
menuntut peran besar rumah sakit dalam menangani penyebab tersebut (Depkes RI,
2014).1
Penyebab kematian ibu, sesuai dengan penelitian beberapa pihak, paling banyak
adalah akibat perdarahan. Data angka kematian ibu maternal di rumah sakit yang
bersumber dari ditjen bina yanmedik, menggambarkan jumlah kematian maternal
dirumah sakit yang terjadi per 1.000 kelahiran hidup dan penyebab kematian maternal
tersebut adalah seperti abortus 42.354 kasus (31,5 %), eklamsi dan preeklamsia 7.848
kasus (5,8 %), plasenta previa 4.409 kasus (3,3 %), perdarahan antepartum 1.940 kasus
(1,4 %).1
Kira-kira 10 % wanita dari kelompok sosial ekonomi yang lebih baik, menunda
kehamilan sampai usia lebih dari 35 tahun. Mereka disebut primigravida yang lebih tua,
dibanding istilah sebelumnya primigravida dewasa, primigavida tua lebih tinggi
mengembangkan komplikasi yang lebih besar dalam kehamilan, dibandingkan yang
lebih muda. Oleh karena itu ia harus mendapatkan perawatan dokter agar komplikasi
dapat didiagnosa dan ditangani secepatnya. Primigravida tua mempunyai resiko tiga
kali lipat mengembangkan hipertensi dalam kehamilan. Kelahiran pada primigravida
tua cenderung berlangsung lebih lama atau dengan bedah Caesar. Dokter lebih berhati-
hati disebabkan peluang hidup janin didalam kandungan lebih kecil, karena itu bedah
Caesar mencapai kira-kira 20%.3
Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah menurunkan angka
kematian maternal menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian
neonatal menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup. Untuk mencapai sasaran tersebut maka
ditetapkan 4 (empat) strategi utama dan asas- asas pedoman oprasional strategi antara
lain bahwa MPS memusatkan perhatiannya pada pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal yang baku, cost effective, dan berdasarkan bukti (evidence based) pada semua
tingkat pelayanan dan rujukan kesehatan, baik disektor pemerintah maupun swasta.4
Salah satu cara yang harus dilakukan untuk menurunkan angka kematian maternal
dan neonatal adalah dengan meningkatkan pengetahuan dan memberikan pendidikan
kesehatan kepada masyarakat kususnya tentang pendidikan kesehatan reproduksi,
karena beberapa dari mereka masih banyak yang tidak mengetahui resiko yang dapat
terjadi jika wanita itu akan hamil pada usia diatas 35 tahun karena kalau dipantau dari
hasil diatas maka beberapa resiko yang muncul itu salah satunya didukung oleh umur
yang sudah tua.
Obstetri sosial adalah suatu ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
fungsi reproduksi manusia dengan lingkungannya. Dapat diartikan pula sebagai
pengembangan obstetri dan ginekologi dan tatalaksananya dengan mengikutserakan
ilmu pencegahan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif). Upaya kuratif dalam
bentuk Intra Partum Care, ditambah upaya preventif dalam bentuk Pre Natal Care,
dan upaya rehabilitatif dalam bentuk Post Natal Care sehingga hal tersebut ikut serta
memperhitungkan faktor lingkungan yang berkaitan dengan fenomena kematian
maternal dan perinatal serta penyakit alat reproduksi wanita.
Dengan adanya obstetri sosial, masalah obstetri tidak hanya dipandang dari segi
klinisnya saja, namun diperhatikan juga faktor lingkungan yang mempengaruhi fungsi
reproduksi manusia. Hal ini penting karena masalah obstetri di Indonesia sangat
dipengaruhi oleh keadaan sosio-ekonomi, pengetahuan yang kurang dengan
kepercayaan-kepercayaan dan peranan dukun/paraji yang masih dapat ditemukan
dalam pelayanan kepada ibu hamil. Dengan memperhatikan keadaan-keadaan tersebut,
maka hasil pelayanan obstetri sosial yang dicapai akan lebih sempurna.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka dibutuhkan pemahaman yang baik serta
menyeluruh terhadap masalah obstetri pada seorang wanita hamil termasuk aspek sosial
didalamnya yang sering diabaikan oleh para tenaga medis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Primi Gravida Tua


