Anda di halaman 1dari 14

AUDIT KEUANGAN NEGARA

“RMK PERTEMUAN 4”

DOSEN PENGAMPU:
DR.H.M.RASULI, SE, M.SI, AK, CA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 9:


- ALYA DWI RAHMADANI (1602122637)
- NUGRAHA TASYA RAMADHANTY (1602114419)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2019
Statement of Authorship

Saya/kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa RMK/makalah/tugas


terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain
yang saya/kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk
makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa
saya/kami menggunakannya.
Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyak
dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Mata kuliah: Audit Keuangan Negara


Judul RMK/Makalah/Tugas: Hubungan antara struktur pengedalian internal, resiko pengendalian
dan pemeriksaan atas laporan keunagn pemerintah pusat dan daerah.
Tanggal: 12 September 2019
Dosen: Dr. H. M. Rasuli, SE, M.Si, Ak, CA

Nama : Alya Dwi Rahmadani Nama : Nugraha Tasya Ramadhanty

N I M : 1602122637 N I M : 1602114419
POKOK PEMBAHASAN :
 Pengertian pengendalian intern
 Tujuan Sistem Pengendalian Intern
 Penguatan Efektivitas Penyelenggaraan SPIP
MATA KULIAH : AUDIT KEUANGAN NEGARA
JAM : 13.00
KELAS :C
DOSEN : DR.H.M.RASULI, SE, M.SI, AK, CA
NAMA KELOMPOK : 1. ALYA DWI RAHMADANI (1602122637)
2. NUGRAHA TASYA RAMADHANTY (1602114419)
Pengertian pengendalian intern
Pengendalian intern merupakan upaya yang dilakukan mencakup unsur-
unsur pengendalian intern: lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan
pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan, untuk mengarahkan seluruh
kegiatan agar tujuan dari kegiatan dapat dicapai secara efektif, efisien, dipercayanya
informasi dan data, serta ditaatinya peraturan dan ketentuan yang berlaku. Agar
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah terlaksana dengan baik, maka SAKD
(Sistem Akuntansi Keuangan Daerah) harus disusun dan dilakukan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Dengan menerapkan pengendalian intern secara baik dan efektif pada
suatu pemerintahan, maka akan meningkatkan kualitas akuntabilitas publik dari OPD
(Organisasi Perangkat Daerah) tersebut.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dalam Pasal
58 dengan sangat tepat mengamanatkan kepada Presiden RI selaku Kepala Pemerintahan,
agar mengatur dan menyelenggarakan pengendalian intern di lingkungan pemerintahan
secara menyeluruh, untuk meningkatkan kinerja, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan daerah / negara.
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah proses:
1. Integral pada tindakan dan kegiatan
2. Dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai diselenggarakan
secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
3. Untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang:
 efektif dan efisien
 keandalan pelaporan keuangan
 pengamanan aset negara,
 ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
Pengawasan Intern adalah seluruh proses :
 Kegiatan audit
 Reviu
 Evaluasi
 Pemantauan
 Kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi
 Memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai
dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan
pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
Organisasi Pengawas:
 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) adalah aparat pengawasan
intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
 Inspektorat Jenderal adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung
jawab langsung kepada menteri/pimpinan lembaga.
 Inspektorat Provinsi adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung
jawab langsung kepada gubernur.
 Inspektorat Kabupaten/Kota adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang
bertanggung jawab langsung kepada bupati/walikota

Tujuan Sistem Pengendalian Intern

Memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan


efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan

Unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah


1. lingkungan pengendalian
2. penilaian risiko
3. kegiatan pengendalian
4. informasi dan komunikasi
5. pemantauan pengendalian intern.

