Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Auditor internal pemerintah memegang peranan yang sangat penting


dalam proses terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan
keuangan dalam pemerintahan. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 8 Tahun 2009 dinyatakan bahwa auditor internal/inspektorat
bertugas untuk menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh
bagian unit/satuan kerja sebagai bagian integral dalam organisasi
pemerintahan. Adanya peran auditor internal/inspektorat selaku pengawas
intern pemerintah akan dapat memberikan sumbangan perbaikan efisiensi
dan efektivitas terhadap informasi dalam pengelolaan keuangan pada
instansi dalam pemerintahan, sehingga bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan yang material, menyajikan setiap fakta secara
jujur, serta dapat diverifikasi.
Korupsi merupakan kategori kecurangan (fraud) yang
menyalahgunakan kewenangan atau kepercayaan dengan melakukan
tindakan yang melanggar ketentuan hukum dan regulasi untuk memperoleh
manfaat langsung atau tidak langsung bagi pelaku.1
Di Indonesia korupsi adalah salah satu kasus hukum yang sulit
terselesaikan sampai sekarang. Bahkan di dalam instansi kecil pun ada juga
yang berani melakukan korupsi. Bisa diakui bahwa dengan adanya Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), tindakan korupsi juga tidak bisa
dihilangkan di Indonesia. Bahkan dengan sudah banyaknya pejabat-pejabat
negara yang dipenjarakan tidak membuat rakyat jera. Komisi
Pemberantasan Korupsi (2017) mengemukakan tiga sektor yang dikenal

1
Association of Certified Fraud Examiners - ACFE, Report to The Nation, on Occupational
Fraud and Abuse (Global Fraud Study : 2016)

1
sangat rawan korupsi, yaitu pendidikan, kesehatan, dan perizinan. Karena
anggaran yang dikelola ketiga sektor tersebut sangat besar dan berhubungan
langsung dengan kebutuhan masyarakat umum diduga menjadi penyebab
utama terjadinya korupsi.2
Menurut Menteri Dalam Negeri, diketahui area atau bidang yang
rawan korupsi pada sektor publik adalah penyusunan anggaran, penerimaan
pajak dan retribusi, pengadaan barang dan jasa, pemberian dana bantuan
sosial dan hibah, perjalanan dinas, serta pengisian jabatan strategis atau
yang dikenal dengan istilah jual-beli jabatan.
Fenomena yang terjadi saat ini adalah masih kurangnya peran
auditor internal dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap
instansi-instansi pemerintahan yang melakukan tindakan korupsi. Audit
internal digunakan sebagai suatu cara untuk mencegah kecurangan dalam
instansi pemerintah yang kegiatannya meliputi menguji dan menilai
efektivitas serta kesesuaian sistem pengendalian internal yang ada dalam
organisasi.3 Sebagai pihak yang kompeten dalam masalah finansial, akuntan
khususnya audit internal berkewajiban untuk mencegah terjadinya
kecurangan dalam laporan keuangan. Dan inilah salah satu kontribusi
akuntan audit dalam meningkatkan upaya pemberantasan dan pencegahan
korupsi di Indonesia. Mengingat korupsi adalah kejahatan yang luar biasa
(extra ordinat crime), maka harus diberantas dengan cara-cara yang luar
biasa. Salah satu korupsi yang menyebabkan rendahnya indeks persepsi
korupsi Indonesia sampai banyaknya korupsi pada sektor pelayanan publik.
Dengan melihat latar belakang diatas, maka penulis mengambil
judul tugas akhir “Pengaruh Peran dan Keterampilan Internal Auditor
terhadap Kecurangan/Fraud (Korupsi) Pada Instansi Pemerintah
Rawan Korupsi”.

2
Tedi Rustendi, “Jurnal Akuntansi : Peran Audit Internal Dalam Memerangi Korupsi, 2018”.
3
Trisna Wulandari, Skripsi : “Pengaruh Budaya Organisasi, Peran Audit Internal, dan
Wishtleblowing System Terhadap Pencegahan Kecurangan” (Jakarta: Program S1 UIN Syarif
Hidayatullah, 2017)

2
I.2 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini yang menjadi batasan masalah adalah yang
berkaitan dengan pengaruh peran dan keterampilan internal auditor terhadap
pemberantasan korupsi (kecurangan/fraud) pada instansi pemerintah rawan
korupsi.