Primi Gravida Tua adalah ibu hamil pertama pada usia ≥ 35 tahun. Pada usia ini
organ kandungan menua, jalan lahir tambah kaku, ada kemungkinan besar ibu hamil
mendapat anak cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan. Kasus primi gravida tua
merupakan salah satu kehamilan dengan resiko tinggi.
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang dihubungkan dengan risiko yang
meningkat terhadap ibu dan janin pada saat kehamilan maupun persalinan. Kehamilan
risiko tinggi ditentukan oleh karakteristik ibu, penyulit kehamilan dan penyakit medis
yang diderita ibu. Kehamilan risiko tinggi dihubungkan dengan 4T, yaitu terlalu tua,
terlalu muda, terlalu sering, dan terlalu banyak.5

2.2. Kehamilan Risiko Tinggi


2.2.1. Definisi Kehamilan Risiko Tinggi
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya
atau komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya selama
kehamilan, persalinan ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan, persalinan,
dan nifas normal.5
2.2.2. Epidemiologi Kehamilan Risiko Tinggi
Frekuensi kehamilan risiko tinggi di RS dr. Soetomo Surabaya adalah sebanyak
30,8%. Daely (1979) dari RS dr. Pirngadi Medan melaporkan frekuensi kehamilan
risiko tinggi 69,7% dengan kriteria tersendiri yaitu dari jumlah kasus-kasus persalinan
sebagai penyebut. Tingginya angka kehamilan risiko tinggi di RS dr. Pirngadi Medan
mungkin karena banyaknya kasus patologi yang dirujuk setelah ditangani di luar dan
setelah terjadi komplikasi.5
2.2.3. Menentukan Kehamilan Risiko Tinggi
Penentuan kehamilan risiko tinggi dapat memakai kriteria dan dikelompokkan
berdasarkan skoring atau nilai. Kriteria kehamilan risiko tinggi, diantaranya
primimuda, primitua, umur 35 tahun atau lebih, tinggi badan kurang dari 145 cm,
grande multipara, riwayat persalinan yang buruk, bekas seksio sesaria, pre-eklampsia,
hamil serotinus, perdarahan antepartum, kelainan letak, dan kelainan medis.6
Kriteria kehamilan risiko tinggi dapat dibagi berdasarkan komplikasi obstetrik dan
komplikasi medis.7
Komplikasi Obstetrik :
a. Umur (≤19 tahun atau > 35 tahun)
b. Paritas (primigravida atau para lebih dari 6)
c. Riwayat kehamilan yang lalu :
1. ≥ 2 kali abortus
2. ≥ 2 kali partus prematur
3. Kematian janin dalam kandungan atau kematian perinatal
4. Perdarahan paska persalinan
5. Pre-eklampsi dan eklampsi
6. Kehamilan mola
7. Pernah ditolong secara obstetri operatif
8. Pernah operasi ginekologik
9. Pernah inersia uteri
d. Disproporsi sefalo pelvik, perdarahan antepartum, kehamilan ganda, hidramnion,
kelainan letak pada hamil tua, dismaturitas, kehamilan pada infertilitas, persalinan
terakhir ≥ 5 tahun, inkompetensi serviks, hamil dengan tumor (mioma atau kista
ovarii), uji serologis lues positif.
Komplikasi medis
Hipertensi, penyakit jantung, anemia, diabetes melitus, obesitas, penyakit saluran
kencing, penyakit hati, penyakit paru dan penyakit-penyakit lain dalam kehamilan.7
2.2.4. Faktor Risiko
Faktor risiko merupakan situasi dan kondisi serta keadaan umum ibu selama
kehamilan, persalinan dan nifas akan memberikan ancaman pada kesehatan dan jiwa
ibu maupun janin yang dikandungnya. Keadaan dan kondisi diatas terbagi menjadi dua
kelompok yaitu sebagai faktor medis dan non medis. Faktor non medis antara lain
ketidaktahuan, kemiskinan, adat, tradisi, kepercayaan, dan lain-lain. Hal ini terjadi
terutama pada negara berkembang, yang berdasarkan penelitian ternyata sangat
mempengaruhi morbiditas dan mortalitas. Pada faktor non medis diantaranya sosial
kebersihan lingkungan, sosial ekonomi rendah, fasilitas, kesadaran memeriksakan
kehamilan secara teraturdan sarana kesehatan yang serba kekurangan.5,7
Faktor medis antara lain penyakit-penyakit ibu dan janin, kelainan obstetri,
gangguan plasenta, gangguan tali pusat, komplikasi selama persalinan, penyakit
neonatus dan kelainan genetik.5,7
Faktor dapat bersifat biologis, genetika, lingkungan atau psikososial. Namun dalam
kesehatan reproduksi kita dapat membaginya secara lebih spesifik, yaitu:5,7
1. Faktor demografi, yaitu umur, paritas, dan tinggi badan.
2. Faktor medis biologis, yaitu underlying disease (contoh: penyakit jantung dan
malaria).
3. Faktor riwayat obstetri, yaitu abortus habitualis, sectio caesariaFaktor lingkungan,
yaitu polusi udara, sulitnya air bersih, dan penyakit endemis.
4. Faktor sosioekonomi budaya, yaitu pendidikan dan penghasilan.

