Disusun Oleh :
Dosen Asistensi :
DEPARTEMEN BIOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016
I. TUJUAN
1. Mengukur kecepatan difusi zat padat (KmnO4) dalam larutan
2. Menghitung tekanan osmosis cairan sel dengan metode
plasmolisis
3. Mengamati terjadinya imbibisi air pada biji kacang hijau dan
kedelai
II. DASAR TEORI
a. Difusi
Molekul memiliki tipe energi yang disebut gerak termal (panas atau
kalor) . Salah satu hasil gerak termal adalah difusi, pergerakan molekul zat
sehingga tersebar merata di dalam ruang yang tersedia. Setiap molekul
bergerak secara acak, namun difusi populasi suatu molekul dapat memiliki
arah tertentu. Aturan sederhana difusi : Jika tidak ada gaya lain, suatu zat akan
berdifusi dari tempat yang konsentrasinya lebih tinggi ke tempaat yang
konsentrasinya lebih rendah. Zat apapun akan berdifusi menuruni gradien
konsentrasi, wilayah gradasi penurunan densitas zat kimia. Tidak ada kerja
yang harus dilakukan agar hal ini terjadi ; difusi merupakan proses spontan
yang tidak memerlukan masukan energi.
c. Imbibisi
Keterangan:
PO = tekanan osmosis
m = kadar larutan penyebab separuh jumlah sel mengalami
plasmolisis
T = suhu absolut (oK)
c. Percobaan Imbibisi Air pada Biji Kacang Kedelai dan Kacang Hijau
1. Menyiapkan biji kacang hijau dan biji kedelai, serta gelas Bekker yang telah diisi
dengan air. Mencatat keadaan awal biji (bentuk, warna, ukuran, tekstur, dan berat)
2. Menimbang terlebih dahulu biji-biji yang akan digunakan dalam percobaan ini,
juga catat volume yang ada dalam gelas Bekker (volume biji dan volume air)
3. Memasukkan biji-biji yang telah tercatat beratnya tadi ke dalam air yang ada dalam
gelas Bekker yang volumenya telah diketahui. Lalu timbang selurruh volume biji
dan air itu (volume bii + volume air)
4. Menbiarkan rendaman biji-biji tersebut selama 24 jam, tutup rapat gelas Bekker
dengan menggunakan aluminium foil agar tidak terjadi penguapan air. Rendaman
disimpan pada tempat yang sejuk dan tidak banyak sinar yang terpapar
5. Setelah 24 jam, gelas Bekker yang berisi air dan biji tersebut ditimbang kembali.
Biji-biji yang telah direndam tadi diambil dan diletakkan di atas kertas saring.
Mengamati perubahan-perubahan yang terjadi pada biji (bentuk, warna, ukuran,
tekstur, dan berat). Untuk mengetahu berat/volume biji maka biji-biji itu ditimbang
kembali. Volume akhir dibandingkan dengan volume awal.
V. HASIL PENGAMATAN
Kecepatan
No Diameter Waktu difusi
(mm) (detik) (mm/detik)
1 0 0 0
2 5 4 1,25
3 10 164 0,060976
4 15 285 0,052632
5 20 560 0,035714
6 25 858 0,029138
7 29 1200 0,024167
Gambar 1. Grafik Hubungan Diameter KmnO4 dengan Waktu yang dibutuhkan untuk
Mencapainya
B. Tekanan Osmosis Cairan Sel
Tabel 2. Pengaruh Konsentrasi Larutan Sukrosa terhadap Sel Epidermis Rhoeo
discolor
No. Konsentrasi 𝞢 Sel 𝞢 Sel % Sel
Sukrosa (M) Seluruhnya Terplasmolisis Terplasmolisis
2. 0,2 78 27 34,6
4. 0,6 86 32 37,2
Dari percobaan tekanan osmosis cairan sel dengan berbagai konsentrasi sukrosa yaitu
0,0 M, 0,2 M, 0,4 M, 0,6 M, 0,8 M, dan 1,0 M. Dicari konsentrasi sukrosa dimana
yang mengakibatkan 50% dari jumlah sel epidermis daun Rhoeo discolor mengalami
plasmolisis. Insipien plasmolisis terjadi pada larutan sukrosa dengan konsentrasi 0,8M.
