PENDAHULUAN
1
Menurut Schendel dan Hofer, implementasi dicapai melalui berbagai alat
administratif yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yaitu struktur, proses
dan perilaku. Dalam struktur, termasuk di dalamnya adalah struktur fisik, metode
soesialisasi, metode departementalisasi, koordinasi, delegasi wewenang, dan
organisasi informal. Menyangkut proses, meliputi sistem alokasi sumber daya,
sistem informasi, sistem evaluasi dan pengukuran, sistem imbalan, prosedur
pelaksanaan dan sisytem promosi. Berkenaan dengan perilaku, termasuk antara lain
perilaku antar pribadi dalam organisasi, gaya kepemimpinan dan penggunaan
kekuasaan. Implementasi, pada akhirnya, menyangkut pelaksanaan sesungguhnya
rencana permainan strategi perusahaan.
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu evaluasi dari strategi?
2. Apa saja ciri-ciri strategi yang baik dalam evaluasi strategi?
3. Apa saja parameter – parameter evaluasif bagi strategi yang
dioperasionalkan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui evaluasi dari strategi
2. Untuk mengetahui ciri-ciri strategi yang baik dalam evaluasi strategi
3. Untuk mengetahui parameter – parameter evaluasif bagi strategi yang
dioperasionalkan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Proses merencanakan,memperoleh dan menyediakan informasi yang
sanggat di perlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.
2. Pengertian strategi
Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan
dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas
dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena itu sangat penting bagi para
perencanaan strategi untuk mengkaji kembali, mengevaluasi dan
mengontrol pada saat pelaksanaan strategi.
Evaluasi strategis adalah suatu proses di mana aktivitas dan hasil
kinerja dimonitor sehingga kinerja sesungguhmya dapat dibandingkan
dengan kinerja yang diharapkan. Evaluasi strategi mencakup usaha –
usaha untuk memonitor seluruh hasil – hasil dari pembuatan dan
penerapan strategi, termasuk mengukur kinerja individu dan organisasi
serta mengambil langkah – langkah perbaikan jika diperlukan. Evaluasi
strategi adalah tahap akhir dalam manajemen strategi. Para manajer sangat
perlu mengetahui kapan strategi tertentu tidak berfungsi dengan baik,
evaluasi strategi berarti suatu usaha untuk memperoleh informasi.
Informasi yang didapat bermanfaat sebagai umpan balik apakah tetap
bertahan dengan strategi sekarang atau melakukan penyesuaian pada
perencanaan strategi atau perbaikan pada pelaksanaan strategi.
Semua strategi dapat dimodifikasi di masa depan karena faktor –
faktor eksternal dan internal selalu berubah. Ada tiga macam aktivitas
mendasar umtuk mengevaluasi strategi adalah:
a. Meninjau faktor – faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar
strategi yang sekarang;
b. Mengukur prestasi;
c. Mengambil tindakan korektif.
5
dapat menimbulkan kerugian besar, yang akan sulit sekali (jika bukan mustahil)
untuk memperbaikinya. Oleh karena itu banyak perencana strategi sepakat bahwa
mengevaluasi strategi sangat penting untuk kehidupan organisasi. Evaluasi yang
tepat waktu dapat memperingatkan manajemen akan adanya masalah atau potensi
masalah sebelum situasi menjadi kritis.
Umpan balik yang memadai dan tepat waktu merupakan bagian terpenting
dalam evaluasi strategi yang efektif. Baik tidaknya evaluasi strategi tergantung pada
informasi yang menjadi landasan evaluasi strategi tersebut. Evaluasi strategi bisa
merupakan proses yang rumit dan sensitif. Terlalu bnayak kegiatan mengevaluasi
strategi dapat menghaniskan biaya yang sangat mahal dan bisa jadi kontraproduktif.
