Anda di halaman 1dari 5

Penggunaan Vitamin D Dalam Pencegahan Penyakit Kardiovaskular

Oleh dr. Josephine Darmawan

Penggunaan Vitamin D dalam pencegahan penyakit kardiovaskular dalam beberapa tahun


terakhir banyak dilakukan. Namun demikian, bukti klinis mengenai hal ini masih minimal.
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab utama mortalitas dan juga morbiditas.
Sebanyak 31% mortalitas secara global disebabkan penyakit kardiovaskular.[1] Penyakit
ini juga dapat menimbulkan penurunan kualitas hidup serta peningkatan biaya medis. Hal
ini menjadikan upaya preventif sangat penting untuk dilakukan dan terus
dikembangkan.[2,3]
Dalam beberapa tahun terakhir, vitamin D banyak menarik perhatian sebagai metode
pencegahan penyakit kardiovaskular.[4] Hubungan antara vitamin D dan penyakit
kardiovaskular menuai banyak perhatian karena secara epidemiologis, defisiensi vitamin D
berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Oleh karenanya, vitamin
D dinilai dapat bermanfaat untuk pencegahan penyakit kardiovaskular.[5–7] Meskipun
demikian, penggunaan vitamin D untuk mencegah penyakit kardiovaskular hingga saat ini
masih kontroversial.[8,9]
Mekanisme Vitamin D dalam Penyakit Kardiovaskular

Vitamin D merupakan salah satu zat mikro yang memegang peranan penting dalam tubuh.
Vitamin D merupakan vitamin larut lemak yang berfungsi sebagai prekursor hormon
kalsitriol. Vitamin D diketahui berperan dalam homeostasis tulang dengan meregulasi
metabolisme fosfor dan kalsium melalui absorbsi intestinal, resorbsi tulang, dan retensi
ginjal. Vitamin D juga dinilai berperan penting dalam patologi penyakit-penyakit kronis,
seperti hipertensi, diabetes melitus (DM), kanker, penyakit autoimun, serta penyakit
kardiovaskular.[5,7,10]
Metabolit aktif vitamin D, seperti 1α,25-dihidroksivitamin-D, dapat berikatan dengan
reseptor vitamin D (RVD) dan berfungsi secara autokrin dan parakrin pada sistem imun
dan kardiovaskular. RVD ditemukan pada sel-sel jantung, seperti kardiomiosit, sel dinding
arteri, makrofag, sel dendritik, dan sel T. Aktivasi VDR juga memiliki efek supresif pada
sintesis hormone paratiroid (PTH). Hormon PTH yang tinggi dapat menyebabkan
efek overloading kalsium pada kardiomiosit, meningkatkan trombosis, kalsifikasi vaskular,
stress oksidatif, hipertrofi miokardial, disfungsi endotel, efek pro-inflamasi, dan
mempengaruhi sistem renin-angiostensin-aldosteron. Mekanisme vitamin D ini dinilai
dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.[5,10] Vitamin D juga dapat
mempengaruhi faktor-faktor risiko penyakit kardiovaskular, seperti status lipid,
antropometri, diabetes melitus, dan hipertensi.[5,10,11]
Hubungan Status Vitamin D dan Penyakit Kardiovaskular

