Anda di halaman 1dari 26

Profil Pertambangan dan Industri

Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur

BAB II

FISIOGRAFI KABUPATEN TUBAN

PROPINSI JAWA TIMUR

Akan diuraikan disini kondisi geomorfologi, geologi, stratigrafi

dan struktur dari Kabupaten Tuban masing-masing sebagai berikut.

2.1 GEOMORFOLOGI

Geomorfologi merupakan kajian tentang bentuk lahan yang

mencakup genesis, perkembangan serta hubungan dengan

lingkungannya. Genesis bentuk lahan ditentukan oleh proses endogen

dan struktur geologi. Perkembangan bentuk lahan terjadi karena

adanya proses eksogen yang meliputi pelapukan, erosi, abrasi, gerakan

massa tanah dan batuan, banjir dan sedimentasi. Proses eksogen

tersebut dipengaruhi oleh agensia iklim, gelombang laut, grafitasi bumi

dan biologi termasuk kegiatan manusia. Sedangkan hubungan bentuk

lahan dengan faktor lingkungan meliputi pengaruh bentuk lahan

terhadap kondisi tanah, tata air dan aktivitas kehidupan manusia

seperti aktifitas dalam bidang pertanian, pemukiman, pertambangan

dan industri.

13
Profil Pertambangan dan Industri
Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur

Bentuk lahan dicirikan oleh konfigurasi permukaan atau relief,

struktur dan litologi, proses dan umur atau stadium. Berdasarkan ciri

tersebut, bentuk lahan yang ada di daerah penelitian dibedakan

menjadi beberapa satuan, yaitu:

 Perbukitan struktural batuan sedimen berumur miosen

 Perbukitan struktural batuan sedimen berumur pliosen

 Perbukitan struktural batuan sedimen berumur pleistosen

 Perbukitan hingga pegunungan karst batuan gamping

 Dataran aluvial

 Dataran aluvial marin

Deskripsi masing-masing satuan bentuk lahan adalah sebagai berikut

2.1.1 Perbukitan Struktural Batuan Sedimen Berumur


Miosen

Satuan bentuk lahan ini dicirikan oleh adanya relief berombak,

bergelombang hingga berbukit, struktur berlapis, litologi terdiri atas

batu pasir kuarsa berselingan dengan batugamping pasiran dan

batulempung, batupasir glaukonit berwarna abu kehijauan dan

batunapal pasiran dengan umur batuan miosen. Proses geomorfologi

meliputi pelapukan, erosi dan gerakan massa tanah dan batuan (mass

movement).

Satuan bentuk lahan ini mengandung sumber bahan galian C, yang

terdiri dari pasirkuarsa, batugamping pasiran, napal pasiran dan pada

tempat-tempat tertentu dijumpai tanah lempung (liat) yang digunakan

sebagai bahan industri batu bata dan genting.

14
Profil Pertambangan dan Industri
Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur

2.1.2 Perbukitan Struktural Batuan Sedimen Berumur


Pliosen

Satuan bentuk lahan ini mempunyai relief berombak hingga

bergelombang, pada dataran hingga lereng kaki dan berbukit pada

lereng hingga puncak atau igir, kemiringan lereng 8% sampai lebih dari

30% dengan ketinggian tempat berkisar dari 50 m hingga 300 m lebih

dpal (diatas permukaan air laut).

Struktur berlapis dengan litologi terdiri atas batugamping,

bersifat pejal kristalin, batugamping dolomitan, napal pasiran,

batugamping pasiran, batugamping lanau dan batugamping napalan.

Proses geomorfologi yang terjadi meliputi pelapukan, erosi dan

gerakan massa tanah. Batuan yang menyusun bentuk lahan ini berumur

pliosen. Pada satuan bentuk lahan ini memiliki sumber bahan galian C

terutama batugamping keras (Ketak), batugamping lunak (Keprus),

dolomitan, napal pasiran dan gamping napalan. Distribusi satuan bentuk

lahan ini di daerah Kecamatan Jatirogo, terus ke Selatan di wilayah

Jojogan, Gunung Bagayung dan Ngurkah wilayah Kecamatan Soko.

2.1.3 Perbukitan Struktural Batuan Sedimen Berumur


Pleistosen

Satuan geomorfologi ini mempunyai relief berombak,

bergelombang hingga berbukit, kemiringan lereng berkisar antara 8%

hingga 30% dan ketinggian tempat berkisar antara 50 – 300 m dpal.

