Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknik CT-Scan ini pertama kali ditemukan oleh Godfrey Hounfield pada

tahun 1968 dan di Indonesia digunakan sejak tahun 1970. CT-Scan merupakan

perpaduan antara teknologi sinar-x, computer dan televisi sehingga mampu

menampilkan gambar anatomis tubuh dalam manusia dalam bentuk irisan atau

slice ( Rasad,1992 ). Prinsip kerja dari CT-Scan yaitu hanya dapat men-scanning

tubuh dengan irisan melintang tubuh (potongan axial). Namun dengan

memanfaatkan teknologi computer maka gambaran axial yang telah didapatkan

dapat diformat kembali sehingga didapatkan gambaran coronal, sagital, oblique,

diagonal bahkan bentuk tiga dimensi dari objek tersebut. (Tortorici, 1995)

Pada umumya ada banyak jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan

menggunakan prinsip Computed Tomography salah satunya adalah teknik

pemeriksaan CT-Scan Kepala. Scanogram kepala dibuat dengan posisi tabung –

detektor berada di samping kepala pasien yang berbaring terlentang. Kemudian di

buatlah scan – scan menurut program, barulah dalam hal ini pasien diam dan

tabung detektor berputar mengelilingi sambil memotret ( Rasad, 1992 )

Salah satu kelainan patologi yang dapat dilihat melalui CT-Scan kepala

adalah epilepsi. Epilepsi atau serangan kejang merupakan manifestasi klinis lepas

muatan listrik yang berlebihan di sel-sel neuron otak. Hal ini terjadi karena fungsi

sel neuron terganggu. Salah satu pemeriksaan penunjang yang bisa digunakan

1
untuk menegakkan diagnosa tersebut adalah dengan Ct Scan Kepala karena

dengan dilakukannya pemeriksaan CT-Scan kepala maka akan dapat

menampakkan jaringan otak serta struktur tulang dari kepala, dimana jaringan

otak tidak dapat terlihat pada pemeriksaan radiografi konvensional biasa.

Berdasarkan hal tersebut penulis ingin mengkaji lebih lanjut mengenai

teknik pemeriksaan CT-Scan kepala pada kasus epilepsy di Instalasi Radiologi

RSUD Kraton Pekalongan dan mengangkatnya sebagai laporan kasus dengan

judul “ TEKNIK PEMERIKSAAN CT-SCAN KEPALA DENGAN KASUS

EPILEPSI DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD KRATON PEKALONGAN “

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana prosedur pemeriksaan CT-Scan kepala pada kasus Epilepsi di

Instalasi Radiologi RSUD Kraton Pekalongan?

2. Apakah dengan prosedur pemeriksaan CT Scan kepala pada kasus epilepsi di

Instalasi Radiologi RSUD Kraton Pekalongan sudah dapat menegakkan

diagnosa pada kasus epilepsi?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan CT Scan kepala pada kasus epilepsi

di Instalasi Radiologi RSUD Kraton Pekalongan sudah dapat menegakkan

diagnose pada kasus epilepsy.

2
2. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan CT Scan kepala pada kasus epilepsi

di Instalasi Radiologi RSUD Kraton Pekalongan sudah dapat menegakkan

diagnose atau bwlum

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

dapat mengetahui lebih lanjut tentang prosedur teknik pemeriksaan CT-Scan

kepala pada kasus epilepsi di Instalasi Radiologi RSUD Kraton Pekalongan .

2. Bagi Pembaca

Pembaca dapat memperoleh wawasan dan pengetahuan tentang prosedur

teknik pemeriksaan CT-Scan kepala pada kasus epilepsi di Instalasi Radiologi

RSUD Kraton Pekalongan .

3. Bagi Akademi

Sebagai bahan masukan bagi penulis laporan kasus dengan topik yang sama.