2.3 Kehamilan Usia Tua


Ibu hamil pada usia lebih dari 35 tahun, kemampuan rahim dan panggul sudah
menurun, akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan.
Bahaya yang mungkin terjadi antara lain, bayi lahir belum cukup umur, perdarahan bisa
terjadi sebelum bayi lahir, dan perdarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir.5,8
Risiko keguguran spontan tampak meningkat dengan bertambahnya usia terutama
setelah usia 30 tahun, baik kromosom janin itu normal atau tidak, wanita dengan usia
lebih tua, lebih besar kemungkinan keguguran baik janinnya normal atau abnormal.
Pada gravida tua terjadi abnormalitas kromosom janin sebagai salah satu faktor etiologi
abortus.5,7,8
Semakin lanjut usia wanita, semakin tipis cadangan telur yang ada, indung telur
juga semakin kurang peka terhadap rangsangan gonadotropin. Makin lanjut usia
wanita, maka risiko terjadi abortus, makin meningkat karena menurunnya kualitas sel
telur atau ovum dan meningkatnya risiko kejadian kelainan kromosom.5,8
Sebagian besar wanita yang berusia di atas 35 tahun mengalami kehamilan yang
sehat dan dapat melahirkan bayi yang sehat pula. Tetapi beberapa penelitian
menyatakan semakin matang usia ibu dihadapkan pada kemungkinan terjadinya
beberapa risiko tertentu, termasuk risiko kehamilan.7,8
2.3.1 Risiko Kehamilan Usia Tua