Proses geomorfologi yang terjadi adalah pelapukkan, erosi dan gerakan

15
Profil Pertambangan dan Industri
Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur

massa tanah dan batuan pada lereng-lereng terjal. Litologi terdiri atas

batulempung hitam dan lempung kelabu tua kebiruan, lunak tak berlapis

mengandung sisa tumbuhan, batupasir kelabu coklat berbutir halus –

sedang tersusun oleh kuarsa sedikit mineral hitam dan setempat

mengandung glaukonit, tersemen oleh bahan karbonat, berumur

pleistosen. Satuan bentuk lahan ini memiliki sumber bahan galian

terutama pasir kuarsa.

Satuan bentuk lahan ini menempati wilayah di bagian Barat dan

Selatan daerah Kabupaten Tuban yang meliputi sebagian daerah

Kecamatan Kenduruan dan Desa Bate dan Mojomalang sampai sebagian

wilayah Barat-Selatan Kecamatan Soko.

2.1.4 Perbukitan Hingga Pegunungan Karst Batugamping

Satuan bentuk lahan ini dicirikan dengan relief berbukit kasar,

puncak-puncak berbentuk membulat (conical), lereng terjal. Pada

morfologi karst sering dijumpai adanya gua-gua, staklatit dan stalakmit

dan sungai bawah permukaan tanah. Elevasi berkisar antara 100 – 150

m dpal. Proses geomorfologi yang terjadi adalah pelapukan kimia

(solusi), erosi dan runtuhan massa batuan.

Litologi terdiri atas batugamping keras (Ketak), kalsit,

batugamping dolomitan dan napal. Pada satuan ini memiliki sumber

bahan galian C terutama gamping kalsit dan gamping dolomitan.

16
Profil Pertambangan dan Industri
Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur

2.1.5 Dataran Aluvial

Bentuk lahan dataran aluvial dicirikan dengan relief datar,

kemiringan lereng kurang 3%, elevasi antara 0 – 50 m dpal. Proses

geomorfologi yang terjadi adalah banjir dan sedimentasi. Litologi

tersusun oleh bahan endapan banjir sungai dan aliran permukaan (over

land flow) terdiri atas pasir, lempung, lanau, kerikil dan kerakal. Pada

alur sungai dari beberapa sungai dijumpai pasir dan gravel sebagai

sumber bahan galian C.

Distribusi satuan bentuk lahan ini dijumpai di dataran sepanjang

pesisir Utara Tuban dan sepanjang aliran Bengawan Solo serta

beberapa sungai yang bermuara di Pantai Utara Tuban.

2.1.6 Dataran Aluvial Marin

Satuan bentuk lahan ini mempunyai relief datar dengan

kemiringan kurang dari 3% dan elevasi antara 0 – 2 m dpal. Proses

geomorfologi yang terjadi adalah sedimentasi oleh gelombang dan arus

laut dan abrasi.

Litologi endapan marin terdiri dari pasir pantai yang sebagian besar

pasir kuarsa. Satuan dataran aluvial marin dijumpai di sepanjang pantai

Tuban.

17
Profil Pertambangan dan Industri
Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur

2.2 GEOLOGI

Secara fisiografi, pulau Jawa dan Madura dibagi menjadi 8

(delapan) zona yang disusun berdasarkan atas struktur batuan. Zona-

zona tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

Gambar Peta Geologi Pulau Jawa dan Madura.

- Zona Dataran Aluvial pantai Utara Jawa

- Zona Antiklinorium Rembang-Madura

- Zona Depresi Jawa dan Zona Randu Blatung

- Zona Antiklinorium Kendeng

- Zona Gunung api Kwarter

- Zona Pegunungan Selatan Jawa Timur

18
Profil Pertambangan dan Industri
Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur

Sedangkan Genevraye dan Samuel (1972) membagi fisiografi

Jawa Timur secara struktural, berturut-turut dari Utara ke Selatan

adalah sebagai berikut:

Gambar Peta Fisiografi Jawa Timur dan Madura

- North Jawa Hinge Belt, yang diwakili oleh Rembang Zone yang

terdiri dari atas:

+ Dataran Aluvial Pantai Utara Jawa

+ Antiklinorium Rembang-Madura

+ Depresi Randu Blatung

19
Profil Pertambangan dan Industri
Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur

- Axial Jawa Trough, terdiri dari:

+ Kendeng Zone Yang berupa antiklinorium Kendeng dan

+ Central Depression yang berupa Central Plain of East Jawa.