4. Bagi Rumah Sakit

Memberikan dorongan dalam meningkatkan pelayanan diagnostik pada

pemeriksaan CT-Scan kepala dengan kasus epilepsi.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam memahami isi laporan kasus ini, maka

penulis menyajikan dalam beberapa pokok bahasan yang terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN

3
Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat

penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang anatomi otak, patologi epilepsi, dasar – dasar CT-Scan,

Komponen dasar CT-Scan dan prosedur pemeriksaan CT-Scan kepala.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Otak

Otak adalah organ tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat

kendali dari semua alat tubuh, merupakan bagian dari saraf sentral yang terletak

di dalam rongga tengkorak yang di bungkus oleh suatu lapisan otak yang kuat.

Otak terdiri dari otak besar (cerebrum), batang otak (trunchus enchepali) dan

otak kecil ( cerebellum) (syaifudin, 2006).

1. Otak besar (Cerebrum)

Otak besar merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari otak,

berbentuk telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak. Otak

mempunyai dua permukaan yaitu permukaan atas dan permukaan bawah.

Kedua permukaan ini dilapisi oleh lapisan kelabu (zat kelabu) yaitu pada

bagian korteks cerebral dan zat putih terdapat pada bagian dalam yang

mengandung serabut saraf. (Syaifudin, 2006 ).

Fungsi Otak besar:

a) Mengingat pengalaman-pengalaman yang lalu.

b) Pusat persarafan yang menangani aktifitas

mental,akal,intelegensi,keinginan dan memori.

c) Pusat menangis, buang air besar dan buang air kecil.

5
Gambar 2.1 Penampang melintang otak (Syaifudin,2006)

Keterangan gambar :

1. Medula oblongata. 7. Konvolusi

2. Pons 8. Dienchepalon

3. Otak tengah 9. SerebelluM

4. Meningens 10. Hind brain

5. Otak depan 11. Medulla spinalis

6. Serebrum

2. Batang otak (Truncus Enchepali)

Batang otak terdiri dari:

a) Disenchepalon, bagian batang otak paling atas terdapat diantara

cerebellum dengan mesenchepalon ( Syaifudin, 2006 ).

6
Fungsi disenchepalon :

1) Vase konstruktor, mengecilkan pembuluh darah.

2) Respiratory, membantu proses persarafan.

3) Mengontrol kegiatan refleks

4) Membantu pekerjaan jantung.

b) Mesensepalon, atap dari mesensepalon terdiri dari empat bagian yang

menonjol keatas, dua dsebelah atas disebut korpus kuadrigeminus

superior dan dua sebelah bawah disebut korpus kuadrigeminus

inferior. ( Syaifudin, 2006 )

Fungsi mesensepalon :

1) membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata

2) memutar mata dan pusat pergerakan mata

c) Pons Varoli, brakium pontis yang menghubungkan mesenhepalon

dengan pons varoli dan cerebellum terletak di depan cerebellum

diantara otak tengah dan medulla oblongata, disini terdapat

premotoksid yang mengatur gerakan pernafasan dan refleks. (

Syaifudin, 2006 )

Fungsi pons varoli:

1) Penghubung antara kedua bagian cerebellum dan juga antara

medulla oblongata dengan cerebellum atau otak besar

2) Pusat saraf nervus trigeminus.

7
d. Medulla oblongata, bagian batang otak paling bawah yang

menghubungkan pons varoli dengan medulla spinalis. (Syaifuddin,

2006)

Fungsi medulla oblongata:

1) Mengontrol pekerjaan jantung.

2) Mengecilkan pembuluh darah (vaso konstruktor)

3) Pusat pernafasan (respirasi center)

4) Mengontrol kegiatan refleks.

3. Otak kecil (cerebellum)

Cerebellum terletak pada bagian paling bawah dan belakang

tengkorak, dipisahkan dengan cerebrum oleh fisura transversalis

dibelakangi oleh pons varoli dan diatas medulla oblongata. ( Syifuddin,

2006 )

Fungsi otak kecil:

a) Arkhiocerebellum (vestibulocerebellum). untuk keseimbangan dan

rangsangan pendengaran ke otak

b) Paleacerebellum ( spinocerebellum), sebagai pusat penerima impuls dan

nervus vagus kelopak mata, rahang atas, rahang bawah, dan otot

pengunyah.

c) Neocerebellum (ponto cerebellum), korteks cerebellum menerima

informasi tentang gerakan yang sedang dan yang akan dikerjakan dan

mengatur gerakan sisi badan.