Sehingga tekanan osmotik dapat dihitung sebagai berikut :
PO = 22,4 x m x T
273
=22,4 x 0,8 (273+30)
273
= 19,88 atm
C. Tabel 3. Pengamatan Peristiwa Imbibisi pada Kacang Kedelai dan Kacang
Hijau
a. Pada Biji Kacang Kedelai
Kondisi Biji Sebelum Sesudah
Volume air 30 mL 25 mL
Volume air 30 mL 24 mL
Difusi ialah penyebaran, dalam hal ini penyebaran molekul-molekul suatu zat.
Definisi lain menyebutkan bahwa difusi adalah pergerakan molekul yang disebabkan oleh
energi kinetiknya dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke daerah konsentrasi yang lebih
rendah (Sasmitamihardja dan Siregar, 1990). Dalam definisi ini difusi terjadi sebagai respon
terhadap perbedaan konsentrasi. Konsentrasi adalah sejumlah zat atau partikel per unit
volume.
Penyebaran atau pergerakan molekul ini ditimbulkan oleh suatu gaya yang identik
dengan energi atau gaya kinetis tersebut di atas. Baik gas, maupun zat cair dan zat padat,
molekul-molekulnya mempunyai kecenderungan menyebar ke segala arah sampai terjadi
kesetimbangan (konsentrasi sama di segenap tempat). Jika partikel suatu zat dapat bergerak
bebas tanpa terhambat oleh gaya tarik, maka dalam jangka waktu tertentu partikel-partikel itu
akan tersebar merata dalam ruang yang ada. Gerakan difusi terdiri atas gerakan molekul yang
lintasannya putus-putus karena bertumbukan dengan molekul-molekul zat yang lain, namun
pada akhirnya menyebar secara homogen.
Difusi merupakan proses fisika yang prosesnya dapat terjadi setiap hari di alam
maupun di dalam kehidupan tumbuhan atau organisme lainnya (Sasmitamihardja dan Siregar,
1990). Proses difusi dapat ditunjukkan pada beberapa percobaan seperti yang dilakukan pada
praktikum kali ini. Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengukur kecepatan difusi zat
padat berupa KMnO4 (Kalium Permanganat) dalam suatu pelarut yakni air. Di dalam
percobaan ini, zat Kalium Permanganat merupakan zat dengan konsentrasi tinggi dan air
merupakan zat dengan konsentrasi rendah. Secara umum, sesuai dengan definisi difusi yang
tertera di atas, maka molekul-molekul Kalium Permanganat akan bergerak bahkan
bertumbukan menuju molekul air.
Pada saat Kalium Permanganat dimasukkan ke dalam air, awalnya difusi atau
penyebaran zat padat tersebut berjalan dengan cepat. Hal ini ditandai dengan melarutnya
Kalium Permanganat ke dalam air yang menyebabkan air berwaran ungu. Lama-kelamaan
proses difusi akan semakin lambat bahkan akan berhenti. Saat proses difusi berhenti maka
kesetimbangan akan terjadi. Kesetimbangan terjadi ketika larutan menjadi homogen, artinya
Kalium Permanganat sudah melarut sempurna di dalam air. Kecepatan difusi dipengaruhi
oleh suhu, besarnya gradient difusi, serta ukuran dan massa partikel yang berdifusi (dalam hal
ini Kalium Permanganat). Makin besar perbedaan konsentrasi antara dua daerah, yaitu makin
tajam gradasi konsentrasinya, makin besar kecepatan difusinya.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melalui selaput
yang permeabel secara diferensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi (konsentrasi air) ke
tempat yang berkonsentrasi rendah (molekul atau ion) (Kimball, 2003).
Jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air ditentukan oleh
perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih
tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang
terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar,
maka ada kemungkinan bahwa volume sel akan menurun, sehingga tidak dapat mengisi
seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan terlepas dari
dinding sel, keadaan ini dinamakan plasmolisis. Sel daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke
dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka
semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis (Tjitrosomo, 1987). Membran protoplasma
dan sifat permeabel deferensiasinya dapat diketahui dari proses plasmolisis. Permeabilitas
dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis. Apabila ruang
bening diantara dinding dengan protoplas diisi udara, maka dibawah mikroskop akan tampak
di tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan. Jika isinya air murni maka sel tidak akan
mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang protoplasma
yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-benang tersebut dikenal
dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada molekul tertentu
sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah (Salisbury, 1995). Komponen potensial
air pada tumbuhan terdiri atas potensial osmosis (solut) dan potensial turgor (tekanan).
Dengan adanya potensial osmosis cairan sel, air murni cenderung memasuki sel. Sebaliknya
potensial turgor di dalam sel mengakibatkan air meninggalkan sel. Pengaturan potensial
osmosis dapat dilakukan jika potensial turgornya sama dengan nol yang terjadi saat sel
mengalami plasmolisis. Nilai potensial osmotik dalam tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain : tekanan, suhu, adanya partikel-partikel bahan terlarut yang larut di
dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Nilai
potensial osmotik akan meningkat jika tekanan yang diberikan juga semakin besar. Suhu
berpengaruh terhadap potensial osmotik yaitu semakin tinggi suhunya maka nilai potensial
osmotiknya semakin turun (semakin negatif) dan konsentrasi partikel-partikel terlarut
semakin tinggi maka nilai potensial osmotiknya semakin rendah (Meyer and Anderson,
1952). Dari praktikum ini diperoleh data insipien plasmolisis pada uji sukrosa 0,8 M dengan
hasil potensial osmotik sebesar 19,88 atm. Praktikum ini menggunakan Rhoeo discolor yang
direndam selama 15 menit dalam larutan sukrosa dengan kelarutan mulai dari 0.0 M hingga
1.0 M. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa terjadi
plasmolisis sel pada semua konsentrasi dengan prosentase 1,9%- 78,57%. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan suhu sebesar 300 C, sehingga diperoleh potential osmotic
larutan sebesar 19,88 atm yang berarti bahwa insipien plasmolisisnya juga sebesar 19,88.
Penghitungan dilakukan pada uji larutan sukrosa 0.8 M karena yang paling mendekati dengan
angka 50% dari jumlah sel plasmolisis adalah pada konsentrasi tersebut, yaitu dengan jumlah
sel yang mengalami plasmolisis sebanyak 93 sel dari 121 sel yang teramati pada satu lapang
pandang.
VII. Diskusi
Difusi
1. Berapakah kecepatan rata-rata KMnO4 saat konstan dan tidak konstan?
Mengapa hal ini dapat terjadi?
Kecepatan rata-rata difusi saat konstan adalah 0,454 mm/detik
Kecepatan rata-rata difusi saat tidak konstan adalah 0,030 mm/detik
Hal ini terjadi karena pada saat akhir difusi, penambahan diameter sangat kecil
sehingga kecepatannya lebih lambat daripada proses awalnya.
2. Proses fisiologi apa saja yang dapat menggambarkan terjadinya difusi zat cair,
padat maupun gas pada tumbuhan?
Zat Cair : ketika suatu zat yang masuk melalui dinding sel menebar ke
seluruh bagian sel dan siap di ambil organl yang membutuhkan
Zat padat : masuknya unsur hara, ion-ion, dan kandungan logam dari
tanah melalui akar
Zat gas : fotosintesis, respirasi, dan masuknya nitrogen melalui akar
tumbuhan polong-polongan.
3. Apakah keadaan lingkungan dapat mempengaruhi proses difusi dalam
tumbuhan?
