Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

DIFUSI, OSMOSIS, DAN IMBIBISI

Pelaksanaan Praktikum : Rabu, 16 Maret 2016

Disusun Oleh :

Ahmad Dary Alymahdy 081411431053


Jarwati 081411431050
Shifa Fauziyah 081411431051
Novi Prettysia 081411431054

Dosen Asistensi :

Prof. Hery Purnobasuki, Ph.D

PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2016
I. TUJUAN
1. Mengukur kecepatan difusi zat padat (KmnO4) dalam larutan
2. Menghitung tekanan osmosis cairan sel dengan metode
plasmolisis
3. Mengamati terjadinya imbibisi air pada biji kacang hijau dan
kedelai
II. DASAR TEORI
a. Difusi

Molekul memiliki tipe energi yang disebut gerak termal (panas atau
kalor) . Salah satu hasil gerak termal adalah difusi, pergerakan molekul zat
sehingga tersebar merata di dalam ruang yang tersedia. Setiap molekul
bergerak secara acak, namun difusi populasi suatu molekul dapat memiliki
arah tertentu. Aturan sederhana difusi : Jika tidak ada gaya lain, suatu zat akan
berdifusi dari tempat yang konsentrasinya lebih tinggi ke tempaat yang
konsentrasinya lebih rendah. Zat apapun akan berdifusi menuruni gradien
konsentrasi, wilayah gradasi penurunan densitas zat kimia. Tidak ada kerja
yang harus dilakukan agar hal ini terjadi ; difusi merupakan proses spontan
yang tidak memerlukan masukan energi.

Banyak lalu-lintas membran sel berlangsung melalui difusi. Ketika zat


lebih terkonsentrasi pada suatu sisi membran daripada sisi satunya, ada
kecenderungan zat itu berdifusi melintasi membran menuruni gradien
konsentrasinya sendiri. Salah satu contoh penting adalah pengambilan oksigen
oksigen oleh sel yang melakukan respirasi seluler. Oksigen terlarut berdifusi
ke dalam sel tersebut melintasi membran plasma. Selama respirasi selular
terus mengonsumsi O2 saat molekul tersebut masuk, difusi ke dalam sel akan
terus berlanjut karena gradien konsentrasi mendukung pergerakan ke arah itu.
Difusi zat melintasi membran biologis disebut transpor pasif karena sel tidak
harus mengeluarkan energi agar hal ini terjadi . Gradien konsentrasi sendiri
mempresentasikan energi potensial dan menggerakkan difusi. Akan tetapi,
ingat bahwa membran bersifat permeabel selektif dan karenanya memiliki
efek berbeda-beda terhadap laju difusi berbagai molekul. Dalam kasus air,
akuaporinmemungkinkan air berdifusi dengan cepat melintasi membran pada
beberapa sel tertentu.
Metabolit yang mempunyai bobot molekul rendah dapat berdifusi
melalui membran. Proses difusi dapat berlangsung apabila ada perbedaan
konsentrasi antara kedua larutan yang dipisahkan oleh membran. Dalam
proses difusi, zat yang terlarut dapat berpindah dari larutan berkonsentrasi
tinggi ke larutan berkonsentrasi rendah, hingga tercapai keadaan
kesetimbangan. Pada keadaan kesetimbangan, konsentrasi kedua larutan sama
besar. (Poedjadi, 2012)
b. Osmosis

Tidak semua molekul dapat bergerak melalui suatu membran.


Demikian pula tidak semua membran dapat dilalui dengan leluasa oleh
berbagai molekul. Membran demikian disebut membran semipermeabel atau
permeabel selektif. Telah dijelaskan bahwa membran sel harus dapat
membungkus isi sel, tetapi dapat dilalui oleh oksigen dan zat-zat pada
makanan dari luar ke dalam sel, serta dapat dilalui oleh karbondioksida dan
zat-zat yang akan dibuang ke luar dari dalam sel. Proses osmosis ialah proses
perpindahan pelarut suatu zat melalui membran permeabel selektif. Sebagai
pelarut zat-zat pada makanan dalam tubuh ialah air. Oleh karena itu osmosis
yang terjadi ialah proses perpindahan air melalui membran sel. Perpindahan
air berlangsung dari larutan yang encer ke dalam larutan yang lebih pekat dan
mengakibatkan terjadinya suatu tekanan dari zat cair yang disebut tekanan
osmosis. Sel dalam tubuh dikelilingi oleh cairan teretentu yang mempunyai
tekanan osmosis yang sama dengan cairan atau plasma sel. Dalam hal ini
kedua cairan itu disebut isotonik.(Poedjadi, 2012)