8
Gambar 2.2 Otak dengan piamater (Syaifuddin, 2006)

Keterangan gambar :

1. Vena-vena serebri superior.

2. Lobus frontalis.

3. Vena serebri media.

4. Vena-vena serebri inferior.

5. Rolandi.

6. Serebelum

7. Medula oblongata.

8. Lobus temporalis.

9
4. Meningen ( selaput otak )

Selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang belakang,

melindungi struktur saraf halus yang membawa pembuluh darah dan

cairan sekresi ( cairan serebro spinalis ). Memperkecil benturan atau

gerakan yang terdiri dari 3 ( tiga ) lapisan. ( Syaifudin, 2006)

a. Durameter ( lapisan sebelah luar )

Selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan ikat dan

kuat, di bagian tengkorak terdiri dari selaput tulang tengkorak dan

durameter propia di bagian dalam di kanalisvertebralis kedua lapisan

ini terpisah. ( Syaifudin, 2006)

b. Arakhnoid ( lapisan tengah )

Merupakan selaput halus yang memisahkan durameter dengan

piameter membentuk sebuah kantong atau balon berisi cairan otak

yang meliputi seluruh susunan saraf sentral ( Syaifudin, 2006 )

c. Piameter ( lapisan sebelah dalam )

Merupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan jaringan

otak, piamater berhubungan dengan arakhnoid melalui struktur –

struktur jaringan ikat yang disebut trakekel ( Syifudin, 2006)

5. Ventrikel Otak

Ventrikel merupakan rangkaian dari empat rongga dalam otak

yang saling berhubungan dan dibatasi oleh ependima ( semacam sel

epitel yang membatasi semua rongga otak dan medula spinalis ) dan

mengandung CSF ( cerebrospinal fluid ).Ventrikel otak terdiri dari

ventrikel leteral, ketiga dan keempat.( Price Sylvia, 1995 )

10
6. Cairan Serebrospinal

Cairan serebrospinal adalah hasil sekresi plexus khoroid ke

dalam ventrikel – ventrikel yang ada dalam otak, cairan tersebut masuk

ke dalam kanalis sentralis sumsum tulang belakang dan juga ke dalam

ruang subarakhnoid melalui celah – celah yang terdapat pada ventrikel

keempat.

Jumlah cairan serebrospinal dalam ventrikel dan ruang

subarakhnoid berkisar antara 120 – 180 ml pada orang dewasa, 100 –

140 ml pada anak umur 8 – 10 tahun, dan 40 – 60 ml pada bayi. Pada

orang dewasa, produksi cairan serebrospinal selama 24 jam berjumlah

430 – 500 ml, ini berarti dalam 24 jam cairan serebrospinal diganti

sebanyak 3 kali

a. Sirkulasi Cairan Serebrospinal

Cairan serebrospinalis yang dihasilkan dalam ventrikel dan

ruang subarakhnoid akan mengalir ke vili arakhnoid ( pacchionian

granulations ) selanjutnya masuk ke dalam sinus sagitalis superior,

untuk diabsorpsi. Cairan serebrospinal dari ventrikel lateralis,

melalui foramen Monro akan masuk ke ventrikel III di garis

tengah, kemudian melalui foramina Luschka di lateral atau

foramen Magendie di garis tengah, selanjutnya masuk ke ruang

subarakhnoid ( sisterna magna ). Ada sejumlah cairan

serebrospinalis yang masuk ke kanalis spinalis untuk beredar di

sekeliling medula spinalis atau ia dapat mengalir ke sefalad ke

dalam sisterna basalis. Cairan serebrospinalis meneruskan

alirannya ke sefalad ke ruang subarakhnoid untuk mencapai

11
pacchionian granulations setinggi sinus sagitalis superior, dan

cairan ini kembali ke dalam aliran darah melalui sisterna vena.