OSMOSIS
1. Bagaimanakah pengaruh suhu terhadap proses osmosis pada sel tumbuhan?
Pengaruh suhu terhadap osmosis pada sel tumbuhan ialah apabila tumbuhan
berada pada suhu tinggi, maka akan mempercepat pergerakan molekul
sehingga proses osmosis pada sel tumbuhan berlangung lebih cepat. Selain itu,
pada suhu tinggi, pergerakan molekul yang cepat, lambat laun dapat merusak
epidermis tumbuhan sehingga dapat mempercepat proses plasmolisis.
2. Apakah rumus PO yang digunakan berlaku untuk semua zat?
Rumus PO tidak berlaku untuk semua zat, hanya zat cair saja (larutan yang
encer) yang potensial osmotiknya dapat dihitung dengan rumus ini. Karena
pada rumus PO terdapat “M” yaitu kadar larutan yang menyebabkan separuh
dari jumlah sel terplasmolisis. Selain itu, tidak semua zat mampu
mengakibatkan 50% dari semua selterplasmolisis.
3. Mengapa terjadi perbedaan jumlah sel yang mengalami plasmolisis pada sel
yang direndam dalam larutan sukrosa?
Hal ini disebabkan karena larutan sukrosa memiliki konsentrasi yang berbeda-
beda sehingga jumlah sel yang terplasmolisis juga berbeda. Dan tiap
konsentrasi mempunyai daya kemampuan yang berbeda dan tiap konsentrasi
mempunyai plasmolisis yang berbeda. Semakin tinggi konsentrasi zat terlarut,
semakin banyak sel yang mengalami plasmolisis.
4. Apakah yang dimaksud insipien plasmolisis dalam percobaan ini?
Insipient plasmolysis adalah terplasmolisisnya 50% sel dari seluruh sel yang
ada.
IMBIBISI
1. Bagaimana air dapat melakukan imbibisi ke dalam biji ditinjau dari struktur biji
dan proses difusi/osmosis?
Air dapat melakukan imbibisi ke dalam biji karena struktur kulit biji yang semi
permeabel sehingga memungkinkan untuk molekul-molekul air bisa melewati
lubang-lubang pada dinding sel biji. Pergerakan air masuk ke dalam biji itu
merupakan proses osmosis. Sel-sel biji mempunyai nilai osmosis tinggi
sehingga defisit tekanan osmosisnya juga besar dan memungkinkan molekul air
berdifusi dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang rendah.
2. Perubahan-perubahan apa saja yang dapat terjadi pada biji yang telah
mengalami imbibisi dan bagaiamana kaitannya dengan proses fisiologi biji itu
sendiri?
Hubungan proses imbibisi air pada biji dengan proses perkecambahan biji
adalah semakin besar atau semakin tinggi imbibisi air pada biji, maka akan
mempercepat proses perkecambahan karena tersedia air dan nutrisi yang
terkandung di dalamnya yang sangat dibutuhkan dalam proses perkecambahan.
Bewley, D.J and Black, M. 1986., Seeds Physiologu of Development and Germination, New
York ; Second Printing, Plenum Press. New York. Pages 136-139
Campbell, Neil A. 2008. Biologi Jilid I dan II. Jakarta : Erlangga
Gardner, F.P: R.B. Pearce and R.L.Mitchell.1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta :
UI Press
Heddy, S. 1990. Hormon Tumbuhan. Jakarta : CV Rajawali
Meyer, B.S and Anderson, D.B. 1952. Plant Physiology. New York: Van Nostrand
Company Inc.
Poedjadi, Anna. 2012. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI-Press
Sasmitamihardja, D dan Siregar, A. 1990. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Bandung:
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung.
Kimbal, Jonh W. 2003. Biologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Tjitrosomo.1987. Botani Umum 2. Bandung: Penerbit Angkasa.
Salisbury, F.B., Cleon W.R. 1995. Fisiologi Tumbuhan, jilid 1. Penerbit ITB: Bandung.
LAMPIRAN
No Gambar Keterangan
1 Diteteskan larutan gula pada
sayatan daun Rhoeo discolor.