A. Latar Belakang
Asthma merupakan penyakit yang menahun yang menyerang paru-
paru dan merupakan penyakit dengan pasien terbanyak di dunia. Menurut
The Global Initiative For Asthma ( GINA ) pada tanggal 1 Mei ditetapkan
sebagai hari asthma sedunia karena penderita asthma semakin meningkat (
Dayu, 2011 ). Gejala pada setiap anak pasti berbeda-beda tetapi gejala
yang sering muncul seperti sesak nafas, batuk, suara mengi dan sulit untuk
berbicara, kejadian yang paling parah adalah kematian.Penyakit ini tidak
dapat menular, ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa penyakit
ini tidak bisa di sembuhkan tetapi ada juga yang bilang jika penyakit
asthma bias disembuhkan dengan penangan medis yang teratur.
Asthma merupakan penyakit yang meningkat dari tahun ketahun
dan perlu perhatian yang lebih terutama terhadap anak-anak. Menurut data
WHO di perkirakan angka kejadian penderita asthma diseluruh dunia
sekitar 300 juta orang, diperkirakan pada tahun 2025 akan meningkat
menjadi 400 juta jiwa.Asma tanpa disadari merupakan kondisi yang
berbahaya terutama bagi penderita asthma yang tidak terkontrol, asthma
merupakan penyebab kematian ke 5 tertinggi di seluruh dunia. Sekitar
250.000 jiwa penderita asma setiap tahunya meninggal dunia. Di
Indonesia sendirisekitar 10 % masyarakat menderita asthma dengan
berbagai varianya, dan masuk dalam 10 besar penyakit yang mematikan
dan kesakitan. Diperkirakan masih dalam taraf yang tinggi pada anak-
anak.
Menurut kemenkes RI ( 2011 ) penyakit asthma di indonesia
merupakan penyakit yang masuk dalam katagori sepuluh besar yang
menyebabkan kematian dan kesakitan. Di negera berkembang penyakit
asthma mencapai 80 % di akibatkan karena kemiskinan, kurangnya tingkat
pendidikan, pengetahuan, dan fasilitas pengobatan yang tidak memadai.
Jika penyakit asma tidak dapat terkontrol dengan baik akan mengakibatkan
peningkatan mencapai 20 % untuk sepuluh tahun mendatang. Untuk anak
sendiri yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat akan menimbulkan
bahaya yang lebih serius di antaranya: akan menghambat tumbuh kembang
anak, bahkan sampai menyebabkan kematian. Asthma merupakan penyakit
yang tidak bisa sembuh tetapi bisa melalui pengendalian yaitu melalui cara
menghindari faktor-faktor penyebab pemicu timbulnya asma. Pemicu
asthma bisa dari benda-benda yang ada disekitar kita seperti bulu binatang,
debu, serbuk sari dll, tetapi setiap orang memiliki pemicu yang berbeda-
beda tetpi yang sering di jumpai atau pada umumnya adalah udara dingin,
kegiatan yang berlebihan.
Pada saat asthma menyerang secara otomatis saluran pernafasan
akan terjadi penyempitan dan cairan lengket yang melekat di bagian
dinding bagian dalam akan semakin meningkat. Selama kekambuhan
terjadi anak akan sering mengalami sulit tidur, mudah lelah, dan aktivitas
berkurang (syafriani, 2014 ). Berdasarkan uraian masalah tersebut, maka
penyusun tertarik untuk mengupas topik tentang asma pada anak.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini agar kita semua terutama orang tua dan
perawat dapat memahami mengenai serangan asthma apada anak – anak
dan mengetahui tatacara pelaksanaan penanganan asthma pada anak.
Selain itu juga untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen mata kuliah
keperawatan anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Asthma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD),
adalah suatu penyakit obstruksi pada jalan napas secara riversibel yang
ditandai dengan inflamasi, dan peningkatan reaksi jalan napas terhadap
berbagai stimulan (Suriadi, 2010).
Asthma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang
disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel,
eosinophils, dan T-lymphocytes terhadap stimulus tertentu dan
menimbulkan gejala dyspnea, whizing, dan batuk akibat obstruksi jalan
napas yang bersifat revesibel dan terjadi secara episodik berulang (brunner
dan suddarth, 2011).
