Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PRAKTEK KEGAWATDARURATAN

AIRWAY, BREATHING MANAJEMEN

KELOMPOK 3

1. Reza Fitriani
2. Uci Aliza Putri
3. Yola Engla Decita Kurnia

Dosen Pembimbing:

Ns. Vino Rika Nofia M.Kep

STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

2019

1
AIRWAY DAN BRITING MANAGEMENT

A. Pendahuluan

Pengelolaan airway dan breathing berfungsi untuk mempertahankan


oksigenasi otak dan bagian tubuh lainnya adalah bagian terpenting dalam penanganan
penderita. Tanpa ini, penderita akan meninggal dengan cepat.

Sistem respiratorik memiliki 2 fungsi utama:

a. Pertama : sistem ini berfungsi menyediakan oksigen bagi sel darah merah yang
kemudian akan membawa oksigen tersebut ke seluruh tubuh. Dalam proses
metabolisme aerobik,sel tubuh menggunakan oksigen sebagai bahan bakar dan akan
memperoduksi karbondioksida sebagai hasil sampingan.
b. Kedua : pelepasan karbondioksida dari tubuh ini merupakan tugas kedua bagi sistem
respiratorik. Ketidakmampuan sistem respiratorik dalam menyediakan oksigen bagi
sel atau melepaskan karbondioksida, akan menimbulkan kematian.
Kematian karena masalah airway pada trauma disebabkan oleh :
a) Kegagalan dalam mengenal airway yang tersumbat sebagian atau
ketidakmampuan penderita untuk melakukan ventilasi dengan cukup.
Gabungan obstruksi jalan napas dengan ketidak cukupan ventilasi dapat
menyebabkan hiposia sehingga akan mengancam nyawa. Keadaan seperti
in mungkin terlupakan bila ditemukan perlukaan yang nampaknya lebih
serius.
b) Adanya kesulitan teknis dalam menjaga jalan napas dan teknis membantu
ventilasi. Intubasi yang salah akan memperburuk ventilasi dan dengan
cepat dapat mngakibatkan kematian bila tidak dikenali secara dini.
c) Aspirasi isi gaster
B. Anatomi

Sistem pernafasan terdiri dari jalan nafas atas, jalan nafas bawah dan paru. Setiap
bagian dari sistem ini memainkan peranan yang penting dalam proses pernafasan,
yaitu dimana oksigen dapat masuk kealiran darah dan karbondioksida dapat
dilepaskan.

2
a. Jalan nafas atas

Jalan nafas atas merupakan suatu aluran terbuka yang memungkinkan udara
atmosfer masuk melalui hidung, mulut, dan bronkus hingga ke alveoli. Jalan nafas
atas terdiri dari rongga hidung dan rongga mulut,laring,trakhea, sampai
percabangan bronkus. Udara yang masuk melalui rongga hidung akan mengalami
proses penghangatan,pelembaban, dan penyaring dari segala kotoran. Setelah
rongga hidung dapat dijumpai daerah faring mulai dari bagian belakang palatum
mole sampai ujung bagian atas dari oesofagus.

Faring terbagi menjadi 3 yaitu :

1. Nasofaring ( bagian atas), dibelakang hidung


2. Orofaring ( bagian tengah ),dapat dilihat saat membuka mulut
3. Hipofaring ( bagian akhir), sebelum menjadi laring.

Dibawah faring terletak oesofagus dan laring yang merupakan permulaan jalan
nafas bawah. Di dalam laring ada pita suara dan otot-otot yang dapat membuatnya
bekerja. Serta terdiri dari tulang rawan yang kuat. Pita suara merupakan suatu
lipatan jaringan yang mendekati di garis tengah. Tepat diatas laring, terdapat
struktur yang berbentuk daun yang disebut epiglatis. Epiglatis ini berfungsi
sebagai pintu gerbang yang akan menghantarkan udara yang menuju
trakhea,sedangkan benda padat dan cairan akan dihantarkan menuju oesofagus.
Dibawah laring,jalan nafas akan menjadi trakhea, yang terdiri dari cincin-cincin
tulangrawan.

3
b. Jalan nafas bagian bawah

Jalan nafas bawah terdiri dari bronkus dan percabangannya serta paru-
paru. Pada saat inspirasi, udara masuk melalui jalan nafas atas menuju jalan nafas
bawah sebelum mencapai paru-paru. Trakhea terbagi dua cabang,yaitu bronkus
utama kanan dan bronkus utama kiri. Masing-masing bronkus utama terbagi lagi
menjadi beberapa bronkus primer dan kemudian terbagi lagi menjadi bronkhiolus.

C. Fisiologi

Ketika udara atmosfer mencapai alveoli,oksigen akan bergerak dari alveoli


melintasi membran alveolar-kapiler dan menuju sel darah merah. Sistem sirkulasi
kemudian akan membawa oksigen yang telah berikatan dengan sel darah merah ini
menuju jaringan tubuh, dimana oksigen akan digunakan sebagai bahan bakar dalam
proses metabolisme.