Pada usia lebih dari 35 tahun, dapat menyebabkan kehamilan yang lebih buruk
seperti kehamilan preterm dan berat bayi lahir rendah dibanding ibu yang hamil di usia
20-24 tahun. Kematian janin pada kehamilan lebih dari 35 tahun lebih tinggi dibanding
ibu usia 20-29 tahun. Kematian ibu karena persalinan lebih tinggi jika ibu pada usia
lebih dari 35 tahun terutama pada ibu yang berusia lebih dari 40 tahun.9
Ada beberapa teori mengenai risiko kehamilan di usia 35 tahun atau lebih, di
antaranya:10
1. Wanita pada umumnya memiliki beberapa penurunan dalam hal kesuburan mulai pada
awal usia 30 tahun. Hal ini belum tentu berarti pada wanita yang berusia 30 tahunan atau
lebih memerlukan waktu lebih lama untuk hamil dibandingkan wanita yang lebih muda
usianya. Pengaruh usia terhadap penurunan tingkat kesuburan mungkin saja memang ada
hubungan, misalnya mengenai berkurangnya frekuensi ovulasi atau mengarah ke masalah
seperti adanya penyakit endometriosis, yang menghambat uterus untuk menangkap sel
telur melalui tuba fallopii yang berpengaruh terhadap proses konsepsi.10
2. Masalah kesehatan yang kemungkinan dapat terjadi dan berakibat terhadap
kehamilan di atas 35 tahun adalah munculnya masalah kesehatan yang kronis. Usia
berapa pun seorang wanita harus mengkonsultasikan diri mengenai kesehatannya
ke dokter sebelum berencana untuk hamil. Kunjungan rutin ke dokter sebelum
masa kehamilan dapat membantu memastikan apakah seorang wanita berada
dalam kondisi fisik yang baik dan memungkinkan sebelum terjadi kehamilan.10
Pengawasan kesehatan dengan baik dan penggunaan obat-obatan yang tepat
mulai dilakukan sebelum kehamilan dan dilanjutkan selama kehamilan dapat
mengurangi risiko kehamilan di usia lebih dari 35 tahun, dan pada sebagian besar
kasus dapat menghasilkan kehamilan yang sehat.10
Para peneliti mengatakan wanita di atas 35 tahun dua kali lebih rawan
dibandingkan wanita berusia 20 tahun untuk menderita tekanan darah tinggi dan
diabetes pada saat pertama kali kehamilan. Wanita yang hamil pertama kali pada
usia di atas 40 tahun memiliki kemungkinan sebanyak 60% menderita takanan
darah tinggi dan 4 kali lebih rawan terkena penyakit diabetes selama kehamilan
dibandingkan wanita yang berusia 20 tahun pada penelitian serupa di University of
California pada tahun 1999.10
Ibu yang berusia 35 tahun ke atas mendapatkan perawatan selama kehamilan
lebih dini dan lebih teratur. Dengan diagnosis awal dan terapi yang tepat, kelainan-
kelainan tersebut tidak menyebabkan risiko besar baik terhadap ibu maupun
bayinya.10
3. Risiko terhadap bayi yang lahir pada ibu yang berusia di atas 35 tahun meningkat, yaitu
bisa berupa kelainan kromosom pada anak. Kelainan yang paling banyak muncul berupa
kelainan Down Syndrome, yaitu sebuah kelainan kombinasi dari retardasi mental dan
abnormalitas bentuk fisik yang disebabkan oleh kelainan kromosom.11
4. Risiko terjadi keguguran pada ibu hamil berusia 35 tahun atau lebih. Kemungkinan
kejadian pada wanita di usia 35 tahun ke atas lebih banyak dibandingkan pada
wanita muda. Pada penelitian tahun 2000 ditemukan 9% pada kehamilan wanita
usia 20-24 tahun. Namun risiko meningkat menjadi 20% pada usia 35-39 tahun
dan 50% pada wanita usia 42 tahun. Peningkatan insiden pada kasus abnormalitas
kromosom bisa sama kemungkinannya seperti risiko keguguran. Yang bisa
dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut sebaiknya wanita berusia 30 atau 40
tahun yang merencanakan untuk hamil harus konsultasikan diri dulu ke dokter.12

