(MATERI)
OLEH :
KELOMPOK 3 :
(NAMA ANGGOTA)
PRODI FARMASI
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian limbah B3 adalah setiap bahan sisa suatu kegiatan proses produksi yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun B3 ) karena sifat serta konsentrasi atau
jumlahnya yang baik secara langsung atau tidak langsung dapat merusak,mencemarkan
lingkungan atau membahayakan kesehatan manusia.
Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun mendefinisikan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sebagai zat,
energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak
lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.[1]
Suatu limbah tergolong sebagai bahan berbahaya dan beracun jika ia memiliki sifat-
sifat tertentu, di antaranya mudah meledak, mudah teroksidasi, mudah menyala,
mengandung racun, bersifat korosifmenyebabkan iritasi, atau menimbulkan gejala-gejala
kesehatan seperti karsinogenik, mutagenik, dan lain sebagainya.
b. Pengoksidasi (oxidizing)
Limbah pengoksidasi adalah limbah yang dapat melepaskan panas karena teroksidasi
sehingga menimbulkan api saat bereaksi dengan bahan lainnya. Limbah ini jika tidak
ditangani dengan serius dapat menyebabkan kebakaran besar pada ekosistem. Contoh
limbah b3 dengan sifat pengoksidasi misalnya kaporit.
g. Korosif (corrosive)
Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang memiliki ciri dapat menyebabkan
iritasi pada kulit, menyebabkan pengkaratan pada baja, mempunyai pH ≥ 2 (bila
bersifat asam) dan pH ≥ 12,5 (bila bersifat basa). Contoh limbah B3 dengan ciri korosif
misalnya, sisa asam sulfat yang digunakan dalam industri baja, limbah asam dari
baterai dan accu, serta limbah pembersih sodium hidroksida pada industri logam.
Segala macam limbah berbahaya yang berasal dari kegiatan utama industri
dapat dikategorikan sebagai jenis limbah B3 dari sumber spesifik. Contoh dari limbah
jenis ini di antaranya adalah pelarut terhalogensi seperti klorobenzena dan metilen
klorida, pelarut yang tak terhalogensi seperti toluena, aseton dan nitrobenzema, asam
atau basa seperti natrium hidroksida, asal sulfat dan asam fostat serta limbah yang
tidak spesifik seperti aki bekas dan limbah laboratorium.
Limbah B3 dari sumber spesifik sendiri masih dapat dibagi menjadi 2 jenis, yakni
limbah B3 dari sumber spesifik umum dan khusus.
Untuk limbah B3 dari sumber spesifik umum, beberapa contohnya adalah katalis
bekas dan limbah karbon aktif dari pabrik pupuk, residu proses produksi dan abu
insinerator dari pabrik pestisida serta residu dasar tangki dan sludge dari proses
produksi kilang minyak bumi.
Sama halnya dengan limbah B3 dari sumber spesifik, limbah jenis ini juga berasal
dari aktivitas industri. Hanya saja, limbah jenis ini bukan berasal dari kegiatan utama
industri melainkan dari kegiatan sampingannya seperti kegiatan pemeliharaan alat,
pencucian, pengemasan, pelarutan kerak dan sejenisnya.
Selain itu, limbah B3 yang tidak jelas sumbernya dan belum diketahui secara
pasti kandungan racun di dalamnya juga bisa dimasukkan ke dalam jenis limbah B3
dari sumber tidak spesifik.
2.3.3 Limbah B3 dari B3 yang Sudah Kadaluwarsa, Tumpah dan Bekas Kemasan B3
Limbah B3 yang tumpah dan bekas kemasan limbah B3 masuk ke dalam jenis
limbah yang satu ini. Beberapa contoh limbah lain yang juga masuk ke dalam jenis
ini di antaranya adalah tembaga sianida, karbon disulfida, barium sianida, endrin dan
gas fluor.
Meski banyak dari limbah B3 yang berasal dari kegiatan industri, beberapa
limbah B3 juga ada yang berasal dari kegiatan rumah tangga. Misalnya saja seperti
bekas pengharum ruangan, deterjen pakaian dan pemutih pakaian. Hanya saja,
pengelolaan limbah B3 industri memang lebih rumit, terlebih mengingat
kuantitasnya yang tidak sedikit.