Pertukaran oksigen dan karbondioksida pada membran alveolar-kapiler


dikenal dengan istilah difusi pulmonal. Setelah proses pertukaran gas selesai,maka sel
darah merah yang telah terojsigenasi ini aan menuju sisi kiri jantung, dan akan
dipompakan ke seluruh sel dalam tubuh.

4
Saat mencapai jaringan, sel darah merah yang teroksigenasi ini akan
melepskan ikatanya dengan oksigen dan oksigen tersebut digunakan untuk bahan
bakar metabolisme. Juga karbondioksida akan masuk sel darah merah. Sel darah
merah yang rendah oksigen dan tinggi karbondioksida ini akan menuju sisi kanan
jantung untuk kemudian dipompakan ke paru-paru.

Hal yang sangat penting dalam proses ini adalah bahwa alveoli harus terus
menerus mengalami pengisian dengan udara segar yng mengandung oksigen dalam
jumlah yng cukup.

Proses pernafasan sendiri ada dua : inspirasi( menghirup) dan ekspirasi (mengerluarkan
nafas).

Inspirasi dilakukan oleh du jenis otot:

1. Otot interkostal, antara iga-iga. Pernafasan ini dikenal sebagai pernafasan torakal.
Tentukan saja otot harus dipersyarafi,dan ini dilakukan melalui nervus
interkostalis ( torakal1-12).

5
2. Otot diafragma, bila kontraksi diafragma akan turun. Ini dikenal sebagai
pernafasan abdominal, dn persyaratan melalui nervus frenikus,yang berasal dari
cervikal 3-4-5.

Pusat pernafasan ada di batang otak,yang mendapatkan rangsangan melalui baro


reseptor yang terdapat di aorta dan arteri karatis. Melalui nervus frenikus dan nervus
interkostalis akan terjadi pernafasan abdomino-torakal. Dalam keadaan normal maka
volume tertentu yang kita hirup saat bernfas yang dikenal sebagai tidal volume. Bila
membutuhkan oksigen lebih banyak maka akan dilakukan penambahan volume
pernafasan melalui pemakaian otot-otot pernafasan tambahan. Jika tidal volume
adalah 7cc/kg BB,maka pada penderita dengan berat 70kg,tidal volumenya 500 cc.
Dengan frekuensi napas 14 kali/menit,maka volume per menit 500 X 14=
7000CC/menit.

Bila pernafasan lebih dari 40X/menit, maka penderita harus dianggap mengalami
hipoventilasi. Baik frekuensi nafas maupun kedalamannafas harus dipertimbangkan
saat mengevaluasi pernafasan. Kesalahan yang sering terjadi adalah anggapan bahwa
pnderita denga frekuensi nafas yang cepat berarti mengalami hiperventilasi.

a) Airway

Patofisiologi

Pada penderita trauma kemampuan sistem respiratorik dalam menyediakan


oksigen yang adekuat dan pelepasn karbondioksida akan terganggu, ini dikarenakan :

a) Hipoventilasi akibat hilangnya penggerak usaha bernafas, yang biasnya


disebabkan oleh penurunan fungsi neurologis
b) Hipoventilasi akibat adanya obstruksi aliran udara pada jalan nafas atasdan
bawah
c) Hipoventilasi akibat penurunan kemampuan paru untuk mengembang
d) Hipoksia akibat penurunan absorbsi oksigen melalui membrana alveolar-
kapiler
e) Hipoksia akibat penurunan aliran darah ke alveoli
f) Hipoksia akibat ketidakmampuan udara untuk mencapai alveolus, biasanya
karena terisi oleh air atau debris.
g) Hipoksia pada tingkat selular akibat penurunan aliran darah ke sel jaringan.

6
Tujuh komponen pertama di atas merupakan keadaan hipoventilasi akibat
penurunan volume per menit. Jika tidk ditangani, mka hipoventilasi akan
mengakibatkan penumpukan karbondioksida, asidosis, metabolisme anaerobik dan
kemudian kerusakan sel dan dapat berakhir dengan kematian. Pengelolaan yang
harus diberikan meliputi usaha memperbaiki frekuensi dan kedalaman pernafasan
penderita, yaitu dengn mengoreksi semua masalah yang ada pada jalan nafas dan
pemberian bantuan nafas.

1. Pengenalan gangguan jalan nafas

Tertanggunya jalan nafas dapat terjadi secara tiba-tiba dan komlit,atau secara
perlahan,parsial dan progresif/ rekuren. Tachypnea dapat disebabkan nyeri atau
ketakutn,namun harus selalu diingat kemungkinan gangguan jalan nafas yang dini.
Karena itu penilain jlan nafas dan pernafasan sangat penting.