- Axial Ridge, diwakili oleh pusat-pusat gunung api (central volcanoes)

- Southern Slope of Axial Ridge, diwakili oleh pegunungan selatan

(southern mountain).

Dari gambar peta fisiografi Jawa Timur dan Madura terlihat

bahwa daerah Kabupaten Tuban termasuk bagian geologi zona Mendala

Rembang atau Lajur Rembang – Madura (Van Bammelen, 1949) di mana

merupakan pegunungan antiklinorium dengan arah memanjang Barat –

Timur mulai Kabupaten Purwodadi (Jateng) sampai Surabaya bagian

Utara dan berlanjut sampai ke Madura.

Secara ringkas penyusun Mendala Rembang di Tuban seluruhnya

merupakan batuan sedimen. Batuan tertua yang tersingkap di daerah

penelitian adalah batuan anggota penyusun Formasi Kujung, sedangkan

batuan termuda adalah aluvium yang merupakan endapan sungai.

Peristiwa tektonik pada mendala ini terjadi pada Miosen Tengah yang

berakibat Cekungan Rembang terangkat, membentuk perbukitan

lipatan, mengalami penyesaran dan yang bagian akhir mengalami proses

eksogenik (Sabardi, 1989 dikutip Suratman, 1996). Rincian Geologi

Tuban disajikan pada tabel 2.1 dibawah ini.

20
Profil Pertambangan dan Industri
Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur

21
Profil Pertambangan dan Industri
Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur

22
Profil Pertambangan dan Industri
Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur

2.3 STRATIGRAFI

Seperti telah diuraikan di atas, Mendala Rembang di daerah

Kabupaten Tuban seluruhnya berupa batuan sedimen, dimulai sejak Kala

Oligosen dan diakhiri pada masa alluvium/Resen. Sepanjang rentang

waktu itu terjadi 4 kali ketidakselarasan (tidak terjadi pengendapan).

Secara rinci stratigrafi Mendala Rembang disajikan pada tabel

berikut:

Tabel 2.2 Stratigrafi Mendala Rembang

Umur Formasi Pemerian

Holosen Aluvium Pasir, lempung, lanau dan kerikil


Pleistosen F. Lidah Batulempung, lempung hitam dan batupasir
F. Paciran Batugamping pejal, batugamping dolomitan
F. Mundu Napal, batulempung-lanauan, batugamping
napalan
F. Ledok Batupasir,glaukonitan, berselingan dengan
batugamping pasiran
F. Ledok Batupasir, glaukonitan, berselingan dengan
batugamping pasiran
Miosen F. Wonocolo Napal pasiran berselingan batugamping dan
Tengah batugamping pasiran
Miosen F. Ngrayong Batupasir kuarsa berselingan batugamping
Akhir dan batulempung

Miosen F. Tawun Napal pasiran berselingan dengan


Bawah batugamping bioklastik

Miosen F. Bulu Napal pasiran, batugamping pasiran


Tengah

23
Profil Pertambangan dan Industri
Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur

Untuk memudahkan dalam menentukan susunan urutan batuan

perlu adanya pengelompokan batuan yang didasarkan pada proses

pembentukan lingkungan pengendapannya maupun aspek-aspek fisika

dan kimianya, sehingga ada beberapa nama antara sumber yang satu

dengan sumber yang lain. Data dan informasi yang dipergunakan antara

lain : Peta Geologi Lembar Jatirogo (Situmorang, Smith dan Van

Vessen, 1992), dan Peta Geologi Lembar Tuban (Hartono dan

Suharsono, 1997) Skala 1:100.000 yang diterbitkan oleh Puslitbang

Geologi.

2.3.1 Endapan Kuarter (Holosen)

Aluvium merupakan satuan batuan yang berumur paling muda

yaitu Kuarter (Holosen) tersusun oleh pasir, lempung, lanau dan kerikil

hasil dari kegiatan sungai (fluviatil) dan gelombang. Endapan fluvial

terbentuk akibat aktivitas Bengawan Solo dan anak sungainya yang

mengendapkan material yang terbawa pada saat banjir atau melimpah.

