Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

DENGAN GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI PADA KASUS ANEMIA DI

RUANG MINA RSI SITI HAJAR MATARAM

1.1 KONSEP MEDIS

A. Pengertian

Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan

komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan

untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas

pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).

Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah

dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002).

Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,

kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml

darah (Price, 2006).

Hematologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari darah, organ

pembentukdarah dan penyakitnya. Khususnya jumlah dan morfologi sel-

sel darah, serta sumsum tulang.Darah adalah jaringan khusus yang berbeda

dengan organ lain, karena berbentuk cairan. Jumlahdarah dalam tubuh adalah 6-

8% berat tubuh total. Empat puluh lima sampai 60% darah terdiri darisel-sel,

terutama eritrosit, leukosit dan trombosit. Fungsi utama darah adalah sebagai

mediatransportasi, serta memelihara suhu tubuh dan keseimbangan cairan (Atul

dan Victor, 2008 Cit .Arifindkk, 2015).

1
B. Konsep Hematologi

Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat produksi darah. Darah

merupakan medium transport tubuh. volume darah manusia sekitar 7%

sampai 10% berat badan normal dan berjumlah 5 liter. Keadaan jumlah

darah pada tiap-tiap orang tidak sama, bergantung pada usia, pekerjaan,

keadaan jantung dan pembuluh darah. Darah merupakan bagian dari tubuh

yang berperan penting dalam mempertahankan kehidupan. Sebab, ia berfungsi

sebagai pertahanan Tubuh terhadap virus atau bakteri.

Darah berbentuk cairan, sehingga dapat didistribusikan ke seluruh tubuh melal

ui pembuluh darah.Volume dalam tubuh bervariasi, pada orang dewasa

volume darah sekitar 6 liter atau sekitar 7-8% dari berat badan. Darah terdiri

dari komponen berbentuk dan komponen plasma. Komponen berbentuk

kurang lebih 45% (eritrosit, lekosit dan trombosit). Erna dan Supriyadi,

(2015). Darah terdiri atas dua komponen utama, yaitu sebagai berikut :

1. Plasma darah, bagian cair dalam darah sebagian besar terdiri dari air

(91%), elektrolit (0,9% terdiri dari Natrium khlorida, natrium

bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor, magnesium, besi dan yang

lainnya) dan protein darah (8% terdiri dari albumin, protombin,

fibrinogen dan globulin).

2. Butir-butir darah yang terdiri atas komponen-komponen berikut ini.

a. Eritrosit : sel darah merah

b. Leukosit : sel darah putih

c. Trombosit : keping darah

2
C. Etiologi

Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan

untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya

merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik,

penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya. Penyebab umum dari anemia:

Perdarahan hebat, Akut (mendadak), Kecelakaan, Pembedahan, Pecah pembuluh

darah, Penyakit Kronik (menahun), Ulkus peptikum.

D. Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau

kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum

tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau

kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang

melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,

masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan

sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang

menyebabkan destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau

dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil

samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk

dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera

direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1

mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera

3
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar

hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa

makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka

asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-

organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika

kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,

Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah,

1998).

4
E. Pathway

Kegagalan
produksi sel darah
Defisiensi B12, merah oleh sum- Destruksi sel
F.
asam folat, besi sum tulang darah merah Perdarahan/hemofilia
berlebih

Penurunan sel darah merah

Hb berkurang

Anemia

Suplai O2 dan nutrisi ke jaringan


berkurang
Gg.
SSP perfusi
Gastro Hipoksia jaringan
intestinal
Reaksi antar
Penurunan kerja GI Mekanisme an aerob saraf berkurang

Asam laktat
PeristaltikG. Kerja Pusing
menurun lambung
menurun ATP berkurang
Makanan
sulit As. Lambung
Kelelahan Energi untuk
dicerna meningkat
membentuk
antibodi berkurang
Anoreksia Intoleransi
Konstipasi aktivitas
mual Resiko infeksi

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

5
E. Tanda Dan Gejala
1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb,
vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina
(sakit dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2
berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan
berkurangnya oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau
diare)
F. Komplikasi

Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita

anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau

gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah,

karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia,

jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan

berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa

juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah,

1998).

