UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……….…………………………………………….. i
DAFTAR ISI………………….…………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………..………….…………. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi …………………………………………………………. 3
2.2 Epidemiologi…………………………..…………………………. 3
2.3 Etiologi ………. ...…………...…………………………………. 4
2.4 Patofiologi ……………….………………………………………. 5
2.5 Manifestasi Klinis …………………….………………………….. 9
2.6 Penegakkan Diagnosis ..………….……………………………... 10
2.7 Diagnosis Banding…….………………………………………..… 12
2.8 Terapi …………………….………………………………………. 13
2.9 Prognosis ……….………………………………………………… 16
BAB III KESIMPULAN …………………………………………………. 17
DAFTAR PUSTAKA .…….…………………………………………… 18
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Hipertensi Ensefalopati (HE) adalah sindrom klinik akut reversibel yang
disebabkan oleh kenaikan tekanan darah secara mendadak sehingga melampaui
batas autoregulasi otak. HE dapat terjadi pada normotensi yang tekanan
darahnya mendadak naik menjadi 160/100 mmHg. Sebaliknya mungkin belum
terjadi pada penderita hipertensi kronik meskipun tekanan arteri rata-rata
mencapai 200 atau 225 mmHg.4
Ensefalopati hipertensi merupakan komplikasi neurologi yang diakibatkan
peningkatan mendadak tekanan darah dan digolongkan dalam hipertensi
emergensi. Ensefalopati hipertensi dapat didefinisikan sebagai sindrom serebral
akut yang terjadi sebagai hasil kegagalan autoregulasi vaskular serebral,
meningkat pada penghancuran sawar darah otak dan edem serebral. Mekanisme
pasti yang menyebabkan hilangnya fungsi endothelial belum diketahui. 6
2.2. Epidemiologi
Ensefalopati Hipertensi banyak ditemukan pada usia pertengahan dengan
riwayat hipertensi essensial sebelumnya. Dari hasil penelitian dilaporkan
bahwa 1,8-28,6% penduduk yang berusia di atas 20 tahun adalah penderita
hipertensi. Menurut penelitian di USA, sebanyak 60 juta orang yang menderita
hipertensi, kurang dari 1 % mengidap hipertensi emergensi. Di Indonesia
belum ada laporan tentang kejadian ini. Mortalitas dan morbiditas dari
penderita ensefalopati hipertensi bergantung pada tingkat keparahan yang
dialami Perbandingan antara wanita dan pria, ternyata wanita lebih banyak
menderita hipertensi, angka prevalensi pria 6,0% sedangkan wanita 11,6%.
Selain itu, diteliti bahwa insiden hipertensi essensial pada orang kulit putih
sebanyak 20-30%, sedangkan pada orang kulit hitam sebanyak 80%. Sehingga
orang kulit hitam lebih beresiko untuk menderita ensefalopati hipertensi 2,5,6.
2.3. Etiologi
Tekanan darah dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, dan ukuran/massa otot
tubuh. Dalam keadaan normal, makin tua seorang anak, makin tinggi tekanan
darahnya; tekanan darah anak lelaki lebih tinggi dibandingkan tekanan darah
anak perempuan seusianya, dan makin banyak massa otot seorang anak maka
makin tinggi tekanan darahnya. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka
batasan tekanan darah normal pada anak, berbeda-beda untuk setiap kelompok
umur, jenis kelamin, dan tinggi badan anak. Hal ini berbeda dengan dewasa
yang menggunakan satu batasan tekanan darah normal untuk semua umur, jenis
kelamin, dan ukuran tubuh. Di samping itu, tekanan darah juga dipengaruhi
oleh aktivitas fisik, stres (misalnya anak menangis), dan rangsangan yang lain.