Limbah disebut juga limbah rumah tangga atau limbah domestik. Limbah rumah
tangga merupakan limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, air cucian, dan
kotoran manusia. Limbah domesti terbagi menjadi 2 yaitu:
a) Limbah cair domestik yang berasal dari air cucian.
Misal: sabun deterjen, minyak dan pestisida.
b) Limbah cair domestik yang berasal dari kakus.
Misal: sabun, shampo, kotoran manusia, dan air seni.
Yaitu limbah yang berasal dari industri atau usaha kecil yang mencemari
lingkungan. Limbah industri pangan mengandung karbohidrat, protein lemak,
garam-garam, mineral, dan sisa bahan kimia yang digunakan selama proses
pengolahan dan pembersihan. Contohnya limbah yang berasal dari industri
tahu, tempe, dan pengolahan ikan.
Limbah industri kimia memerlukan air dalam jumlah besar baik untuk
prosesnya maupun untuk pencucian peralatan-peralatan yang digunakan
selama proses berlangsung. Sehingga limbah cair yang dihasilkan dalam
industri kimia otomatis besar. Selain limbah cair dihasilkan, limbah padat
yang berupa endapan (CaSO4) dan gas buangan (uap alkohol). Limbah
tersebut tergolong limbah B3 (Bahan Beracun Berbahaya).
c) Limbah Industri logam dan elektronika
Industri logam misalnya pada industri baja, tidak menggunakan zat-zat kimia
yang limbahnya berbahaya bagi kesehatan. Tetapi proses-proses dalam
industri logam dan elektronika mengakibatkan timbulnya limbah.
Limbah yang berasal dari dunia kesehatan medis mieip dengan sampah
domestik pada umumnya. Obat-obatan dan beberapa zat kimia adalah contoh
limbah medis. Tetapi ada beberapa jenis limbah medis yang memerlukan
penanganan secara khusus, dan memerlukan biaya yang cukup mahal. Misalnya
limbah yang berpotensi untuk menimbulkan penularan penyakit, maka perlu cara
khusus untuk mengatasinya yaitu dengan non-insinerator sehingga mampu
mendisinfeksi limbah medis.
Penanganan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara melakukan pengolahan pada limbah
B3 dengan tiga metode
1. Concentration thickening
Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan
diolah dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya
digunakan pada tahapan ini ialah gravity thickener dan solid bowl centrifuge.
Tahapan ini pada dasarnya merupakan tahapan awal sebelum limbah dikurangi
kadar airnya pada tahapan de-watering selanjutnya. Walaupun tidak
sepopuler gravity thickener dan centrifuge, beberapa unit pengolahan limbah
menggunakan proses flotation pada tahapan awal ini.
2. Treatment, stabilization, and conditioning
Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan
menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses
pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian secara kimia
berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan bahan-bahan kimia
dengan partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung dengan jalan
memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan
destruksi. Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan adanya proses
destruksi dengan bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses yang
terlibat pada tahapan ini ialahlagooning, anaerobic digestion, aerobic
digestion, heat treatment,polyelectrolite flocculation, chemical conditioning,
dan elutriation.
3. De-watering and drying De-watering and drying
bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan air dan
sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat pada tahapan ini
umumnya ialah pengeringan dan filtrasi. Alat yang biasa digunakan
adalah drying bed, filter press, centrifuge, vacuum filter, dan belt press.
4. Disposal
Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses
yang terjadi sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis,wet air oxidation,
dan composting. Tempat pembuangan akhir limbah B3 umumnya
ialah sanitary landfill, crop land, atauinjection well.
2.5.2 Solidification/Stabilization
2.5.3 Incineration
Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating
value) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan
berlangsungnya proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya
energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling
umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple
hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste
injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln
mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan
gas secara simultan.
2.6 Dampak Limbah B3
Dibandingkan limbah lainnya, limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya)
adalah limbah yang membutuhkan campur tangan para ahli dan jasa pengolahan
limbah B3. Industri maupun rumah tangga dapat berkontribusi limbah beracun ini.
Karena sifatnya yang berbahaya, limbah ini berdampak buruk terhadap lingkungan
hidup bila dibiarkan.
Sayangnya, limbah jenis ini masih menjadi masalah karena sedikitnya jasa
pengolahan limbah B3 yang bisa diakses. Sehingga, efek buruk dari limbah B3 juga
akan merugikan lingkungan hidup, termasuk manusia pada akhirnya. Berikut ini
beberapa dampak negatifnya.
Manusia memang dapat mengeluarkan zat toksin secara natural, namun racun
dari limbah B3 lebih lambat dikeluarkan. Pengaruh limbah B3 pada manusia
memiliki dua kategori, yaitu efek akut dan efek kronis.
Efek akut menimbulkan kerusakan susunan syaraf, sistem pencernaan,
kardiovaskuler, dan pernafasan, serta penyakit kulit bahkan kematian.
Sedangkan efek kronis menimbulkan efek pemicu kanker, mutasi sel tubuh,
cacat bawaan, serta kerusakan sistem reproduksi.
Limbah B3 tersebut juga dapat merusak atau mengganggu sistem pernafasan
dan pencernaan. Jaringan paru-paru akan mengalami kerusakan berat, dan
makanan yang terkontaminasi limbah menyebabkan kerusakan hati.
Kurangnya jasa pengolahan limbah B3 juga akan berefek pada janin dan
pertumbuhan bayi. Hal ini diturunkan dari ibu yang mempunyai kadar racun
yang sudah menembus plasenta. Para bayi yang memiliki kandungan racun
limbah dapat menderita tuli, kebutaan, kerusakan otak yang berujung retardasi
mental atau celebral palsy.
Jasa pengolahan limbah B3 sangat dibutuhkan supaya dampak buruk tersebut
semakin berkurang. Tiga metode pengolahan paling populer adalah chemical
conditioning, solidification/stabilization, dan incineration.
Chemical conditioning bertujuan untuk membuat senyawa-senyawa stabil,
menghancurkan organisme patogen, memanfaatkan hal-hal yang memiliki nilai
ekonomi dari proses pengolahan ini, serta mengkondisikan lumpur supaya tidak
berbahaya saat dilepaskan ke lingkungan.
Sedangkan pengolahan limbah B3 dengan cara solidification/stabilization adalah
proses pencampuran limbah dengan bahan aditif untuk mengurangi kadar racun
limbah dan menurunkan laju migrasi bahan pencemar. Solidification adalah proses
pemadatan zat/senyawa berbahaya dengan bahan aditif dan berkaitan dengan proses
stabilisasi.
Salah satu proses yang dapat ditemukan di jasa pengolahan limbah B3 adalah
incineration atau teknologi pembakaran. Proses ini mengurangi volume hingga sekitar
90% dan massa hingga 75%. Pada dasarnya, teknologi ini merubah limbah menjadi
gas.
Dampak positif dari limbah B3 adalah komponen limbah B3 yang dapat
dihancurkan dengan cepat dan tidak memakan banyak lahan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian limbah B3 adalah setiap bahan sisa suatu kegiatan proses produksi yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun B3 ) karena sifat serta konsentrasi atau
jumlahnya yang baik secara langsung atau tidak langsung dapat merusak,mencemarkan
lingkungan atau membahayakan kesehatan manusia.Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk
mencegah dan menanggulangi pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup yang
diakibatkan oleh limbah B3 serta
melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga sesuai dengan
fungsinya kembali.
3.2 Saran
Limbah harus diolah dengan baik agar tidak berdampak buruk bagi lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_Berbahaya_dan_Beracun_(B3)
https://pengertianmenurutparaahli.org/pengertian-limbah-b3-dan-contohnya/
https://logamjaya.co.id/pengertian-contoh-serta-sifat-dan-karakteristik-limbah-b3/
Adji Adji,Arya.Tanpa tahun. Pengertian B3. Dikutip pada 06 november 201 dari :
https://www.academia.edu/36763217/Pengertian_B3