PEMBAHASAN
Periode remaja adalah masa transisi atau peralihan dari periode anak-
anak ke periode dewasa. Ada beberapa karakteristik yang melekat pada diri
seorang remaja pada umumnya, yaitu karakter fisiologis dan psikologis. Dari
sisi fisiologis, remaja putri akan mengalami pubertas yang menyebabkan
munculnya tanda seks sekunder, yaitu payudara mulai membesar, kulit
mejadi lebih halus, pertumbuhan pinggul yang membesar, tinggi bertambah,
dan suara lebih halus. Dari sisi psikologis, remaja mengalami puncak
emosionalitasnya. Perkembangan emosi remaja pada tahap awal
menunjukkan sisi sensitif, reaktif, emosinya bersifat negatif dan
temperamental. Sedangkan remaja akhir sudah mulai mampu mengendalikan
sifat-sifat tersebut. Remaja yang berkembang di lingkungan yang kurang
kondusif, cenderung memiliki kematangan emosi yang kurang. Sehingga
sering memunculkan akibat negatif berupa tingkah laku melawan, keras
kepala, berkelahi, suka menggangu, suka melamun, pendiam, senang
menyendiri, mengkonsumsi obat penenang, minuman keras, atau obat
terlarang. Sedangkan remaja yang tinggal di lingkungan yang kondusif dan
harmonis dapat membantu kematangan emosi remaja menjadi memiliki cinta,
kasih sayang, simpati, altruis, menghormati orang lain, tidak mudah
tersinggung, tidak agresif, wajar, optimistik, menghadapi kegagalan secara
sehat dan bijak. Usia remaja berkisar dari usia 13 tahun sampai 21 tahun,
terbagi menjadi 3 tahap yaitu (1) remaja awal (13-14 tahun), (2) remaja
tengah (15-17 tahun), (3) remaja akhir (18-21 tahun) (Dariyo A, 2004).
Pengamatan secara kualitatif, remaja awal memiliki kesamaan sebagian sifat
seperti anak-anak, remaja akhir sudah memiliki sifat mendekati orang
dewasa, sedangkan remaja tengah merupakan masa remaja yang memiliki
sifat paling murni sebagai seorang remaja.Berdasarkan sifat-sifat remaja
tersebut, mereka menciptakan pola makan bukan bertujuan untuk memenuhi
gizi tetapi hanya untuk sekedar sosialisasi agar tidak kehilangan status.
Remaja melakukannya untuk kesenangan agar bisa berinteraksi dengan teman
sebayanya tanpa memikirkan gizi dan dampaknya bagi tubuh mereka.
2.2 Masalah gizi pada remaja
Pada masa ini terjadi perubahan fisik dan psikis yang sangat signifikant.
Perubahan fisik ditandai dengan pertumbuhan badan yang pesat (growth
spurt) dan matangnya organ reproduksi. Laju pertumbuhan badan berbeda
antara wanita dan pria. Wanita mengalami percepatan lebih dulu
dibandingkan pria. Karena tubuh wanita dipersiapkan untuk reproduksi.
Sementara pria baru dapat menyusul dua tahun kemudian. Pertumbuhan cepat
ini juga ditandai dengan pertambahan pesat berat badan (BB) dan tinggi
badan (TB). Pada masa tersebut pertambahan BB wanita 16 gram dan pria 19
gram setiap harinya. Sedangkan pertambahan TB wanita dan pria masing-
masing dapat mencapai 15 cm per tahun. Puncak pertambahan pesat TB
terjadi di usia 11 tahun pada wanita dan usia 14 tahun pada pria.
1. Energi
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi
remaja adalah aktivitas fisik, seperti olahraga yang diikuti, baik dalam
kegiatan di sekolah maupun diluar sekolah. Widyakarya Nasional Pangan
Gizi VI (WKNPG VI) menganjurkan angka kecukupan gizi (AKG) energi
untuk remaja dan dewasa muda perempuan 2000-2200 kkal, sedangkan
untuk laki-laki antara 2400-2800 kkal setiap hari. AKG energi ini
dianjurkan sekitar 60% berasal dari sumber karbohidrat yaitu: beras, terigu
dan hasil olahannya (mie, spagetti, makaroni), umbi-umbian (ubi jalar,
singkong), jagung, gula dan lain-lain.
2. Protein
Kebutuhan protein juga meningkat pada masa remaja, karena proses
pertumbuhannya yang sedang terjadi. Kecukupan protein bagi remaja
adalah1,5-2,0 gr/kg BB/hari. AKG protein remaja dan dewasa muda adalah
48-62 gr per hari untuk perempuan dan 55-66 gr per hari untuk laki-laki 7
3. Kalsium
Kalsium dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan gigi yang kuat.
Pada masa pertumbuhan, apalagi pada masa growth spurt, Kalsium adalah
zat gizi yang penting untuk diperhatikan. AKG kalsium untuk remaja dan
dewasa muda adalah 600-700 mg per hari untuk perempuan dan 500-700
mg untuk laki-laki. Sumber kalsium yang paling baik adalah susu dan hasil
olahannya. Sumber kalsium lainnya ikan, kacang-kacangan, sayuran hijau
dan lain-lain.7
4. Besi
Kebutuhan zat besi pada remaja juga meningkat karena terjadinya
pertumbuhan cepat. Kebutuhan besi pada remaja laki-laki meningkat
karena ekspansi volume darah dan peningkatan konsentrasi hemoglobin
(Hb). Setelah dewasa, kebutuhan besi menurun. Pada perempuan,
kebutuhan yang tinggi akan besi terutama disebabkan kehilangan zat besi
selama menstruasi. Hal ini mengakibatkan perempuan lebih rawan
terhadap anemia besi dibandingkan laki-laki. Perempuan dengan konsumsi
besi yang kurang atau mereka dengan kehilangan besi yang meningkatkan,
akan mengalami anemia gizi besi. Sebaliknya defisiensi besi mungkin
merupakan faktor pembatas untuk pertumbuhan pada masa remaja,
mengakibatkan tingginya kebutuhan mereka akan zat besi. 7
5. Seng (Zinc)
Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja,
terutama untuk remaja laki-laki. AKG seng adalah 15 mg per hari untuk
remaja dan dewasa muda perempuan dan laki-laki.7
Berbagai bentuk gangguan gizi pada usia remaja sering terjadi. Selain
kekurangan energi dan protein anemia gizi dan defisiensi berbagai vitamin juga
sering terjadi. Sebaliknya juga masalah gizi lebih (overnutrition) yang ditandai
oleh tingginya jangka obesitas pada remaja terutama di kota-kota besar.
Berbagai faktor yang memicu terjadinya masalah gizi pada usia remaja antara
lain adalah:
1. Kebiasaan makan yang buruk
1. Obesitas
Pada remaja badan kurus atau disebut Kurang Energi Kronis (KEK)
pada umumnya disebabkan karena makan terlalu sedikit. Penurunan berat
badan secara drastis pada remaja perempuan memiliki hubungan erat
dengan faktor emosional seperti takut gemuk seperti ibunya atau
dipandang kurang seksi oleh lawan jenis 1. Makan makanan yang bervariasi
dan cukup mengandung kalori dan protein termasuk makanan pokok
seperti nasi, ubi dan kentang setiap hari dan makanan yang mengandung
protein seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan atau susu perlu
dikonsumsi oleh para remaja tersebut sekurang-kurangnya sehari sekali.
3. Anemia