Anda di halaman 1dari 6

Remedial UKK Kimia

Nama : Farhan Aditya Putra


Kelas : XI MIA 4
1. Jelaskan Mengapa para pendaki gunung saat mencapai puncak mengalami
perubahan pH menjadi lebih tinggi dari pH normal?

Jawab : Ini disebabkan karna kurangnya kadar oksigen di gunung, sehingga


para pendaki akan terkena hipoksia. Hipoksia adalah suatu kondisi di mana
jaringan tubuh Anda kekurangan oksigen. Kondisi ini menyebabkan pH darah
lebih dari 7,45 atau Kondisi ini disebut juga Alkalosis

2. Jelaskan fungsi koloid pelindung pada pembuatan es krim ?

Jawab :Es krim merupakan salah satu contoh koloid jenis buih dan emulsi.
Bahan yang ditambahkan dalam pembuatan es krim salah satunya adalah
gelatin. Gelatin adalah salah satu jenis protein yang diambil dari jaringan
kolagen kulit, tilang atau ligamen hewan. Gelatin dalam es krim berfungsi
sebagai koloid pelindung yang bertujuan agar es krim tidak cepat memisah
sehingga tetap kenyal dan tidak kaku atau menjaga kestabilan es krim. Selain
itu, gelatin dapat menambah nilai gizi pada es krim karena kadar asam
aminonya tinggi dan rendah asam lemak.

3. Pada darah dalam tubuh manusia memiliki kisaran antara 7,35 hingga 7,45
apabila pH darah melebihi itu maka menyebabkan organ tubuh menjadi
rusak dan pH darah yang meningkat menyebabkan hiperventilasi. Apakah
yang dimaksud dengan Hiperventilasi ?

Jawab : Ventilasi yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan untuk
mempertahankan pengeluaran karbon dioksida (CO2) normal, hal ini dapat
diidentifikasi dengan memantau tekanan parsial CO2 arteri, atau tegangan
(PaCO2), yaitu lebih rendah dari angka normal (40 mmHg). Atau kondisi ketika
nafas terlalu cepat karena cemas atau histeris pada ketinggian.
4. Penderita gagal ginjal harus menjalani “cuci darah” dimana fungsi ginjal
diganti oleh suatu mesin dialisator. Jelaskan cara kerja alat dialisator
sebagai salah satu sifat koloid yaitu dialisis !

Jawab : Pada hemodialisis, darah dipompa keluar dari tubuh lalu masuk
kedalam mesin dialiser ( yang berfungsi sebagai ginjal buatan ) untuk
dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh cairan
khusus untuk dialisis (dialisat). Tekanan di dalam ruang dialisat lebih rendah
dibandingkan dengan tekanan di dalam darah, sehingga cairan, limbah
metabolik dan zat-zat racun di dalam darah disaring melalui selaput dan masuk
ke dalam dialisat. Proses hemodialisis melibatkan difusi solute (zat terlarut)
melalui suatu membrane semipermeable. Molekul zat terlarut (sisa
metabolisme) dari kompartemen darah akan berpindah kedalam
kompartemen dialisat setiap saat bila molekul zat terlarut dapat melewati
membran semipermiabel demikian juga sebaliknya. Setelah dibersihkan, darah
dialirkan kembali ke dalam tubuh.

5. Mengapa pH darah penderita asidosis lebih asam daripada pH darah orang


normal ?

Jawab : Karena penurunan fungsi paru-paru atau pernapasan yg terlalu


lambat sehingga mengakibatkan penumpukan karbon dioksida dalam darah.
tingginya karbon dioksida dalam darah mengakibatkan pH darah menurun
(bersifat asam).
6. Buatlah rangkuman tentang koloid ( Minimal 3 paragraf dan 1 paragraf
minimal terdiri dari 5 baris Jika rangkuman sama dalam satu kelas maka
tidak akan dinilai )!

Jawab :

Koloid

 Pengertian

koloid adalah campuran heterogen dari dua zat atau lebih di mana partikel-
partikel zat berukuran antara 1 hingga 1000 nm terdispersi (tersebar) merata
dalam medium zat lain. Zat yang terdispersi sebagai partikel disebut fase
terdispersi, sedangkan zat yang menjadi medium mendispersikan partikel disebut
medium pendispersi.

 Jenis-Jenis Koloid

Sistem koloid dapat dikelompokkan berdasarkan fase terdispersi dan


fase pendispersinya. Berdasarkan fase terdispersi, jenis koloid ada tiga,
antara lain sol (fase tersispersi padat), emulsi (fase terdispersi cair), dan
buih (fase terdispersi gas). Koloid dengan fase pendispersi gas disebut
aerosol.

Berdasarkan fase terdispersi dan pendispersinya, jenis koloid dapat


dibagi menjadi 8 golongan seperti pada tabel berikut.