1.Unsur SPIP: LINGKUNGAN PENGENDALIAN


PP Nomor 60/2008 mewajibkan Pimpinan Instansi Pemerintah untuk menciptakan
dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif
untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya. Hal ini merupakan
komponen yang sangat penting dan menjadi unsur dasar di dalam SPIP. Kemampuan
pimpinan untuk menciptakan dan memelihara lingkungan kerja yang kondusif akan menjadi
motivasi kuat bagi para pegawai untuk memberikan yang terbaik dalam pelaksanaan
pekerjaannya. Sebaliknya, pimpinan yang tidak/kurang kompeten dalam menciptakan
lingkungan yang positif akan berpotensi mempengaruhi pegawai untuk melakukan hal-hal
negatif yang dapat merugikan instansinya. Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menciptakan
dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif
untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya, melalui:
a. Penegakan integritas dan nilai etika; minimal dilakukan dengan cara:
- menyusun dan menerapkan aturan perilaku
- memberikan keteladanan
- menegakkan tindakan disiplin yang tepat atas penyimpangan atau pelanggaran
- menjelaskan dan mempertanggungjawabkan adanya intervensi atau pengabaian
pengendalian intern
- menghapus kebijakan atau penugasan yang dapat mendorong perilaku tidak etis.
b. Komitmen terhadap kompetensi; minimal dilakukan dengan cara:
- mengidentifikasi dan menetapkan kegiatan untuk menyelesaikan tugas dan fungsi
pada masing-masing posisi
- menyusun standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi
- menyelenggarakan pelatihan dan pembimbingan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kompetensi
- memilih pimpinan memiliki kemampuan manajerial dan pengalaman teknis yang
luas
c. .Kepemimpinan yang kondusif; minimal dilakukan dengan cara:
- mempertimbangkan risiko pengambilan keputusan
- menerapkan manajemen berbasis kinerja
- mendukung fungsi tertentu dalam penerapan SPIP
- melindungi aset dan informasi dari akses dan penggunaan yang tidak sah
- melakukan interaksi secara intensif dengan pejabat pada tingkatan yang lebih
rendah
- merespon secara positif terhadap pelaporan yang berkaitan dengan
keuangan, penganggaran, program, dan kegiatan.
d. pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan; minimal dilakukan
dengan cara:
- menyesuaikan dengan ukuran dan sifat kegiatan
- memberikan kejelasan wewenang dan tanggung jawab
- memberikan kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan intern
- melaksanakan evaluasi dan penyesuaian periodic terhadap struktur organisasi
sehubungan dengan perubahan lingkungan strategis
- menetapkan jumlah pegawai yang sesuai.
e. pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat; minimal dilakukan dengan
cara:
- wewenang diberikan kepada pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat tanggung
jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan Instansi Pemerintah
- pegawai yang diberi wewenang sebagaimana dimaksud dalam huruf a memahami
bahwa wewenang dan tanggung jawab yang diberikan terkait dengan pihak lain
dalam Instansi Pemerintah yang bersangkutan
- pegawai yang diberi wewenang sebagaimana dimaksud dalam huruf b memahami
bahwa pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab terkait dengan penerapan
SPIP.
f. penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya
manusia; minimal dilakukan dengan cara:
- penetapan kebijakan dan prosedur sejak rekrutmen sampai
dengan pemberhentian pegawai
- penelusuran latar belakang calon pegawai dalam proses rekrutmen
- supervisi periodik yang memadai terhadap pegawai.
g. perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif;
- memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan
efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah
- memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko
dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah
- memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan
fungsi Instansi Pemerintah.
h. hubungan kerja yang baik antar instansi terkait diwujudkan dengan adanya
mekanisme saling uji antar Instansi Pemerintah terkait.
2.Unsur SPIP: PENILAIAN RISIKO
* Penilaian risiko terdiri atas:
a) identifikasi risiko, minimal dilakukan dengan cara
- menggunakan metodologi yang sesuai tujuan Instansi Pemerintah dan tujuan pada
tingkatan kegiatan secara komprehensif
- menggunakan mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko dari factor
eksternal dan factor internal
- menilai faktor lain yang dapat meningkatkan risiko.
b) analisis risiko dilaksanakan untuk menentukan dampak dari risiko yang telah
diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan Instansi Pemerintah.

* Dalam rangka penilaian risiko pimpinan Instansi Pemerintah dengan berpedoman


pada peraturan perundang- undangan. menetapkan:
a) Tujuan Instansi Pemerintah;
Tujuan Instansi memuat pernyataan dan arahan yang spesifik, terukur, dapat dicapai,
realistis, dan terikat waktu serta wajib dikomunikasikan kepada seluruh pegawai.
Untuk mencapai tujuan Instansi Pemerintah pimpinan Instansi Pemerintah
menetapkan:
- strategi operasional yang konsisten
- strategi manajemen terintegrasi dan rencana penilaian risiko.
b) Tujuan pada tingkatan kegiatan,
Penetapan tujuan pada tingkatan kegiatan memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
- berdasarkan pada tujuan dan rencana strategis
- saling melengkapi, saling menunjang, dan tidak bertentangan satu dengan lainnya
- relevan dengan seluruh kegiatan utama
- mengandung unsur kriteria pengukuran
- didukung sumber daya Instansi Pemerintah yang cukup
- melibatkan seluruh tingkat pejabat dalam proses penetapannya.

