Anda di halaman 1dari 4

HUBUNGAN KEJADIAN DEPRESI DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI

WERDHA TRESNO MUKTI TUREN MALANG

Retno Lestari, Titin Andri Wihastuti, Renny Nova


Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, 65145.
Telp: +62-341-569117 ext 126. Fax. +62-341-564755. Email: retno.lestari98@gmail.com

Abstrak
Depresi merupakan masalah kejiwaan yang seringkali menyerang Lansia. Depresi ditandai dengan perasaan
sedih dan pesimis mendalam yang mempengaruhi aktifitas Lansia. Masalah kesehatan lainnya pada Lansia yaitu
insomnia. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan kejadian depresi dan insomnia pada Lansia di Panti
Werdha Tresno Mukti Turen Malang. Desain penelitian “Cross Sectional”. Pengambilan sampel dengan Total
Sampling Technique dan jumlahnya 34 responden. Berdasarkan uji Chi-Square didapatkan data Pvalue/nilai
probabilitas < 0,05 yakni 0,000, X2hitung (22,512) > X2tabel (7,815), dan R2 = 0,514. Kesimpulannya terdapat
hubungan antara kejadian depresi dan insomnia pada Lansia di Panti Werdha Tresno Mukti Turen. Perlu
dilakukan penelitian lanjutan dengan menyempurnakan uji validitas pada setiap instrument penelitian dan
menggunakan pendekatan lainnya seperti Case Control Study Design.

Kata Kunci: Depresi, Insomnia, Lansia.