c. Imbibisi

Peristiwa imbibisi juga bisa dikatakan sebagai suatu proses


penyusupan atau peresapan air ke dalam ruangan antar dinding sel, sehingga
dinding selnya akan mengembang. Ada dua kondisi yang diperlukan untuk
terjadinya imbibisi adalah adanya gradient, potensial air antara permukaan
absorban dengan senyawa yang diimbibisi dan adanya affinier (daya gabung)
antara komponen adsorban dengan senyawa yang diimbibisi. Luas permukaan
biji yang kontak dengan air, berhubungan dengan kedalaman penanaman biji,
berbanding lurus dengan kecepatan penyerapan air. Saat biji kacang hijau
yang kering direndam dalam air, air akan masuk ke ruang antar sel penyusun
endosperm secara osmosis (Gardner, 1991)

Penambahan volume dalam peristiwa imbibisi adalah lebih kecil dari


pada penjumlahan volume zat mula-mula,dengan zat yang diimbibisikan
apabila dalam keadaan bebas. Perbedaan ini diduga karena zat atau molekul
yang diimbibisikan harus menempati ruang di antara molekul-molekul zat
yang mengimbibisi, sehingga volume zat yang diimbibisikan tertekan lebih
kecil dari pada bila dalam keadaan bebas (Heddy, 1990)

Banyaknya air yang dihisap selama proses imbibisi umumnya kecil,


cepat dan tidak boleh lebih dari 2-3 kali berat kering dari biji. Kemudian
pertumbuhan biji tampak terhadap pertumbuhan akar dan sistem yang cepat,
lebih luas dan banyak menampung sumber air yang diterima ( Bewley and
Black, 1992). Imbibisi berlangsung jika potensial osmotik larutan di sekitar
benih lebih rendah daripada tekanan osmotik di dalam sel benih. Peningkatan
konsetrasi zat-zat terlarut di luar benih dapat memperlambat kecepatan
imbibisi benih. Benih dapat memgalami kekeringan fisiologis, bahkan jika
konsentrasi larutan luar sel benih lebih tinggi, maka dapat terjadi pergerakan
air dalam benih mengalami plasmolisis (Mugnisjah, 1994).

Sebagian benih menunjukkan pola penyerapan yang tidak normal.


Pada legume, penyerapan awal terkadang berlangsung melalui stropiole.
Aliran ke dalam benih ini sering lambat, tetapi karena benih menyerap air,
kulit pecah dan penyerapan berlangsung melalui seluruh kulit biji. Benih yang
sangat kering terkadang kecepatan penyerapannya lebih lambat daripada benih
yang lembab karena gerakan air dalam jaringan kering mengalami hambatan
fisik. Pengambilan air selama tiga fase perkembangan meliputi : tingkat I
imbibisi; tingkat II proses yang berjalan lambat; dan tingkat III perpanjangan
dan pembelahan sel. Proses metabolisme benih membutuhkan oksigen maka
kelebihan kelembaban dan kadar oksigen yang rendah di sekitar benig dapat
menghambat proses perkecambahan atau benih dapat membusuk (Bewley dan
Black, 1992).

III. ALAT DAN BAHAN


A. Alat
a. Difusi Molekul KmnO4 (Kalium Permanganat) dalam Air
1. Cawan Petri
2. Pipet
3. Stopwatch
4. Gelas ukur
5. Kertas milimeter
6. Penggaris
b. Tekanan Osmosis Cairan Sel
1. Pisau silet
2. Cawan petri
3. Objek dan cover glass
4. Mikroskop
5. Label
6. Gelas ukur
7. Stopwatch
8. Counter
9. Tabel potensial osmotic
10. Pipet
c. Imbibisi Air pada Biji
1. Gelas beaker
2. Timbangan
3. Kertas saring
4. Plastik/aluminium foil
5. Karet gelang
6. Selotip
B. Bahan
a. Difusi molekul KmnO4 (Kalium Permanganat) dalam air
1. Kristal KmnO4
2. Air
b. Tekanan osmosis cairan sel
1. Daun Rhoeo discolor
2. Air
3. Larutan sucrose 0,0 M; 0,2M; 0,4M; 0,6M; 0,8M; 1,0M
c. Imbibisi air pada biji
1. Biji kacang hijau dan kedelai
2. Air
IV. CARA KERJA