* Pimpinan Instansi Pemerintah menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menentukan tingkat


risiko yang dapat diterima.
3.Unsur SPIP: KEGIATAN PENGENDALIAN
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai
dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang
bersangkutan. Minimal memiliki karakteristik sebagai berikut:
- kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok
- kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko
- kegiatan pengendalian yang dipilih disesuaikan dengan sifat khusus Instansi
Pemerintah
- kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis
- prosedur yang telah ditetapkan harus dilaksanakan
- kegiatan pengendalian dievaluasi secara teratur.
Bentuk-bentuk kegiatan pengendalian :
- reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang dilaksanakan dengan membandingkan
kinerja dengan tolok ukur kinerja yang ditetapkan.
- pembinaan sumber daya manusia; minimal dengan cara:
1. mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, nilai, dan strategi instansi
kepada pegawai
2. membuat strategi perencanaan dan pembinaan sumber daya manusia yang
mendukung pencapaian visi dan misi
3. membuat uraian jabatan, prosedur rekrutmen, program pendidikan
dan pelatihan pegawai, sistem kompensasi, program kesejahteraan dan
fasilitas pegawai, ketentuan disiplin pegawai, sistem penilaian kinerja, serta
rencana pengembangan karir.
- pengendalian atas pengelolaan sistem informasi yang dilakukan untuk memastikan
akurasi dan kelengkapan informasi. Kegiatan pengendalian atas pengelolaan system
informasi meliputi:
a. pengendalian umum;
 pengamanan sistem informasi
 pengendalian atas akses
 pengendalian atas pengembangan dan perubahan perangkat lunak aplikasi
 pengendalian atas perangkat lunak system
 pemisahan tugas
 kontinuitas pelayanan.
b. pengendalian aplikasi:
 pengendalian otorisasi
 pengendalian kelengkapan
 pengendalian akurasi; dan
 pengendalian terhadap keandalan pemrosesan dan file data.
- pengendalian fisik atas aset; pimpinan Instansi Pemerintah wajib menetapkan,
mengimplementasikan, dan mengkomunikasikan kepada seluruh pegawai:
 rencana identifikasi, kebijakan, dan prosedur pengamanan fisik
 rencana pemulihan setelah bencana.
- penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;
 menetapkan ukuran dan indikator kinerja
 mereviu dan melakukan validasi secara periodic atas ketetapan dan keandalan
ukuran dan indikator kinerja
 mengevaluasi faktor penilaian pengukuran kinerja
 membandingkan secara terus-menerus data capaian kinerja dengan sasaran
yang ditetapkan dan selisihnya dianalisis lebih lanjut.
- pemisahan fungsi; pimpinan Instansi Pemerintah harus menjamin bahwa seluruh
aspek utama transaksi atau kejadian tidak dikendalikan oleh 1 orang.
- otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting; pimpinan Instansi Pemerintah
wajib menetapkan dan mengkomunikasikan syarat dan ketentuan otorisasi kepada
seluruh pegawai.
- pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian; pimpinan
Instansi Pemerintah perlu mempertimbangkan:
 transaksi dan kejadian diklasifikasikan dengan tepat dan dicatat segera
 klasifikasi dan pencatatan yang tepat dilaksanakan dalam seluruh siklus transaksi
atau kejadian.
- pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya; pimpinan Instansi
Pemerintah memberikan akses hanya kepada pegawai yang berwenang dan
melakukan reviu atas pembatasan tersebut secara berkala.
- akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; pimpinan Instansi
Pemerintah menugaskan pegawai yang bertanggung jawab terhadap penyimpanan
sumber daya dan pencatatannya serta melakukan reviu atas penugasan tersebut
secara berkala.
- dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian
penting; pimpinan Instansi Pemerintah wajib memiliki, mengelola, memelihara, dan
secara berkala memutakhirkan dokumentasi yang mencakup seluruh Sistem
Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting.

4. Unsur SPIP: INFORMASI DAN KOMUNIKASI


Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif, pimpinan Instansi Pemerintah harus
sekurang-kurangnya:
a. menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi
b. mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus
menerus.