PENDAHULAN harapan hidup semakin bertambah, stressor


Pada Lansia banyak sekali perubahan- psikososial semakin berat, dan berbagai penyakit
perubahan yang terjadi seperti perubahan fisik, kronik yang semakin bertambah pada Lansia
perubahan mental, perubahan psikologis, dan (Nugroho, 2000).
penyakit yang sering dijumpai pada Lansia. Lansia yang mengalami insomnia
Akibat adanya perubahan tersebut, Lansia dapat cenderung lebih mudah untuk menderita depresi,
merasakan adanya kekurangan yang dapat dan mungkin juga sebaliknya. Selain itu akan
menimbulkan perasaan negatif pada dirinya, timbul suatu penyakit, menurunkan kemampuan
seperti perasaan depresi (Rafknowledge, 2004). dalam memenuhi tugas harian, dan kurang
Depresi adalah suatu perasaan sedih dan menikmati aktivitas hidup. Hal tersebut akan
pesimis yang berhubungan dengan penderitaan, mempengaruhi kehidupan Lansia sehari-hari
dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri yang mengarah pada keadaan hilangnya
sendiri atau perasaan marah yang dalam perhatian terhadap keadaan sekelilingnya,
(Nugroho, 2000). Depresi merupakan masalah sehingga sedikit banyak akan memberi dampak
kejiwaan yang seringkali menyerang Lansia pada kualitas hidup, produktivitas dan
dimana Lansia merasa tidak berdaya dan keselamatan (Kembuan, 2009).
kehilangan harapan hidup. Dengan semakin Penelitian ini dilakukan di panti werdha
meningkatnya jumlah Lansia di Indonesia yang mengingat banyaknya kasus depresi pada Lansia.
diprediksi mencapai 414% pada tahun 2025, Depresi di kalangan Lansia yang tinggal di panti
maka ada kemungkinan banyak Lansia yang werdha cenderung mengarah pada kondisi yang
dapat menjadi depresi juga (Anonymous, 2009). kronis, karena potensi diri dan dukungan sosial
Adapun prevalensi depresi pada Lansia yang dari lingkungannya kurang adekuat untuk
menjalani perawatan di RS dan panti perawatan mengembalikan pada kondisi semula. Pada
sebesar 30-45% dari jumlah Lansia di Indonesia akhirnya, depresi kronis menyebabkan
(Evy, 2008). terganggunya fungsi organ sehingga muncul
Kondisi lain yang sering ditemui pada disabilitas fungsional (Lenze et al, 2001). Di
Lansia yaitu insomnia. Lebih dari 50% Lansia Indonesia pada umumnya Lansia seringkali
mengeluh kesulitan tidur malam. Angka-angka menghayati penempatan mereka di panti sebagai
ini cenderung semakin bertambah untuk masa- bentuk pengasingan dan pemisahan dari perasaan
masa mendatang yang disebabkan karena usia kehangatan yang terdapat dalam keluarga,
apalagi Lansia yang masih mempunyai anak Jumlah sampel yang digunakan dalam
dengan kondisi hidup berkecukupan dan ini penelitian ini adalah 34 responden. Diagram
merupakan kondisi yang akan mempertahankan mengenai kejadian depresi dapat dilihat pada
depresinya. Kondisi-kondisi seperti ini sangat diagram 1. Berdasarkan diagram 1 menunjukkan
jarang dialami Lansia yang berada dalam dari 34 responden yang diteliti didapatkan bahwa
komunitas karena mereka masih memiliki responden yang tidak depresi sebanyak 23
dukungan sosial dari keluarga maupun responden (68%) kemudian sebanyak 7
masyarakat (Syamsuddin, 2006). responden (20%) menderita depresi sedang,
Berdasarkan studi pendahuluan yang depresi ringan diderita oleh 3 responden (9%)
dilakukan oleh peneliti pada 5 September 2009, dan 1 responden (3%) menderita depresi berat.
didapatkan 5 dari 7 Lansia di Panti Werdha Mengenai jumlah Kejadian Insomnia
Tresno Mukti Turen mengalami depresi dan 4 di dapat dilihat pada diagram 2. Berdasarkan
antaranya juga mengalami insomnia. Dampak diagram 2, menunjukkan dari 34 responden yang
lanjut dari depresi yaitu Lansia akan mengalami diteliti didapatkan bahwa sebagian besar
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan aktivitas responden tidak mengalami insomnia yaitu
sehari-harinya (Miller,1995; Lueckenotte, 2000; sebanyak 24 responden (71%) dan hanya 10
Hall & Hassett, 2002). Walaupun tampaknya responden (29%) yang mengalami insomnia
sepele namun insomnia dapat membawa dampak Diagram mengenai hubungan kejadian
serius pada Lansia, misalnya mengantuk depresi dan insomnia pada Lansia di Panti