Penderita dengan kesadaran menuurn mempunyai resiko tinggi untuk terjadi


gangguan jalan nafas karena:

1) Selalu akan timbul cairan dan refleks menelan hilang


2) Refleks batuk hilang dengn akibat aspirasi dan obstruksi airway. Keadaaan ini
kerap kali memerlukan jalan nafas definitif.

Penderita tidak sadar,intoksikasi alkohol atau perlukaan intra-thorax bisa


menyebabkan gangguan breathing. Pada penderita seperti ini jalan nafas definitif
ditujukan untuk membebaskan jalan nafas, serta dapat memberikan oksigen
tambahan, membantu ventilasi dan mencegah aspirasi. Menjaga oksigenasi serta
mencegah hiperkarbia sangat penting pada trauma kapitis. Petugas harus
mengantisipasi terjadihnya kemungkinan muntah pada semua penderita trauma.
Adanya cairan gaster di orofaring menandakan kemungkinan aspirasi yang dapat
terjadi secara mendadak. Trauma pada wajah merupakan keadaan lain yang
memerlukan perhatian segera. Mekanisme perlukaan biasanya adalah penumpang
mobil yang tanpa sabuk pengaman dan kemudian terlempar ke kaca depan pada saat

7
accident.Trauma pada bagian tengah wajah dapat menyebabkan fraktur dan dislokasi
yag dapat mengganggu oro-faring atau naso-faring.

2. Obstruksi jalan nafas

Obstruksi jalan nafas merupakan pembunuh tercepat, lebih cepat dibandingkan


gangguan breathing dan circulation. Lagi pula perbaikan breathing tidak mungkin
dilakukan bila airway belum paten.

a. Obstruksi total :

Pada onstruksi total penderita bisa ditemukan dalam keadaan masih sadar
atau dalam keadaan tidak sadar. Pada obstruksi total yang akut. Biasanya
disebabkan oleh tertelannya benda asing yang kemudian menyangkut dan
menyumbat pangakl laring. Bila obstruksi total timbul perlahan maka berawal
dari obstruksi parsial yang kemudian menjadi total.

Pada orang dewasa

Kematian yang diakibatkan oleh FBAO jarang terjadi tetapi penyebabnya


dapat dicegah. Pada umumnya FBAO pada orang dewasa disebabkan saat penderita
sedang makan atau bermain. Kejadian tersedak pada penderita yang masih sadar
biasanya masih bisa ditanggulangi dengan cepat oleh orang yang ada disekitarnya.

Mengenali sumbatan karena benda asing pada jalan nafas/FBAO pada orang
dewasa

Mengenali sumbatan jalan nafas yang disebabkan benda asing merupakan


kunci keberhasilan, sangat penting untuk membedakn keadaan gawat darurat seperti
pingsan, serangan jantung, kejng, atau keadaan lainnya yang dapat menyebabkan
gangguan pernafasan, sianosis, atau hilangnya kesadaran. Tanda-tanda penderita yang
mengalami FBAO adalah tampak kurangnya pertukaran udara dan meningkatnya
kesulitan bernafas seperti batuk yang tidak bersuara, sianosis atau tidak dapat bersuara
dan bernafas. Penderita memegang leher yang menampakn tanda umum tersedak.
Segera tanyakan “ apakah anda tersedak? “jika penderita mengisyaratkan “ ya”
dengan mengangguk tanpa bicara, ini menandakan penderita mempunyai sumbatan
jalan nfas berat.

8
Membebaskan sumbatan karena benda asing pada orang dewasa

1. Lakukan hemlich maneuver pada penderita sampai benda asing keluar atau
penderita jatuh tidak sadar
2. Bila benda asing belum keluar dan penderita jatuh tidak sadar
3. Bila benda terlihat lakukan sapuan jari untuk mengerluarkan benda asing
tersebut
4. Aktifkan SPGD
5. Cek nadi penderita, bila nadi teraba ataupun tidak teraba lakukan RJP
Gambar

Pada anak dan bayi

9
Lebih dari 90% kematian anak usia < 5 tahun disebabkan oleh sumbatan
benda asing pada jalan nafas. Pada bayi (65%) terjadi karena aspirasi cairan.penyebab
sumbatan jalan nafas pada anak biasanya adalah benda- benda kecil yang berserakan
dilantai seperti makanan kecil,permen,dll. Tanda-tanda adanya sumbatan karena bnda
asing pada anak dan bayi adalah timbulnya gangguan pernafasan yang tiba-tiba
disertai dengan batuk, tersedak,stridor,dan wheezing.