Saat ini proses pengendapannya masih berlangsung. Endapan yang

dijumpai pada dataran pantai dominan berukuran pasir berasal dari

material yang terbawa aliran sungai dan masuk ke dalam laut. Material

tersebut telah mengalami sortasi oleh gelombang laut

dan mempunyai ukuran yang seragam. Material yang berukuran lebih

halus (lanau dan lempung) tersuspensi dalam air laut yang kemudian

diendapkan di dasar laut. Pada saat ini banyak terjadi aktifitas

gelombang yang mengerosi endapan pasir pantai yang telah ada

24
Profil Pertambangan dan Industri
Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur

sehingga pada beberapa kawasan pantai daratannya menjadi berkurang

(pantai mundur).

Endapan Kuarter terdapat pada lembah-lembah antar pebukitan,

yang terbentuk akibat proses pelapukan, erosi dan sedimentasi, seperti

yang terdapat di daerah Montong, Margamulya dan Mulyasari.

2.3.2 Formasi Lidah

Formasi lidah tersusun oleh batulempung, lempunghitam di

bagian atas dan batupasir dibagian bawah. Dijumpai pada bagian tengah

yaitu di daerah Bate Ngrayung dan Jojogan. Batulempung yang

ditemukan berwarna kelabu kebiruan bersifat kurang kompak dan tidak

berlapis. Lempung hitam bersifat pasiran banyak mengandung sisa

tumbuhan. Sedangkan batupasir berwarna coklat kehitaman, berbutir

halus hingga kasar, bersifat kurang kompak dijumpai adanya struktur

perairan bersilang mengandung mineral kuarsa dan foraminifera kecil

dan moluska. Berdasarkan kandungan fosil foraminifera yang ada

ditafsirkan bahwa formasi ini diendapkan pada lingkungan laut dangkal

dan diperkirakan berumur Plio-Plistosen. Satuan ini sebelumnya disebut

sebagai "Mergel Ton" (Trooster, 1937, Koesoemadinata, 1978), "Blue

Clays" (van Bemmelen, 1949), ""Turi-Domas Formation" (Marks, 1957),

"'Lidah-Clays Formation" (Brouwer, 1957), Formasi Lidah

(Koesoemadinata, 1969).

25
Profil Pertambangan dan Industri
Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur

2.3.3 Formasi Paciran

Formasi Paciran terdiri dari batugamping dolomitan yang

umumnya berupa terumbu, tersebar paling luas bila dibandingkan

dengan formasi yang lain. Organisme pembentuknya adalah ganggang,

koral, litotamnium dan foraminifera. Berwarna putih, kelabu, coklat

hingga merah daging, tanah hasil pelapukannya berwarna merah, sangat

kompak dan sebagian terhablurkan terutama pada bagian atas, secara

setempat bersifat dolomitan dan gloukunitan, tidak dijumpai adanya

perlapisan. Pada permukaan batuan umumnya berongga dan tajam

akibat adanya proses pelarutan oleh air. Banyak dijumpai sungai bawah

tanah dan gua batugamping yang secara setempat ditemukan endapan

fosfat.

Umur dari formasi ini sulit untuk ditentukan karena tidak

ditemukan adanya fosil penunjuk yang dapat dipergunakan untuk

menentukan umurnya. Berdasarkan kedudukan stratigrafi yang

menjemari dengan Formasi Mundu maka Formasi Paciran diduga

berumur Pliosen yang diendapkan pada kondisi lingkungan laut terbuka,

tenang dan hangat sehingga memungkinkan tumbuhnya organisme.

Nama lain yang kadang dipakai adalah Formasi Kalibeng (Duyfles,

1936; Hartono, 1973), Batugamping Karren (Trooster, 1937), Karren

Kalk (van Bemmelen, 1949) dan Formasi Madura (Brouwer, 1957).

26
Profil Pertambangan dan Industri
Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur

2.3.4 Formasi Mundu

Formasi Mundu terdiri dari napal, batulempung lanauan dan

batugamping napalan. Tersebar pada arah barat-timur sesuai dengan

arah berkembangnya struktur antiklinorium dengan lokasi penyebaran

di Kedungringin pada sayap antiklin Lodan dan Mrayun - Kalangtengah,

Sidomukti, dan sekitar Jojogan.