I.3 Rumusan Masalah


Adapun masalah-masalah yang terdapat dalam penelitian ini yaitu
1) Apa saja peran Audit Internal ?
2) Apa saja keterampilan yang perlu dimiliki oleh Audit Internal ?
3) Apakah tingkat korupsi pada instansi pemerintahan yang rawan
korupsi selalu meningkat atau menurun setiap tahunnya ?

I.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
1) Untuk mengetahui peran Audit Internal
2) Untuk mengetahui keterampilan yang harus dimiliki Audit Internal
3) Untuk mengetahui tingkat korupsi pada instansi pemerintahan setiap
tahunnya.

I.5 Manfaat Penelitian


1) Bagi peneliti, hasil ini dapat memberikan ilmu dan wawasan yang
luas mengenai audit internal dan cara pemberantasan korupsi.
2) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh peran internal audit
terhadap pemberantasan korupsi pada instansi pemerintahan
3) Bagi para auditor, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
acuan untuk melakukan audit internal dalam pemberantasan korupsi.
4) Bagi lembaga akademik, dapat dijadikan sebagai referensi bagi
peneliti lainnya yang berniat melakukan penelitian pada bidang yang
sama.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Landasan Teori

II.1.1 Audit Internal

A. Pengertian Audit Internal

Amin Wijaya Tunggal (2005:36) mengungkapkan, “Audit

internal adalah pekerjaan penilaian yang bebas (independen) di

dalam suatu organisasi meninjau kegiatan-kegiatan perusahaan guna

memenuhi kebutuhan pimpinan”.4

Ada tiga peran Audit Internal, yaitu

1) Peran Analisis/Penelaah Data Berbasis Risiko Bisnis (Risk-

Based Data Analyzer/Reviewer)

2) Peran Akselerator/Pendorong Terwujudnya Pengawasan

Melekat (Built-In Control Accelerator/Signerizer)

3) Peran Penyelaras/Perekat Strategi Bisnis (Business Strategy

Synchronizer/Integrator).

Dalam penanganan kasus kecurangan yang dilakukan ‘orang dalam’,

Internal Audit memiliki peran sebagai berikut.

4
Amin Wijaya Tunggal, Internal Auditing (Suatu Pengantar), (Jakarta : Harvarindo, 2005), hal.
36

4
(1) Mengumpulkan data/fakta yang material dan relevan dengan

masalah.

(2) Mengidentifikasi akar masalah serta mengukur luas dampak

yang ditimbulkannya.

(3) Merekomendasikan tindak perbaikan dan pencegahan dalam

koridor pengelolaan serta pengawasan internal.5

B. Keterampilan yang harus dimiliki Audit Internal

1) Keterampilan Audit (Audit Skills) : Yang membedakan Nilai

Audit dan Profesi lainnya

Secara umum, keterampilan auditor dapat ditinjau dari 2 segi

prospektif, yaitu

a. Keterampilan yang menjalankan siklus audit, yaitu

keterampilan dalam menjalankan aktivitas-aktivitas Internal

Audit mulai dari hulu hingga hilir, dari perencanaan hingga

evaluasi.

b. Keterampilan mempraktekkan Teknik Pemeriksaan, yaitu

keterampilan yang lebih spesifik terkait pelaksanaan audit

(identifikasi masalah, mengumpulkan data pendukung, dan

menyimpulkan temuan).

5
Valery G. Kumaat, Internal Audit (Jakarta : Erlangga, 2011), hal.12-14

5
2) Keterampilan Menguasai Siklus Audit (Skills In Audit Cycle) :

Keterampilan Wawasan

Seorang junior auditor maupun auditor pada umumnya harus

menjabarkan lingkup objek audit yang dipercayakan kepadanya

ke dalam hitungan waktu kerja dan menuangkannya dalam

jadwal dan anggaran pemeriksaan.