Membebaskan sumbatan karena benda asing pada anak dan bayi

i. Sumbatan jalan nafas dapat terjadi ringan ataupun berat. Saat sumbatannya
ringan, anak masih dapat batuk dan bersuara.
ii. Jika sumbatan yang terjadi ringan jangan melakukan apapun, biarkan
penderita membersihkan jalan nafasnya sendiri dengan batuk, sementara anda
mengobservasi tanda-tanda FBAO yang berat.
iii. Jika sumbatannya berat untuk anak, lakukan hemlich maneuver sampi
bendanya keluar atau sampai anak jatuh dalam keadaan tidak sadar
iv. Untuk bayi yang masih sadar lakukan 5x back vlows diikuti dengan 5x chest
thrust berulang-ulang sampai bendanya keluar atau sampai penderita jatuh
tidak sadar.
v. Jika penderita jatuh tidak sadar segera lakukan RJP. Sebelum melakukan
ventilasi, petugas harus melihat apakah bendanya terlihat atau tidak pada
mulut penderita. Jika anda melihat bendanya,keluarkan.
a. Gambar

10
c. Obstruksi parsial

Dapat disebabkan karena berbagai hal. Biasanya penderita masih dapat


bernafas sehingga timbul beraneka ragam suara, tergantung penyebabnya.

d. Cairan ( darah, sekret, aspirasi lambung ,dsb)

Timbul suara “gurgling”, suara berbafas bercampur suara cairan. Dalam


keadaan ini hrus dilakukan penghisapan.

e. Pangkal lidah yang jatuh ke belakang Keadaan ini dapat timbul pada pasien
yang tidak sadar atau pada penderita yang tulang rahang bilateralnya patah.
Sehingg timbul suara mengorok yang harus segera diatasi dengan perbaikan
airway secara manual atau dengan alat.
f. Penyempitan di larinks atau trakhea
Dapat disebabkan edema karena berbagai hal ataupun desakan neoplasma.
3. Pengelolaan jalan nafas

Bila ada sumbatan jalan nafas, sudah jels,bahwa sumbatan tersebut harus
diatasi. Walaupun demikian dalam keadaan tertentu, misalnya penderita dengan
koma, tetap dilakukan pemasangan alat jalan nafas, karena sumbatan dalam
keadaan ini adalah mengancam.

Penghisapan ( suction)

a. Alat yang dipakai

11
Suction dapat dilakukan dengan kateter suction atau alat suction
khusus seperti yang dipakai dikamar operasi. Untuk caian dapat dipakai
soft tip, tetapi untuk materi yang kental sebaiknya memakai tipe yang
rigid. Soft tip kateter dapat dipakai untuk melakukan suction daerah
hidung atau nasofarinks serta dapat dimasukkan melalui tube endo-trakeal.
Rigid tip dapat menyebabkan timbulnya refleks muntah bila menyentuh
dinding farinks atau bahkan dapat menimbulkan perdarahan. Walaupun
demikian rigid tip lebih disukai karena manipulasi alat lebih mudah dan
suction lebih efisien.

b. Cara melakukan suction

Bila memakai rigid tip,maka ujung tip harus selalu terlihat. Bila
memakai soft tip,jangan sampai terlalu jauh. Pada fraktur basis kranii alat
yang dimasukkan lewat hidung selalu ada kemungkinan masuk ke rongga
tengkorak.

1) Lamanya suction

Prosedur suction juga bisa menghisap oksigen yang ada dalam jalan nafas,
karena itu lamanya suction maksimal 15 detik pada orang dewasa dan 5 detik
pada anak-anak.

Tanda objektif : obstruksi jalan nafas

a. Look : lihat apakah kesadaran penderita berubah bila penderita


gelisah,kemungkinan paling besar adalah hipoksia. Penderita gelisah pada
trauma kapitis disebabkan :
i. Hipoksia
ii. Buli-buli penuh
iii. Nyeri dari tempat lain
iv. Trauma kapitisnta sendiri

Sianosis dapat dilihat pada kuku dan sekitar mulut. Perhatikan


adanya penggunaan otot pernafasan tambahan.

b. Listen : pernafasan yang berbunyi adalah pernafasan yang


terobstruksi.

12
i. Mengorok : lidah jatuh ke belakang
ii. Bunyi cairan : darah atau cairan
iii. Stridor disebabkan obstruksi parsial faring atau laring
iv. Feel : rasakan pergerakan udara ekspirasi, dan tentukan
apakah trakhea terletak digaris tengah.

Teknik menjaga jalan nafas

Pada penderita yang tidak sadar lidah dapat jatuh ke belakang dan kemudian
menyebabkan obstruksi jalan nafas. Hal ini dapat diatasi dengan head tlit chin lift pada
penderita yang non trauma atau jaw thrust/chin lift pada penderita trauma, kemudian
dipasang oro-pharyngeal atau naso-pharyngeal airway.

a. Chin lift

Memakai jari-jari satu tangan yang diletakkan dibawah mandibula kemudian


mendorong dagu ke anterior. Ibu jari tangan yang sama sedikit menekan bibir bawah
untuk menekan mulut. Bila diperlukan ibu jari dapat diletakkan dalam mulut
dibelakang gigi seri untuk mengangkat dagu. Tindakan chin lift ini tidak boleh
mengakibatkan hiperxtensi leher. Tindakan chin lift ini bermanfaat pada penderita
trauma karena tidak mengakibatkan kelumpuhan bila ada fraktur servikal.