a. Percobaan Difusi Molekul KMnO4 dalam Air


1. Air dituangkan sebanyak 15 ml ke dalam cawan Petri
2. Cawan Petri diletakkan di tempat yang datar dan telah dialasi dengan kertas
milimeter (mm)
3. Satu butir kecil kristal KMnO4 dimasukkan di bagian tengah cawan Petri yang
sudah berisi air
4. Gerak difusi molekul KMnO4 diamati dan diukur kecepatan penyebaran krostal
dengan stopwatch.
5. Dihitung berapa lama waktu yang dibutuhkan (menit) kristal KMnO4 untuk dapat
mencapai luasan dengan diameter 1 cm
6. Diameter luasan penyebaran kristal KMnO4 dalam air (setiap 2 menit) diukur
secara terus-menerus selama 22 menit dan diamati apakah kadar cepat
perambatannya konstan atau tidak
7. Data-data pengamatan dimasukkan pada tabel dan selanjutnya digambar dalam
bentuk grafik
b. Percobaan Tekanan Osmosis Cairan Sel
1. Disiapkan 6 buah cawan Petri, lalu larutan sukrosa yang telah dibuat
sesuai dengan molaritas yang telah ditentukan dituangkan ke dalam
cawan petri.
2. Lapisan epidermis bagian bawah (abaksial) yang berwarna ungu dari
daun Rhoe discolor disayat dengan silet setipis mungkin
3. Sayatan direndam dalam cawan Petri selam 15 menit
4. Setelah direndam selama 15 menit, sayatan diambil dan diperiksa di
bawah mikroskop dengan menggunakan obyek dan cover glass
5. Jumlah sel seluruhnya (dalam satu lapangan pandang dan hitung jumlah
sel yang mengalami plasmolisis dihitung.
6. Mencari konsentrasi sukrosa yang menyebabkan 50% dari jumlah sel
epidermis daun Rhoe discolor yang diperiksa telah mengalami
plasmolisis.
7. Menentukan potensial osmotik (PO) dengan menggunakan rumus

Keterangan:
PO = tekanan osmosis
m = kadar larutan penyebab separuh jumlah sel mengalami
plasmolisis
T = suhu absolut (oK)

c. Percobaan Imbibisi Air pada Biji Kacang Kedelai dan Kacang Hijau

1. Menyiapkan biji kacang hijau dan biji kedelai, serta gelas Bekker yang telah diisi
dengan air. Mencatat keadaan awal biji (bentuk, warna, ukuran, tekstur, dan berat)
2. Menimbang terlebih dahulu biji-biji yang akan digunakan dalam percobaan ini,
juga catat volume yang ada dalam gelas Bekker (volume biji dan volume air)
3. Memasukkan biji-biji yang telah tercatat beratnya tadi ke dalam air yang ada dalam
gelas Bekker yang volumenya telah diketahui. Lalu timbang selurruh volume biji
dan air itu (volume bii + volume air)
4. Menbiarkan rendaman biji-biji tersebut selama 24 jam, tutup rapat gelas Bekker
dengan menggunakan aluminium foil agar tidak terjadi penguapan air. Rendaman
disimpan pada tempat yang sejuk dan tidak banyak sinar yang terpapar
5. Setelah 24 jam, gelas Bekker yang berisi air dan biji tersebut ditimbang kembali.
Biji-biji yang telah direndam tadi diambil dan diletakkan di atas kertas saring.
Mengamati perubahan-perubahan yang terjadi pada biji (bentuk, warna, ukuran,
tekstur, dan berat). Untuk mengetahu berat/volume biji maka biji-biji itu ditimbang
kembali. Volume akhir dibandingkan dengan volume awal.
V. HASIL PENGAMATAN

A. Difusi Molekul KmnO4 (Kalium Permanganat) dalam Air

Tabel 1. Luasan Kalium Permanganat

Kecepatan
No Diameter Waktu difusi
(mm) (detik) (mm/detik)