Untuk mempertahankan volume cairan dalam ventrikel dan ruang

subarakhnoid, absorpsi cairan serebrospinal harus sepadan dengan

produksi cairan serebrospinalis.( Woodruff WW,1993 )

Gambar 2.3 Sirkulasi cairan serebrospinal ( Price Sylvia A, 1995 )

B. Patologi Epilepsi

Epilepsi atau serangan kejang merupakan manifestasi klinis lepas muatan

listrik yang berlebihan di sel-sel neuron otak. Hal ini terjadi karena fungsi sel

neuron terganggu. Gangguan fungsi ini dapat berupa gangguan fisiologi,

biokimiawi, anatomi, atau gabungan berbagai faktor tersebut. tiap kelainan

12
yang menganggu fungsi otak, baik yang fokal maupun umum, dapat

mengakibatkan bangkitan kejang atau serangan epilepsi.

bila ditinjau dari faktor etiologi, maka sindrom epilepsi dapat dibagi menjadi

kelompok, yakni :

1) Epilepsi idiopatik : Sebagian dari jenis idiopatik disebabkan Epilepsi

diopatik Pada sebagian besar pasien, penyebab epilepsi tidak diketahui

dan biasanya pasien tidak menunjukkan manifestasi cacat otak dan juga

tidak bodoh. Dengan bertambah majunya ilmu pengetahuan serta

kemampuan diagnostik, maka golongan oleh abnormalitas konstitusional

dari fisiologi serebral yang disebabkan oleh interaksi beberapa faktor

genetik. Gangguan fisiologis ini melibatkan stabilitas sistem telamik-

intralaminar dari substansia kelabu basal dan mencakup reticular

activating system dalam sinkronisasi lepas muatan. Sebagai akibatnya

dapat terjadi gangguan kesadaran yang berlangsung singkat .

2) Epilepsi simtomatik : Epilepsi Simtomatik Epilepsi Simtomatik dapat

terjadi bila fungsi otak terganggu oleh berbagai kelainan intracranial atau

ekstrakranial. Penyebab intrakranial misalnya anomali kongenital, trauma

otak, neoplasmaotak, misalnya gagal jantung, gangguan pernafasan,

gangguan metabolism, hipoglikemia, hiperglikemia, uremia, gangguan

keseimbangan elektrolit, intoksikasi obat, gangguan hidrasi (hidrasi,

hidrasi lebih). https://www.academia.edu/25263184/epilepsi

C. Dasar-Dasar CT- Scan

CT-Scan merupakan perpaduan antara teknologi sinar-X, komputer dan

televisi. Prinsip kerjanya yaitu berkas sinar-X yang terkolimasi dan adanya

13
detektor. Didalam komputer terjadi proses pengolahan dan perekonstruksian

gambar dengan menerapkan prinsip matematika atau yang lebih dikenal

dengan rekonstruksi algoritma. Setelah proses pengolahan selesai maka data

yang telah diperoleh berupa data digital yang selanjutnya diubah menjadi data

analog untuk ditampilkan kelayar monitor. Gambar yang ditampilkan dalam

layar monitor berupa informasi anatomis irisan tubuh (Rasad, 1992). Pada

CT-Scan prinsip kerjanya hanya dapat men-scaning tubuh dengan irisan

melintang tubuh. Namun dengan memanfaatkan teknologi komputer maka

gambaran axial yang telah didapatkan dapat direformat kembali sehingga

didapatkan gambaran koronal, sagital, oblik, diagonal bahkan bentuk 3

dimensi dari obyek tersebut ( Tortorici, 1995 )

D. Komponen dasar CT-Scan ( Tortorici, 1995 )

CT-Scan mempunyai 2 komponen utama yaitu scan unit dan operator konsul.

Scan unit biasanya berada di dalam ruang pemeriksaan sedangkan konsul

letaknya terpisah dalam ruang kontrol. Scan unit terdiri dari 2 bagian yaitu

meja pemeriksaan (couch) dan gantry (Bontrager, 2001).