2.4 Keadaan Organ Reproduksi Pada Usia Tua

Organ-organ reproduksi pada wanita usia tua telah menurun kemampuan dan
kualitasnya sehingga dapat terjadi banyak komplikasi kehamilan. Organ-organ tersebut
diantaranya adalah:
a. Dinding rahim atau endometrium telah menurun kekuatannya. Hal tersebut kurang
kondusif bagi proses nidasi atau menempelnya embrio ke dinding rahim sehingga dapat
menyebabkan abortus, kemungkinan terjadinya abortus 3 kali lebih tinggi dibanding
mereka yang hamil di usia 25 tahun. Risiko berikutnya adalah pertumbuhan janin yang
kurang sehat atau Intrauterine Growth Restriction (IUGR) yang disebabkan invasi
plasenta pada endometrium yang kurang sempurna.10,11,12
b. Sel telur yang dihasilkan indung telur telah menurun kualitasnya. Apabila sel telur
hasil itu dibuahi, dan menjadi bakal manusia, tidak ada yang bisa menjamin
kualitas embrio yang dihasilkan. Selain itu kualitas kromosom perempuan di atas
usia lebih dari 35 tahun tidak sebaik di usia muda terutama usia produktif untuk
melahirkan akibatnya resiko melahirkan anak dengan cacat fisik dan mental lebih
besar.10,11,12
c. Rahim dan organ panggul sudah menurun kemampuannya untuk menampung
janin. Organ reproduksi seperti rahim, mulut rahim dan otot-otot ligamen di
panggul sudah menurun kekuatannya, sehingga sehingga kesiapannya menurun
untuk menunjang kehamilan dan persalinan. Bahaya yang mengintai diantaranya
keguguran, perdarahan antepartum, persalinan prematur, prolaps organ panggul,
bahkan ruptur organ panggul.10,11,12
d. Risiko tekanan darah tinggi dan pre eklampsia. Penyebabnya, tubuh ibu sudaah
menurun kesiapannya untuk menanggung proses kehamilan sehingga metabolisme
tubuh mudah terganggu. Gejala tekanan darah tinggi umumnya belum terdeteksi
pada awal kehamilan. Namun, di tengah masa kehamilan, bisa berkembang
menjadi eklampsia yang mengancam jiwa ibu dan janin.6,7,8
e. Kehamilan tidak disadari. Pada banyak kasus kehamilan tua, calon ibu terlambat
menyadari kehamilan, lantaran siklus haid yang memang tidak teratur sehingga
diterjemahkan sebagai kondisi biasa, ataupun calon ibu tidak menyangka dirinya
akan hamil ketika usia akan beranjak 40 tahun atau lebih. Karena kehamilan tidak
disadari, calon ibu mungkin saja tetap melakukan pekerjaaan berat atau melakoni
gaya hidup kurang sehat yang dapat mengganggu kehamilan dan pertumbuhan
janin, sehingga memicu persalinan prematur atau bayi lahir dengan berat badan
rendah (BBLR) atau malah dapat terjadi abortus dan kematian janin intrauterin.10
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Karakteristik Pasien


3.1.1 Keterangan Umum
Nama : Ny. E
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Nama Suami : Tn. R
Umur : 42 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Pegawai pabrik
Penghasilan total : Rp. 2.500.000
Tanggal periksa : 01 10 2019

3.1.2 Sosial Ekonomi


Pasien tinggal dengan suaminya di sebuah rumah sendiri yang terdiri dari dua
kamar tidur masing-masing berukuran 3x3 m2, satu kamar mandi dan satu ruang tamu
yang menyatu dengan ruang keluarga berukuran 3x4 m2 dan dapur dengan ukuran 2x3
m2. Rumah pasien berlantai tegel, berdinding semen dan beratap genteng. Sumber air
yang digunakan sehari-hari berasal dari sumur. Pasien merupakan seorang ibu rumah
tangga, pasien belum pernah hamil sebelumnya.
3.1.3 Geografi Dan Sarana Pelayanan Kesehatan
Pasien tinggal di rumah kontrakan di jl. Cibodas Utama RT 03/12 Kota
Cimahi. Rumah pasien dilalui jalan selebar ± 2 meter, berjarak ±300 meter dari
jalan utama. Sarana kesehatan terdekat di tempat tinggal pasien adalah:
- Rumah sakit terdekat : Rumah Sakit Dustira (3 km)
- Posyandu : 1 km
- Bidan : 1 km
- Dokter umum : 1,5 km
- Puskesmas : 2 km
Sarana transportasi umum yang dapat digunakan di daerah tersebut adalah angkutan
umum (mulai pukul 04.00 – 20.00 WIB).