1 0 0 0

2 5 4 1,25

3 10 164 0,060976

4 15 285 0,052632

5 20 560 0,035714

6 25 858 0,029138

7 29 1200 0,024167

Grafik Hubungan Diameter KmnO4 dengan Waktu yang Dibutuhkan


untuk Mencapainya

Gambar 1. Grafik Hubungan Diameter KmnO4 dengan Waktu yang dibutuhkan untuk
Mencapainya
B. Tekanan Osmosis Cairan Sel
Tabel 2. Pengaruh Konsentrasi Larutan Sukrosa terhadap Sel Epidermis Rhoeo
discolor
No. Konsentrasi 𝞢 Sel 𝞢 Sel % Sel
Sukrosa (M) Seluruhnya Terplasmolisis Terplasmolisis

1. 0,0 157 3 1,9

2. 0,2 78 27 34,6

3. 0,4 159 29 18,3

4. 0,6 86 32 37,2

5. 0,8 121 93 76,8

6. 1,0 126 99 78,57

Dari percobaan tekanan osmosis cairan sel dengan berbagai konsentrasi sukrosa yaitu
0,0 M, 0,2 M, 0,4 M, 0,6 M, 0,8 M, dan 1,0 M. Dicari konsentrasi sukrosa dimana
yang mengakibatkan 50% dari jumlah sel epidermis daun Rhoeo discolor mengalami
plasmolisis. Insipien plasmolisis terjadi pada larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,8M.
Sehingga tekanan osmotik dapat dihitung sebagai berikut :
PO = 22,4 x m x T
273
=22,4 x 0,8 (273+30)
273
= 19,88 atm
C. Tabel 3. Pengamatan Peristiwa Imbibisi pada Kacang Kedelai dan Kacang
Hijau
a. Pada Biji Kacang Kedelai
Kondisi Biji Sebelum Sesudah

Bentuk Bulat telur Bulat telur terlihat lebih


besar

Warna Coklat muda Kuning

Ukuran Panjang = 0,7 cm Panjang = 0,9 cm


Lebar = 0,5 cm Lebar = 0,7 cm

Tekstur Keras Lembek

Berat (30 biji) 5,5 gram 8,1 gram

Volume air 30 mL 25 mL

Berat botol + air + kacang 181,65 gram 180,6 gram


kedelai

b. Pada Biji Kacang Hijau


Kondisi Biji Sebelum Sesudah

Bentuk Bulat telur Bulat telur terlihat lebih


besar

Warna Coklat muda Kuning

Ukuran Panjang = 0,5 cm Panjang = 0,7 cm


Lebar = 0,3 cm Lebar = 0,5 cm

Tekstur Keras Lembek

Berat (30 biji) 5,5 gram 8,9 gram

Volume air 30 mL 24 mL

Berat botol + air + kacang 181,65 gram 180,4 gram


kedelai
VI. PEMBAHASAN

A. Difusi Molekul KMnO4 (Kalium Permanganat) Dalam Air

Difusi ialah penyebaran, dalam hal ini penyebaran molekul-molekul suatu zat.
Definisi lain menyebutkan bahwa difusi adalah pergerakan molekul yang disebabkan oleh
energi kinetiknya dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke daerah konsentrasi yang lebih
rendah (Sasmitamihardja dan Siregar, 1990). Dalam definisi ini difusi terjadi sebagai respon
terhadap perbedaan konsentrasi. Konsentrasi adalah sejumlah zat atau partikel per unit
volume.

Penyebaran atau pergerakan molekul ini ditimbulkan oleh suatu gaya yang identik
dengan energi atau gaya kinetis tersebut di atas. Baik gas, maupun zat cair dan zat padat,
molekul-molekulnya mempunyai kecenderungan menyebar ke segala arah sampai terjadi
kesetimbangan (konsentrasi sama di segenap tempat). Jika partikel suatu zat dapat bergerak
bebas tanpa terhambat oleh gaya tarik, maka dalam jangka waktu tertentu partikel-partikel itu
akan tersebar merata dalam ruang yang ada. Gerakan difusi terdiri atas gerakan molekul yang
lintasannya putus-putus karena bertumbukan dengan molekul-molekul zat yang lain, namun
pada akhirnya menyebar secara homogen.