Bagian – bagian dari scan unit :

1. Gantry

Di dalam CT-Scan, pasien berada di atas meja pemeriksaan dan meja

tersebut bergerak menuju gantry. Gantry ini terdiri dari beberapa perangkat

yang keberadaannya sangat diperlukan untuk menghasilkan suatu

gambaran, perangkat keras tersebut antara lain tabung sinar-X, kolimator,

dan detektor.

2. Tabung sinar-X

14
Berdasarkan stukturnya tabung sinar-X sangat mirip dengan tabung sinar-

X konvensional namun perbedaannya terletak pada kemampuannya untuk

menahan panas dan output yang tinggi. Panas yang cukup tinggi

disebabkan karena perputaran anoda yang tinggi dengan elektron-elektron

yang menumbuknya. Ukuran fokal spot yang kecil (kurang dari 1 mm)

sangat dibutuhkan untuk menghasilkan resolusi yang tinggi.

3. Kolimator

Kolimator berfungsi untuk mengurangi radiasi hambur, membatasi jumlah

sinar yang sampai ke tubuh pasien serta untuk meningkatkan kualitas

gambar. CT-Scan menggunakan 2 buah kolimator yaitu pre pasien

kolimator dan pre detektor kolimator.

4. Detektor

Selama eksposi berkas sinar-X (foton) menembus pasien dan mengalami

perlemahan (atenuasi). Sisa-sisa foton yang telah teratenuasi kemudian

ditangkap oleh detektor. Ketika detektor-detektor menerima sisa-sisa foton

tersebut, foton berinteraksi dengan detektor dan memproduksi sinyal

dengan arus yang kecil yang disebut sinyal output analog. Sinyal ini

besarnya sebanding dengan intensitas radiasi yang diterima. Kemampuan

penyerapan detektor yang tinggi akan berakibat kualitas gambar lebih

optimal. Ada 2 tipe detektor yaitu solid state dan isian gas.

5. Meja pemeriksaan (couch)

Meja pemeriksaan merupakan tempat untuk memposisikan pasien. Meja

ini biasanya terbuat dari fiber karbon. Dengan adanya bahan ini maka

sinar-X yang menembus pasien tidak terhalangi jalannya untuk menuju ke

15
detektor. Meja ini harus kuat dan kokoh mengingat fungsinya untuk

menopang tubuh pasien selama meja bergerak ke dalam gantry.

6. Sistem konsul

Konsul tersedia dalam berbagai variasi. Model yang lama masih

menggunakan dua sistem konsul yaitu untuk pengoperasian CT-Scan

sendiri dan untuk perekaman dan untuk pencetakan gambar. Model yang

terbaru sudah memakai sistem satu konsul dimana memiliki banyak

kelebihan dan banyak fungsi. Bagian dari sistem konsul yaitu, sistem

kontrol, sistem pencetak gambar, dan sistem perekaman gambar.

E. Parameter CT-Scan

Gambar pada CT-Scan dapat terjadi sebagai hasil dari berkas-berkas

sinar-x yang mengalami perlemahan setelah menembus objek, ditangkap

detector, dan dilakukan pengolahan dalam computer. Sehubungan dengan hal

tersebut maka dalam CT-Scan dikenal beberapa parameter untuk

pengontrolan eksposi dan output gambar yang optimal.

1. Slice Thickness

Slice thickness adalah tebalnya irisan atau potongan dari objek yang

diperiksa. Nilainya dapat dipilih antara 1mm-10mm sesuai dengan

keprluan klinis. Pada umumnya ukuran yang tebal akan menghasilkan

gambaran dengan detail yang rendah sebaliknya ukuran yang tipis akan

menghasilkan gambaran dengan detail yang tinggi. Jika ketebalan irisan

semakin tinggi maka maka gambaran akan cenderung terjadi artefak dan

jika ketebalan irisan semakn tipis maka gambaran cenderung akan

menjadi noise.

16
2. Range

Range adalah perpaduan atau kombinasi dari beberapa slice thickness.

Sebagai contoh untuk CT-Scan kepala, range yang digunakan adalah dua.