3) Keterampilan Melaksanakan Audit (Skills In Audit Execution) :

Keterampilan Implementasi

Ada dua teknik pemeriksaan yang sering diterapkan dalam

mengangkat suatu masalah, yang terdiri dari :

a. Teknik Audit Deduktif (Deductive Audit Techniques), yaitu

berpangkal dari sebuah objek, indikasi atau informasi awal

sebagai titik mau (entry point), selanjutnya dikembangkan

menjadi sekumpulan fakta yang lengkap, luas, dan saling

berhubungan.

b. Teknik Audit Induktif (Inductive Audit Techniques), yaitu

berbekal dari banyak informasi, fakta, serta bukti

pendukung ditinjau hubungan sebab-akibat, persamaan,

dan perbedaan hingga berujung pada pengambilan

kesimpulan.6

6
Ibid, hal. 78-79

6
C. Modus Tindak Kecurangan (korupsi) yang sering dilakukan

1) Penyalahgunaan Kepercayaan/Kekuasaan

Ini merupakan tindak kecurangan paling mendasar

(primitif), di mana setiap kasus kecurangan selalu mengandung

penyalahgunaan jenis ini. Penyebab utamanya adalah

kepercayaan (trust) atau kekuasaan (authority) yang relatif

terlalu besar dimiliki oleh pelaku.

2) Penyalahgunaan Anggaran

Penyalahgunaan anggaran pengeluaran adalah

bentuk kecurangan yang boleh dikatakan hanya berlaku bagi

kalangan ‘kerah putih’, karena menyangkut otoritas eksklusif

yang dimiliki pelaku dalam hal pembuatan dan pengendalian

anggaran.

Pada banyak kasus korupsi bernilai besar, modus

operandinya sela terkait dengan pengelabuan anggaran ini.

Celakanya, tidak sedikit pelaku yang lolos dari jerat hukum

karena dianggap tidak menyalahi anggaran, yaitu karena

administratif prosedural anggaran yang menjadi acuan telah

memenuhi tahapan proses pengajuan, evaluasi, dan mendapat

persetujuan dari petinggi lembaga/perusahaan.

7
3) Pengelabuan Transaksi Keuangan

Transaksi keuangan adalah semua transaksi bisnis

yang mempengaruhi perubahan nilai aset atau laba rugi

perusahaan. Semua transaksi keuangan menjadi objek

kecurangan, karena sudah pasti mendatangkan keuntungan

pribadi bagi pelaku.7

D. Peningkatan Tindakan Pidana Korupsi Setiap Instansi Pemerintah

Tindak Pidana Korupsi Instansi Pemerintah Tahun 2012-2018

INSTANSI 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 JUMLAH

DPR dan 6 2 2 3 15 9 4 67
DPRD

Kementerian/ 18 46 26 21 39 31 21 295
Lembaga

BUMN/BUMD 1 0 0 5 11 13 1 52

Komisi 0 0 0 0 0 0 0 20

Pemerintah 13 4 11 18 13 15 20 119
Provinsi

Pemkab/Pemk 10 18 19 10 21 53 80 261
ot

Jumlah 48 70 58 57 99 121 126 814

Sumber : Laporan Tahunan Tingkat Tindakan Korupsi oleh Komisi Pemberantas


Korupsi (KPK) - https://acch.kpk.go.id/

7
Ibid, hal. 139-145

8
II.1.2 Korupsi

A. Pengertian Korupsi

Secara terminologi korupsi berasal dari bahasa Latin


“corruptus” yang berarti kerusakan atau kebobrokan. Istilah korupsi
muncul dalam beberapa bahasa di Eropa seperti Prancis dengan kata
corruption, dan bahasa Belanda menggunakan kata corruptie yang
selanjutnya menjadi “korupsi” dalam bahasa Indonesia (Jahja,
2012:7).8

B. Faktor Penyebab Korupsi

Terjadinya korupsi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu

(1) Sistem pemerintahan dan birokrasi yang memang kondusif


untuk melakukan penyimpangan,

(2) Belum masanya sistem kontrol dari masyarakat yang kuat,


dan belum adanya perangkat peraturan dan perundang-
undangan yang tegas (Sopanah dan Wahyudi, 2010).9

C. Dampak dan Upaya Memerangi Korupsi

Dampak korupsi sangat berbahaya bagi individu, kelompok


individu, organisasi, masyarakat, institusi, bahkan bangsa dan
negara. Korupsi akan menciptakan ketidakadilan, melemahkan
demokrasi, membuat yang kaya menjadi lebih kaya dan mendukung
para diktator, menyebabkan berkurangnya investasi domestik dan
asing, mengurangi penerimaan pajak dan melemahkan jiwa

8
Juni Syafrien Jahja, Say No To Korupsi, (Jakarta : Visimedia, 2012)
9
. Sopanah dan Wahyudi, “Jurnal Akuntansi. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas

Korupsi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) di Malang Raya, 2010”

9
wirausaha, menghambat penyediaan barang publik, melemahkan
pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kemiskinan terutama di
negara-negara berkembang.