Difusi merupakan proses fisika yang prosesnya dapat terjadi setiap hari di alam
maupun di dalam kehidupan tumbuhan atau organisme lainnya (Sasmitamihardja dan Siregar,
1990). Proses difusi dapat ditunjukkan pada beberapa percobaan seperti yang dilakukan pada
praktikum kali ini. Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengukur kecepatan difusi zat
padat berupa KMnO4 (Kalium Permanganat) dalam suatu pelarut yakni air. Di dalam
percobaan ini, zat Kalium Permanganat merupakan zat dengan konsentrasi tinggi dan air
merupakan zat dengan konsentrasi rendah. Secara umum, sesuai dengan definisi difusi yang
tertera di atas, maka molekul-molekul Kalium Permanganat akan bergerak bahkan
bertumbukan menuju molekul air.

Pada saat Kalium Permanganat dimasukkan ke dalam air, awalnya difusi atau
penyebaran zat padat tersebut berjalan dengan cepat. Hal ini ditandai dengan melarutnya
Kalium Permanganat ke dalam air yang menyebabkan air berwaran ungu. Lama-kelamaan
proses difusi akan semakin lambat bahkan akan berhenti. Saat proses difusi berhenti maka
kesetimbangan akan terjadi. Kesetimbangan terjadi ketika larutan menjadi homogen, artinya
Kalium Permanganat sudah melarut sempurna di dalam air. Kecepatan difusi dipengaruhi
oleh suhu, besarnya gradient difusi, serta ukuran dan massa partikel yang berdifusi (dalam hal
ini Kalium Permanganat). Makin besar perbedaan konsentrasi antara dua daerah, yaitu makin
tajam gradasi konsentrasinya, makin besar kecepatan difusinya.

B. Tekanan Osmosis Cairan Sel

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melalui selaput
yang permeabel secara diferensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi (konsentrasi air) ke
tempat yang berkonsentrasi rendah (molekul atau ion) (Kimball, 2003).

Jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air ditentukan oleh
perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih
tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang
terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar,
maka ada kemungkinan bahwa volume sel akan menurun, sehingga tidak dapat mengisi
seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan terlepas dari
dinding sel, keadaan ini dinamakan plasmolisis. Sel daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke
dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka
semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis (Tjitrosomo, 1987). Membran protoplasma
dan sifat permeabel deferensiasinya dapat diketahui dari proses plasmolisis. Permeabilitas
dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis. Apabila ruang
bening diantara dinding dengan protoplas diisi udara, maka dibawah mikroskop akan tampak
di tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan. Jika isinya air murni maka sel tidak akan
mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang protoplasma
yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-benang tersebut dikenal
dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada molekul tertentu
sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah (Salisbury, 1995). Komponen potensial
air pada tumbuhan terdiri atas potensial osmosis (solut) dan potensial turgor (tekanan).
Dengan adanya potensial osmosis cairan sel, air murni cenderung memasuki sel. Sebaliknya
potensial turgor di dalam sel mengakibatkan air meninggalkan sel. Pengaturan potensial
osmosis dapat dilakukan jika potensial turgornya sama dengan nol yang terjadi saat sel
mengalami plasmolisis. Nilai potensial osmotik dalam tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain : tekanan, suhu, adanya partikel-partikel bahan terlarut yang larut di
dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Nilai
potensial osmotik akan meningkat jika tekanan yang diberikan juga semakin besar. Suhu
berpengaruh terhadap potensial osmotik yaitu semakin tinggi suhunya maka nilai potensial
osmotiknya semakin turun (semakin negatif) dan konsentrasi partikel-partikel terlarut
semakin tinggi maka nilai potensial osmotiknya semakin rendah (Meyer and Anderson,
1952). Dari praktikum ini diperoleh data insipien plasmolisis pada uji sukrosa 0,8 M dengan
hasil potensial osmotik sebesar 19,88 atm. Praktikum ini menggunakan Rhoeo discolor yang
direndam selama 15 menit dalam larutan sukrosa dengan kelarutan mulai dari 0.0 M hingga
1.0 M. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa terjadi
plasmolisis sel pada semua konsentrasi dengan prosentase 1,9%- 78,57%. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan suhu sebesar 300 C, sehingga diperoleh potential osmotic
larutan sebesar 19,88 atm yang berarti bahwa insipien plasmolisisnya juga sebesar 19,88.
Penghitungan dilakukan pada uji larutan sukrosa 0.8 M karena yang paling mendekati dengan
angka 50% dari jumlah sel plasmolisis adalah pada konsentrasi tersebut, yaitu dengan jumlah
sel yang mengalami plasmolisis sebanyak 93 sel dari 121 sel yang teramati pada satu lapang
pandang.