3.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Kontrol Kehamilan
Anamnesis Khusus :
Pasien datang ke Poliklinik Kebidanan Rumah Sakit Dustira pukul 12.00 WIB
untuk kontrol kehamilan. Saat ini pasien sedang hamil anak ke-1, sebelumnya pasien
belum pernah hamil. Usia kehamilan pasien saat ini 38-39 minggu. Hari pertama haid
terakhir pasien tanggal 02 Januari 2019. Pada saat ini pasien tidak ada keluhan. Pasien
menyangkal adanya mulas-mulas, keluarnya darah, lendir dan cairan dari jalan lahir
tidak ada.
Selama kehamilan pasien melakukan pemeriksaan ke bidan dan tidak pernah
mengalami keluhan yang berat. Sehari-hari pasien di rumah mengerjakan pekerjaan
rumah tangga. Pasien makan 3 kali sehari dengan menu nasi, tahu, tempe, dan lauk serta
minum yang cukup.
Pasien tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi, kencing manis, penyakit
jantung, dan penyakit infeksi lainnya selama kehamilan saat ini.

3.3 Riwayat-Riwayat
3.3.1 Riwayat Obstetri
G1P0A0
1. Kehamilan sekarang
3.3.2 Riwayat Perkawinan
Menikah : Menikah Sah
Lama Menikah : 8 tahun
Usia Ibu saat menikah : 32 tahun
Usia Suami saat menikah : 34 tahun
3.3.3 Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 5-7 hari
Jumlah : Biasa, 2-3 kali ganti pembalut setiap harinya
Dismenorea : Tidak ada
HPHT : 02 Januari 2019
Taksiran Persalinan : 09 Oktober 2019
Usia Kehamilan : 38-39 minggu
PNC : Teratur
3.3.4 Riwayat Kontrasepsi
Pasien tidak pernah menggunakan KB, alasannya karena ingin memiliki anak.

3.4 Pemeriksaan Fisik


Status Presen
Keadaan Umum : Baik
Keadaran : Komposmentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,6 °C
Status Generalis
Kepala : Mata : - Konjungtiva anemis -/-
- Sklera ikterik -/-
Leher : JVP tidak meningkat
KGB tidak teraba membesar
Thorak : Bentuk dan gerak simetris
Cor : BJ I-II murni, regular
Pulmo : VBS kanan = kiri, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Cembung gravidarum
Hepar : Sulit dinilai
Lien : Sulit dinilai
Ekstremitas : Edema -/-, varises -/-, refleks fisiologis +/+
normal
Status Obstetrikus
Muka : Chloasma Gravidarum -
Anemis -
Mammae : Hiperpigmentasi areola +/+
Puting susu menonjol +/+
Colostrum -/-
ASI -/-
Abdomen : Cembung gravida (+), striae gravidarum (+), linea nigra (+)
Leopold I :TFU 33 cm, dari simfisis pubis
Pada fundus uteri teraba bagian yang lunak, kurang simetris
dan kurang melenting (bokong)
Lepold II :Teraba bagian yang rata dan memanjang (punggung) disebelah
kiri perut ibu, dan bagian kecil janin disebelah kanan perut ibu
Leopold III : Bagian terendah teraba benjolan, keras, hampir homogen dan
terfiksasi (kepala)
Leopod IV : Konvergen, bagian terbesar kepala belum masuk pintu atas
panggul (5/5) diatas simfisis pubis
Auskultasi : DJJ (+) 142 kali/menit, pada sisi kiri (1/3 proksimal SIAS –
umblikus) perut ibu. Pada sisi lain DJJ tidak terdengar.