Napal yang ditemukan berwarna putih, kelabu, kehijauan

bersifat kurang kompak hingga kompak dengan struktur perlapisan

yang hampir mendatar yang pada permukaannya dijumpai adanya

rekahan. Pada bagian bawah umumnya bersifat lempungan dan pasiran

kaya akan foraminifera kecil dan moluska secara setempat dijumpai

adanya jejak galian cacing. Batulempung lanauan berwarna kelabu

kehitaman, merupakan lensa dan konkresi di dalam napal. Sedangkan

batugamping napalan yang dijumpai bersifat lempungan mengandung

mineral kuarsa, glaukonit dan foraminifera. Batuan ini merupakan

sisipan dalam napal dan sebarannya tidak merata. Lingkungan

pengendapannya merupakan lingkungan pengendapan laut dalam sampai

neritik dan berumur Pliosen. Nama lain adalah Jenjang Mundu

(Trooster, 1937), Globigerina Mari (van Bernmelen, 1949), Mundu

Member (Marks, 1957) dan Anggota Mundu Formasi Kawengan

(Brouwer, 1957).

27
Profil Pertambangan dan Industri
Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur

2.3.5 Formasi Ledok

Formasi Ledok tersusun oleh batupasir glaukonitan berselingan

dengan batugamping pasiran.

Batupasir glaukonitan yang dijumpai berwarna kelabu kehijauan,

bersifat gampingan mulai dari kurang kompak hingga kompak. Mineral

pembentuk utama batupasir ini adalah kepingan kuarsa dan glaukonit

berukuran halus hingga kasar dengan bentuk menyudut tanggung hingga

membundar tanggung, terpilah sedang, tersemen oleh batuan karbonat

serta berlapis baik dengan tebal lapisan antara 20 - 40 cm, pada

beberapa tempat menunjukkan adanya struktur silang-siur. Secara

berangsur ke arah atas ukuran butirnya semakin kasar dan jumlah

glaukonitnya juga semakin banyak. Batugamping pasiran yang dijumpai

berwarna kelabu muda, kompak dan berlapis baik dengan ketebalan

antara 15 - 20 cm, mengandung mineral kuarsa dan glaukonit serta

foraminifera kecil dalam jumlah yang banyak.

Formasi Ledok diendapkan pada lingkungan laut dangkal (litoral)

pada kala Miosen Akhir, dijumpai disekitar daerah Jatirogo yang

menyebar ke arah barat-timur. Nama sebelumnya adalah Anggota

Ledok Formasi Globigerina (Trooster, 1937).

28
Profil Pertambangan dan Industri
Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur

2.3.6 Formasi Wonocolo

Formasi Wonocolo tersusun oleh napal pasiran yang berselingan

dengan batugamping pasiran. Tersebar memanjang pada arah barat-

timur di daerah Banjarsari, Terongan dan G. Nalatita - Kebonduren

sampai Ketringan Wetan.

Napal pasiran yang dijumpai berwarna kelabu kehijauan sampai

coklat kekuningan, mengandung foraminifera kecil yang melimpah,

mineral kuarsa, glaukonit dan mika secara setempat ditemukan bekas

galian cacing. Batugamping pasiran yang secara teratur berselingan

dengan napal pasiran, secara umum berwarna kelabu sampai coklat

mengandung mineral kuarsa, glaukonit dan foraminifera kecil, dijumpai

perlapisan dengan ketebalan antara 15 - 20 cm.

Berdasarkan fosil foraminifera yang dijumpai disimpukan bahwa

Formasi wonocolo diendapkan pada lingkungan laut dalam pada kala

Miosen Akhir bagian bawah. Nama lain dari Formasi Wonocolo adalah

Anggota Wonocolo Formasi Globigerina (Trooster, 1937), Anggota

Wonocolo Formasi Kawengan (Brouwer, 1957), dan Lapisan Wonocolo

(Van Bemmelen, 1949).

29
Profil Pertambangan dan Industri
Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur

2.3.7 Formasi Ngrayong

Tersebar di daerah bagian utara Kabupaten Tuban dan bagian

Tengah. Pada bagian utara memanjang arah barat timur mulai dari

Ngandang - Ngaglik - Sima - Sriwing sampai Cakrawa dan Mliwang -

Bugang terletak pada sayap antiklin Lodan. Pada bagian tengah dijumpai

di tersebar di sekitar Mawun - Tawiwiyah dan Sidonganti - Barikulon.

Tersusun oleh batupasir kuarsa yang berselingan dengan batugamping

dan batulanau.