C. Imbibisi Air Pada Biji

Imbibisi dapat diartikan sebagai proses penyelundupan, yaitu migrasi molekul-


molekul air yang berpori dan zat air menetap didalamnya. Imbibisi adalah awal terjadinya
proses perkecambahan. Contoh: penyerapan air oleh benih pada proses awal perkecambahan,
benih akan membesar, kulit benih pecah, berkecambah, ditandai oleh keluarnya radikula dari
dalam benih. Syarat terjadinya imbibisi adalah perbedaan potensial air (Ψ) antara benih
dengan larutan, dimana Ψ benih < Ψ larutan. Ada tarik menarik yang spesifik antara air
dengan benih. Benih memiliki partikel koloid yang merupakan matriks bersifat hidrofil
berupa protein, pati, selulose. Benih kering memiliki Ψ sangat rendah. Hubungan antara Ψ
dengan komponen penyusun: Ψ = Ψm + Ψp, dimana Ψm = potensial matriks, menunjukkan
ikatan molekul air dengan protoplasma dan dinding sel dan Ψp = potensial tekanan, karena
adanya tekanan hidrostatik antara isi dan sel dinding sel. Volume air yang diserap + volume
biji mula-mula > volume biji setelah menyerap air, karena sebagian air telah digunakan untuk
menjalankan proses metabolisme. Proses metabolime antara lain adalah aktivasi enzim,
hidrolisis cadangan makanan, dan respirasi. Dari hasil percobaan yang dilakukan dengan
menggunakan biji kacang hijau dan biji kedelai dapat diketahui bahwa ada perbedaan yang
terjadi pada kedua biji tersebut, sebelum dan dan sesudah dimasukkan ke dalam air. Pada biji
kacang hijau sebelum dimasukkan kedalam air mempunyai ukuran rata-rata 0,5 cm dan
setelah dimasukkan dalam air selama 24 jam, ukuranya bertambah menjadi 0.7 cm.
Begitupun dengan berat biji yang mula-mula sebelum dimasukkan didalam air beratnya
adalah 5,5 gram dan setelah direndam dalam air selama 24 jam biji kacang hijau mengalami
pertambahan massa menjadi 8,9 gram. Dari sini dapat diketahui bahwa biji mengalami
imbibisi, dengan masuknya molekul air kedalam biji yang ditandai dengan berkurangnya
volume air yang mula-mula 30 ml menjadi 24 ml. Hal yang sama juga terjadi pada biji
kedelai yang direndam dalam air selama 24 jam. Dimana terjadi perubahan ukuran, berat, dan
bentuk serta volume air. Dari sini dapat diketahuji bahwa pada biji kedelai juga terjadi proses
imbibisi. Dengan terjadinya proses imbibisi, maka akan mengawali proses perkecambahan
pada biji.

VII. Diskusi
Difusi
1. Berapakah kecepatan rata-rata KMnO4 saat konstan dan tidak konstan?
Mengapa hal ini dapat terjadi?
Kecepatan rata-rata difusi saat konstan adalah 0,454 mm/detik
Kecepatan rata-rata difusi saat tidak konstan adalah 0,030 mm/detik
Hal ini terjadi karena pada saat akhir difusi, penambahan diameter sangat kecil
sehingga kecepatannya lebih lambat daripada proses awalnya.
2. Proses fisiologi apa saja yang dapat menggambarkan terjadinya difusi zat cair,
padat maupun gas pada tumbuhan?
 Zat Cair : ketika suatu zat yang masuk melalui dinding sel menebar ke
seluruh bagian sel dan siap di ambil organl yang membutuhkan
 Zat padat : masuknya unsur hara, ion-ion, dan kandungan logam dari
tanah melalui akar
 Zat gas : fotosintesis, respirasi, dan masuknya nitrogen melalui akar
tumbuhan polong-polongan.
3. Apakah keadaan lingkungan dapat mempengaruhi proses difusi dalam
tumbuhan?

Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi proses difusi dalam tumbuhan.


Factor-faktor tersebut antara lain yaitu suhu, semakin tinggi suhu maka
kecepatan difusinya semakin tinggi. Ukuran serta massa dari partikel yang
berdifusi. Dan besarnya gradient difusi, makin besar perbedaan konsentrasi
antara 2 daerah makin tajam gradien konsentrasinya.