Walaupun demikian ada beberapa ciri tertentu yang dapat menjadi indikator
terhadap efektifitas dari suatu strategi dan sekaligus mengisyaratkan apakah strategi
6
tersebut cukup kredibel untuk direalisasikan. Menurut Rumelt (1998), citi – citi
tersebut dapat dirinci mejadi empat kriteria menyeluruh, yaitu:
1. Konsistensi
Suatu strategi tidak dapat diperkenankan sedikit pun untuk
merumuskan brbagai pencanangan sasaran maupun langkah – langkah
operasional yang serba inkonsisten. Ada tiga pedoman untuk
menentukan bahwa masalah – masalah organisasional disebabkan oleh
tidak konsistennya strategi, yaitu :
a. Jika masalah – masalah manajerial terus berlangsung meskipun
ada perubahan personil jika masalah – masalah tersebut
cenderung disebabkan oleh perbedaan isu dan bukan disebabkan
perselisihan pribadi personil, maka barangkali strategi tidak
konsisten;
b. Jika keberhasilan suatu departemen organisasi berarti atau
ditafsirkan sebagai kegagalan oleh depatemen lainnya, maka hal
itu mungkin disebabkan oleh tidak konsistennya strategi;
c. Jika masalah dan persoalan kebijakan terus dibawa ke tingkat
manajemen atas untuk mendapatkan penyelesaiannya maka
masalah itu mungkin disebabkan oleh tidak konsistensinya
strategi.
2. Kesesuaian
Suatu strategi harus senantiasa memberikan respon adaptif atas
munculnya kendala – kendala dari lingkungan internal maupun
eksternal organisasi. Kesesuaian mengacu pada kebutuhan para
perencana strategi untuk mengkaji serangkaian tren maupun masing –
masing tren dalam mengevaluasi strategi. Sebuah strategi harus
mencerminkan tanggapan atau respon yang adaptif terhadap lingkungan
luar dan perubahan – perubahan kritis yang terjadi di dalamnya. Salah
satu kesulitan dalam menyesuaikan faktor – faktor kunci eksternal dan
internal perusahaan dalam perumusan strategi adalah karena
7
kebanyakan tren yang terdiri dari meningkatnya rata – rata tingkat
pendidikan, meningkatnya laju inflasi dan meningkatnya jumlah
perempuan dalam angka tenaga kerja. Meskipun tren ekonomi dan
demografi tampaknya tetap sama untuk beberapa tahn kedepan, ternyata
ada gelombang perubahan pada tingkat interaksi.
3. Kelayakan
Sebuah strategi tidak boleh membebani sumber daya yang ada
maupun tidak boleh menciptakan sub masalah yang tidak dapat
dipecahkan. Uji akhir suatu strategi adalah kelayakannya; yaitu
dapatkah strategi tersebut dicoba di dalam kerangka sumber daya fisik,
manusia dan keuangan perusahaan. Sumber daya keuangan suatu bisnis
adalah cara yang paling mudah untuk dihitung dan biasanya menjadi
landasan pertama dan dalam mengevaluasi strategi. Namun, pendekatan
inovatif terhadap pendanaan kadang terlupakan. Cara – cara seperti
dukungan dari anak perusahaan, skema jual sewa kembali dan
menggadaikan pabrik dalam kontrak jangka panjang semuanya sudah
digunakan secara efektif untuk membantu memperoleh posisi kunci
dalam industri yang berkembng cepat. Batasan yang kurang dapat
dikuantifikasi, tetapi semuanya merupakan batasan yang lebih kaku
terhadap pilihan strategi adalah kemampuan perorangan dan organisasi.
Dalam mengevaluasi strategi, snagat penting untuk mengkaji di masa
lalu organisasi telah menunjukkan bahwa dia memiliki kemampuan,
kompetensi keterampilan dan personil yang baik yang diperlukan untuk
melaksanakan suatu strategi tertentu.
4. Keuggulan
Suatu strategi harus senantiasa tidak diperkenankan menilai secara
berlebihan terhadap sarana – sarana yang tersedia ataupun merekayasa
kreasi – kreasi baru yang justru sulit ditangani. Keunggulan kompetitif
biasanya adalah hasil keunggulan dalam salah satu dari 3 bidang : suber
daya,keterampilan dan posisi. Ide bahwa pemosisian sumber daya
seseorang daoat meningkatkan keefektifan gabungan tidak asing di
8
kalangan pakar teori militer dan diplomat. Posisi juga dapat memainkan
peran penting dalam strategi organisasi keunggulan posisi cenderung
bertahan lama selama faktor – faktor kunci lingkungan dan internal yang
mendasarinya stabil. Meskioun tidak semua keunggulan posisi terkait
denga skala, namun benar bahwa organisasi – organisasi lebih besar
biasanya beroperasi di pasar dan menggunakan prosedur yang
memanfaatkan besarnya perusahaan sebagai keunggulan kompetitif.