Asma adalah penyakit gangguan pernapasan yang dapat menyerang
anak-anak hingga orang dewasa. Asma didefinisikan sebagai suatu kondisi
ketka terjadi gangguan pada sisrem pernapasan yang menyebabkan
penderita mengalami mengi (wheezing), sesak napas, batuk, sesak di dada
terutama ketika malam hari atau dini hari. (Dharmayanti, Hapsari, Azhar,
2015)
B. Anatomi dan Fisiologi
1. Hidung
Hidung merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernapasan
dan indra penciuman. Bentuk dan stuktur hidung menyerupai piramida
atau kerucut dengan alasnya pada prosesus palatinus osis maksilaris dan
pars horizontal osis palatum. Dalam keadaan normal, udara masuk dalam
sistem pernapasan, melalui rongga hidung. Vestibulum rongga hidung
berisi serabut-serabut halus. Epitel vestibulum berisi rambut-rambut halus
yang mencegah masuknya benda-benda asing yang menggangu proses
pernapasan.
2. Faring
Faring adalah suatu saluran otot selaput kedudukannya tegak lurus antara
basis kranii dan vertebrae servikalis VI. Di antara basis kranii dan
esofagus berisi jaringan ikat digunakan untuk tempat lewat alat-alat di
daerah faring.
3. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan jalinan tulang rawan yang
dilengkapi dengan otot, membran, jaringan ikat, dan ligamentum. Sebelah
atas pintu masuk laring membentuk tepi epiglotis, lipatan dari efiglotis
aritenoid dan pita interaritenoid, dan sebelah bawah tepi bawah
kartilagokrikoid. Tepi tulang dari pita suara asli kiri dan kanan membatasi
daerah epiglotis. Bagian atas disebut supraglotis dan bagian bawah disebut
subglotis.
4. Trakea
Trakea (batang tenggorokan) adalah tabung berbentuk pipa seperti huruf C
yang dibentuk oleh tulang-tulang rawan yang disempurnakan oleh selaput,
terletak diantara vertebrae servikalis VI sampai tepi bawah kartilago
krikoidae vertebrata torakalis V. Panjangnya sekitar 13 cm dan diameter
2,5 cm, dilapisi oleh otot polos, mempunyai dinding fibroelastis yang
tertanam dalam balok-balok hialin yang mempertahankan trakea tetap
terbuka.
5. Bronkus
Bronkus (cabang tenggorokan) merupakan lanjutan dari trakea, terdapat
pada ketinggian vertebrae torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai
struktur sama dengan trakea dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan
trakea dan berjalan kebawah kearah tampuk paru-paru. Bronkus
mengadakan pendekatan pada lobus pernafasan, struktur dalam bronkus
berbeda dengan diluar bronkus.
6. Pulmo
Paru-paru merupakan organ utama sistem pernapasan yang berda di dalam
rongga dada, terdiri atas paru kanan dan paru kiri. Paru-paru dibungkus
kantung yang dibentuk oleh pleura paritalis dan pleura viseralis. Di antara
paru kanan dan paru kiri terdapat mediasternum yang berisi jantung, aorta,
dan arteri besar, pembuluh darah vena besara, trakea. Kelenjar timus,
saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. Kedua paru
sangat lunak dan elastis, mampu mengembang dan mengempis secara
bergantian. Sifat elastis paru disebabkan oleh adanya serat-serat jaringan
ikat elastisdan tegangan permukaan alveolus. Paru-paru berwarna biru
keabu-abuan dan berbintik-bintik akibat dari partikel-partikel debu yang
masuk dimakan fagosit, banyak ditemukan pada pekerja tambang.