G. Pemeriksaan penunjang

1. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.

6
2. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat

mengindikasikan tipe khusus anemia).

3. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal :

peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.

4. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin

meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik). Jumlah trombosit : menurun

caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)

5. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.

6. Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).

7. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan

dengan defisiensi masukan/absorpsi

8. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam

jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal:

peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah

(aplastik).

H. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti

darah yang hilang.

1. Transpalasi sel darah merah.

2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.

3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.

4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan

oksigen

7
5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.

6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :

1. Anemia defisiensi besi. Mengatur makanan yang mengandung zat besi,

usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.

Pemberian preparat fe, Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan,

Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.

2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12

3. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral

4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan

pemberian cairan dan transfusi darah.

8
1.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara

menyeluru(Boedihartono, 1994).

Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :

1) Aktivitas / istirahat

Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ;

penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah.

Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.

Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat.

Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.

Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu

menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang

menunujukkan keletihan.

2) Sirkulasi

Gejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis,

menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan).

Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).

Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi

melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen

ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung :

murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane

mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada

9
pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti

berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru

atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan

aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah,

berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus,

menipis, tumbuh uban secara premature (AP).

3) Integritas ego

Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan,

misalnya penolakan transfusi darah.

Tanda : depresi.

4) Eleminasi

Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi

(DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi.

Penurunan haluaran urine.

Tanda : distensi abdomen.

5) Makanan/cairan

Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani

rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan

menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya

penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es,

kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).

Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan

vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering,

10
tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status

defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah.

(DB).

6) Neurosensori

Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan

berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata.

Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ;

klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.

Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak

mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik,

AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan

koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif,

paralysis (AP).

7) Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)

7) Pernapasan

Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.

Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.

8) Keamanan

Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan

pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker,

terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah

sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.

11
Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum.

Ptekie dan ekimosis (aplastik).

9) Seksualitas

Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore

(DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.

Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia (Doenges, 1999)

meliputi :

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan ferifer b.d perubahan ikatan O2 dengan

Hb, penurunan konsentrasi Hb dalam darah.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake

makanan.

3. Resiko infeksi b.d pertahanan sekunder tidak adekuat (penurunan Hb)

4. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

5. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan

12
C. Rencana Keperawatan

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan

dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan

(Boedihartono, 1994)

DIANGOSA TUJUAN DAN KRITERIA


NO INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Peripheral Sensation
Perfusi jaringan keperawatan selama 3x24 jam Management (Manajemen
perifer b/d penurunan perfusi jaringan klien adekuat sensasi perifer)
konsentrasi Hb dan dengan kriteria : 1. Monitor adanya daerah
darah, suplai oksigen 1. Membran mukosa merah tertentu yang hanya peka
berkurang 2. Konjungtiva tidak anemis terhadap
3. Akral hangat panas/dingin/tajam/tumpul
4. Tanda-tanda vital dalam 2. Monitor adanya paretese
rentang normal 3. Instruksikan keluarga untuk
mengobservasi kulit jika ada
lesi atau laserasi
4. Gunakan sarun tangan untuk
proteksi
5. Batasi gerakan pada kepala,
leher dan punggung
6. Monitor kemampuan BAB
7. Kolaborasi pemberian
analgetik
8. Monitor adanya
tromboplebitis
9. Diskusikan menganai
penyebab perubahan sensasi
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan NIC :
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x24 jam Nutrition Management
kebutuhan tubuh b/d status nutrisi klien adekuat 1. Kaji adanya alergi makanan
intake yang kurang, dengan kriteria : 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
anoreksia 1. Adanya peningkatan berat untuk menentukan jumlah
badan sesuai dengan tujuan kalori dan nutrisi yang
2. Beratbadan ideal sesuai dibutuhkan pasien.
dengan tinggi badan 3. Anjurkan pasien untuk
3. Mampumengidentifikasi meningkatkan intake Fe
kebutuhan nutrisi 4. Anjurkan pasien
4. Tidk ada tanda tanda untukmeningkatkan protein
malnutrisi dan vitamin C
5. Tidak terjadi penurunan 5. Berikan substansi gula
berat badan 6. Yakinkan diet yang dimakan
6. Pemasukan yang adekuat mengandung tinggi serat
v untuk mencegah konstipasi
7. Berikan makanan yang
terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli

13
gizi)
8. Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
9. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
10. Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor adanya penurunan
berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
5. Monitor lingkungan selama
makan
6. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor mual dan muntah
§

3 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan NIC :


keperawatan selama 3x24 jam Infection Control (Kontrol
kit status imun klien meningkat infeksi)
dengan kriteria : 1. Bersihkan lingkungan
1. Klien bebas dari tanda dan setelah dipakai pasien lain
gejala infeksi 2. Pertahankan teknik isolasi
2. Menunjukkan kemampuan 3. Batasi pengunjung bila
untuk mencegah timbulnya perlu
infeksi 4. Instruksikan pada
3. Jumlah leukosit dalam batas pengunjung untuk mencuci
normal tangan saat berkunjung dan
4. Menunjukkan perilaku hidup setelah berkunjung
sehat meninggalkan pasien
5. Gunakan sabun antimikrobia
untuk cuci tangan
6. Cuci tangan setiap sebelum
dan sesudah tindakan
kperawtan
7. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
8. Pertahankan lingkungan

14
aseptik selama pemasangan
alat
9. Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
10. Tingktkan intake nutrisi
11. Berikan terapi antibiotik bila
perlu

Infection Protection (proteksi


terhadap infeksi)
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor hitung granulosit
3. Monitor kerentanan terhadap
infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
6. Pertahankan teknik isolasi

4 Intoleransi aktifitas NOC: NIC:


b.d 1. Energy conservation Energy management:
ketidakseimbangan Kriteria hasil: 1. Kaji adanya faktor
suplai dan kebutuhan 1. Berpartisipasi dalam penyebab kelelahan
oksigen aktivitas fisik tanpa disertai 2. Monitor respon
peningkatan tekanan darah, kardiovaskuler terhadap
nadi, dan RR aktivitas
2. Mampu melakukan 3. Monitor pola tidur dan
aktivitas sehari-hari secara lamanya tidur/istirahat
mandiri pasien
3. Tanda-tanda vital dalam
rentang normal Activity therapy:
1. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
2. Bantu klien untuk memilih
aktivitas konsisten.

5 Ketidakefektifan pola NOC: NIC:


nafas b.d keletihan 1. Respiratory Status Respiratory Monitoring :
Kriteria Hasil : 1. Monitor rata – rata,
1. meningkatan ventilasi dan kedalaman, irama dan
oksigenasi yang adekuat usaha respirasi.
2. Bebas dari tanda tanda 2. Catat pergerakan
distress pernafasan dada,amati kesimetrisan,
3. Suara nafas yang bersih, penggunaan otot tambahan,
tidak ada sianosis dan retraksi otot
dyspneu (mampu supraclavicular dan
mengeluarkan sputum, intercostal.
mampu bernafas dengan 3. Monitor pola nafas :
mudah, tidak ada pursed lips) bradipena, takipenia,

15
4. Tanda-tanda vital dalam kussmaul, hiperventilasi,
rentang normal cheyne stokes.
4. Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan / tidak
adanya ventilasi dan suara
tambahan.

Oxygen Therapy :
1. Auskultasi bunyi nafas,
catat adanya crakles.
2. Ajarkan klien nafas dalam.
3. Atur posisi senyaman
mungkin.
4. Batasi untuk beraktivitas.
5. Kolaborasi pemberian
oksigen.

D. Implementasi

Merupakan tahap pelaksanaan tindakan dari rencana perawatan yang telah

ditetapkan untuk mengatasi masalah yang ditemukan.

E. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap pengukuran keberhasilan perawatan dalam

memecahkan masalah yang ditemukan dalam kebutuhan klien dengan cara

menilai tujuan yang ditetapkan (Lynda Juall Capenito, 1999).

16
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6.
Jakarta: EGC
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddle River
Marlyn E. Doenges, 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Patrick Davay, 2002, At A Glance Medicine, Jakarta, EMS
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC :
Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai