Anda di halaman 1dari 27

IMPLANT DAN KONTRASEPSI MANTAP

MAKALAH
Dosen Pengampu : Nur Sholichah, S.Si.T., M. Kes

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Reproduksi dan KB

Disusun oleh : Kelompok 3


1. Al Mar’atush Sholikhah (102017001)
2. Ayu Retno Safitri (102017002)
3. Badriyatul Masruroh (102017004)
4. Indah Murnitasari (102017014)
5. Jihan Huda Lilla (102017015)
6. Mukti Rahma Wangi (102017022)
7. Riska Putri Lestari (102017026)
8. Siti Amanah (1020170)

PROGRM STUDI D-III KEBIDANAN


AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI PUTRA BANGSA PURWOREJO
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

1
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana”
dalam menempuh pendidikan Diploma III Kebidanan.

Dalam pembuatan makalah yang berjudul “Implant dan Kontrasepsi


Mantap” penulis berharap setelah membaca makalah ini, pembaca dapat
memahami dan menambah pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan juga kesalahan


dalam penulisan makalah ini. Maka dari itu, penulis mengharap kritik dan saran
yang membangun untuk pembuatan makalah yang akan datang. Demikian
makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih.

Purworejo, 13 April 2019

DAFTAR ISI

2
HALAMAN JUDUL....................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A.......................................................................................................Latar
Belakang...........................................................................................1
B.......................................................................................................Rumusa
n Masalah.........................................................................................6
C.......................................................................................................Tujuan
..........................................................................................................6

BAB II TINJAUAN TEORI

A.......................................................................................................Definisi
Keluarga Berencana (KB)................................................................7
B.......................................................................................................Tujuan
Program KB.....................................................................................7
C.......................................................................................................Ruang
Lingkup Program KB.......................................................................7
D.......................................................................................................Kontras
epsi...................................................................................................8
E.......................................................................................................Macam-
macam Kontrasepsi..........................................................................9
F........................................................................................................Kontras
epsi Hormonal..................................................................................10
G.......................................................................................................KB
Implant.............................................................................................12
H.......................................................................................................Kontras
epsi Sterilisasi Pada Wanita (Tubektomi)........................................16
I........................................................................................................Kontras
epsi Sterilisasi Pada Pria (Vasektomi)..............................................20

BAB III PENUTUP

3
A.......................................................................................................Simpula
n........................................................................................................24
B.......................................................................................................Saran
..........................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan harus
menjadi titik sentral dalam pembangunan berkelanjutan. Jumlah penduduk
yang besar dengan kualitas rendah dan pertumbuhan yang cepat, akan
memperlambat tercapainya kondisi yang ideal antara kuantitas dan kualitas
penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan (UU.No 52,
2009: 1).
Pertumbuhan penduduk diperkirakan akan sangat dramatis di negara-
negara berkembang di dunia. Menurut perkiraan dan proyeksi populasi oleh
PBB Revisi tahun 2012, populasi penduduk dunia dari 7,2 miliar pada
pertengahan 2013 diproyeksikan meningkat hampir satu miliar orang dalam
dua belas tahun ke depan, mencapai 8,1 miliar pada tahun 2025, dan lebih
meningkat menjadi 9,6 miliar pada tahun 2050 dan 10,9 miliar pada tahun
2100 (ESA, 2013: 2).
Berdasarkan data proyeksi pertumbuhan penduduk tersebut dapat
diperkirakan pertumbuhan penduduk di dunia cukup pesat, dimana jumlah
penduduk di dunia meningkat hampir satu miliar orang dalam dua belas
tahun. Berdasarkan Sensus Penduduk (SP) tahun 1971-2010, jumlah
penduduk Indonesia mengalami kenaikan menjadi dua kali lipat selama
hampir 40 tahun dari sekitar 118 juta pada tahun 1971 menjadi 237 juta pada
tahun 2010. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki tercatat
sebanyak 119.630.913 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak
118.010.413 jiwa. Menurut kelompok umur, jumlah penduduk usia 0-4 tahun
sebanyak 22.678.702 jiwa (9,54 persen), edangkan penduduk usia 15-64
tahun sebanyak 156.982.218 jiwa (66 persen), dan kelompok penduduk usia
65 tahun keatas sebanyak 12.062.388 jiwa (5,1 persen) (BKKBN, 2013: 4).
Hal tersebut menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk di
Indonesia cukup tinggi, dimana jumlah penduduk di Indonesia mengalami

1
kenaikan menjadi dua kali lipat selama hampir 40 tahun. Dalam dokumen
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), diharapkan Indonesia
mencapai kondisi Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS), yang ditandai dengan
TFR sebesar 2,1 (BKKBN, 2013: iii). Angka Kelahiran Total atau Total
Fertility Rate (TFR) adalah rata rata banyaknya anak yang dilahirkan hidup
oleh seorang wanita sampai akhir masa reproduksinya (dengan asumsi,
wanita tersebut tetap hidup sampai akhir masa reproduksi dan akan mengikuti
pola fertilitas tersentu). Angka Ini diperoleh dengan menjumkah angka
fertilitas menurut umur. (BKKBN Jawa Tengah, 2012: 1)
Persoalan kependudukan di Indonesia sangat kompleks dan
memerlukan penanganan secara komprehensif. Jumlah penduduk yang besar
dengan pertumbuhan penduduk tinggi, kualitas rendah dan persebaran tidak
merata (Kemendagri, 2010: 12).
Untuk itu diperlukan upaya-upaya pengendalian jumlah penduduk,
salah satunya melalui program KB (Keluarga Berencana) yang telah dimulai
sejak tahun 1968. Program Keluarga Berencana Nasional diatur dalam
Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Dalam UU Nomor 52 Tahun
2009 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Keluarga Berencana (KB)
adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai
dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (UU No
52, 2009: 4)
Perkembangan program Keluarga Berncana (KB) di Indonesia masih
belum menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan angka
penggunaan kontrasepsi (CPR) dan penurunan angka unmet need hasil SDKI
dari tahun ke tahun yang belum mencapai target RPJM. Berdasarkan data
World Health Statistic, bila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya,
penggunaan KB di Indonesia sudah melebihi rata-rata. Namun angkanya
masih lebih rendah dibandingkan dengan Vietnam, Kamboja, dan Thailand.
Padahal berdasarkan data Family Planning Worldwide, jumlah WUS di

2
Indonesia yang tertinggi diantara negara ASEAN lainnya. Dengan kata lain
kita masih harus meningkatkan angka CPR di Indonesia. Untuk itu diperlukan
peran serta aktif dari semua tenaga kesehatan, baik yang berada di pusat,
daerah, dan di unit pelayanan kesehatan dalam meningkatkan penggunaan KB
(Kemenkes RI, 2013: ii)
Secara nasional peserta KB baru pada bulan Oktober 2013 sebanyak
723.456 peserta. Apabila dilihat per mix kontrasepsi maka persentasenya
adalah sebagai berikut : 53.435 peserta IUD (7,39%), 10.160 peserta MOW
(1,40%), 81.000 peserta implant (11,20% ), 334.011 peserta suntikan
(46,17%), 195.761 peserta pil (27,06%), 2.174 peserta MOP (0,30%) dan
46.915 peserta kondom (6,48%). Mayoritas peserta KB baru bulan Oktober
2013, didominasi oleh peserta KB yang menggunakan Non Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP), yaitu sebesar 79,71% dari seluruh
peserta KB baru. Sedangkan peserta KB baru yang menggunakan metode
jangka panjang seperti IUD, MOW, MOP dan Implant hanya sebesar 20,29%
(BKKBN, 2013: 10).
Rendahnya cakupan peserta KB baru yang menggunakan MKJP,
menunjukkan kurangnya minat masyarakat untuk menggunakan MKJP dan
dapat dilatar belakangi oleh banyak faktor. Menurut hasil penelitian
terdahulu, adapun faktor yang mempengaruhi rendahnya cakupan peserta KB
baru yang menggunakan MKJP diantaranya, jaringan komunikasi dalam
mensosialisasikan program Keluarga Berencana dalam rangka peningkatan
partisipasi pria dengan Medis Operasi Pria (MOP) tergolong buruk.
Partisipasi masyarakat pun masih tergolong rendah, hal ini terlihat dari
rendahnya peran serta pria dalam ber-KB. Selama ini belum ada forum yang
mempertemukan antara petugas (PKB) maupun kader dengan para pria
sebagai sasaran dari program KB Pria. Selain itu, kemitraan antara
pemerintah dnegan organisasi lokal belum nampak, organisasi lokal seperti
RT, RW kurang berperan dalam membantu mensosialisasikan program yang
ada. Sikap dari para penerima program dalam hal ini pria, masih tergolong
kurang baik. Sebagian besar masih enggan menerima program yang ada
dikarenakan mereka tidak benar-benar memahami manfaat MOP itu sendiri.

3
Mereka masih menilai bahwa MOP itu buruk, Sehingga dapat dikatakan
bahwa sikap masyarakat terhadap program adalah sikap yang negatif,
sebagian besar dari mereka menolak adanya MOP (Anastasia O, 2012: 17).
Menurut laporan data Subbidang Data dan Informasi BKKBN Provinsi
Jawa Tengah Bulan Desember Tahun 2012 pencapaian PB Provinsi Jawa
Tengah tahun 2011 sebesar 107,40 % dan pada tahun 2012 sebesar 104,77%
(BKKBN, 2012: 6). Pencapaian peserta KB Baru tersebut mengalami
penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2011. Begitu pula dengan
pencapaian PB MKJP yang menurun dari 124.58 % pada tahun 2011 menjadi
107.60 % pada tahun 2012 (BKKBN Provinsi Jateng, 2013: 22). Dan pada
tahun 2013 pencapaian PB MKJP kembali menurun pada angka 104,18 %
(BKKBN, 2013: 10).
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang yang disingkat MKJP adalah
metode kontrasepsi yang dikenal efektif karena dapat memberikan
perlindungan dari risiko kehamilan untuk jangka waktu sampai sepuluh tahun
yang terdiri dari Metode Operasi Wanita (MOW), Metode Operasi Pria
(MOP), Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dan implant atau yang
dikenal dengan susuk KB merupakan alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK)
dengan masa berlaku tiga tahun (Sri L N, 2011: 6).
Kebijakan pemerintah melalui BKKBN mangarahkan pada pemakaian
alat kontrasepsi jangka panjang seperti yang tercermin dalam Perka BKKBN
No.151/PER/E1/2011 yang diantaranya memuat dukungan sarana pelayanan
KB MKJP (IUD Kit, Implant Kit, Obgyn Bed), peningkatan kompetensi
provider dalam pelayanan KB, pemberian ayoman pemakaian metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Perka BKKBN No.165/PER/E1/2011
memuat kegiatan pemerataan akses & kualitas pelayanan KB MKJP melalui
promosi dan sosialisasi KB MKJP, pengadaan materi KIE dan promosi KB
MKJP, pengadaan sarana pendukung pelayanan KB MKJP, pelatihan provider
KIP/Konseling KB MKJP, pemasangan dan pencabutan IUD, Implant,
pelatihan medis teknis operatif MOW/MOP, visiting spesialis, meningkatkan
kemitraan dalam pelayanan KB MKJP, serta monitoring dan evaluasi (Edi P,
2011: 9).