Paru-paru dan dinding dada adalah sturtur yang elastis. Dalam keadaan normal
terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada, paru-paru dengan
mudah mengembang dadalam dinding dada. Tekanan pada ruang antara paru-paru
dan dinding dada dibawah tekanan atmossfer, paru-paru teregang dan berkembang
pada waktu bayi baru lahir. Pada waktu lahir ekspirasi tenang kecenderungan
recoil dinding dada diimbangi oleh kecenderungan dinding dada untuk recoil
kearah yang berlawanan. Paru-paru dapat mengembang dan mengempis melalui
dua cara, yaitu (1) dengan cara gerakan diafragma untuk membesar dam
memperkecil rongga dada, serta (2) dengan depresi atau elevasi tulang iga untuk
memperbesar dan memperkecil diameter anterposterior rongga dada. (Syafuddin,
2016)
C. Etiologi
D. Manifestasi klinis
Menurut Suriadi dan Yulianni (2010) manifestasi klinis asthma yaitu:
1. Wheezing
2. Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot – otot asesori
pernapasan, cuping hidung, retraksi dada dan stridor.
3. Batuk kering (tidak produktif) karena sekret kental dan lumen jalan
napas sempit.
4. Tachhypnea, tachycardia, orthopnea.
5. Gelisah
6. Berbicara sulit atau pendek karena napas sesak
7. Diaphorosis
8. Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernapasan
9. Fatigue
10. Tidak toleran terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan bahkan
bicara
11. Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran
12. Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest)
13. Serangan yang tiba – tiba atau berangsur angsur
14. Auskultasi; terdengar ronchi dan crackles
E. Komplikasi
Menurut Suriadi dan Yulianni (2010) komplikasi dari asthma yaitu:
1. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal napas
2. Chronc persistent bronchitis
3. Bronchiolitis
4. Pneumonia
5. Emphysema
F. Patofisiologi
Asthma pada anak terjadi karena adanya penyempitan pada jalan
napas dan hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus
lain. Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot – otot bronkus menjadi
spasme dan zat antibodi tubuh muncul (immunoglobulin E atau IgE)
dengan adanya alergi. IgE dimunculkan pada reseptor sel mast yang
menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya. Mediator
tersebut akan memberikan gejala asthma. Reson asthma terjadi dalam tiga
tahap; pertama tahap immedate yang ditandai dengan bronkokonstriksi ( 1
– 2 jam , tahap delayed dimana bronkokonstriksi dapat berulang dalam 4 –
6 jam dan terus menerus 2 – 5 jam lebih lama; tahap late yang ditandai
dengan peradangan dan hiperresponsif jalan napas beberapa minggu atau
bulan. Asthma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan,
kecemasan dan udara dingin. Selama serangan asthmatik, bronkiolus
menjadi meradang dan peningkatan sekresi mokus. Hal ini menyebabkan
lumen jalan napas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan resistensi
jalan napas dan dapat menimbulkan distres pernapasan. Anak yang
mengalami asthma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena
edema pada jalan napas. Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli
dan perubahan pertukaran gas. Jalan napas menjadi obstruksi yang
kemudian tidak adekuat ventilasi dan saturasi O₂, sehingga terjadi
penurunan pO₂ (hypoxia). Selama serangan asthmatik, CO₂ tertahan
dengan meningkatnya resistensi jalan napas selama ekspirasi, dan
menyebabkan acidosis respiratory dan hypercapnea. Kemudian sistem
pernapasan akan mengadakan kompensasi dengan meningkatkan
pernapasan (tachypnea), kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi
dan dapat menurunkan kadar CO₂ dalam darah (hypocapnea).
G. Pathways
Stimulus non Pengaktifan sel Stimulusn immunologik
antigen
immunologik;
infeksi virus, stimulus
fisik dan kimia
Mediator radang
Kontraksi otot – otot pernapasan
Kemotaksis
Mediator radang
Asthma
Sumber: Suriadi, Yuliani R. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak.
Jakarta: CV. Agung Seto, Ed 2
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Terapeutik
a) Serangan akut dengan oksigen nasal atau masker
b) Terapi cairan parenteral
c) Terapi pengobatan sesuai program;
Beta2 agonist untuk mengurangi bronkospasme: albuterol
(proventil, ventolin), dengan pemberian oksigen, dosis oral; 0,1
mg/kg setiap 8 jam; nebulizer; 0,15 mg/kg per dosis dalam 2ml
normal salin; inhalasi 1 atau 2 isapan setiap 4 - 6 jam. Efeknya
tachycardia, palpitasi,pusing kepala, mual, dysrythnia, tremor,
hipertensi dan insomnia. Intervensi keperawatan; jelaskan pada
oran tua tentang efek samping dan cara melakukan nebulizer
dan fisioterapi dada.