Dalam memerangi korupsi diperlukan upaya yang


komprehensif, menurut Jeremy Pope (2003) menawarkan enam
bidang pokok perubahan yang dapat mendukung pelaksanaan
strategi anti korupsi yang menyeluruh, yaitu kepemimpinan,
program publik, perbaikan organisasi pemerintah, penegakkan
hukum, kesadaran masyarakat dan pembentukan lembaga pencegah
korupsi.10

II.2 Kerangka Pemikiran

Peran Audit
Pemberantasan Korupsi
Internal (X1)
(Kecurangan/Fraud) Pada Instansi

Keterampilan Pemerintah Rawan Korupsi


Internal Audit
(Y)
(X2)

II.3 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Peneliian Hasil Penelitian


1 Suginam (2016) Pengaruh Peran Audit Internal berpengaruh
Audit Internal terhadap pencegahan fraud.
terhadap
pencegahan
Fraud (Studi
Kasus PT. Tolan
Tiga Indonesia)

10
Jeremy Pope, Strategi Memberantas Korupsi, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2003), hal. 31

10
2 Ony Pengaruh Audit Hasil penelitian
Widilestariningtyas Internal menunjukkan Audit Internal
dan Rahman Toni Terhadap Risiko berpengaruh terhadap risiko
Akbar (2014) Fraud (Survey fraud. Untuk mengurangi
Pada PT. BRI di risiko fraud, diperlukan
Wilayah pengawasan terhadap proses
Bandung) audit

II.4 Hipotesis Sementara

Dengan adanya penelitian yang sudah dilakukan oleh para peneliti

terdahulu, di duga :

H1 : Peran Audit Internal berpengaruh terhadap pencegahan

korupsi (fraud)

H2 : Keterampilan Audit Internal berpengaruh terhadap

pencegahan korupsi (fraud)

11
DAFTAR PUSTAKA

Association of Certified Fraud Examiners – ACFE. 2016. Report to The Nation, on


Occupational Fraud and Abuse. Global Fraud Study

Jahja, J. S. (2012). Say No to Korupsi. Jakarta: Visimedia.

Kumaat, V. G. (2011). Internal Audit. Jakarta: Erlangga.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Pedoman

Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah

Pope, Jeremy. (2003). Strategi Memberantas Korupsi. Jakarta : Yayasan Obor

Indonesia. Hal. 31

Riski Lukfiarni. 2018. "Pengaruh Audit BPK-RI Terhadap Tingkat Korupsi di

Indonesia". Bandar Lampung: Program Sarjana Universitas Lampung.

Rustendi, T. (2017). PERAN AUDIT INTERNAL DALAM MEMERANGI


KORUPSI (Upaya Meningkatkan Efektivitas Fungsi APIP). Jurnal
Akuntansi,Vol.2.
(https://www.researchgate.net/publication/326393836_Peran_Audit_Intern
al_Dalam_Memerangi_Korupsi_Upaya_Meningkatkan_Efektivitas_Fungs
i_APIP, diakses pada 9 Desember 2018).

Sopanah dan Wahyudi, 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas

Korupsi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) di Malang Raya.

Jurnal Akuntansi (diakses pada 9 Desember 2018).

Trisna Wulandari. 2017. "Pengaruh Budaya Organisasi, Peran Audit Internal, dan

Whistleblowing System Terhadap Pencegahan Kecurangan". Jakarta:

Program Sarjana UIN Syarif Hidayatullah.

Tunggal, A. W. (2005). Internal Auditing (Suatu Pengantar). Jakarta: Harvarindo.

12
13

Anda mungkin juga menyukai