Batupasir kuarsa yang dijumpai berwarna putih sampai kuning

kecoklatan, berbutir halus sampai sedang yang semakin kasar ukuran

butirnya ke arah atas, berbentuk menyudut tanggung, kondisi

batuannya kurang kompak sampai lepas tersusun oleh mineral kuarsa,

felspar, mika dan mineral hitam. Struktur perlapisan yang ada kurang

baik dan secara setempat dijumpai lapisan batubara setebal 20 - 50

cm.

Batugamping berwarna coklat kekuningan, kompak berlapis baik

dengan ketebalan antara 10 - 50 cm, mengandung foraminifera besar.

Di bagian bawah, batugamping ini merupakan lensa dan semakin ke arah

atas semakin tebal dan semakin rapat. Batulempung, berwarna kelabu,

coklat hingga ungu merupakan selingan dibagian tengah dan atas,

setempat menyerpih dan mengandung mika dan foraminifera kecil.

Secara setempat dijumpai endapan gypsum dan sisa tumbuhan.

30
Profil Pertambangan dan Industri
Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur

Berdasarkan kumpulan fosil foraminifera yang ditemukan

Anggota Ngrayong diperkirakan berumur Miosen Tengah bagian bawah

dengan lingkungan pengendapannya laut dangkal (litoral). Nama ini

diperkenalkan oleh Brouwer (1957) dari Desa Ngrayong, sedangkan

nama sebelumnya adalah "Rembangschichten" (Martin, 1912),

Orbitoiden Kalk (OK) Atas” (Trooster, 1937), dan Lapisan Rembang

Atas (Van Bemmelen, 1949).

2.3.8 Formasi Tawun

Formasi Tawun tersusun oleh napal pasiran berselingan dengan

batugamping bioklastika. Napal pasiran yang dijumpai berwarna coklat

kekuningan, berbutir halus sampai sedang dan berlapis dengan

ketebalan dari 5 sampai 10 cm. Batugamping bioklastika berwarna

coklat sampai kelabu berlapis dengan ketebalan antara 20 - 40 cm dan

banyak mengandung foraminifera besar. Berdasarkan kandungan

foraminifera besar yang ditemukan menunjukkan bahwa formasi ini

berumur Miosen Awal dengan kondisi lingkungan pengendapannya laut

agak dangkal.

Formasi ini tersebar di bagian utara yaitu di bagian tengah Kali

(K.) Boncong dan di hulu K. Lambang dengan sebaran berarah timur –

barat membentuk antiklin Lodan, sedangkan dibagian selatan menerus

ke kabupaten Bojonegoro. Penamaannya berasal dari Desa Tawun yang

nama sebelumnya "Orbitoiden Kalk (OK)" (Trooster, 1937; Marks,

1957) dan Anggota Tawun Formasi Tuban (Brouwer, 1957).

31
Profil Pertambangan dan Industri
Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur

2.3.9 Formasi Bulu


Tersusun oleh batugamping pasiran dengan sisipan napal pasiran.

Tersebar sangat terbatas pada beberapa daerah yaitu sayap antiklin

Jamprono (G. Batang - G. Tewu), antiklin Sentul (G. Bancang - G.

Geritan).

Batugamping pasiran berwarna putih - kalbu hingga coklat kekuningan,

berbutir halus hingga kasar, menunjukkan struktur pelat (platy)

setebal antara 5 - 20 cm, pada umumnya dijumpai adanya struktur

perlapisan silang - siur, kompak dan secara setempat pejal, mengandung

mineral kuarsa, foraminifera, moluska dan koral. Napal pasiran

berwarna coklat kekuningan mengandung foraminifera dan cangkang

moluska.

Dari hasil pengamatan foraminifera besar yang dapat dikenali

disimpulkan bahwa Formasi Bulu diendapkan di lingkungan laut dangkal

pada kala Miosen Tengah bagian atas.

2.4 STRUKTUR GEOLOGI

Kabupaten Tuban merupakan bagian dari antiklinorium Rembang

dengan sumbu antiklin dan sinklin umumnya berarah barat-timur dan

baratlaut-tenggara. Sesar yang ada umumnya berarah baratdaya-

timurlaut dan baratlaut-tenggara. Mendala Rembang di daerah Tuban

mengalami perlipatan dan persesaran. Sumbu-sumbu lipatan berarah

barat laut - tenggara, sedangkan sesar berarah timur laut – barat daya

dan barat laut – tenggara. Selain itu, terbentuk pula lipatan berarah

32
Profil Pertambangan dan Industri
Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur

timur – barat, antara timur - timur laut, antara barat - barat daya,

utara – selatan, barat - barat laut, dan timur - tenggara. Demikian pula

sesar yang terbentuk mempunyai arah yang bervariasi. Kemiringan

perlapisan batuan penyusuan berkisar antara 10o – 60o.