4
Kebijakan KB MKJP di era JKN (Jaminan Kesehatan Nasional)
menurut Permenkes No 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada
JKN pasal 19 menyebutkan bahwa obat dan alat kesehatan Program Nasional
yang telah ditanggung oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah, tidak
ditanggung oleh BPJS Kesehatan salah satunya adalah alat kontrasepsi dasar.
Berdasarkan Perjanjian Kerja Sama Antara PT. Askes (Persero) dan
BKKBN 30 Desember 2013 disebutkan bahwa tugas dan kewajiban BKKBN
diantaranya, memberikan informasi dan rekomendasi tentang Faskes yamg
memenuhi kriteria untuk memberikan pelayanan KB. Melakukan pelatihan
teknis pelayanan KB bagi dokter dan bidan serta pelatihan non teknis bagi
petugas di Faskes yg bekerjasama dengan BPJS. Menyediakan dan
mendisribusikan materi KIE Pelayanan KB dan KR (Kesehatan Reproduksi)
sarana prasarana penunjang pelayanan kontrasepsi serta menjamin
ketersediaan Alat dan obat Kontrasepsi (Alokon) pada Faskes yang
bekerjasama dengan BPJS. Perka No. 165/PER/E1/2011 tentang Pelayanan
KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (IUD, IMPLANT) masih menjadi
kewajiban BKKBN untuk medistribusikan Alkon kepada Bidan/Dokter
Praktek Mandiri walaupun belum bekerjasama dengan BPJS ataupun bagi
akseptor Non JKN (BKKBN Provinsi Jawa Barat, 2014: 40).
Untuk itu, kami membuat makalah mengenai KB Implant dan
Kontrasepsi Mantap agar masyarakat sadar akan pentinganya ber-KB dengan
tepat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan KB serta manfaatnya ?
2. Apa saja yang masuk dalam ruang lingkup KB ?
3. Apa yang dimaksud dengan kontrasepsi serta sebutkan macam-
macam kontrasepsi ?
4. Apa saja yang termasuk dalam kontrasepsi hormonal ?
5. Apa yang dimaksud dengan KB Implant ?
6. Sebutkan keuntungan dan kerugian penggunaan KB Implant ?
7. Apa yang dimaksud dengan Kontrasepsi Mantap ?

5
C. Tujuan
1. Mengetahui tentang KB serta manfaatnya
2. Mengetahui ruang lingkup KB
3. Mengetahui tenang kontrasepsi serta macam-macam kontrasepsi
4. Mengetahui kontrasepsi hormonal
5. Mengetahui tentang KB Implant
6. Mengetahui keuntungan dan kerugian penggunaan KB Implant
7. Mengetahui tentang Kontrasepsi Mantap

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Keluarga Berencana (KB)


Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan
jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah
mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan
(Sulistyawati, 2013).

B. Tujuan Program KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga
kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013).
Tujuan program KB lainnya yaitu untuk menurunkan angka kelahiran
yang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan kebijakaan
yang dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan, menunda, dan
menghentikan) maksud dari kebijakaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan
ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu
dekat dan melahirkan pada usia tua (Hartanto, 2009).

6
C. Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut :
1. Keluarga berencana
2. Kesehatan reproduksi remaja
3. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
4. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
5. Keserasian kebijakan kependudukan
6. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
7. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan
D. Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen.
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi)
atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim
(Nugroho dan Utama, 2014).
Menurut Wiknjosastro (2009) efektivitas atau daya guna suatu cara
kontrasepsi dapat dinilai pada 2 tingkat, yakni :
1. Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan
suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan, apabila kontrasepsi tersebut digunakan dengan mengikuti
aturan yang benar.
2. Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan
kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya
dipengaruhi oleh factor-faktor seperti pemakaian yang tidak hati-hati,
kurang disiplin dengan aturan pemakaian dan sebagainya.
Menurut Hartanto (2009), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam memilih kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang baik ialah kontrasepsi
yang memiliki syarat-syarat sebagai berikut :
1. Aman atau tidak berbahaya
2. Dapat diandalkan
3. Sederhana
4. Murah
5. Dapat diterima oleh orang banyak
6. Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi)
Menurut Hartanto (2009), faktor-faktor dalam memilih metode
kontrasepsi yaitu :

7
1. Faktor pasangan
a. Umur
b. Gaya hidup
c. Frekuensi senggama
d. Jumlah keluarga yang diinginkan
e. Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu
f. Sikap kewanitaan
g. Sikap kepriaan
2. Faktor kesehatan
a. Status kesehatan
b. Riwayat haid
c. Riwayat keluarga
d. Pemeriksaan fisik
e. Pemeriksaan panggul

E. Macam-macam Kontrasepsi
1. Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode
kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat.
Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi
(MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks,
Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara
suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana
dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida
(Handayani, 2010).
2. Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu
kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan
yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi
terdapat pada pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon
yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant (Handayani,
2010).
3. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu
AKDR yang mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan
yang tidak mengandung hormon (Handayani, 2010). AKDR yang
mengandung hormon Progesterone atau Leuonorgestrel yaitu

8
Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20 mengandung
Leuonorgestrel (Hartanto, 2009).
4. Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode
Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering
dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong
atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan
antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama
vasektomi, vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas
deferens sehingga cairan sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi
(Handayani, 2010).