5.Unsur SPIP: PEMANTAUAN


Pemantauan Sistem Pengendalian Intern dilaksanakan melalui:
1. pemantauan berkelanjutan; melalui:
a. pengelolaan rutin
b. pembandingan
c. tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas.
d. Supervise
e. rekonsiliasi
2. evaluasi terpisah
 Dilaksanakan melalui penilaian sendiri, reviu, dan pengujian efektivitas Sistem
Pengendalian Intern.
 Evaluasi terpisah dapat dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah atau
pihak eksternal pemerintah.
 Evaluasi terpisah dapat dilakukan dengan menggunakan daftar uji pengendalian
intern
3. tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya; diselesaikan dan
dilaksanakan sesuai dengan mekanisme penyelesaian rekomendasi hasil audit dan
reviu lainnya yang ditetapkan.
PENGUATAN EFEKTIVITAS PENYELENGGARAAN SPIP
Menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota bertanggung jawab atas
efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern di lingkungan masing-masing. Untuk
memperkuat dan menunjang efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
dilakukan pengawasan intern dan pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Internal
Pemerintah (SPIP).
Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan,
dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam
rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai
dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan
pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
Pengawasan intern merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengendalian intern
yang berfungsi melakukan penilaian independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah. Lingkup pengaturan pengawasan intern mencakup kelembagaan,lingkup tugas,
kompetensi sumber daya manusia, kode etik, standar audit, pelaporan, dan telaahan sejawat.

Sistem Pengendalian Intern dilakukan:


1. Pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah
termasuk akuntabilitas keuangan negara
Aparat pengawasan intern pemerintah melakukan pengawasan intern melalui:
a. audit (kinerja dan tujuan tertentu)
b. reviu
c. evaluasi
d. pemantauan
e. kegiatan pengawasan lainnya.
Aparat pengawasan intern pemerintah terdiri atas:
a. BPKP; melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas
kegiatan tertentu yang meliputi:
 kegiatan yang bersifat lintas sektoral
 kegiatan kebendaharaan umum Negara berdasarkan penetapan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (Menteri Keuangan melakukan
koordinasi kegiatan yang terkait dengan Instansi Pemerintah lainnya)
 kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.
b. Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional
melaksanakan pengawasan intern; melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan
dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi kementerian negara/lembaga yang
didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
c. Inspektorat Provinsi; melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam
rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah provinsi
yang didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi.
d. Inspektorat Kabupaten/Kota; melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam
rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah
kabupaten/kota yang didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota.
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
1. Dilakukan oleh pejabat yang mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan yang
telah memenuhi syarat kompetensi keahlian sebagai auditor (melalui keikutsertaan
dan kelulusan program sertifikasi)
2. Untuk menjaga perilaku pejabat disusun kode etik
3. aparat pengawasan intern pemerintah dan wajib ditaati oleh semua pejabat.
4. Kode etik disusun oleh organisasi profesi auditor dengan mengacu pada pedoman
yang ditetapkan pemerintah.
5. Untuk menjaga mutu hasil audit yang dilaksanakan aparat pengawasan
intern pemerintah, disusun standar audit. Dan setiap wajib melaksanakan audit sesuai
dengan standar audit
6. Standar audit disusun oleh organisasi profesi auditor dengan mengacu pada pedoman
yang ditetapkan oleh pemerintah.
7. Setelah melaksanakan tugas pengawasan, aparat pengawasan intern pemerintah wajib
membuat laporan hasil pengawasan dan menyampaikannya kepada pimpinan Instansi
Pemerintah yang diawasi.
8. Dalam hal BPKP melaksanakan pengawasan atas kegiatan kebendaharaan
umum Negara laporan hasil pengawasan disampaikan kepada Menteri Keuangan
selaku Bendahara Umum Negara dan kepada pimpinan Instansi Pemerintah yang
diawasi.
9. Secara berkala, BPKP menyusun dan menyampaikan ikhtisar laporan
hasil pengawasan kepada Presiden dengan tembusan kepada Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara.
10. Secara berkala, berdasarkan laporan hasil pengawasan Inspektorat Jenderal atau,
Inspektorat Provinsi, dan Inspektorat Kabupaten/Kota menyusun dan menyampaikan
ikhtisar laporan hasil pengawasan kepada menteri/pimpinan lembaga, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya dengan tembusan
kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.
11. BPKP, Insepktorat Jendral/Inspektorat Kota/Inspektorat Provinsi melakukan reviu
atas laporan keuangan sebelum disampaikan ke Menteri/Pimpinan
Lembaga/Gubernur/Walikota/Bupati/Bendahara Umum Negara/Presiden
12. Untuk menjaga mutu hasil audit aparat pengawasan intern pemerintah, secara berkala
dilaksanakan telaahan sejawat.
13. Pedoman telaahan sejawat disusun oleh organisasi profesi auditor.
14. Aparat pengawasan intern pemerintah dalam melaksanakan tugasnya harus
independen dan obyektif.

2. Pembinaan penyelenggaraan SPIP


Pembinaan penyelenggaraan SPIP diselenggarakan oleh BPKP dan meliputi:
a. penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP
b. sosialisasi SPIP
c. pendidikan dan pelatihan SPIP
d. pembimbingan dan konsultansi SPIP
e. peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern pemerintah

Anda mungkin juga menyukai