Karakteristik utama dari posisi yang baik adalah posisi tersebut
memungkinkan perusahaan memperoleh keunggulan dari kebijakan –
kebijakan yang tidak akan bermanfaat sama bagi para pesaing tanpa
posisi yang sama. Oleh karena itu dalam mengevaluasi strategi,
organisasi – organisasi harus mengkaci hakekat keunggulan posisi yag
terkait dengan strategi tertentu.
9
Evaluasi strategi perlu dilakukan semua organisasi, evaluasi strategi harus
dimulai dengan pertanyaan manajerial yang mengenai harapan dan asumsi, harus
memicu kegiatan mengkaji ulang tujuan dan nilai, dan harus merqangsang
kreatifitas dalam menghasilkan alternatif dan merumuskan kriteia evaluasi. Apapun
skala oerganisasinya , manajemen berkeliling atau manajemen by wandering
around disemua tingkat penting untuk dilakukan agar evaluasi strategik menjadi
efektif. Kegiatan evaluasi strategi harus dilaksanakan secara berkelanjutan,
bukannya diakhir periode tertentu atau hanya setelah terjadi masalah.
10
ditetapkan. Tujuan jangka panjang atau jangka tahunan biasanya dipakai dalam
proses ini. Kriteria strategi harus dapat diukur dan mudah dibuktikan. Kriteria yang
meramalkan hasil mungkin lebih penting dari pada kriteria yang mengungkapkan
apa yang telah terjadi.
11
kuantitatif. Kriteria kualitatif juga penting untuk mengevaluasi strategi. Faktor –
faktor manusia seperti tingginya angka ketidakhadiran dan pergantiaan karyawan,
mutu dan jumlah produksi yang rendah, atau kepuasan karyawan yang rendah,
mungkin merupakan penyebab menurunnya kinerja. Faktor – faktor pemasaran,
keuangan atau akuntansi, litbang, SIM, dapat juga menyebabkan masalah – masalah
keuangan. Seymour Tilles mengidentifikasi enam pertanyaan kualitatif yang
berguna dalam mengevaluasi strategi yaitu:
Tidak satupun organisasi yang dapat bertahan hidup sendiri; tidak satupun
organisasi yang dapat menghindari perubahan. Tindakan koreksi perlu diambil agar
organisasi tetap pada jalur ke arah pencapaian tujuan – tujuan strategi yang
ditetapkan. Evaluasi strategi meningkatkan kemampuan organisasi untuk dapat
secara berhasil menyesuaikan diri dalam keadaan yang terus berubah. Brown dan
Agnew menyebut pengertian ini sebagai kegesitan perusahaan.
12
Hasil evaluasi strategi bisa berupa adanya perubahan perumusan strategi,
perubahan implementasi strategi, dan perubahan perumusan strategi maupun
implementasinya, atau bahkan tidak ada perubahan sama sekali.
13
a. Apakah semua pertanyaan harus direspon dalam konteks strategi juga
sudah terpenuhi jawabannya?
b. Apakah sudah pula mengadopsi harapan-harapan maupun kepentingan-
kepentingan dari semua kelompok steakholder yang relevan?
2) Apakah strategi menggambarkan keterkaitan internal?
a. Apakah strategi terhindar dari sumber-sumber konflik?
b. Apakah keputusan-keputusan yang membingkai strategi saling
memperkuat?
3) Apakah strategi memiliki relavansi dengan lingkungannya?
a. Apakah strategi membuka peluang bagi organisasi untuk berbeda dari
organisasi-organisasi lain (bila hal ini dianggap perlu).
b. Apakah strategi membolehkan organisasi untuk memiliki kemandirian?
c. Apakah strategi ikut menopang kewenangan-kewenangan formal dan
informal yang dimiliki oleh organisasi?
d. Apakah strategi memungkinkan organisasi meraih peluang-peluang?
e. Apakah strategi memungkinkan organisasi menghindari ancaman-
ancaman?