F. Kontrasepsi Hormonal
1. Definisi Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi
yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi
(Baziad, 2010).
Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi dimana estrogen dan
progesteron memberikan umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui
hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap folikel dan proses
ovulasi (Manuaba, 2010).
2. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal
Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik,
terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi
hambatan terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui
hipotalamus dan hipofisis, estrogen dapat menghambat pengeluaran
Folicle Stimulating Hormone (FSH) sehingga perkembanagan dan
kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi. Di samping itu progesteron
dapat menghambat pengeluaran Hormone Luteinizing (LH). Estrogen
mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil konsepsi mencapai uterus
endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi (Manuaba,
2010).
Selama siklus tanpa kehamilan, kadar estrogen dan progesteron
bervariasi dari hari ke hari. Bila salah satu hormon mencapai puncaknya,

9
suatu mekanisme umpan balik (feedback) menyebabkan mula-mula
hipotalamus kemudian kelenjar hypophyse mengirimkan isyarat-isyarat
kepada ovarium untuk mengurangi sekresi dari hormon tersebut dan
menambah sekresi dari hormon lainnya. Bila terjadi kehamilan, maka
estrogen dan progesteron akan tetap dibuat bahkan dalam jumlah lebih
banyak tetapi tanpa adanya puncak-puncak siklus, sehingga akan
mencegah ovulasi selanjutnya. Estrogen bekerja secara primer untuk
membantu pengaturan hormon realising factors of hipotalamus,
membantu pertumbuhan dan pematangan dari ovum di dalam ovarium
dan merangsang perkembangan endometrium. Progesteron bekerja secara
primer menekan atau depresi dan melawan isyarat-isyarat dari
hipotalamus dan mencegah pelepasan ovum yang terlalu dini atau
prematur dari ovarium, serta juga merangsang perkembangan dari
endometrium (Hartanto, 2002).
Adapun efek samping akibat kelebihan hormon estrogen, efek
samping yang sering terjadi yaitu rasa mual, retensi cairan, sakit kepala,
nyeri pada payudara, dan fluor albus atau keputihan. Rasa mual kadang-
kadang disertai muntah, diare, dan rasa perut kembung. Retensi cairan
disebabkan oleh kurangnya pengeluaran air dan natrium, dan dapat
meningkatkan berat badan. Sakit kepala disebabkan oleh retensi cairan.
Kepada penderita pemberian garam perlu dikurangi dan dapat diberikan
diuretik. Kadang-kadang efek samping demikian mengganggu akseptor,
sehingga hendak menghentikan kontrasepsi hormonal tersebut. Dalam
kondisi tersebut, akseptor dianjurkan untuk melanjutkan kontrasepsi
hormonal dengan kandungan hormon estrogen yang lebih rendah. Selain
efek samping kelebihan hormon estrogen, hormon progesteron juga
memiliki efek samping jika dalam dosis yang berlebihan dapat
menyebabkan perdarahan tidak teratur, bertambahnya nafsu makan
disertai bertambahnya berat badan, acne (jerawat), alopsia, kadang-
kadang payudara mengecil, fluor albus (keputihan), hipomenorea. Fluor
albus yang kadang-kadang ditemukan pada kontrasepsi hormonal dengan

10
progesteron dalam dosis tinggi, disebabkan oleh meningkatnya infeksi
dengan candida albicans (Wiknjosastro, 2007).
Komponen estrogen menyebabkan mudah tersinggung, tegang,
retensi air, dan garam, berat badan bertambah, menimbulkan nyeri
kepala, perdarahan banyak saat menstruasi, meningkatkan pengeluaran
leukorhea, dan menimbulkan perlunakan serviks. Komponen progesteron
menyebabkan payudara tegang, acne (jerawat), kulit dan rambut kering,
menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram (Manuaba, 2010).

G. KB Implant
1. Pengertian
KB susuk atau dalam medis dikenal sebagai KB implant adalah
tabung plastik kecil dan fleksibel seukuran korek api, yang berisi hormon
progestin untuk mencegah kehamilan. Tabung ini (yang sering disebut
susuk) akan dimasukkan atau diimplan ke dalam kulit lengan atas.
Dengan pemakaian yang benar, sekali pasang KB implan sudah dapat
mencegah kehamilan selama tiga tahun bahkan hingga lima tahun. Susuk
yang sudah dimasukkan ke bawah kulit akan melepaskan hormon
progestin dengan kadar rendah untuk mencegah kehamilan. Hormon
progestin ini akan dilepaskan sedikit demi sedikit hingga habis masa
efektifnya.
Cara kerjanya adalah dengan mencegah ovulasi (pelepasan sel telur
dalam siklus bulanan). Jika seorang wanita tidak berovulasi, ia tidak bisa
hamil karena tidak ada sel telur untuk dibuahi.Progestin yang dilepaskan
oleh KB implan juga akan menebalkan lendir di sekitar leher rahim
(serviks). Ini akan mencegah sperma untuk memasuki rahim. Progestin
juga akan menipiskan lapisan dinding rahim, sehingga jika ada sperma
yang berhasil membuahi sel telur, telur tersebut akan sulit menempel
pada dinding rahim untuk memulai kehamilan.
Dilansir dari situs Catatan Dokter ,KB implan adalah metode
kontrasepsi yang sangat efektif mencegah kehamilan. Angka
keberhasilannya cukup tinggi, diantara 100 pengguna KB implan yang
tetap kebobolan hamil hanya 1 orang, Selama pengguna tersebut