Rumus Modifikasi Johnson – Taushack


TBBJ : (TFU – 13) x 155
(33 – 13) x 155 = 3.100 gram
Pemeriksaan Dalam
Vulva dan vagina : tidak dilakukan pemeriksaan
Portio : tidak dilakukan pemeriksaan
Pembukaan : tidak dilakukan pemeriksaan
Ketuban : tidak dilakukan pemeriksaan
Presentasi : tidak dilakukan pemeriksaan
3.5 Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin
 Hb
 Eritrosit
 Leukosit
 Hematokrit
 Trombosit

3.6 Diagnosis Pasien


Gravida 1, Para 0, Abortus 0, Hidup 0 gravida aterm 38-39 minggu dengan
primigravida tua.
Janin hidup tunggal intrauterin presentasi kepala.

3.7 Penatalaksanaan
3.7.1 Umum
1. Istirahat yang cukup, jangan bekerja terlalu berat.
2. Makan makanan dengan gizi seimbang dan minum cukup cairan.
3. Konseling
a. Menasihati ibu untuk segera ke rumah sakit bila mengalami keluhan berikut:
i. Keluar daerah dari jalan lahir
ii. Sakit kepala yang berat disertai kejang
iii. Gangguan penglihatan
iv. Bengkak pada tangan dan tungkai
v. Nyeri ulu hati
vi. Muntah terus menerus dan tidak mau makan
vii.Gerakan janin dirasakan berkurang
b. Mengidentifikasi sumber transportasi, mempersiapkan kartu petunjuk ibu dan
menyiapkan dana untuk biaya kegawatdaruratan.
c. Menjaga kebersihan kulit terutama lipatan kulit (keliatan, bawah payudara, dan
daerah kelamin) dengan cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan
d. Konseling KB yang sesuai dengan ibu, keadaan seperti ini ibu baiknya
dianjurkan menggunakan kontrasepsi mantap.
3.7.2 Khusus
1. Asam folat 2x1 tablet
2. Sulfat ferosus 1x1 tablet
BAB IV
KRONOLOGIS KEJADIAN

Seorang ibu, berinisial Ny. E, usia 40 tahun sedang hamil anak pertama dengan usia
kehamilan 38-39 minggu datang ke Poliklinik Kebidanan Rumah Sakit Dustira pada
tanggal 01 Oktober 2019 pukul 12.00 WIB untuk kontrol kehamilan. Ibu merupakan
seorang ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir SMP, sedangkan suaminya
merupakan seorang pegawai pabrik dengan pendidikan terakhir juga SMA. Suami
pasien memiliki penghasilan di bawah UMK Kabupaten Bandung, yaitu sebesar
Rp2.500.000,00 setiap bulan.
Kehamilan saat ini merupakan kehamilan pertama pasien. Pasien telah menikah
selama 8 tahun. Saat menikah usia pasien 32 tahun. Pada saat ini, tidak ada keluhan
yang dirasakan ibu. Ibu menyangkal adanya mulas-mulas, serta keluarnya darah, lendir,
dan cairan dari jalan lahir. Ibu tidak menggunakan KB karena ingin memiliki anak.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84 x/menit,
pernapasan 20 x/menit, dan suhu 36,6oC, serta didapatkan pula letak kepala janin
berada di bawah dan sebagian besar kepala belum masuk ke pintu atas panggul (5/5).
TFU 33 cm dan DJJ 142 x/menit. Pemeriksaan dalam tidak dilakukan.
Ibu didiagnosis Gravida 1, Para 0, Abortus 0, Hidup 0 gravida 38-39 minggu dengan
primigravida tua dan janin hidup tunggal intrauterin presentasi kepala. Ibu dianjurkan
untuk kontrol kehamilan kembali minggu depan dan diberikan edukasi mengenai
kehamilannya, serta diberikan tablet asam folat dan sulfat ferosus. Ibu juga dianjurkan
untuk menggunakan alat kontrasepsi mantap.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