13
Lampiran intubasi orotrakeal dewasa:

14
1) Pastikan bahwa ventilasi yang adekuat dan oksigenasi tetap berjalan, dan
peralatan penghisap berada pada tempat yang dekat sebagai kesiagaan bila
penderita muntah.
2) Kembangkan balon pipa endotrakeal untuk memastikan bahwa balon tidak bocor,
kemudian kempiskan balon
3) Sambungkan blade laryngoskop pada pemegangnya dan periksa terangnya lampu
4) Minta seorang asisten mempertahankan kepala dan leher dengan tangan. Leher
penderita tidak boleh di hiperekstensi atau di hiperfleksi selama prosedur ini.
5) Pegang laringoskop dengan tangan kiri.
6) Masukan laringoskop pada bagian kanan mulut penderita,dan menggeser lidah
kesebelah kiri.
7) Secara visual identifikasi epiglottis dan kemudian pita suara.
8) Dengan hati-hati masukan pipa endotrakeal ke dalam trakea tanpa menekan gigi
atau jaringan-jaringan di mulut.
9) Kembangkan balon dengan udara secukupnya agar tidak bocor. Jangan
mengembangkan balon secara berlebihan .
10) Periksa penempatan pipa endotrakeal dengan cara memebri ventilasi dengan bag-
valve-tube.
11) Secara visual perhatikan pengembangan dada dengan ventilasi.
12) Askultasi dada dan abdomen dengan stestoskop untuk memastikan letak pipa.
13) Amankan pipa dengan plester.
14) Apabila penderita dipindahkan, letak pipa harus dinilai ulang.
15) Secara visual perhatikan pengembangan dada dengan ventilasi.
16) Askultasi dada dan abdomen dengan stetoskop untuk memastikan letak pipa.
17) Apabila intubasi endotrakeal tidak bisa diselesaikan dalam beberapa detik atau
selama waktu yang diperlukan untuk menahan nafas sebelum ekshalasi,hentikan
percobaan intubasinya, ventilasi penderita dengan bag-vlve-mask, dan coba lagi.
18) Penempatan pipa harus diperiksa dengan teliti, foto torak berguna untuk menilai
letak pipa, tetapi tidak dapat menyingkirkan intubasi esophageal.
19) Hubungkan alat kolorimetris CO, ke pipa endotrakeal antara adaptor dengan alat
ventilasi. Penggunaan alat kolorimetrik merupakan suatu cara yang dapat
diandalkan untuk memastikan bahwa letak pipa endotrakeal berada dalam airway

15
20) Pasang alat pulsa axymeter pada salah satu jari penderita untuk mengukur dan
memantau tingkat saturasi oksigen secara terus menerus dan cara menilai seger
tindakan intervensi.

Pemasangan laryngeal mask airway

a. Pastikan bahwa ventilasi yang adekuat dan oksigenasi tetap berjalan, dan
peralatan penghisap berada pada tempat yang dekat sebagai kesiagaan bila
penderita muntah.
b. Buka mulut dengan tangan kanan
c. Siapkan LMA ditangan kiri, buka mulut dengan tangan kanan
d. Jika LMA suah ada diatas hypoparing dan laryngeal maka isi cuff dengan udara
e. Sambungkan LMA denga konektor untuk pemberian oksigen kemudian di plester.

Airway surgical

Ketidakmampuan intubasi trachea adalah indikasi jelas untuk surgical airway.


Bila oedema glotis, fraktur laring atau perdarahan oropharyngeal airway yang berat
menghambat intubasi trachea dapat dipertimbangkan surgical airway. Pemasangan
jarum merupakan cara sementara dalam keadaan emergensi memberikan oksigen
sampai dapat dipasang surgical airway.

Jet insufflation jalan nafas

Jet insufflation dapat memberikan waktu 45 menit tambahan sampai menunggu


intubasi dilakukan. Jet insufflation dilakukan memakai jarum ukuran 12 atau 14 ( anak
no 16/18) melalui membrana cricothyroid. Jarum kemudian dihubungkan dengan
oksigen pada flow 12-15 liter/menit ( 40-50 psi) dngan suatu y-conector, atau dengan
tube yang dilubangi pada sisinya. Kemudian dilakukan insufflation, 1 detik tutup,4 detik
buka dengan memkai ibu jari. Jet insufflation hanya dapat dipasang selama 30-45 menit,
karena CO2 akan terakumulasi secar perlahan.