11
memperhatikan ketentuan-ketentuan yang ada. Pada umumnya,
efektivitas alat kontrasepsi bergantung pada banyak hal, dan ini termasuk
apakah Anda memiliki kondisi kesehatan tertentu, atau sedang
mengonsumsi obat-obatan dan herbal tertentu yang dapat mengganggu
kerja alat KB. Beberapa antibiotik juga bisa menurunkan kinerja KB
implan sehingga menjadi kurang ampuh.
Kemudian, alat KB yang paling efektif pun tidak akan ampuh
mencegah kehamilan jika tidak digunakan dengan benar. Untuk dapat
bekerja dengan baik, implan harus berada dalam posisi yang benar dan
bekerja dengan baik, serta harus diganti jika sudah waktunya.
Terjadinya kehamilan biasanya disebabkan karena pengguna
menggunakan KB susuk selama 3 tahun tanpa diganti. Karena itulah,
penting untuk mengingat dan mencatat kapan KB implan dipasang, dan
kapan waktu paling telat untuk menggantinya. Pengguna harus
menggunakan alat KB tambahan seperti kondom, jika tidak sempat
mengganti KB susuk tepat pada waktunya. Intinya kurang diminatinya
alat kontrasepsi susuk KB disebabkan karena kurangnya pengetahuan
tentang prosedur pemasangan KB, biaya, efek samping juga persepai
yang salah atau ketidaktahuan tentang status hukun susuk KB.
Salah satu yang termasuk dalam kontrasepsi hormonal yaitu
Kontrasepsi Implant. Profil kontrasepsi Implant menurut Saifuddin
(2010) yaitu:
a. Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena,
Indoplant, atau Implanon
b. Nyaman
c. Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
d. Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
e. Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
f. Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan
bercak, dan amenorea
g. Aman dipakai pada masa laktasi
2. Jenis kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
a. Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga
dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan
3,6 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.

12
b. Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan
panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68
mg 3-Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
c. Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi
dengan 75 mg. Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
3. Cara kerja kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
a. Lendir serviks menjadi kental
b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga
sulit terjadi implantasi
c. Mengurangi transportasi sperma
d. Menekan ovulasi
4. Keuntungan dan kerugian kontrasepsi implant
Keuntungan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
a. Daya guna tinggi
b. Perlindungan jangka panjang
c. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan
d. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
e. Tidak mengganggu dari kegiatan senggama
f. Tidak mengganggu ASI
g. Klien hanya kembali jika ada keluhan
h. Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan
i. Mengurangi nyeri haid
j. Mengurangi jumlah darah haid
k. Mengurangi dan memperbaiki anemia
l. Melindungi terjadinya kanker endometrium
m. Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara
n. Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang
panggul
o. Menurunkan kejadian endometriosis
Kelebihan KB Implant menurut Aprilia (2010), yaitu :
a. Mampu mencegah kehamilan hingga jangka waktu 5 tahun,
b. Berbentuk elastic, sehingga tidak menimbulkan rasa sakit
atau luka di dalam kulit,
c. Kesuburan Wanita kembali pulih setelah Susuk KB ini
dilepas,
d. Ketika akan dilakukan pemasangan tidak memerlukan
pemeriksaan yang mendalam,
e. Tidak mengandung hormon estrogen, sehingga efek
samping yang ditimbulkan lebih sedikit,

13
f. Tidak memberikan masalah saat melakukan hubungan seks.
g. Cocok untuk Alat Kontrasepsi Ibu Menyusui, karena tidak
mengganggu produksi ASI baik volume dan kualitasnya,
h. Hanya perlu pemeriksaan ke tenaga kesehatan terdekat
apabila terjadi efek samping,
i. Bisa dilepas kapan saja, sesuai dengan keinginan.
Selain kelebihan diatas, susuk KB juga mempunyai kekurangan yang
diantaranya adalah:
a. Setelah pemasangan biasanya pasien akan merasa mual,
sakit kepala, perubahan perasaan atau kegelisahan,
b. Memicu terjadinya peningkatan atau penurunan berat
badan,
c. Mengganggu penampilan, karena susuk biasanya akan
terlihat sedikit menonjol pada kulit, dan terasa apabila diraba. Saat
pelepasan diperlukan penyayatan pada kulit, sehingga bisa
menimbulkan bekas luka,
d. Perlu dilakukan pembedahan kecil untuk pemasangan dan
dan pelepasan,
e. Tidak dianjurkan untuk wanita yang menderita penyakit
kanker payudara,hati, penggumpalan darah, perdarahan tanpa sebab,
kolesterol tinggi,pasien darah tinggi, penyakit kandung empedu,
Asiklus menstruasi tidak teratur, dan pasien penyakit jantung.
Keterbatasan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu
pada kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa
perdarahan bercak (spooting), hipermenorea atau meningkatnya jumlah
darah haid, serta amenorhea.

H. Kontrasepsi Sterilisasi Pada Wanita (Tubektomi)


1. Definisi
Defenisi Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur
wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan
mendapatkan keturunan lagi. Kontrasepsi ini hanya dipakai dalam jangka
waktu panjang, walaupun kadang masih dapat dipulihkan kembali seperti
semula. (Mulyani, 2013, hal.119-120).