Terbulatin;
Dosis; usia 2 – 6 tahun; 0,15mg/kg tiga hari sekali (tidak lebih
dari 5mg per hari); 6 – 14 tahun; 2mg/kg tiga kali sehari ( tidak
lebih dari 24mg per hari); 14 tahun dan dewasa; 2 – 6 mg/kg
dalam tiga kali sehari atau empat kali sehari (tidak lebih dari
32mg per hari). Inhalasi; 1 atau 2 hisapan setiap 4 – 6 ja.
Nebulizer; 0,5 – 1,5 mg setiap 4 – 6 jam. Efek samping;
tachycardia, pusing kepala, tremor, mual dan insomnia.
Intervensi keperawatan; monitor efek samping dan ajarkan
orang tua prinsip pemberian pengobatan.
Metaprotenol (alupen, metaprel);
Dosis: 0,3 – 0,5 mg/kg per dosis setiap 6 – 8 jam, maksimum
20mg per dosis. Efek samping; tachycardia, palpitasi,
hipertensi, gemetar, lemah, pusing kepala, mual, muntah dan
mulut terasa tidak enak.
2. Penatalaksanaan Perawatan
a) Pengkajian
- Riwayat asthma atau alergi dan serangan asthma yang lalu.
Alergi atau masalah pernapasan.
- Kaji pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakit dan
pengobatan
- Fase akut: tanda – tanda vital, usaha napas dan pernapasan,
retraksi dada, penggunaan otot – otot assesori pernapasan,
cuping hidung, pulse oxymetri, suara napas; wheezing,
menurunnya suara napas. Kaji status neurologi; perubahan
kesadaran, meningkatnya fatigue, perubahan tingkah laku. Dan
kaji status hidrasi.
- Riwayat psikososial; faktor pencetus; stress, latihan, kebiasaa
dan rutinitas, perawatan sebelumnya.
b) Diagnosa keperawatan
- Gangguan pertukaran gas, bersihan jalan napas tidak efektif,
dan pola napas tidak efektif berhubungan dengan
bronkospasme, edema mukosal dan meningkatnya sekret.
- Fatigue berhubungan dengan hypoxia dan meningkatnya usaa
naps.
- Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distress
pernapasan.
- Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan
meningkatnya pernapasan dan menurunnya intake cairan.
c) Perencanaan
- Anak idak menunjukkan gangguan ketidakseimbangan asam
basa yang ditandai dengan saturasi oksigen lebih kurang 95%1
- Anak tidak tampak fatigue yang ditandai dengan tidak iritabel,
dapat berpartisipasi dan aktivitas yang sesuai dengan kondisi.
- Kecemasan menurun yang ditandai dengan anak tenang dan
dapat mengekspresikan perasaannya, begitu juga orang tua
merasa tenang dan berpartisipasi dalam perawatan anak.
- Status hidrasi adekuat yang ditandai dengan turgor kulit elastis,
membran mukosa lembab, intake cairan sesuai dengan usia dan
berat badan, output urine >2ml/kg per jam.
d) Implementasi
1.Mempertahankan pertukaran gas yang adekuat dan pemberihan
jalan napas
- Pertahankan kepatenan jalan nafas; pertahankan support
ventilasi bila dinperlukan.
- Kaji fungsi pernafasan; auskultasi bunyi nafas, kaji kulit setiap
15 menit sampai 4 jam.
- Berikan oksigen sesui program dan pantau pulse oximetri dan
batasi (penyapihan) atau tanpa alat bantu bila kondisi telah
membaik.
- Kaji kenyamanan posisi tidur anak.
- Monitor efek sampirng pemberian pengobatan; monitor serum
darah;theophylin dan catat kemudian laporkan ke dokter.
Normalnya 10-20 ug/ml pada semua usia
- Kaji gejala dan tanda efek samping theophyline seperti;
mualdan muntah pada gejala awal,cardiopulmonal mencakup;
tachycardia, dysrhmythma, tachypnea, diuresis, irritability dan
kemungkinan kejang.