Pemasangan jet insufflation harus berhati-hati bila ada abstruksi total glotis oleh
benda asing. Walaupun ada kemungkinan benda asing akan terdorong keluar oleh
tekanan oksigen, namun ada kemungkinan lain yakni reptur paru dan pneumotoraks.
Dalam keadaan ini flow oksigen hanya 6 liter/ menit.

16
Surgical cricothyroidotomy

Dilakukan oleh dokter.

b) Breathing

Wanita bernafas lebih cepat dari pada pria. Pada pernafasan normal. Dilihat
dari segi infra struktur organ pernafasan pada manusia menunjukan bahwa volume
paru wanita lebih kecil dari pada pria,sehingga volume udara dapat dicapai masuk dan
keluar paru pada waktu inspirasi dan ekspirasi pada wanita 3-4 liter, sedangkan pada
pria 4-5 liter artinya kapasitas volume paru pada wanita lebih rendah dari pada pria.
Hal tersebut yang menyebabkan frekuensi pernafasan wanita lebih cepat dibanding
pria. Namun dapat terjadi sebaliknya jika dibandingkan dalam keadaan banyaknya
atau perbedaan aktifitas. Setiap ekspirasi dan diikuti inspirasi dan kemudian ada
istirahat sebentar.

Pada vayi yang sakit urutan ini ada kalanya terbalik dari urutannya menjadi.
Inspirasi istirahat-ekspirasi. Hal ini disebut pernafasan terbalik.

Frekwensi pernafasan normal :

Bayi baru lahir..........................................30-40x/menit

12 bulan ....................................................30x/menit

2-5 tahun.....................................................24x/menit

Orang dewasa................................................10-20x/menit

1) Pengenalan masalah ventilasi

Penentuan adanya jalan nafas yang baik merupakan langkah awal yang
penting, langkah kedua adalah memastikan bahwa ventilasi cukup. Ventilasi dapat
terganggu karena sumbatan jalan nafas, juga dapat terganggu oleh mekanika
pernafasan atau depresi susunan syaraf pusat. Bila pernafasan tidak bertambah baik
dengan perbaikan jalan nafas, penyebab lain dari gangguan ventilasi harus dicari.
Trauma langsung ke toraks dapat memtahkan iga, dan menyebabkan rasa nyeri pada
saat bernafas, sehingga pernafasan menjadi dangkal dan selanjutnya hipoksemia.

17
Cedera pada tulang servikal bagian bawah dapat menyebabkan pernafasan diafragma,
sehingga dibutuhkn bantuan ventilasi.

2) Tanda objektif masalah ventilasi


a. Look

Perhatikan peranjakan torak simetris atau tidak. Bila asimetris pikirkan


kelainan intra-thorakal atau flail chest. Setiap pernafasan yang sesak harus
dianggap sebagai ancaman terhadap oksigenasi.

b. Listen

Auskultasi kedua paru. Bising nafas yang berkurang atau menghilang pada satu
atau kedua hemithoraks menunujukkan kelainan intra thorakal. Berhati-hati lah
terhadap tachypneu karena mungkin disebabkan hipoksia.

c. Feel

Lakukan perkusi. Seharusnya sonor dan sama kedua lapang paru. Bila
hipersonor berarti ada pneumothoraks,bila pekak ada darah.

3) Pengelolaan

Penilaian patensi jalan nafas serta cukupnya ventilasi harus dilakukan dengan
cepat dan tepat. Bila ditemukan atau dicurigai gangguan jalan nafas atau ventilasi
harus segera diambil tindakan untuk memperbaiki oksigenasi dan mengurangi resiko
penurunan keadaan. Tindakan ini meliputi teknik menjaga jalan nafas, termasuk jalan
nafas defenitif ataupun surgical airway dan cara untuk membantu ventilasi. Karena
semua tindakan diatas akan menyebabkan gerakan pada leher, harus diberikan
proteksi servikal,terutama bila dicurigai. Pemberian oksigen harus diberikan sebelum
dan etelah tindakan mengatsi masalah airway. Suction harus selalu tersedia, dan
sebaiknya dengan ujung penghisap yang kaku.

4) Ventilasi dan oksigenasi


Oksigenasi

Oksigenasi sebaiknya diberikan melalui suatu masker yang terpasang dengan flow 10-
12 liter/menit. Cara memberikan oksigen lain dengan nasal kateter, kanul dan
sebagainya dapat memperbaiki oksigenasi. Karena perubahan kadar oksigen darah

18
dapat berubah cepat, dan tidak mungkin dikenali secara klinis,maka harus
dipertimbangkan pemakaian pulsa oksimeter bila diduga ada masalah intubasi atau
ventilasi.

Ventilasi

Ventilasi yang cukup dapat tercapai dengan teknik mout to mouth,mouth to


mouth atau bag-valve-face-mask. Lebih efektif bila ada dua petugas, satu orang
memegang face mask dan petugas yang lain memegang bag. Intubasi memerlukan
beberapa kali usaha dan tidak boleh mengganggu oksigenasi. Dengan demikian lebih
baik pada saat mulai intubasi, petugas menarik nafas dalam, dan menghentikan
tindakan intubasi pada saat petugas harus inspirasi.