14
Tubektomi (sterilisasi wanita) dilakukan dengan cara eksisi atau
menghambat tuba fallopi yang membawa ovum dari ovarium ke uterus.
Tindakan ini mencegah ovum dibuahi oleh sperma. (Everett, 2012, hal.
252).
Kontrasepsi mantap atau sterilisasi pada wanita adalah suatu
kontrasepsi permanen yang dilakukan dengan cara melakukan suatu
tindakan pada kedua saluran telur sehingga menghalangi pertemuan sel
telur (ovum) dengan sel mani (sperma) (Sofian, 2013).
2. Efektivitas
Tubektomi merupakan metode kontrasepsi yang sangat efektif dan
tidak menimbulkan efek samping jangka panjang. Efektivitasnya yaitu
0,5 kehamilan per 100 perempuan (0,5%) selama tahun pertama
penggunaan (Saifuddin, 2010).
3. Teknik Melakukan MOW Teknik yang digunakan dalam pelayanan
tubektomi antara lain :
a. Minilaparotomi
Metode ini merupakan pengambilan tuba yang dilakukan
melalui sayatan kecil (sekitar 3 cm) baik pada daerah bawah perut
(suprapubik) maupun pada lingkar pusat bawah (sub umbilikal), baik
dilakukan masa interval maupun pasca persalinan (Mulyani, 2013).
b. Laparoskopi
Prosedur laparoskopi membutuhkan tenaga Spesialis
Kebidanan dan Penyakit Kandungan yang telah dilatih secara khusus
agar pelaksanaannya aman dan efektif. Dapat dilakukan 6-8 minggu
pascapersalinan atau setelah abortus (Mulyani, 2013).
Perawatan yang dilakukan post operasi yaitu : istrahat 2-3 jam,
pemberian analgetik dan antibiotik bila pelu, ambulasi dini, diet biasa
dan luka operasi jangan sampei basah, menghindari kerja berat selam 1
minggu, cari pertolongan medisbila demam (>38), rasa sakit pada
abdomen yang menetap, perdarahan luka insisi.
Menurut Saifuddin (2010) pelaksanaan MOW dapat dilakukan pada saat :
a. Masa interval (selama waktu siklus menstruasi)
b. Pasca persalinan (post partum). Tubektomi pasca persalinan
sebaiknya dilakukan dalam 24 jam, selambat lambatnya dalam 48

15
jam pasca persalinan. Tubektomi pasca persalinan lewat dari 48 jam
akan dipersulit oleh edema tuba dan infeksi yang akan menyebabkan
kegagalan sterilisasi. Edema tuba akan berkurang setelah hari ke-7
sampai hari ke-10 pasca persalinan. Pada hari tersebut uterus dan
alat-alt genital lainya telah mengecil dan menciut, maka operasi akan
lebih sulit, mudah berdarah dan infeksi.
c. Pasca keguguran. Sesudah abortus dapat langsung
dilakukan sterilisasi.
d. Waktu operasi membuka perut. Setiap operasi yang
dilakukan dengan membuka dinding perut hendaknya harus
dipikirkan apakah wanita tersebut sudah mempunyai indikasi untuk
dilakukan sterilisasi. Hal ini harus diterangkan kepada pasangan
suami istri karena kesempatan ini dapat dipergunakan sekaligus
untuk melakukan kontrasepsi mantap.
4. Cara kerja
Cara kerja tubektomi atau ligasi tuba yaitu dengan mengonklusi
tuba fallopi (mengikat, memotong atau memasang cincin)sehingga
sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. Tuba fallopi adalah strukutur
berbentuk pipa yang menjadi jalur perjalanan telur setelah dilepaskan
dari indung telur (ovarium). Setiap wanita memiliki tuba fallopi
sepasang, dua ujungnya melekat di sisi uterus dan dua ujung lainnya
terbuka di abdomen. Panjang masing-masing tabung ini sekitar 10 cm.
5. Indikasi Tubektomi
a. Umur lebih dari 35 tahun
b. Anak lebih dari 2
c. Yakin mempunyai jumlah keluarga yang diinginkan
d. Ibu pasca persalinan
e. Ibu pasca keguguran
f. Ibu paham dan setuju dengan prosedur KB tubektomi
6. Kontra Indikasi Tubektomi
a. Tidak ada ovulasi (atau ada masalah dari faktor ovarium)
b. Baru 1-6 minggu pasca persalinan
c. Kondisi kesehatan yang berat seperti stoke, darah tinggi
atau diabetes
d. Keadaan kesehatan yang tidak baik, dimana kehamilan
memperburuk kesehatannya
e. Perdarahan pervaginam yang belum jelas

16
f. Infeksi organ pelvik yang luas dan berat

7. Manfaat Tubektomi menurut Saifuddin (2010)


a. Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 wanita selama
setahun penggunaan awal).
b. Permanen.
c. Tidak mempengaruhi proses menyusui.
d. Tidak bergantung pada faktor senggama.
e. Baik digunakan apabila kehamilan menjadi resiko
kehamilan yang serius.
f. Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anastesi lokal.
g. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
h. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada
produksi hormon ovarium)
i. Berkurangnya resiko kanker ovarium
j. Motivasi hanya dilakukan satu kali, sehingga tidak diperlukan
motivasi yang berulang
k. Tidak adanya kegagalan dari pihak pasien (patient’s failure)
l. Tidak mempengaruhi libido seksualis
8. Keterbatasan
Meskipun banyak keuntungan yang didapat pada metode sterilisasi ini,
tetap saja terdapat keterbatasan diantaranya:
a. Tidak dapat melindungi dari Infeksi Menular Seksual
(IMS), termasuk HBV dan HIV/AIDS
b. Harus dipertimbangkan kembali sifat permanen kontrasepsi
ini karena tidak dapat dipulihkan kecuali dengan operasi rekanalisasi
c. Klien dapat menyesal dikemudian hari
d. Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah
tindakan
e. Hanya dilakukan oleh dokter yang terlatih (Saifuddin,
2010).