Struktur lipatan yang penting antara lain adalah

 Antiklin Lodan

 Alaskembang

 Sentul

 Jamprong

Antiklin Alaskembang berarah Barat – Timur, sepanjang 32

kilometer, melewati daerah Alaskembang sampai Gunung Gesikan.

Antiklin Lodan terdapat pada bagian utara dimana sumbunya

melalui Desa Lodan berarah barat-timur dengan panjang lebih kurang

38 km mulai dari Ngandang (Jawa Tengah) sampai Cakrawati

(Kecamatan Tambakboyo, Tuban). Antiklin ini berkembang pada

Formasi Tawun, Anggota Ngrayong, Formasi Bulu, dan Formasi

Wonocolo. Sudut kemiringan lapisan batuannya ke arah utara dan

selatan hampir sama, yaitu antara 100-200 dan tergolong dalam lipatan

terbuka dan setangkup.

Antiklin Alaskembang terdapat di bagian tengah dengan sumbu

berarah barat-timur mulai dari Desa Alaskembang sampai ke daerah G.

Gesikan. Antiklin ini berkembang pada Anggota Ngrayong, Formasi

Bulu, Wonocolo dan Leclok.

33
Profil Pertambangan dan Industri
Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur

Di daerah Gesikan ditutupi oleh Formasi Paciran. Panjang sumbunya

kurang lebih 32 km, dengan sudut kemiringan lapisan sayap utara

berkisar antara 300-650 sedangkan sayap selatan berkisar antara

250-350.

Antiklin Sentul terletak pada bagian tengah dengan sumbu

memanjang pada arah barat-timur mulai dari daerah G. Sentul sampai

ke daerah G. Watutelo, berkembang pada Anggota Ngrayong, Formasi

Bulu dan Wonocolo. Sudut kemiringan lapisan sayap utara besarnya 150

dan relatif lebih kecil dengan kemiringan lapisan sayap selatan yang

besarnya berkisar antara 250-350.

Antiklin Jamprong ditemukan pada bagian Barat Daya Kabupaten

Tuban dengan sumbu berarah relatif barat-timur melalui Desa

Jamprong dan menunjam ke daerah G. Tewu. Antiklin ini berkembang

Anggota Ngrayong dan Formasi Bulu dengan sudut kemiringan lapisan

batuan pada sayap utara sebesar 100, relatif lebih kecil bila

dibandingkan dengan kemiringan lapisan batuan di sayap selatan yaitu

sebesar 200-300.

Selain antiklin tersebut di atas masih ada beberapa antiklin

lainnya yang berukuran kecil seperti yang dijumpai di daerah

Sambangrejo dan Gempol yang memotong K. Klero di daerah Semanding

dan disebelah tenggara G. Kebondo dan G. Sangit.

Sesar yang dijumpai di Kabupaten Tuban adalah sesar naik, sesar

normal dan sesar geser jurus. Sesar naik berarah relatif barat - timur,

34
Profil Pertambangan dan Industri
Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur

jurus sesar normal dan sesar geser jurus umumnya berarah barat daya

- timur laut dan sebagian barat laut - tenggara.

Sesar normal Mliwang yang berarah timur laut - barat daya

melalui daerah Bugang melewati Mliwang sampai di Gesikan. Bagian yang

terletak di sebelah utara bergerak relatif naik bila dibandingkan

dengan bagian sebelah selatan. Batuan yang tersesarkan meliputi

batugamping dari Formasi Paciran, dan batupasir kuarsa yang

berselingan dengan batugamping dan batulempung dari Anggota

Ngrayong Formasi Tuban.

Sesar normal G. Nalaffla berarah timur laut - barat daya mulai

dari G. Nalatita sampai di Kebonduren. Bagian yang terletak disebelah

utara bergerak relatif naik bila dibandingkan dengan bagian yang

terletak disebelah selatan. Sedangkan batuan yang tersesarkan

meliputi napal pasiran berselingan dengan batugamping pasiran dari

Formasi Wonocolo dan batunapal, batulempung lanauan dan

batugamping napalan dari Formasi Mundu.