Kehamilan dengan risiko tinggi ditentukan oleh karakteristik ibu, penyulit dalam
kehamilan, dan penyakit medis yang diderita ibu. Salah satu kriteria kehamilan risiko
tinggi, yaitu primigravida tua. Pada kasus ini, usia ibu lebih dari 35 tahun, sehingga
pasien termasuk primigravida tua.
Primigravida tua dapat memiliki dampak buruk terhadap ibu maupun janin. Risiko
kematian ibu dan janin pun meningkat pada primigravida tua. Hal tersebut dapat
disebabkan karena kemampuan dan kualitas organ-organ reproduksi pada wanita usia
tua telah menurun, sehingga dapat terjadi komplikasi kehamilan.
Primigravida tua dapat terjadi karena berbagai faktor, baik faktor medis maupun
non medis. Pada kasus ini, faktor yang mendukung terjadinya primigravida tua, yaitu
faktor sosioekonomi budaya. Pasien menikah pada usia 31 tahun dimana dapat
mendorong pasien mengalami kehamilan pertama pada usia tua. Pendidikan dan
penghasilan pasien dan suami pun termasuk tingkatan rendah, sehingga pengetahuan
mengenai risiko kehamilan pertama pada usia tua kemungkinan kurang.
Saran yang dapat dilakukan oleh tenaga medis kepada pasien adalah memberikan
pengetahuan tentang risiko-risiko yang terjadi pada primigravida tua dan edukasi
mengenai penggunaan KB yang tepat bagi ibu. KB yang dapat disarankan kepada ibu,
yaitu kontrasepsi mantap, mengingat faktor risiko usia tua menjadi risiko tinggi dalam
kehamilan dan akan mengakibatkan masalah kesehatan pada kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Angka Kematian Ibu. Jakarta:


Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2014.
2. Manuaba IBG, Rochjati P, Martaadisoebrata D. Strategi pendekatan resiko.
Dalam: Bunga rampai obstetri dan ginekologi sosial. Martaadisoebrata D.(Ed.).
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2005:243-57.
3. Rochjati P. Sistem rujukan dalam pelayanan kesehatan reproduksi Dalam
Bunga rampai obstetri dan ginekologi sosial. Martadisoebrata D. dkk.
Ed.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.2005: 258-75.
4. Muchtar R. Kasus-kasus resiko tinggi. Dalam: Lutan D. Ed. Sinopsis obstetri:
Obstetri operatif, obstetri sosial. Ed. 2. Jilid 2. EGC. 1998: 201-06
5. Manuaba IBG, Rochjati P, Martaadisoebrata D. Strategi pendekatan resiko.
Dalam: Bunga rampai obstetri dan ginekologi sosial. Martaadisoebrata D.(Ed.).
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2005:243-57.
6. Rochjati P. Sistem rujukan dalam pelayanan kesehatan reproduksi Dalam
Bunga rampai obstetri dan ginekologi sosial. Martadisoebrata D. dkk.
Ed.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.2005: 258-75.
7. Muchtar R. Kasus-kasus resiko tinggi. Dalam: Lutan D. Ed. Sinopsis obstetri:
Obstetri operatif, obstetri sosial. Ed. 2. Jilid 2. EGC. 1998: 201-06
8. Sadli S. Kesehatan reproduksi perempuan dan hak asasi manusia. Dalam:
Bunga rampai obstetri dan ginekologi sosial. Martadisoebrata D. dkk. Ed.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.2005: 48-63.
9. Surjaningrat S. Kematian maternal. Dalam: llmu Kebidanan. Edisi III, Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 1999: 22-7.
10. Roeshadi RH. Gangguan dan penyulit pada masa kehamilan. Available at
http://library.usu.ac.id/download/fk/obstetriharyono.pdf.
11. Saifuddin A.B. Upaya Safe Motherhood dalam Buku Acuan nasional pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal. Penerbit JNPKR-POGI dan YBPSP Jakarta .
2002:1-9.
12. Sojonoes A. Audit maternal perinatal. Dalam: Bunga rampai obstetri dan
ginekologi sosial. Martaadisoebrata D. dkk. Ed. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta.2005: 276-90.

Anda mungkin juga menyukai