I. Kontrasepsi Sterilisasi Pada Pria (Vasektomi)


1. Pengertian
Vasektomi adalah cara KB permanen bagi pria yang sudah
memutuskan tidak ingin mempunyai anak lagi (Meilani, et al.2010, hal.
161).

17
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas
reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga
jalur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi penyatuan
dengan ovum tidak terjadi (Arum & Sujiyatni. 2009, hal. 170).
Pada pelaksanaan vasektomi ini saluran sel mani yang berfungsi
menyalurkan sperma (sel mani) keluar, diikat atau di potong sehingga
sperma tidak dikeluarkan dan tidak bisa bertemu dengan sel telur.
Dengan demikian bila suami istri melakukan hubungan seksual tidak
akan terjadi kehamilan, yang disebabkan karena tidak terjadinya
pertemuan antara sperma suami dan sel telur istri (BKKBN, 2008).
Vasektomi adalah kontrasepsi bedah untuk pria dengan cara
memutus saluran spermanya. Operasi vasektomi menghambat saluran
spermatozoa (vas deferens) yang membawa sperma keluar. Operasi ini
biasanya dilakukan di klinik atau rumah sakit dengan melibatkan
pemotongan dan mengikat mati (cauterizing) saluran sperma.
Namun karena operasi kontrasepsi ini bersifat permanen, maka pria
yang ingin melakukannya harus sudah benar-benar yakin tidak ingin
memiliki anak lagi dan tidak akan berubah pikiran. Pria yang sudah
melakukan vasektomi masih terus memproduksi sel benih yang
diproduksi buah zakar. Hanya saja karena salurannya diputus tidak bisa
keluar bersama ejakulasi. Sel-sel benih itu akan diserap lagi oleh tubuh
dan tidak membahayakan kesehatan. Vasektomi juga tidak
mempengaruhi hormon testosteron.
2. Efektivitas
Belfield (1997, dalam Everett, 2007, hal. 70) mengatakan bahwa
vasektomi adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif. Angka
kegagalan langsungnya adalah 1 dalam 1000; angka kegagalan lanjutnya
adalah antara 1 dalam 3000 .
3. Keuntungan dan Kerugian Vasektomi menurut (Meilani, et al.2010)
:
Keuntungan :
a. Vasektomi adalah operasi kecil yang aman, sangat efektif
dan bersifat permanen.

18
b. Baik dilakukan pada laki-laki yang memang sudah tidak
ingin memiliki anak.
c. Vasektomi lebih murah dan lebih sedikit komplikasi
dibandingkan dengan sterilisasi tuba.
d. Pria memiliki kesempatan untuk gantian KB dengan
istrinya.
e. Tidak mempengaruhi kemampuan seorang pria dalam
menikmati hubungan seksual.
f. Tidak mengganggu ereksi, potensi seksual, dan produksi hormon.
g. Perlindungan terhadap terjadinya kehamilan sangat tinggi,
dapat digunakan seumur hidup.
h. Tidak mengganggu kehidupan seksual suami istri.
i. Lebih aman (keluhan lebih sedikit).
j. Lebih praktis (hanya memerlukan satu kali tindakan).
k. Lebih efektif (tingkat kegagalannya sangat kecil).
l. Lebih ekonomis (hanya memerlukan biaya untuk satu kali
tindakan).
Kerugian :
a. Beberapa laki-laki takut vasektomi ini akan mempengaruhi
kemampuannya berhubungan intim atau menyebabkan gangguan
ereksi.
b. Ada sedikit rasa sakit dan ketidaknyaman beberapa hari setelah
operasi, rasa sakit ini biasanya bisa hilang dengan konsumsi obat
ringan.
c. Seringkali harus melakukan kompres dengan es selama 4 jam
untuk mengurangi pembengkakan, pendarahan dan rasa tak nyaman
serta harus memakai celana yang dapat mendukung skrotum selama 2
hari.
d. Operasi tidak efektif dengan segera. Pasien diharuskan memakai
kondom terlebih dahulu untuk membersihkan tabung dari sisa sperma
yang ada. Untuk mengetahui sudah steril atau belum, biasanya
dilakukan pemeriksaan mikroskop setelah 20-30 kali ejakulasi.
e. Vasektomi tidak memberikan perlindungan terhadap infeksi
seksual menular termasuk HIV.
f. Penyesalan setelah vasektomi lebih besar jika laki-laki masih
berusia di bawah 25 tahun, terjadi perceraian atau ada anaknya yang
meninggal.