- Berikan cairan yang adekuat peroral atau parenteral.
- Pemberian terapi pernafasan; nebulizer, fisioterapi dada bila
indikasi, ajarkan batuk dan nafas dalam efektif setelah
prngobatan dan pengisapan sekret (suction).
- Jelaskan semua prosedur yang akan di lakukan pada anak untuk
menurunkan kecemasan
- Berikan terapi bermain sesuai dengan usia.
2.Memberikan istirahat yang cukup, mencegah hypoxy, dan
mengurangi kerja berat pernafasan.
- Kaji tanda dan gejala hypoxia; kegelisahan, fatigue, iritabel,
tachycardia, tachypnea.
- Hindari seringnya melakukan intervensi yang tidak penting
yang dapat membuat anak lelah, berikan istirahat yang cukup.
- Intruksikan pada orang tua untuk tetap berada di dekat anak .
- Berikan kenyamanan fisik; support dengan bantal dan
pengaturan posisi,
- Berikan oksigen humidifikasi sesuai program.
- Berikan nebulizer; kemudian pantau bunyi nafas, dan usaha
nafas setelah terapi
- Setelah krisis, ajarkan untuk aktifitas yang sesuai dengan
tingkat pertumbuhan dan perkembangan untuk meningkatkan
ventilasi dan memperluas perkembangan psikososial.
3. Memberikan lingkungan yang tenang dan mengurangi kecemasan
- Ajarkan teknik relaksasi ; latihan nafas, melibatkan
penggunaan bibir dan perut, dan ajaran untuk berimajinasi.
- Pertahankan lingkungan yang tenang; temani anak, dan
berikan suport
- Ajarkan untuk ekspresi perasaan secara verbal
- Berikan terapi bermain sesuai dengan kondisi
- Infoormasikan tentang perawatan, pengobatan dan kondisi
anak
- Jelaskan semua prosediur yang akan dilakukan
4. Berikan hidrasi yang adekuat
- Monitor intake dan output ( pemasukan dan pengeluaran ),
mukosa membran, turgor kulit, pengeluaran urin, ukur
gravitasi urun ( nilai 1.003 1.30 ).
- Monitor elektrolit
- Kaji warna seputum, konsistensi dan jumlah
- Pertahankan terapi parental bila indikasi, dan monitor
kelebihan (overload) cairan.
- Berikan intake cairan peroral bila toleran , hati hati
minuman yang dapat meningkatkan bronkospasme (air
dingin)
- Setelah fase akut, ajrkan anak dan orangtua untuk minum 3-
8 gelas (750-2000 ml),tergantung usia dan berat badan.
5. Mengkaji proses koping keluaga
- Berikan kesempatan pada orangtua untuk espresi perasaan
- Kaji mekanisme koping sebelumnya pada waktu setres
- Jelaskan prosedur dan pengobatan yang diberikan
- Informasikan pada orang tua tentang kondisi anak
- Identifikasi sumber sumber psiko sosial keluarga dan finansial
6. Memberikan infornasi tentang proses penyakit, perawatan dan
pengobatan
- Kaji tingkat pengetahuananak dan orang tua tentang penyakit,
pengobatan dan intervensi
- Bantu untuk mengidentifikai faktor pencetus
- Jelaskan tentang emosi dan stress yang dapat menjadi faktor
pencetus
- Jelaskan pentingnya pengobatan: dosis, efek samping, waktu
pemberian dan pemeriksaan darah
- Informasikan tanda dan gejala 7yang harus dilaporkan dan
kontrol ulang
- Informasikan pentingnya program aktivitas dan latihan nafas
- Jelaskan pentingnya terapi bermain sesuai usia
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
An. B usia 42 bulan dirawat di RS Hidayah. Klien mengeluh sesak nafas 2
hari SMRS, klien tidak batuk, terdapat tarikan dinding dada ke dalam, dan
terdengar bunyi wheezing. Klien tampak pucat dan tampak gelisah. Ibu klien
mengatakan klien ada alergi terhadap udara dingin. Klien dan ibu klien tampak
cemas. Ibu klien belum mengetahui tentang penyakit asma. TTV ; TD : 100/70
mmHg, Nadi : 90 x/menit, Suhu : 37˚C, dan RR : 38 x/menit.