4. Bagaimana terjadi kesetimbangan penyebaran KMnO4 dalam larutan dan


faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi terjadinya kesetimbangan
tersebut?
- Kesetimbangan terjadi ketika KMnO4 larut sempurna dalam airr (konsentrasi
yang sama di seluruh tempat). Keseimbangan oenyebaran konsentrasi KMnO4
dalam larutan terjadi akibat adanya gradien konsentrasi. Larutnya semua zat
dalam larutan ditandai dengna berubahnya warna larutan yang semula jernih
menjadi ungu secara homogen dan factor yang mempengaruhi kesetimbangan
adalah suhu, besarnya gradient difusi, tekanan, kecepatan molekul serta ukuran
dan massa partikel yang berdifusi (dalam hal ini Kalium Permanganat).
5. Apakah setelah kesetimbangan tercapai dapat terjadi proses difusi lagi? Mengapa?
- Tidak bisa, karena larutan yang telah mencapai titik kesetimbangan telah larut
sempurna dalam air sehingga tidak dapt mengalami proses difusi lagi. Karena
konsentrasi molekul-molekul tersebut telah sama.

OSMOSIS
1. Bagaimanakah pengaruh suhu terhadap proses osmosis pada sel tumbuhan?

Pengaruh suhu terhadap osmosis pada sel tumbuhan ialah apabila tumbuhan
berada pada suhu tinggi, maka akan mempercepat pergerakan molekul
sehingga proses osmosis pada sel tumbuhan berlangung lebih cepat. Selain itu,
pada suhu tinggi, pergerakan molekul yang cepat, lambat laun dapat merusak
epidermis tumbuhan sehingga dapat mempercepat proses plasmolisis.
2. Apakah rumus PO yang digunakan berlaku untuk semua zat?

Rumus PO tidak berlaku untuk semua zat, hanya zat cair saja (larutan yang
encer) yang potensial osmotiknya dapat dihitung dengan rumus ini. Karena
pada rumus PO terdapat “M” yaitu kadar larutan yang menyebabkan separuh
dari jumlah sel terplasmolisis. Selain itu, tidak semua zat mampu
mengakibatkan 50% dari semua selterplasmolisis.
3. Mengapa terjadi perbedaan jumlah sel yang mengalami plasmolisis pada sel
yang direndam dalam larutan sukrosa?

Hal ini disebabkan karena larutan sukrosa memiliki konsentrasi yang berbeda-
beda sehingga jumlah sel yang terplasmolisis juga berbeda. Dan tiap
konsentrasi mempunyai daya kemampuan yang berbeda dan tiap konsentrasi
mempunyai plasmolisis yang berbeda. Semakin tinggi konsentrasi zat terlarut,
semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis.
4. Apakah yang dimaksud insipien plasmolisis dalam percobaan ini?
Insipient plasmolysis adalah terplasmolisisnya 50% sel dari seluruh sel yang
ada.

5. Sebutkan metode-metode yang dapat digunakan untuk mengukur tekanan


osmosis pada sel tumbuhan?
Metode yang dapat digunakan untuk mengukur tekanan osmosis pada
tumbuhan yaitu metode plasmolysis dan metode osmometer.

IMBIBISI
1. Bagaimana air dapat melakukan imbibisi ke dalam biji ditinjau dari struktur biji
dan proses difusi/osmosis?

Air dapat melakukan imbibisi ke dalam biji karena struktur kulit biji yang semi
permeabel sehingga memungkinkan untuk molekul-molekul air bisa melewati
lubang-lubang pada dinding sel biji. Pergerakan air masuk ke dalam biji itu
merupakan proses osmosis. Sel-sel biji mempunyai nilai osmosis tinggi
sehingga defisit tekanan osmosisnya juga besar dan memungkinkan molekul air
berdifusi dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang rendah.

2. Perubahan-perubahan apa saja yang dapat terjadi pada biji yang telah
mengalami imbibisi dan bagaiamana kaitannya dengan proses fisiologi biji itu
sendiri?