19
g. Dibutuhkan waktu 1-3 tahun untuk benar-benar memastikan
apakah vasektomi bisa bekerja efektif 100 persen atau tidak.
4. Keterbatasan Vasektomi (BKKBN, 2008):
a. Harus dengan tindakan pembedahan
b. Walaupun merupakan operasi kecil, masih dimungkinkan
terjadi komplikasi seperti pendarahan dan infeksi.
c. Tidak melindungi klien dari penyakit menular seksual.
d. Masih harus menggunakan kondom selama 20 kali
ejakulasi.
e. Jika istri masih menggunakan alat kontrasepsi disarankan
tetap mempertahankan selama 2 bulan sampai 3 bulan sesudah suami
menjalankan vasektomi.
f. Klien perlu istirahat total selama 1 hari dan tidak bekerja keras
selama 1 minggu.
5. Persyaratan Klien untuk Vasektomi (BKKBN, 2008) :
a. Sudah merasa cukup jumlah anak dan dalam keadaan sehat.
b. Atas kehendak sendiri, mendapat persetujuan dari istri.
c. Dalam kondisi keluarga yang harmonis.
d. Pasutri dalam keadaan sehat
e. Usia istri minimal 25 tahun
6. Kontra Indikasi Vasektomi (Meilani, et al.2010) :
a. Penderita hernia
b. Penderita kencing manis
c. Penderita kelainan pembukuan darah
d. Penderita penyakit kulit atau jamur di daerah kemaluan
e. Tidak tetap pendiriannya
f. Memiliki peradangan pada buah zakar
g. Infeksi di daerah testis (buah zakar) dan penis
h. Verikokel ( varises pada pembuluh darah balik buah zakar)
i. Buah zakar membesar karena tumor
j. Hidrokel (penumpukan cairan pada kantong zakar)
k. Buah zakar tidak turun (kriptokismus)
l. Penyakit kelainan pembuluh darah
7. Efek Samping Tindakan Vasektomi (Hartanto, 2004)
a. Infeksi
b. Hematoma
c. Granuloma Sperma
d. Rekanalisasi spontan
e. Pendarahan
8. Macam-macam Vasektomi (BKKBN, 2008):
a. Vasektomi dengan pisau operasi
b. Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)
9. Kegagalan Vasektomi

20
Walaupun vasektomi dinilai paling efektif untuk mengontrol kesuburan
pria namun masih mungkin dijumpai suatu kegagalan. Vasektomi
dianggap gagal bila (Saifuddin, 2006) :
a. Pada analisis sperma setelah 3 bulan paska vasektomi atau
setelah 20 kali ejakulasi masih dijumpai spermatozoa.
b. Dijumpai spermatozoa setelah sebelumnya azoosperma.
c. Istri (pasangan) hamil.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Keluarga Berencana (KB) artinya mengatur jumlah anak
sesuai kehendak, dan menentukan sendiri kapan ingin hamil.
Bila memutuskan untuk tidak segera hamil sesudah menikah,
bisa ber-KB. Layanan KB di seluruh Indonesia sudah cukup
mudah diperoleh. Ada beberapa metoda pencegahan
kehamilan, atau penjarangan kehamilan, atau kontrasepsi
yang bisa dipilih sendiri.
Tak seorang pun boleh memaksa Anda mengikuti
program KB. tak seorang pun bisa menggunakan alat KB
tertentu bila itu bukan pilihannya. Tetapi kalau alat yang
dipilih bisa membahayakan diri sendiri atau, memperparah
penyakit yang sudah diderita, pekerja kesehatan mungkin
menyarankan alat lain yang mungkin lebih aman. Meskipun
tidak ada paksaan, bila telah mengerti risiko-risiko yang
mengancam kesehatan atau bahkan keselamatan sendiri
sehubungan dengan kehamilan dan persalinan, selayaknya
mengikuti program KB atas kesadaran sendiri.

21
Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki
kesehatan dan kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa,
Mengurangi angka kelahiran untuk menaikkan taraf hidup
rakyat dan bangsa, Memenuhi permintaan masyarakat akan
pelayanan KB dan KR yang berkualitas, termasuk upaya-
upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak serta
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.
Umumnya perempuan yang menghendaki pembatasan
jumlah anak adalah perempuan yang sudah punya
kesempatan belajar dan mencari nafkah sendiri, serta
statusnya cukup setara dengan laki-laki dalam
masyarakatnya.
Implant merupakan tabung plastik kecil dan fleksibel seukuran korek
api, yang berisi hormon progestin untuk mencegah kehamilan. Tabung ini
(yang sering disebut susuk) akan dimasukkan atau diimplan ke dalam kulit
lengan atas. Dengan pemakaian yang benar, sekali pasang KB implan sudah
dapat mencegah kehamilan selama tiga tahun bahkan hingga lima tahun.
Susuk yang sudah dimasukkan ke bawah kulit akan melepaskan hormon
progestin dengan kadar rendah untuk mencegah kehamilan. Hormon
progestin ini akan dilepaskan sedikit demi sedikit hingga habis masa
efektifnya. Cara kerjanya adalah dengan mencegah ovulasi(pelepasan sel telur
dalam siklus bulanan).

B. Saran
a. Untuk Institusi Pendidikan
Agar mencetak generasi bidan yang tanggap dalam setiap pemberian
mengenai konseling kontrasepsi yang tepat pada setiap pasangan.
b. Untuk Mahasiswa
Lebih memahami penyakit tentang kontrasepsi implant dan kontrasepsi
mantap seperti tubektomi dan vasektomi. Mahasiswa bisa memahami
ilmunya dan dapat memberikan informasi kepada masyarakat yang
umunya belum mengetahui.
c. Untuk Masyarakat

22
Masyarakat lebih tanggap mengenai macam-macam kontrasepsi,
sehingga bisa memehami mengenai metode kontrasepsi serta efek
samping dan pemilihan alat kontrasepsi yang sesuai. Dan menyadarkan
masyarakat bahwa memiliki 2 anak sudah cukup sehingga dapat
membantu program pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Samiadi. 2010. Mengenal Cara kerja dan efek samping KB Implan.
Yogyakarta : Nuha Medika
BKKBN. 2013. Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : BKKBN
Handayani. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta :
Pustaka Rihama
Hartanto, Hanafi. 2009. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Muliasari
Manuaba. 2010. Alat Kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha Medika
Mulyani. 2013. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha
Medika
Saifuddin. 2010. Buku Ajar Pelayanan Alat Kontrasepsi. Jakarta : EGC
Sulistyawati. 2013. Keluarga Berencana (KB). Yogyakarta : Pustaka Rihama

23

Anda mungkin juga menyukai