Anda di halaman 1dari 2

Problematika zakat di Indonesia

1. Rendahnya edukasi dan kesadaran masyarakat akan tujuan dan pentingnya dari
membayar zakat. Masyarakat umum kebanyakan memandang bahwa zakat hanyalah
"rutinitas" tahunan yang dilakukan setiap menjelang ramadhan akan berakhir. Padahal
zakat merupakan suatu kewajiban yang telah disyariatkan oleh Allah SWT bagi
orang-orang yang telah mencapai nisabnya. Zakat juga bukan hanya sekedar
menunaikan kewajiban akan tetapi bagaimana zakat dapat meningkatkan
kesejahteraan hidup masyarakat. Bagaimana orang yang sebelumnya menjadi
mustahiq (orang yang berhak menerima zakat) diharapkan kedepannya menjadi
muzakki (orang yang wajib membayar zakat karena sudah sampainya nisab)
2. Lemahnya peran pemerintah dalam mengatur dan mengelola zakat karena hingga saat
sekarang ini UU No.23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat masih terbatas
membahas pada pendirian lembaga amil zakat dan pengelolaaan secara zakat secara
umum saja belum sampai kepada adanya standar baku tentang pengumpulan,
pengelolaan, dan pendistribusian zakat. Kemudian kelemahan UU tersebut adalah
sanksi yang diberikan masih terbatas pada Badan Amil Zakat (BAZ) atau Lembaga
Amil Zakat (LAZ) yang melakukan penyelewengan dalam pendistribusian zakat akan
tetapi belum adanya sanksi yang tegas bagi muzakki yang tidak menunaikan
kewajibannya dalam membayar zakat.
3. sistem yang diterapkan oleh Badan Amil Zakat di Indonesia keluar dari jalur yang semestinya
dengan menggabungkan peran Amil dan Baitul Mal. Di mana dana zakat yang terkumpul
tidak langsung diberikan kepada mustahik tetapi dipilah untuk tujuan produktif yang dapat
dipinjamkan untuk bantuan modal usaha dan disimpan untuk penanganan bencana.
Penerapan inilah yang berakibat menumpuknya dana zakat di Badan Amil Zakat sehingga
hak mustahik untuk mendapatkan zakat menjadi sangat sulit, mereka harus mengajukan
proposal terlebih dahulu untuk mendapatkan bagiannya.
Solusi

1. Harus adanya kerja sama yang baik antara pemerintah, lembaga amil zakat, dan masyarakat
dalam pelaksanaan zakat. Pemerintah dan Lembaga Amil Zakat yang ada harus turut serta
aktif dalam mengkampanyekan zakat baik itu melalui media massa maupun penyuluhan
yang disampaikan secara langsung kepada masyarakat
2. Pemerintah harus menguatkan peran Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat
melalui UU tentang pengeloaan zakat yang menjadi dasar hukum BAZ/LAZ
menjalankan tugasnya sehingga Lembaga Amil Zakat dapat "memaksa" para muzakki
dalam menunaikan kewajibannya membayar zakat. Diharapkan dengan adanya dasar
hukum yang kuat bagi lembaga amil zakat dalam menjalankan tugasnya serta
kampanye dan penyuluhan yang masif dari pemerintah dan lembaga amil zakat dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya membayar zakat sehingga
tujuan dari zakat dapat tercapai yaitu meningkatkan kesejahteraan dan mengentaskan
kemiskinan.
3. Badan Amil Zakat seharusnya berpedoman bahwa zakat adalah hibah murni yang
menjadi hak mustahik bukan sebagai dana yang dapat diperuntukkan untuk
kepentingan lain. Zakat adalah dana bagi mustahik yang tidak seharusnya dijadikan
pinjaman baginya atau apapun namanya untuk mengentaskan kemiskinannya,karena
maksud yang terkandung dalam zakat secara syariah islam adalah dana hibah murni
untuk berbagi harta dengan yang kurang beruntung dalam memperoleh kekayaan yang
sudah seharusnya tidak melalui pinjaman, atau menunggu keadaan urgensi seperti
musibah lainnya. Jika sistem syariah ini kita terapkan niscaya akan tercapai maksud
tujuan zakat itu, jangan berprasangka bahwa jika sistem ini kita terapkan hanya akan
menjadikan mustahik manja karena mendapat bantuan tanpa usaha keras, seharusnya
kita membentuk opini bahwa menjadi mustahik bukanlah impian yang dicita-
citakannya, menjadi mustahik adalah cobaan Allah bagi kita semua untuk
mengatasinya bersama, itulah tujuan zakat sebenarnya, untuk berbagi harta dengan
mereka yang berhak.
4.

Anda mungkin juga menyukai