Fase Terdispersi Fase Pendispersi Jenis Koloid Contoh Koloid


Cair Gas Aerosol Kabut, awan, hair spray
Padat Gas Aerosol Asa, debu di udara
Gas Cair Buih Buih sabun, krim kocok
Cair Cair Emulsi Susu, santan, mayonnaise
Padat Cair Sol Sol emas, tinta, cat, pasta gigi
Karet busa, Styrofoam, batu
Gas Padat Buih padat apung
Emulsi padat
Cair Padat (gel) Margarin, keju, jelly, mutiara
Padat Padat Sol padat Gelas berwarna, intan hitam

 Sifat-Sifat Koloid

1. Efek Tyndall
Ketika seberkas cahaya diarahkan kepada larutan, cahaya akan diteruskan.
Namun, ketika berkas cahaya diarahkan kepada sistem koloid, cahaya akan
dihamburkan. Efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid ini disebut efek
Tyndall. Efek Tyndall dapat digunakan untuk membedakan sistem koloid dari
larutan. Penghamburan cahaya ini terjadi karena ukuran partikel koloid hampir
sama dengan panjang gelombang cahaya tampak (400 – 750 nm).

Eksperimen efek Tyndall: Cahaya diteruskan melalui larutan (kiri) tetapi


dihamburkan oleh sistem koloid Fe2O3 (kanan).
(Sumber: Brown, Theodore L. et al. 2015. Chemistry: The Central Science (13th
edition). New Jersey: Pearson Education, Inc.)

2. Gerak Brown
Secara mikroskopis, partikel-partikel koloid bergerak secara acak dengan
jalur patah-patah (zig-zag) dalam medium pendispersi. Gerakan ini disebabkan
oleh terjadinya tumbukan antara partikel koloid dengan medium pendispersi.
Gerakan acak partikel ini disebut gerak Brown. Gerak Brown membantu
menstabilkan partikel koloid sehingga tidak terjadi pemisahan antara partikel
terdispersi dan medium pendispersi oleh pengaruh gaya gravitasi.
3.Muatan koloid
a. Adsorpsi
Partikel koloid dapat menyerap partikel-partikel lain yang bermuatan
maupun tidak bermuatan pada bagian permukaannya. Peristiwa penyerapan
partikel-partikel pada permukaan zat ini disebut adsorpsi. Partikel koloid dapat
mengadsorpsi ion-ion dari medium pendispersinya sehingga partikel tersebut
menjadi bermuatan listrik. Jenis muatannya bergantung pada muatan ion-ion
yang diserap. Sebagai contoh, sol Fe(OH)3 dalam air bermuatan positif karena
mengadsorpsi ion-ion positif, sedangkan sol As2S3 bermuatan negatif karena
mengadsorpsi ion-ion negatif.

b. Elektroforesis
Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik. Hal ini menunjukkan
bahwa partikel koloid bermuatan listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan
listrik di mana partikel bermuatan bergerak ke arah elektrode dengan muatan
berlawanan ini disebut elektroforesis. Koloid bermuatan positif akan bergerak ke
arah elektrode negatif, sedangkan koloid bermuatan negatif akan bergerak ke
arah elektrode positif. Oleh karena itu, elektroforesis dapat digunakan untuk
menentukan jenis muatan koloid dan juga untuk memisahkan partikel-partikel
koloid berdasarkan ukuran partikel dan muatannya.

4. Koagulasi
Muatan listrik sejenis dari partikel-partikel koloid membantu menstabilkan
sistem koloid. Jika muatan listrik tersebut hilang, partikel-partikel koloid akan
menjadi tidak stabil dan bergabung membentuk gumpalan. Proses pembentukan
gumpalan-gumpalan partikel ini disebut koagulasi. Setelah gumpalan-gumpalan
ini menjadi cukup besar, gumpalan ini akhirnya akan mengendap akibat pengaruh
gravitasi. Koagulasi dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu:
1. mekanik, yakni dengan pengadukan, pemanasan atau pendinginan;
2. menggunakan prinsip elektroforesis, di mana partikel-partikel koloid
bermuatan negatif akan digumpalkan di elektrode positif dan partikel-partikel
koloid bermuatan positif akan digumpalkan di elektrode negatif jika dialirkan
arus listrik cukup lama;
3. menambahkan elektrolit, di mana ion positif dari elektrolit akan ditarik
partikel koloid bermuatan negatif dan ion negatif dari elektrolit akan ditarik
partikel koloid bermuatan positif sehingga partikel-partikel koloid dikelilingi
oleh lapisan kedua yang memiliki muatan berlawanan dengan lapisan
pertama. Apabila jarak antara kedua lapisan tersebut cukup dekat, muatan
partikel koloid akan menjadi netral sehingga terjadilah koagulasi. Semakin
besar muatan ion dari elektrolit, proses koagulasi semakin cepat dan efektif;
4. menambahkan koloid lain dengan muatan berlawanan, di mana kedua sistem
koloid dengan muatan berlawanan akan saling tarik-menarik dan saling
mengadsorpsi sehingga terjadi koagulasi.
Koagulasi dapat dicegah dengan penambahan koloid pelindung, yakni suatu
koloid yang berfungsi menstabilkan partikel koloid yang terdispersi dengan
membungkus partikel tersebut sehingga tidak dapat saling bergabung
membentuk gumpalan.

Anda mungkin juga menyukai