Sesar geser Jeladra, sesar ini berarah barat laut - tenggara

memotong K. Jeladra dan antiklin Jamprong. Secara berderet dengan

arah yang sama juga dijumpai sesar Sokogunung dan Ngasem. Batuan-

batuan yang tersesarkan terdiri dari napal pasiran berselingan dengan

batugamping pasiran dari Formasi Wonocolo, batugamping pasiran

dengan sisipan batunapal pasiran dari Formasi Bulu serta batupasir

kuarsa berselingan batugamping dan batulempung dari Anggota

Ngrayong, Formasi Tuban.

35
Profil Pertambangan dan Industri
Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur

Sesar geser Tawiwiyah - Nguluan, berarah barat laut - tenggara

mulai dari kawasan pebukitan di Tawiwiyah sampai di perbukitan

sebelah barat Nguluan. Batuan yang tersesarkan berupa batugamping

dari formasi Paciran, batupasir berselingan dengan batugamping dan

batulempung dari Anggota Ngrayong Formasi Tuban.

Sesar geser Lodan Wetan, berarah barat laut - tenggara melalui

Lodan Wetan, batuan yang tersesarkan berupa batupasir kuarsa dari

Anggota Ngrayong Formasi Tuban, napal pasiran berselingan dengan

batugamping pasiran Formasi Wonocolo dan napal pasiran berselingan

dengan batugamping bioklastik dari Anggota Tawun Formasi Tuban.

Selain sesar-sesar tersebut di atas masih banyak dijumpai

dengan sesar lain yang , berukuran lebih kecil. Berdasarkan arah

struktur yang ditemukan di Kabupaten Tuban maka diduga arah gaya-

gaya utama pembentuk struktur tersebut relatif utara-selatan.

2.4.1 Sejarah Geologi

Batuan tertua yang tersingkap di wilayah ini adalah batugamping

dan napal yang berumur Miosen awal. Pada waktu itu wilayah ini berupa

cekungan laut dangkal. Di dalam cekungan ini terendapkan batugamping

dan napal yang termasuk dalam Formasi Tawon. Selama Miosen tengah

terjadi penurunan muka air laut, sehingga kedalaman cekungan makin

dangkal (litoral) dan terendapkan serpih karbonan bersisipan batubara

dari Anggota Ngrayong Formasi Tuban, seperti yang tersingkap di

36
Profil Pertambangan dan Industri
Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur

daerah Jamprong - Gayam. Anggota Ngrayong Formasi Tuban menindih

tak selaras Formasi Tawun dengan dicirikan oleh adanya bidang erosi

pada Formasi Tawun. Kemudian pada kala Miosen Tengah bagian atas

terjadi genang laut (trangresi) sehingga terbentuk endapan napal

Formasi Bulu didalam lingkungan pengendapan laut dangkal. Genang laut

tersebut mencapai puncaknya pada kala Miosen Akhir bagian bawah

sehingga terbentuk napal Formasi Wonocolo yang berlingkungan

pengendapan laut dalam.

Peristiwa selanjutnya adalah terjadinya susut laut pada kala

Miosen Akhir yang membentuk batupasir gloukonitan Formasi Ledok

berlingkungan pengendapan litoral. Di bagian utaranya batupasir

gloukonitan tersebut ber-asosiasi dengan batugamping terumbu.

Selanjutnya pada kala Pliosen Awal terjadi penurunan lingkungan

pengendapan sehingga berubah menjadi neritik sampai laut dalam. Pada

kala ini terbentuk napal Formasi Mundu. Peristiwa genang laut ini

mencapai puncaknya pada kala Pliosen Akhir yang membentuk

batulempung lanauan.

Pada saat yang bersamaan ditempat lain terbentuk pula

batugamping setempat dolomitan dari Formasi Paciran. Kedua Formasi

tersebut berhubungan secara menjemari. Peristiwa selanjutnya adalah

terjadinya susut laut atau pengangkatan pada kala Plio-Plistosen

sehingga terbentuk lingkungan pengendapan laut dangkal, yang

mengendapkan batulempung hitam pasiran yang mengandung banyak

sisa tumbuhan. Batuan-batuan ini termasuk dalam Formasi Lidah.

37
Profil Pertambangan dan Industri
Kabupaten Tuban Propinsi Jawa Timur

Pengangkatan tersebut terus berlangsung sampai sekarang dan

terbentuk endapan alluvial. Kegiatan ini di bagian selatan wilayah Tuban

disertai dengan terjadinya kegiatan gunung api Kuarter.

38

Anda mungkin juga menyukai