Range pertama lebih tipis dari range kedua. Range pertama meliputi

irisan dari basis cranii hingga pars petrosus dan range kedua dari pars

petrosum hingga verteks. Pemanfaatan dari range adalah untuk

mendapatkan ketebalan irisan yang berbeda pada satu lapangan

pemeriksaan.

3. Volume Investigasi

Volume investigasi adalah keseluruhan lapangan dari objek yang

diperiksa. Lapangan objek ini diukur dari batas awal objek hingga batas

akhir objek yang akan diiris semakin besar.

4. Faktor Eksposi

Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap eksposi

meliputi tegangan tabung (kV), arus tabung (mA) dan waktu eksposi (s).

Besarnya tegangan tabung dapat dipilih secara otomatis pada tiap-tiap

pemeriksaan. Namun kadang-kadang pengaturan tegangan tabung diatur

ulang untuk menyesuaikan ketebalan objek yang akan diperiksa (rentang

antara 80-140 kV).

5. Field of View (FOV)

Field of view adalah diameter maksimal dari gambaran yang akan

direkonstruksi. Besarnya bervariasi dan biasanya berada pada rentang 12-

50 cm. FOV yang kecil akan meningkatkan resolusi gambaran karena

dengan FOV yang kecil maka akan mereduksi ukuran pixel (picture

element). Sehingga dalam proses rekonstruksi matriks hasil gambarannya

17
akan menjadi lebih teliti. Namun jika ukuran FOV terlalu kecil maka area

yang mungkin dibutuhkan untuk keperluan klinis menjadi sulit dideteksi.

6. Gantry Tilt

Gantry tilt adalah sudut yang dibentuk antara bidang vertical dengan

gantry (tabung sinar-x dan detector). Rentang penyudutan antara -25

derajat sampai +25 derajat. Penyudutan dari gantry bertujuan untuk

keperluan diagnosa dari masing-masing kasus yang dihadapi. Disamping

itu bertujuan untik mereduksi dosis radiasi terhadap organ-organ yang

sensitive seperti mata.

7. Rekonstruksi Matriks

Rekonstruksi matriks adalah deretan baris dan kolom dari picture element

(pixel) dalam proses perekonstruksian gambar. Rekonstruksi matriks ini

merupakan salah satu struktur elemen dalam memori computer yang

berfungsi untuk merekonstruksi gambar. Pada umumnya matriks yang

digunakan berukuran 512 x 512 yaitu 512 baris dan 512 kolom.

Rekonstriksi matriks ini berpengaruh terhadap resolusi gambar yang akan

dihasilkan. Semakin tinggi matriks yang dipakai maka semakin tinggi

resolusi yang akan dihasilkan.

8. Rekonstruksi Algorithma

Rekonstruksi algorithma adalah prosedur matematis (algorithma) yang

digunakan dalam merekonstruksi gambar. Sebagian besar CT-Scan sudah

memiliki standar algorithma tertentu untuk pemeriksaan kepala, abdomen

dsan lain-lain. Semakin tinggi resolusi algorithma yang dipilih maka

akan semakin tinggi pula resolusi gambar yang akan dihasilkan.

18
9. Window Width

Window Width adalah rentang nilai computed tomography yang

dikonversi menjadi gray levels untuk ditampilkan dalam TV monitor.

Setelah computer menyelesaikan pengolahan gambar melalui

rekonstruksi matriks dan algorithma maka hasilnya akan dikonversi

menjadi skala numeric yang dikenal dengan nama nilai computed

tomography. Nilai ini mempunyai nilai satuan HU (Hounsfield Unit)

yang diambil dari nama penemu CT-Scan kepala pertama kali yaitu

Godfrey Hounsfie

Tabel 2. Nilai CT pada jaringan yang berbeda penampakannya pada layar

monitor (Bontrager, 2001)

Tipe jaringan Nilai CT (HU) Penampakan

Tulang +1000 Putih

Otot +50 Abu-abu

Materi putih +45 Abu-abu menyala

Materi abu-abu +40 Abu-abu

Darah +20 Abu-abu

CSF +15 Abu-abu

Air 0

Lemak -100 Abu-abu gelap ke hitam

Paru -200 Abu-abu gelap ke hitam

Udara -1000 Hitam

Dasar dari pemberian nilai ini adalah air dengan jnilai 0 HU. Untuk

tulang mempunyai nilai +1000 HU kadang sampai +3000 HU.