D. Pemeriksaan Fisik
1. TTV :
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 37,5 ˚C
RR : 36 x/menit
2. Antropometri :
Lingkar Kepala : 54 cm
Lingkar Lengan atas : 16 cm
BB : 14 Kg
TB : 100 cm
3. Kepala : mesosepal
4. Mata : konjungtiva anemis, sklera Anikterik, reflek terhadap
cahaya pupil isokhor
5. Hidung : tidak ada polip, terlihat pernafasan cuping hidung,
terpasang oksigen kanul nasal 2 liter/menit.
6. Mulut : bibir terlihat pucat,dan terdapat secret.
7. Telinga : normal, tidak ada sekret dan darah
8. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe
9. Dada :
a. Paru
Inspeksi : pergerakan dada cepat, terdapat tarikan dinding
dada ke dalam
Palpasi : retraksi dinding dada sama kanan dan kiri, terdapat
vocal fomitus kanan kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : terdapat bunyi wheezing
b. Jantung :
Inspeksi : tampak ictus cordis
Palpasi : tidak terdapat pembesaran jantung
Perkusi : pekak
Auskultasi : S1 dan S2 bunyi regular
c. Abdomen :
Inspeksi : bentuk datar
Auskultasi : bising usus 20 x/menit
Palpasi : adanya massa, klien belum BAB.
Perkusi : timpani
d. Genetalia : laki laki, tidak terpasang DC
e. Anus : tidak ada lesi
f. Ekstremitas :
atas : akral hangat, CRT < 3 detik, terpasang infus RL 20 tpm,
dan tidak ada gangguan gerak
bawah : tidak ada gangguan gerak.
g. Kulit : turgor kulit normal, tidak ada oedema.
E. Analisa data
No. Data Etiologi Problem
1. DS : ketidakmampuan Ketidakefektifan
- Ibu klien untuk mengeluarkan bersihan jalan
mengatakan klien sekresi pada jalan napas
sesak nafas napas
- ibu klien
mengatakan klien
mengalami batuk dan
dahak tidak dapat
dikeluarkan
DO :
- RR : 36 x/menit
- Terdengar suara
wheezing
- terdengar suara
batuk berdahak
- Terdapat
pernafasan cuping
hidung
- Terdapat tarikan
dinding dada ke
dalam
1. Diagnosa keperawatan
a) Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi pada jalan napas
b) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
2. Intervensi Keperawatan
No. Hari/tgl Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1 Setelah dilakukan tindakan Pantau status
keperawatan selama 2x24jam pernapasan klien
diharapkan klien mampu : Pertahankan
Indikator Awal Akhir oksigen 2
RR normal liter/menit
Irama napas Posisikan klien
Mampu semi fowler
mengeluarkan Anjurkan klien
sputum untuk banyak
minum air hangat
Latih batuk efektif
Lakukan suction
Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian obat
bronkodilator
sesuai indikasi
2. Setelah dilakukan tindakan -Monitor status
keperawatan selama 2x24jam pernapasan pasien
diharapkan klien mampu : dan oksigenasi
Indikator Awal Akhir -Posisikan pasien
Frekuensi untuk
Pernapasan meringankan
Irama sesak napas
napas -Auskultasi suara
Kedalaman pernapasan, catat
inspirasi area yang
Bunyi ventilasinya
menurun dan
napas bunyi napas
tambahan tambahan
-kolaborasi
dengan dokter
terkait pemberian
obat pada terapi
nebulizer
3. Implementasi
Hari/tgl Implementasi Hasil Paraf
- Memantau status Ds:
pernapasan klien -Ibu pasien
- Memonitor TTV mengatakan napas
- Memonitor saturasi pasien masih terasa
oksigen dan sesak
mempertahankan -Ibu pasien
oksigen 2 liter/menit mengatakan pasien
- Membantu pasien untuk masih batuk
tidur dengan posisi Do:
yang dapat - Pasien tampak
meringankan sesak sesak saat bernapas
napas, yaitu posisi semi - Masih terdengar
fowler bunyi wheezing
- Menganjurkan ibu - masih terdapat
pasien agar pasien secret
banyak minum air -Masih terpasang
hangat nasal kanul untuk
- Melakukan auskultasi terapi oksigen
suara pernapasan - Tanda-tanda Vital
- Melakukan fisioterapi TD :90/70 mmHg,
dada dan melatih batuk Nadi : 86 x/menit,
efektif Suhu : 37,5˚C
- Berkolaborasi dengan RR : 35 x/menit.