Status vitamin D juga dinilai dapat menentukan mortalitas dan morbiditas terkait penyakit
kardiovaskular. Beberapa studi observasional menunjukkan bahwa kadar vitamin D
rendah berhubungan dengan peningkatan risiko kejadian. Sebuah meta analisis
menunjukkan bahwa kadar 25(OH)D rendah dapat meningkatkan disfungsi endotel dan
mengganggu fungsi sistol-diastol ventrikel kiri, sehingga dapat meningkatkan risiko infark
miokard akut dan gagal jantung. Meta analisis lain juga menunjukkan adanya peningkatan
risiko stroke pada konsentrasi serum 25(OH)D rendah.[6,7,10,11]
Studi epidemiologi juga melaporkan bahwa defisiensi vitamin D (<20 ng/ml) merupakan
faktor risiko independen terhadap morbiditas, mortalitas, dan faktor risiko penyakit
kardiovaskular. Meskipun demikian, hal ini tidak berarti bahwa suplementasi vitamin D
dapat digunakan untuk mencegah penyakit kardiovaskular. Studi menunjukkan adanya
hubungan berbentuk seperti huruf-U, dimana serum vitamin D yang tinggi (>50 ng/ml)
akibat suplementasi vitamin D, juga meningkatkan risiko penyakit
kardiovaskular.[4,8,9,12]
Hubungan rendahnya vitamin D dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular ini masih
kontroversial dan bersifat epidemiologis, sedangkan hubungan kausal antara keduanya
masih dipertanyakan. Studi yang ada juga tidak dapat menilai secara objektif besarnya
vitamin D dari paparan sinar matahari. Adanya kemungkinan kadar vitamin D rendah
sebagai efek dari penyakit kardiovaskular juga masih tidak dapat disingkirkan.[6–9]
Bukti Klinis Penggunaan Vitamin D dalam Prevensi Penyakit Kardiovaskular

Meta analisis dari 19 studi prospektif menunjukkan adanya peningkatan risiko penyakit
kardiovaskular bila serum vitamin D berada dibawah 24 ng/ml, risiko ini meningkat
sekitar 3% setiap penurunan serum vitamin D sebanyak 10 ng/ml. Di sisi lain, kadar
vitamin D yang tinggi juga dilaporkan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.[7,10]
Sebuah uji klinis di Inggris melaporkan tidak ada perbedaan risiko penyakit kardiovaskular
bermakna antara pasien yang mendapat suplementasi vitamin D3 100.000 IU setiap 4
bulan selama 5 tahun dibandingkan kontrol. Studi di Australia juga melaporkan hal serupa,
dimana pemberian vitamin D dan kalsium tidak secara signifikan menurunkan risiko
penyakit jantung iskemik. Meta analisis dari 18 uji klinis acak menunjukkan adanya
penurunan mortalitas dengan terapi vitamin D sebanyak 7%, namun hal ini tidak spesifik
untuk penyakit kardiovaskular.[2,4,6,13] Meskipun demikian, suplementasi vitamin D
dilaporkan dapat mengurangi mortalitas dan morbiditas kardiovaskular pada pasien yang
sudah terdiagnosis defisiensi vitamin D.[6,13]
Data yang ada mengenai efek protektif dari suplementasi vitamin D terhadap penyakit
kardiovaskular masih inkonklusif. Hal ini menjadikan suplementasi vitamin D untuk
prevensi penyakit kardiovaskular masih dipertanyakan manfaatnya dan studi lebih lanjut
masih diperlukan. Sebuah uji klinis besar mengenai pemberian vitamin D dan Omega-3
(VITAL trial) masih berjalan.[2,13]
Rekomendasi Penggunaan Vitamin D dan Prevensi Penyakit Kardiovaskular

Meskipun terdapat hubungan yang cukup kuat antara vitamin D dan penyakit
kardiovaskular, asosiasi kausal antara keduanya belum dapat dipastikan. Hal ini
menjadikan suplementasi vitamin D untuk prevensi penyakit kardiovaskular belum dapat
direkomendasikan tetapi juga tidak dilarang (Rekomendasi D). Pencegahan penyakit
kardiovaskular yang direkomendasikan adalah perubahan pola diet, olahraga, dan
mengontrol faktor risiko seperti hipertensi, DM, obesitas, dan dislipidemia.
Suplementasi vitamin D yang direkomendasikan saat ini adalah 800 IU pada pasien usia di
atas 65 tahun, tetapi kegunaannya tidak spesifik untuk mencegah penyakit kardiovaskular.
Pasien-pasien risiko tinggi mengalami penyakit kardiovaskular juga dapat
dipertimbangkan untuk dilakukan pemeriksaan kadar vitamin D. Apabila ditemukan
defisiensi, maka suplementasi vitamin D boleh dilakukan.[2,7,10,13,14]
Kesimpulan