19
Sedangkan untuk kondisi udara nilai yang dimiliki -1000 HU. Diantara

rentang tersebut merupakan jaringan atau substansi lain dengan nilai

yang berbeda-beda pula tergantung pada tingkat perlemahannya. Dengan

demikian maka penampakan tulang dalam layar monitor menjadi putih

dan penampakan udara hitam. Jaringan dan substansi lain akan

dikonversi menjadi warna abu-abu yang bertingkat yang disebut gray

scale. Khusus untuk darah yang semula dalam penampakannya berwarna

abu-abu dapat menjadi putih jika diberi media kontras iodine.

10. Window Level

Window level adalah nilai tengah dari window yang digunakan untuk

penampilan gambar. Nilainya dapat dipilih dan tergantung pada

karakteristik perlemahan dari struktur objek yang diperiksa. Window

level ini menentukan densitas gambar yang dihasilkan.

F. Prosedur pemeriksaan CT-Scan kepala (Nuttawan Jaengsri, 2004)

1. Prosedur Pemeriksaan CT-Scan Kepala

a. Indikasi Pemeriksaan

1) Suspect neoplasma, massa, lesi atau tumor pada otak

2) Metastase pada otak

3) Pedarahan intrakranial

4) Aneurysma

5) Atrofi kepala

6) Post traumatic abnormalities

7) Cidera kepala

20
8) Stroke

b. Persiapan pemeriksaan

1) Persiapan Pasien

Tidak ada persiapan khusus bagi pasien, hanya melepaskan benda-

benda asesoris yang mengandung logam pada daerah kepala karena

akan menyebabkan artefak dan memberi penjelasan tentang

prosedur pemeriksaan agar pasien dapat bekerjasama demi

kelancaran pemeriksaan. Untuk kenyamanan pasien mengingat

pemeriksaan dilakukan pada ruangan ber-AC sebaiknya tubuh

pasien diberi selimut. (Step By Step CT-Scan 2005)

2) Persiapan Alat dan Bahan (Step By Step CT-Scan, 2005)

a. Pesawat CT-Scan

b. Dry view (pencetak radiograf)

c. Tabung oksigen

d. Selimut

c. Teknik pemeriksaan

1) Posisi Pasien : Supine di atas meja pemeriksaan dengan posisi

kepala dekat dengan gantry (head first). (Step By Step CT-Scan

2005)

2) Posisi Objek : Kepala fleksi dan diletakkan pada head

holder. Kepala diposisikan sehingga mid sagital plane tubuh sejajar

dengan lampu indikator longitudinal dan meatus acusticus externus

setinggi lampu indikator horisontal. Kedua lengan pasien

21
diletakkan di atas perut atau di samping tubuh. Untuk mengurangi

pergerakan, dahi dan tubuh pasien sebaiknya difiksasi dengan

sabuk khusus pada head holder dan meja pemeriksaan. (Step By

Step CT-Scan 2005)

Gambar 2.4. Posisi pasien CT Scan Kepala

(www.academieducation.com)

3) Scan parameter (Step By Step CT-Scan 2005)

a) Scanogram : Kepala lateral

b) Range : Range I dari basis cranii sampai pars

petrosus dan range II dari pars petrosus sampai vertex.

c) Slice thickness : 2-5 mm (range I) dan 5-10 mm (range II).

d) FOV : 24 cm

e) Gantry tilt : 0-10° dari OM(orbito meatal line) scaning

axial

f) kV, mA : Standar Komputer

22
g) Window width :

1) 140-100 HU(soft tissue)

2) 1500-3000 HU (tulang)

h) Window level :

1) 200-400 HU (tulang)

2) 30-100 HU (soft Tissue)

i) Rekontruksi algoritma yang digunakan sesuai standar alat

Gambar 2.5. Hasil CT Scan kepala normal

( www.academieducation.com )

23
24

Anda mungkin juga menyukai