Bila sudah terpasang intubasi,ventilasi dapat dibantu dengan bagging,atau


lebih baik memakai respirator. Dokter harus sellu waspada terhadap baro-trauma yang
dapat mengakibatkan pneuma-thoraks.

5) Tabung oksigen
Di indonesia belum ada kesepakatan warna tabung, tetapi umumnya warna hijau atau
metalik berarti tabung mengandung oksigen. Jangan berikan dari tabung yang
berwarna lain. Seperti kita sudah pernah lihat,ada berbagai ukuran tabung oksigen,
dari kecil sampai yang besar. Ukuran tabung dibawah ini bukan untuk
dihafalkan,tetapi untuk diketahui saja.
Tabung Tinggi Diameter Tekanan Volume Silinder
D 43 cm 11.5 1900 400 L 0.16
E 66 cm 10.8 625 0.28
M 110 cm 18 cm 2200 3500 1.56
H 130 cm 23 cm 7000 3.14

Cara menghitung sisa pemakaian oksigen :


a. Tabung E : menunjukkan 2000 PSI
Cara mudah ( tidak akurat)
Psi di regulator dibagi flow ( menit)
2000/10=200 menit
Cara akurat : (2000-200)x0.28=50 menit

19
10
b. Tabung H : menunjukan 2000 PSI
Cara mudah : tidak akurat
Psi di regulator dibagi flow (menit)
2000/10=200 menit
Cara akurat : ( 2000-200) x 3.14=565 menit
10
c. Tabung H: menunjukan 2000 PSI
Silindr M. Sisa 1000 psi dipakai pada 10 LPM :
Sisa waktu=(1000-200) x 1.56= 1248/10=124 menit=2 jam

10 LPM

d. Pemakaian oksigen (ltr)x waktu(mnt)=x


Isi tabung :x=........jam
Pemakaian oksigen 2 ltr/mnt denagn isi tabug oksigen 1200 ltr, maka hasil yang di
dapat adalah : 2ltrx60 mnt=120 ltr
1200:120=10 jam
Jadi jika tabung oksigen tersebut berisi 1200 ltr dengan pemakaian 2ltr/mnt maka
akan habis dalam waktu 10 jam.
Kalau kurang dari 200psi tidak boleh karena:
a) Flow tidak reliable
b) Kalau kosong, ada kondensasi air,karat.

20
SOP

Oropharyngeal (Oral) Airways (Opas)

Nasopharyngeal (Nasal) Airways (Npas)

1. OPA dimasukkan ke dalam mulut dan digunakan hanya pada korban yang tidak sadar
dan tidak responsif dengan no refleks muntah Jika ditempatkan dengan tidak benar,
itu dapat menekan lidah ke bagian belakang tenggorokan, lebih lanjut menghalangi
jalan napas. Setelah Anda memilikinya memposisikan perangkat, gunakan masker
resusitasi atau bag-valve-mask resuscitator (BVM) untuk memberikan ventilasi pada
korban yang tidak bernafas. OPA tidak boleh digunakan jika korban mengalami
trauma mulut, seperti patah gigi, atau baru saja menjalani operasi mulut.

2. NPA dimasukkan ke dalam hidung dan mungkin digunakan pada korban yang sadar,
responsif atau korban tak sadar. Berbeda dengan oral jalan nafas, jalan nafas hidung
tidak menyebabkan korban untuk muntah. NPA tidak boleh digunakan pada korban
dengan diduga trauma kepala atau fraktur tengkorak.

21
Oropharyngeal (Oral) Airways (Opas)

BAHAN

1. OPA sesuai ukuran


Pada orang dewasa
BESAR UKURAN : 5
MEDIUM UKURAN : 4
SMALL UKURAN : 3
2. BVM ( digunakan apa bila klien tidak bernafas dan tidak sadar

CARA PEMASANGAN

1. Ukur OPA dari daun telinga korban hingga ke sudut mulut.

2. BUKA MOUTH THE VICTIM'S BVM) untuk memberikan ventilasi pada


korban yang tidak bernafas.