dokter untuk pemberian
obat bronkodilator
sesuai indikasi
4. Evaluasi
No. Hari/tgl Evaluasi Paraf
1 S:
-Ibu pasien mengatakan napas
pasien masih terasa sesak
-Ibu pasien mengatakan pasien
masih batuk
O:
- Pasien tampak sesak saat bernapas
- Masih terdengar bunyi wheezing
- masih terdapat secret
-Masih terpasang nasal kanul untuk
terapi oksigen
- Tanda-tanda Vital
TD :90/70 mmHg,
Nadi : 86 x/menit,
Suhu : 37,5˚C
RR : 35 x/menit.
A: Masalah Belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk mengeluarkan sekresi pada jalan napas
Menurut buku Nanda 2015-2017, ketidakefektifan bersihan jalan nafas
ialah ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas
untuk mempertahankan bersihan jalan napas. Diagnose tersebut menjadi prioritas
utama pada makalah ini, yaitu berhubungan dengan ketidakmampuan pasien
dalam mengeluarkan sekresi pada jalan napas. Karena asma dalam kasus asuhan
keperawatan disebabkan karena adanya penyempitaan pada jalan napas yang
diakibatkan oleh alergi pasien terhadap udara dingin, selain itu disebabkan pula
oleh adanya secret pada jalan nafas pasien. Melihat pada batasan karakteristik
pada buku Nanda 2015-2017, indikator data fokus anak cocok dengan batasan
karakteristik dari diagnosa utama, yaitu; adanya suara napas tambahan, adanya
secret di dalam jalan napas, perasaan gelisah, perubahan pola dan frekuensi napas,
tidak ada batuk.
Intervensi yang kami buat untuk diagnosa kedua ini adalah Pantau status
pernapasan klien, Pertahankan oksigen 2 liter/menit, Posisikan klien semi fowler,
Anjurkan klien untuk banyak minum air hangat, Latih batuk efektif, Lakukan
suction, Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat bronkodilator sesuai
indikasi Kemudian evaluasi yang kami dapatkan pada evaluasi hari ke - 3 yaitu :
Ibu pasien mengatakan napas pasien masih terasa sesak, masih terpasang nasal
kanul untuk terapi oksigen, tanda-tanda vital: TD :90/70 mmHg, Nadi : 86
x/menit, Suhu : 37,5˚C, RR : 35 x/menit.
A. Kesimpulan
Asma merupakan suatu gangguan pada sisrem pernapasan yang ditandai
dengan penderita mengalami mengi (wheezing), sesak napas, batuk, sesak
di dada terutama ketika malam hari atau dini hari. Asma merupakan
penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi
hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-
lymphocytes terhadap stimulus
B. Saran
Untuk perawat diharapkan dapat memahami kasus asma agar dapat
memberikan penanganan yang tepat. .Untuk pencegahan asma, orang tua
dan anak dapat menghindari factor-faktor yang menyebabkan timbulnya
asma, agar penyakit asma dapat terkendali.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Sudarrth. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC
Dayu. 2011. Asma pada balita mengenal, mengobati dan mengendalikan
penyakit asma pada anak usia balita. Yogyakartya: Javalitera
Dharmayanti, Ika., Hapsari, Dwi., dan Azhar, Khadijah. 2015.Asma Pada
Anak Indonesia: Penyebab dan Pencetus.Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional (9) (4).
NANDA. 2013. Diagnosis Keperawatan. Alih Bahasa: Made Sumarwati
dan Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC
Suriadi, Yuliani R. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak (ed. 2).Jakarta:
CV. Agung Seto
Syaifuddin. 2016. Anatomi Fisiologi Untuk Keperawatan dan Kebidanan.
Jakarta: EGC