4) Apakah strategi dapat direalisasikan?
a. Apakah strategi sudah terfomulasi secara ringkas?
b. Apakah strategi sudah cukup jelas bagi semua pihak yang terlibat?
c. Apakah sarana-sarana yang diperlukan bagi implementasi strategi sudah
tersedia atau dapat diperoleh?
d. Apakah implementasi strategi dapat berlangsung kontinu?
e. Apakah strategi mampu mendorong ruang partisipasi maupun motivasi
yang memadai dari dan kepada para steakholder organisasi yang di
anggap signifikan?
f. Apakah strategi dapat pula memberikan tambahan kekuasaan untuk
mengarahkan organisasi bila hal itu memang dibutuhkan?
5) Apakah strategi telah berjalan sesuai dengan hasil-hasil maupun dampak-
dampak lainnya sebagaimana yang diinginkan?
14
a. Apakah strategi mengarah pada hasil-hasil tertentu (output)
sebagaimana yang diinginkan?
b. Apakah strategi mengarah kepada dampak-dampak tertentu (outcome)
sebagaimana yang diinginkan?
15
memberi para manager informasi yang berguna mengenai tugas-tugas yang
berada dibawah kendali dan perngaruh mereka. Kegiatan evaluasi strategi
harus memberi informasi tepat waktu; pada beberapa kesempatan dan
beberapa bidang, para manager mungkin membutuhkan informasi setiap hari.
Misalnya, jika suatu perusahaan melakukan diversifikasi dengan
mengakuisisi perusahaan lain, informasi evaluatif mungkin dibutuhkan setiap
hari namun, di Departemen Litbang, informasi evaluatif harian atau bahkan
mingguan mungkin terlalu merepotkan. Informasi umum yang tepat waktu
biasanya lebih dikehendaki sebagai dasar untuk evaluasi strategi daripada
informasi yang akurat namun tidak menggambarkan masa kini. Pengukuran
yang terlalu sering dan pelaporan yang terlalu cepat bisa membuat
pengontrolan tidak efektif dan bukan membuatnya lebih baik. Dimensi waktu
dari pengontrolan harus bersamaan dengan rentang waktu kejadian yang
diukur.
16
tertentu dalam waktu yang di tetapkan tidaklah berarti sama dengan prestasi
mereka. Karakteristik unik dari suatu organisasi, termasuk skala besarnya,
gaya manajemen, tujuan, dan masalah, serta kekuatannya, dapat menentukan
desain akhir sistem evaluasi strategi dan kontrol.
17
b. Pendekatan kemasyarakatan
Pendekatan kemasyarakatan ditujukan untuk menimbulkan motivasi
dalam diri masyarakat, sehingga dengan penuh kesadaran, masyarakat
bersedia untuk berperan secara aktif dalam program yang akan
dilaksanakan.
Revisi strategi (Heene,2002) bertolak belakang dengan kenyataan
empirisnya, bahwa walaupun sebuah strategi yang kredibel yang lahir di
momen yang tepat, lazimnya akan mampu merumuskan cara jitu sesuai opini
dari pihak manajemen dalam upaya menjalankan tugas-tugas kemasyarakatan
dari suatu organisasi publik namun tetao saja upaya penangananan
strategikalnya patut senantiasa di cermati secara kritis dan bilamana perlu di
lakukan revisi. Seringkali pula perubahan-perubahan lingkungan internal dan
eksternal dari organisasi, justru hanya mengantarkan penanganan strategi
yang berjalan lambat, bahkan cenderung penuh kehati-hatian, sehingga tidak
berlangsung secara optimal. Menurut Bryson mengidentifikasi ada empat
penyebab lain yang mengharuskan dilakukan revisi secara berkala (periodik)
pada strategi (Bryson,1995) yakni :
a. Strategi terlampau lambat dalam menghasilkan dampak-dampak yang
diinginkan, disebabkan minimnya ketersediaan minimnya sarana-sarana
yang diperlukan merubah prioritas-prioritas maupun permasalahan-
permasalahannya.