3. Gunakan teknik lintas jari untuk membuka mulut korban. masukkan OPA
Untuk orang dewasa:

4. Pegang rahang bawah dan lidah korban dan angkat ke atas.

5. Masukkan OPA dengan ujung melengkung di sepanjang atap mulut.

6. Saat ujungnya mendekati bagian belakang mulut, putar setengah putaran (180
derajat).

7. Geser OPA ke bagian belakang tenggorokan. Untuk anak atau bayi:

8. Gunakan pisau lidah atau penekan lidah dan masukkan dengan ujung lidah

9. perangkat mengarah ke bagian belakang lidah dan tenggorokan di bagian

10. posisi itu akan beristirahat setelah penyisipan. atau

11. Masukkan OPA ke samping lalu putar 90 derajat.

12. PASTIKAN PENEMPATAN YANG BENAR

13. Flange harus terletak di bibir korban.

22
Nasopharyngeal (Nasal) Airways (Npas)

BAHAN

1. Pelumas
2. NPA (Nasopharyngeal)

CARA PEMASANGAN

1. Pilihlah ukuran NPA yang tepat

2. Bandingkan diameter luar NPA dengan lubang dalam hidung. NPA tidak
boleh terlalu besar sehingga menyebabkan lubang hidung memucat. Beberapa
tenaga kesehatan menggunakan diameter jari

3. kelingking pasien sebagai pedoman untuk memilih ukuran yang tepat

23
4. Panjang NPA haruslah sama dengan jarak antara ujung hidung pasien dengan
cuping telingA

5. Basahi saluran napas dengan pelumas larut air atau jelly anestesik.

6. Masukkan NPA melalui lubang hidung dengan arah posterior membentuk


garis tegak lurus dengan permukaan wajah. Masukkan dengan lembut sampai
dasar nasofaring. Bila mengalami hambatan :

7. Putar sedikit pipa untuk memfasilitasi pemasangan pada sudut antara rongga
hidung dan nasofaring

8. Cobalah tempatkan melalui lubang hidung yang satunya karena pasien


memiliki rongga hidung dengan ukuran yang berbeda Pemeliharaan jalan
napas perlu dilakukan setelah pembukaan jalan napas, dapat dilakukan secara
manual, dengan alat sederhana ataupun dengan alat bantu lanjut. Dalam
pemeliharaan jalan napas juga perlu dilakukan pemeriksaan sumbatan jalan
napas oleh cairan/ benda asing secara berkala menggunakan sapuan jari
tangan..

9. Jika perlawanan dirasakan, jangan paksa.

10. Jika anda mengalami masalah, coba lubang hidung yang lain.

11. Pastikan penempatan yang benar

12. Flange harus berada di lubang hidung korban.

24
25
PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI NASAL KANULA

Pemberian oksigen pada klien yang memerlukan oksigen secara kontinyu dengan
kecepatan aliran 1-6 liter/menit serta konsentrasi 20-40%, dengan cara memasukan
selang yang terbuat dari plastik ke dalam hidung dan mengaitkannya di belakang
telinga. Panjang selang yang dimasukan ke dalam lubang dihidung hanya berkisar 0,6
– 1,3 cm. Pemasangan nasal kanula merupakan cara yang paling mudah, sederhana,
murah, relatif nyaman, mudah digunakan cocok untuk segala umur, cocok untuk
pemasangan jangka pendek dan jangka panjang, dan efektif dalam mengirimkan
oksigen. Pemakaian nasal kanul juga tidak mengganggu klien untuk melakukan
aktivitas, seperti berbicara atau makan.

Prinsip

a. Nasal kanula untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan atau rendah,
biasanya hanya 2-3 L/menit.
b. Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi >40 %.

Cara pemasangan :

a. Terangkan prosedur pada klien


b. Atur peralatan oksigen dan humidiflier
c. Hubungkan kanula dengan selang oksigen ke humidiflier dengan aliran oksigen
yang rendah,beri pelicin(jelly) pada kedua ujung kanula.
d. Masukan ujung kanula ke lubang hidung
e. Fiksasi selang oksigen
f. Alirkan oksigen sesuai yang diingiinkan.

26
PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI MASKER OKSIGEN

Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang dialiri oksigen
dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker oksigen umumnya berwarna
putih hijau dan mempunyai tali sehingga dapat mengikat kuat mengelilingi wajah
klien. Bentuk dari face mask bermacam-macam. Perbedaan antara rebreathing dan
non-rebreathing mask terletak pada adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi
terinhalasi kembali.

Macam Bentuk Masker :

a. mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60% dengan kecepatan aliran


5-8 liter/menit.

Cara pemasangan :

a. Terangkan prosedur pada klien


b. Atur posisi yang nyaman pada klien (semi fowler)
c. Hubungkan selang oksigen pada sungkup muka sederhana dengan humidiflier.
d. Tepatkan sungkup muka sederhana, sehingga menutupi hidung dan mulut klien
e. Lingkarkan karet sungkunp kepada kepala klien agar tidak lepas
f. Alirkan oksigen sesuai kebutuhan.

27
DAFTAR PUSTAKA

American College of Surgeon Committee of Trauma. 2004. Advanced Trauma Life


Support Seventh Edition. Indonesia: Ikabi

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan, Edisi 31. Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Jual. 1998. Buku Saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada
Praktek Klinis, Edisi 6. Jakarta: EGC

28

Anda mungkin juga menyukai