berlebihan di siang hari, gangguan perhatian dan Werdha Tresno Mukti Turen Malang dapat
daya ingat, sering terjatuh, penggunaan obat-obat dilihat pada diagram 3. Berdasarkan uji Chi-
tidur yang tidak semestinya, dan mungkin akan Square, jika dilihat pada kolom Asymp. Sig.
dapat menurunkan kualitas hidup Lansia didapatkan bahwa Pvalue/nilai probabilitas <
sehingga keindahan masa tua menjadi tidak 0,05 yakni 0,00. Maka Ho ditolak atau terdapat
optimal (Puspitosari, 2009). Dampak lanjut dari hubungan antara kejadian depresi dan insomnia
depresi dan insomnia ditemukan pada Lansia pada Lansia. Selain itu, Chi-Square
yang tinggal di Panti Werdha Tresno Mukti hitung/X2hitung pada Pearson Chi-Square adalah
Malang. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk 22,512 dan nilai Chi-Square tabel/ X2tabel
melakukan penelitian dengan judul “Hubungan adalah 7,815 yang artinya nilai Chi-Square
Tingkat Depresi dengan Kejadian Insomnia pada hitung > nilai Chi-Square tabel. Maka Ho ditolak
Lansia di Panti Werdha Tresno Mukti Turen dan H1 diterima, artinya terdapat hubungan
Malang”. antara kejadian depresi dan insomnia pada
Lansia.
Metodologi
Desain penelitian yang digunakan adalah Pembahasan
deskripsi analitik korelasi dengan pendekatan Hasil penelitian mengenai kejadian
“Cross Sectional”. Teknik pengumpulan data depresi pada Lansia di Panti Werdha Tresno
yang digunakan adalah kuesioner/angket dengan Mukti Turen Malang didapatkan data bahwa
bantuan peneliti. 32% Lansia mengalami depresi. Pada umumnya
Penelitian ini menggunakan uji statistik Lansia menderita depresi karena stressor
bivariat non-parametrik, yaitu uji hipotesis psikososial, sudah tidak memiliki hubungan
korelasi X2 Test (Uji Chi-Square) dengan tingkat interpersonal yang erat dengan orang lain, dalam
kepercayaan 95%. yang mana merupakan kondisi sendiri atau terpisah dengan
metode analisis untuk menguji independensi, pasangannya (Ibrahim, 2004).
dimana suatu variabel ada atau tidak ada
hubungan dengan variabel lain. Hasil penelitian mengenai kejadian
insomnia pada Lansia di Panti Werdha Tresno
Hasil Penelitian Mukti Turen Malang didapatkan data bahwa dari
34 responden yang diteliti, sebanyak 10 kejadian insomnia pada Lansia di Panti
responden (29%) mengalami insomnia dengan Werdha Tresno Mukti Turen, Malang.
gejala paling banyak muncul berupa kesulitan Menurut Ibrahim (2004), pada umumnya
memulai tidur, sering terbangun pada malam Lansia menderita depresi karena stressor
hari, sering terbangun lebih awal dari biasanya, psikososial, sudah tidak memiliki hubungan
dan mengeluh tetap tidak segar meskipun sudah interpersonal yang erat dengan orang lain,
tertidur. Hasil penelitian diatas sesuai dengan dalam kondisi sendiri atau terpisah dengan
teori yang mendefinisikan insomnia sebagai pasangannya. Seperti pada penelitian ini,
kesukaran dalam memulai atau mempertahankan didapatkan data bahwa sebagian besar Lansia
tidur (Kaplan, 1997). Insomnia atau gangguan berstatus janda/duda. Pada penelitian ini
sulit tidur merupakan suatu keadaan seseorang diperoleh data bahwa 11 responden yang
dengan kuantitas dan kualitas tidur yang kurang menderita depresi, 9 diantaranya (81,8%)
(Lumbantobing, 2004). mengalami insomnia. Hasil penelitian
tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang
Dari hasil penelitian diperoleh data dilakukan oleh Afifani (2008) yang
bahwa dari 11 responden yang menderita menyebutkan bahwa salah satu faktor yang
depresi, 9 diantaranya mengalami insomnia pula. berhubungan dengan insomnia pada Lansia
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian adalah depresi.
yang dilakukan oleh Afifani (2008) yang SARAN
menyebutkan bahwa faktor yang berhubungan
dengan insomnia pada Lansia adalah depresi dan 1) Melihat adanya hubungan antara kejadian
rasa nyeri. depresi dan insomnia pada Lansia, maka
Terbangun dini hari atau memanjangnya diharapkan Lansia khususnya yang ada di
durasi tidur dapat menunjukkan depresi (Amir, Panti Werdha Tresno Mukti Turen, Malang
2007). Menurut Nugroho (2008), insomnia untuk dapat lebih mengenal dan menerima