Vitamin D merupakan salah satu vitamin yang paling sering dikonsumsi. Vitamin D dinilai
bermanfaat untuk mencegah penyakit kardiovaskular, akan tetapi data yang ada mengenai
hal ini masih inkonklusif. Meskipun dilaporkan adanya hubungan yang signifikan antara
kadar vitamin D dan penyakit kardiovaskular, suplementasi vitamin D pada pencegahan
penyakit kardiovaskular belum dapat direkomendasikan untuk dilakukan secara rutin.
Pencegahan penyakit kardiovaskular yang terbaik adalah dengan modifikasi gaya hidup
dan mengontrol faktor risiko. Pemeriksaan serum vitamin D dapat dipertimbangkan untuk
dilakukan pada pasien-pasien risiko tinggi. Bila ditemukan defisiensi, maka terapi vitamin
D dapat diberikan.

Referensi
1. World Health Organization. Cardiovascular diseases (CVDs). WHO. 2015. Diakses dari:
http://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/
2. Moyer V. Vitamin, Mineral, and Multivitamin Supplements for the Primary Prevention of
Cardiovascular Disease and Cancer: U.S. Preventive Services Task Force Recommendation
Statement. Ann Intern Med. 2014;160.
3. Stewart J, Manmathan G, Wilkinson P. Primary prevention of cardiovascular disease: A review
of contemporary guidance and literature. JRSM Cardiovasc Dis. 2017;6:1–9.
4. Nijjar P. Vitamin D and Cardiovascular Disease: Where We Currently Are. American College of
Cardiology. 2015. Diakses dari: https://www.acc.org/latest-in-
cardiology/articles/2015/06/08/12/06/vitamin-d-and-cardiovascular-disease-where-we-
currently-are
5. Norman PE, Powell JT. Vitamin D and Cardiovascular Disease. Circ Res. 2014;114:379–93.
6. Vacek JL, Vanga SR, Good M, Lai SM, Lakkireddy D, Howard PA. Vitamin D deficiency and
supplementation and relation to cardiovascular health. Vol. 109, Am J Cardiol. 2012;109(3):359–
63.
7. Pilz S, Tomaschitz A, März W, Drechsler C, Ritz E, Zittermann A, et al. Vitamin D, cardiovascular
disease and mortality. Clin Endocrinol (Oxf). 2011;75:575–84.
8. Shapses SA, Manson JE. Vitamin D and prevention of cardiovascular disease and diabetes: why
the evidence falls short. JAMA. 2011;305:2565–6.
9. Al Mheid I, Quyyumi AA. Vitamin D and Cardiovascular Disease: Controversy Unresolved. J Am
Coll Cardiol. 2017;70:89–10.
10. Pilz S, Verheyen N, Grübler MR, Tomaschitz A, März W. Vitamin D and cardiovascular disease
prevention. Nat Rev Cardiol. 2016;13:404–17.
11. Skaaby T. The relationship of vitamin D status to risk of cardiovascular disease and mortality.
Vol. 62, Danish Medical Journal. 2015.
12. Danik J, Manson J. Vitamin D and Cardiovascular Disease. Curr Treat Options Cardiovasc Med.
2012;14:414–24.
13. Jenkins DJA, Spence JD, Giovannucci EL, Kim Y in, Josse R, Vieth R, et al. Supplemental Vitamins
and Minerals for CVD Prevention and Treatment. J Am Coll Cardiol. 2018;71:2570–84.
14. Wong ND. ACC/AHA Guidelines for Cardiovascular Disease Prevention and Cholesterol
Management: Implications of New Therapeutic Agents. Cardiovasc Innov Appl. 2016;1:399–40.

www.alomedika.com/penggunaan-vit-d-untuk-pencegahan-penyakit-kardiovaskuler

Anda mungkin juga menyukai