Perubahan-perubahan pada biji yang telah mengalami imbibisi adalah :


a. Bentuk biji yang berubah, tekstur biji menjadi lebih lunak dan
mengembang karena pertambahan volume air, sehingga massa air
bertambah.
b. Warna biji, warna biji memudar dari yang berwarna pekat menjadi
warna yang memudar.
c. Volume air yang berkurang. Kaitannya dengan proses fisiologi biji
adalah biji itu tampak menggembung seolah-olah akan pecah karena
biji tersebut keselundupan molekul-molekul air yang banyak dan
volumenya terus bertambah hingga tercapai keadaan ’kenyang’ atau
kesetimbangan antara konsentrasi air di dalam dan di luar sel.
d. Terkelupasnya kulit biji dari biji dan perubahan tekstur kulit biji
yang semula keras menjadi lembek karena terisi oleh air.
3. Jelaskan hubungannya air imbibisi pada biji dengan proses perkecambahan biji!

Hubungan proses imbibisi air pada biji dengan proses perkecambahan biji
adalah semakin besar atau semakin tinggi imbibisi air pada biji, maka akan
mempercepat proses perkecambahan karena tersedia air dan nutrisi yang
terkandung di dalamnya yang sangat dibutuhkan dalam proses perkecambahan.

4. Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap proses imbibisi air pada biji?


Jelaskan dengan memberi contoh adanya imbibisi pada kondisi di alam (hutan).

Pengaruh lingkungan seperti temperature yang berpengaruh terhadap proses


imbibisi air pada biji. Semakin tinggi temperatur maka semakin cepat proses
imbibisi. Contoh imbibisi pada kondisi hutan yaitu pada biji tumbuhan pantai
dan tumbuhan air. Contohnya biji dari pohon yang berada di hutan dapat
tumbuh karena adanya proses imbibisi, baik melalui air hujan ataupun embun
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan ketiga percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Difusi merupakan proses penyebaran molekul zat disebabkan karena adanya
gradien konsentrasi. Difusi akan berhenti ketika kondisi lingkungan dalam
keadaan seimbang atau homogen. Dalam percobaan ini, didapatkan kecepatan
difusi kalium permanganat (KmnO4) rata-rata sebesar 0,24 mm/sekon
2. Insipien plasmolisis terjadi pada konsetrasi 0,8M sebesar 76,8% dan pada
konsentrasi 1,0M sebesar 78,57%
3. Air yang masuk ke dalam biji karena imbibisi mengubah massa, tekstur, dan
warna awal biji. Hal tersebut disebabkan oleh pertambahan volume yang
menyebabkan biji semakin menggembung.
DAFTAR PUSTAKA

Bewley, D.J and Black, M. 1986., Seeds Physiologu of Development and Germination, New
York ; Second Printing, Plenum Press. New York. Pages 136-139
Campbell, Neil A. 2008. Biologi Jilid I dan II. Jakarta : Erlangga
Gardner, F.P: R.B. Pearce and R.L.Mitchell.1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta :
UI Press
Heddy, S. 1990. Hormon Tumbuhan. Jakarta : CV Rajawali
Meyer, B.S and Anderson, D.B. 1952. Plant Physiology. New York: Van Nostrand
Company Inc.
Poedjadi, Anna. 2012. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI-Press
Sasmitamihardja, D dan Siregar, A. 1990. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Bandung:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung.
Kimbal, Jonh W. 2003. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Tjitrosomo.1987. Botani Umum 2. Bandung: Penerbit Angkasa.
Salisbury, F.B., Cleon W.R. 1995. Fisiologi Tumbuhan, jilid 1. Penerbit ITB: Bandung.
LAMPIRAN

No Gambar Keterangan
1 Diteteskan larutan gula pada
sayatan daun Rhoeo discolor.

2 Sayatan Rhoeo discolor setelah


ditetesi air

3 Sayatan Rhoeo discolor setelah


ditetesi gula 0,2 M

4 Sayatan Rhoeo discolor setelah


ditetesi gula 0,4 M
5 Sayatan Rhoeo discolor setelah
ditetesi gula 0,6 M

6 Sayatan Rhoeo discolor setelah


ditetesi gula 0,8 M

7 Sayatan Rhoeo discolor setelah


ditetesi gula 1 M

8 Proses penimbahan biji kedelai


kering

9 Biji kedelai direndam dan diletakan


di dalam botol.
10 Proses penimbangan biji kedelai +
air + botol

11 Kertas millimeter untuk perlakuan


difusi Kristal KMnO4.

12 Kristal KMnO4 terdifusi.

Anda mungkin juga menyukai