b. Interaksi-interaksi diantara strategi yang ada menghasilkan dampak-
dampak sampingan yang tidak dikehendaki;
c. Perubahan pecaturan (agenda) politik. Berbeda halnya jika kebetulan saja
ada sebuah kepentingan yang sedemikian desak, sehingga mau tidak mau
di carilah momentum agar segera mungkin dilakukan revisi; namun
demikian dalam praktiknya, berbagai strategi termasuk strategi “gagal”
maupun seringkali terlambat dan bahkan enggan untuk di revisi.
D. Alasan-alasan keterlambatan merevisi strategi :
18
1) Mekanisme-mekanisme pertahanan diri (Defense mechanism) yang
melekat pada kongnisi dan efeksi individu yang menghambat presepsi
realitasnya sehingga tak tergerak untuk mau merivisi strategi;
2) Penerapan tolak ukur dalam menilai kualitas dari organisasi tidak
mempergunakan parameter-parameter yang tepat.
3) Pada upaya-upaya pengolahan organisasi sebagai “sebuah sistem
terbuka”, justru terjadi pembatasan-pembatasan terhadap para manager
dalam melakukan aktifitas pengolahan data yang akhirnya mengarah
pada keterlambatan mereka untuk secepatnya melaksanakan revisi, dan
ini sekaligus berarti organisasipun telah kehilangan momentum
perbaikannya.
Mekanisme penentuan atribut bagi para manager ,sukses dengan mudah
diartikan sebagai “strategi”, sedangkan kekalahan diartikan sebgai “suatu
kebetulan”.jika mekanisme penentuan atribut ini diterapkan secara sistematis
didalam kerangka manajemen strategis organisasi,maka:
1) Strategi yang telah ditetapkan tidak akan dikoreksi selma strategi
tersebut berjalan sukses ;
2) Ada kalahnya strategi juga tidak perlu dikoreksi walaupun terjado
masalah kinerja (kerena adanya momentum situasional yang tidak akan
kembali).
2.3 Parameter-parameter evaluatif bagi strategi yang tengah dioperasionalkan
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
20
Manajemen memiliki, memimpin, mengatur, mengelola, mengendalikan
dan mengembangkan. Dengan adannya manajemen, kita mampu untuk
melaksanakan pekerjaan ke arah yang lebih baik. Proses manajemen menghasilkan
keputusan yang dapat mempunyai konsekuensi yang signifikan dan jangka panjang.
Keputusan strategis yang salah dapat menimbulkan kerugian besar, yang akan sulit
sekali ( jika bukan mustahil) untuk memperbaikinya. Oleh karena itu banyak
perencana strategi sepakat bahwa mengevaluasi strategi sangat penting untuk
menghidupkan organisasi, perlu dilakukan evaluasi yang tepat waktu agar dapat
memperingatkan manajemen akan adanya masalah atau potensi masalah sebelum
situasi menjadi kritis.
Dimana evaluasi strategis merupakan suatu proses aktivitas dan hasil kinerja
dimonitor sehingga kinerja sesungguhmya dapat dibandingkan dengan kinerja yang
diharapkan. Evaluasi strategi mencakup usaha – usaha untuk memonitor seluruh
hasil – hasil dari pembuatan dan penerapan strategi, termasuk mengukur kinerja
individu dan organisasi serta mengambil langkah – langkah perbaikan jika
diperlukan. Sehingga evaluasi strategi juga merupakan tahap akhir dalam
manajemen strategi. Hal penting yang perlu di ingat bahwa umpan balik yang
memadai dan tepat waktu merupakan bagian terpenting dalam evaluasi strategi
yang efektif. Baik tidaknya evaluasi strategi tergantung pada informasi yang
menjadi landasan evaluasi strategi tersebut dengan acuan parameter – parameter
evaluatif yang dioperasionalkan. Evaluasi strategi bisa merupakan proses yang
rumit dan sensitif.
21
DAFTAR PUSTAKA
22