adalah salah satu gejala yang mungkin sering perubahan yang terjadi pada dirinya sehingga
ditemukan pada penderita depresi dan depresi kejadian depresi dapat semakin ditekan dan
dapat mencetuskan gangguan tidur pada kejadian insomnia pun dapat semakin
penderitanya berkurang.
2) Petugas panti dapat memberikan intervensi
khusus seperti psikoterapi untuk para Lansia
Kesimpulan yang menderita depresi dengan tujuan
1) Sebagian besar Lansia di Panti Werdha memulihkan status depresi mereka sehingga
Tresno Mukti Turen, Malang tidak menderita kejadian insomnia pun dapat dikurangi.
depresi dan lainnya yaitu sebanyak 11 Lansia 3) Organisasi profesi keperawatan perlu
(32%) menderita depresi. menggalakkan kembali kompetensi profesi
2) Sebagian besar Lansia di Panti Werdha perawat komunitas dan perawat gerontik serta
Tresno Mukti Turen, Malang tidak mengembangkan program pendidikan
mengalami insomnia dan hanya 29% Lansia berkelanjutan bagi perawat profesional untuk
yang mengalami insomnia. meningkatkan kompetensi perawat komunitas
3) Berdasarkan uji statistik Chi-Square dalam perawatan Lansia.
didapatkan adanya hubungan yang signifikan 4) Merupakan masukan bagi peneliti selanjutnya
(p = 0,000) artinya pada selang kepercayaan untuk dapat mengembangkan ilmu dan
95% (α = 0,05) didapatkan hubungan yang wawasan, serta dapat digunakan sebagai data
signifikan antara kejadian depresi dan dasar dalam penelitian berikutnya dan
insomnia pada Lansia. Koefisien determinan langkah awal menuju penelitian selanjutnya.
(R2 = 0.514), menunjukkan bahwa variabel Bagi peneliti berikutnya diharapkan dapat
kejadian depresi dapat mempengaruhi 51,4% mengadakan penelitian lanjutan mengenai
hubungan kejadian depresi dan insomnia pada (http://oktavita.com/, diakses 3
Lansia dengan menyempurnakan uji validitas September 2009)
pada setiap instrument dan menggunakan 8 Lenze, E.J., Rogers, J.C., Martire, L.M.,
pendekatan lainnya seperti Case Control Mulsant, B.H., Rollman, B.L., Dew,
Study Design. M.A., Schulz, R., & Reynolds III, C.F.
(2001). The Association of Late-Life
Depression and Anxiety With Physical
DAFTAR PUSTAKA Disability A Review of the Literature and
1 Afifani. (2008). Insomnia dan Rahasia Prospectus for Future Research. Am J
Tidur Nyaman, (Online), (http:// Geriatr Psychiatry, 9:113–135
http://www.bessik.com/forum/index.php 9 Lumbantobing. (2004). Gangguan Tidur.
?PHPSESSID=3aa5f54b8d27f4d8d9f79 Jakarta: FKUI
ada6c609027&topic=149.msg756#msg7 10 Miller, C.A. (1995). Nursing Care of
56, diakses 10 September 2009) Older Adults Theory and Practice (2nd
2 Amir, N. (2007). Gangguan Tidur pada ed.). Philadelphia : JB. Lippincott Co
Lanjut Usia Diagnosis dan 11 Nugroho, W. (2008). Keperawatan
Penatalaksanaan. Jakarta: Bagian Gerontik & Geriatri. Edisi 3. Jakarta:
Psikiatri Fakultas Kedokteran UI Penerbit Buku Kedokteran EGC.
3 Anonymous. (2009). 2025, Pertambahan 12 Nugroho, W. (2000). Perawatan Lanjut
Jumlah Lansia Indonesia Terbesar di Usia Perawatan Gerontik. Jakarta:
Dunia, (Online), Penerbit Buku Kedokteran EGC.
(http://www.analisadaily.com/images/sto 13 Puspitosari, W. (2009). Insomnia pada
ries/2009/januari, diakses 17 Mei 2009) Lansia, (Online), (http://www.suara
4 Evy. (2008). Waspadai Depresi pada muhammadiyah.com, diakses 3
Lansia, (Online), September 2009)
(http://(www.kompas.com/aboutus.php), 14 Rafknowledge. (2004). Insomnia dan
diakses 5 Mei 2009) Gangguan Tidur Lainny. Jakarta: PT.
5 Hall, K.A. & Hassett, A.M. (2002). MJA Elex Media Komputindo.
Practice Essentials — Mental Health : 15 Syamsuddin. (2006). Depresi pada
13. Assessing and Managing Old Age Lansia, (Online),
Psychiatric Disorders in Community (http://www.depsos.go.id/modules.php?n
Practice, Med. Jou. of Australia. ame=Private_Messaga&mode=post&u=
http://www.mja.com.au. Diakses pada 484, diakses 17 Mei 2009)
tanggal 6 September 2009
6 Kaplan, Harold I. & Sadock, Benjamin J.
(1997). Sinopsis Psikiatri. Jilid 2. Edisi
7. Jakarta: Binarupa Aksara.
7 Kembuan, M. (2009). Penyakit
Insomnia, (Online),

Anda mungkin juga menyukai