Oleh karena itu pengukuran tekanan darah memerlukan kondisi anak yang
tenang, dilakukan di dalam ruang yang menyenangkan anak, setelah anak
beristirahat sejenak.13
Ditinjau dari penyebabnya, hipertensi pada anak dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit tertentu dan
hipertensi yang tidak disebabkan oleh penyakit, yang dikenal sebagai hipertensi
primer/esensial. Pada anak kecil dan pra-remaja sebagian besar merupakan
hipertensi yang disebabkan oleh penyakit; penyakit ginjal dan pembuluh darah
ginjal merupakan penyebab tersering, contohnya seperti peradangan ginjal,
infeksi ginjal kronik, penyumbatan aliran urin, batu ginjal, kelainan kongenital
saluran kemih, penyempitan pembuluh darah ginjal, dan sebagainya. Hipertensi
primer atau esensial lebih sering ditemukan pada remaja, meliputi 85-90%
kasus. Hipertensi primer sangat jarang ditemukan pada anak berusia kurang dari
10 tahun. Faktor risiko yang dikaitkan dengan terjadinya hipertensi esensial
adalah riwayat hipertensi dalam keluarga dan kegemukan/obesitas.13
Tabel 2.1 Penyebab ensefalopati hipertensi
2.4. Patofisiologi
Secara fisiologis peningkatan tekanan darah akan mengaktivasi regulasi
mikrosirkulasi di otak (respon vasokontriksi terhadap distensi dinding endotel).
Aliran darah otak tetap konstan selama perfusi aliran darah otak berkisar 60 –
120 mmHg. Ketika tekanan darah meningkat secara tiba-tiba, maka akan terjadi
vasokontriksi dan vasodilatasi dari arteriol otak yang mengakibatkan kerusakan
endotel, ekstravasasi protein plasma, edema serebral. Jika peningkatan tekanan
darah terjadi secara persisten sampai ke hipertensi maligna maka dapat
menyebabkan nekrosis fibrinoid pada arteriol dan gangguan pada sirkulasi
eritrosit dalam pembuluh darah yang mengakibatkan deposit fibrin dalam
pembuluh darah (anemia hemolitik mikroangiopati).1
Berikut teori-teori mengenai ensefalopati hipertensi:
1. Reaksi autoregulasi yang berlebihan (the overregulati on theory of
hypertensive encephalopathy)
Kenaikan tekanan darah yang mendadak menimbulkan reaksi
vasospasme arteriol yang hebat disertai penurunan aliran darah otak dan
iskemi. Vasospasme dan iskemi akan menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler, nekrosis, fibrinoid, dan perdarahan kapiler yang
selanjutnya mengakibatkan kegagalan sawar darah otak sehingga dapat
timbul edema otak.4
2. Kegagalan autoregulasi (the breakthrough theory of hypertensive
encephalopathy)
Tekanan darah autoregulasi sehingga tinggi yang melampaui batas
regulasi dan mendadak menyebabkan kegagalan tidak terjadi
vasokonstriksi tetapi justru vasodilatasi. Vasodilatasi awalnya terjadi
secara segmental (sausage string pattern), tetapi akhirnya menjadi difus.
Permeabilitas segmen endotel yang dilatasi terganggu sehingga
menyebabkan ekstravasasi komponen plasma yang akhirnya menimbulkan
edema otak.4
↑↑ Blood pressure
Failure of autoregulation
Forced vasodilatation
- Hyperperfusion
Endothelial permeability
- capillary hydrostatic pressure
Cerebral edema
Hypertensive encephalopathy
(headache, nausea, vomiting,
altered mental status, convulsion)
Gambar 2.4 Autoregulasi pada individu normotensi dan dan hipertensi kronik
Pada bayi baru lahir, hipertensi dapat memberikan gejala sesak napas,
berkeringat, gelisah, pucat/sianosis, muntah, dan kejang. Pada anak yang lebih
besar, gejala dan tanda berikut ini perlu dipikirkan kemungkinan hipertensi:
rasa lelah, kejang, penurunan kesadaran, sakit kepala, mendadak penglihatan
kabur, mual, perdarahan hidung (mimisan), nyeri dada, kenaikan berat badan
yang tidak adekuat, perawakan pendek, dan kelumpuhan otot.
Gambar 2.5 Alur pendekatan diagnosis pada pasien hipertensi
2.8 Terapi
Tujuan pengobatan hipertensi pada anak adalah mengurangi risiko jangka
pendek maupun panjang terhadap penyakit kardiovaskular dan kerusakan organ
target. Upaya mengurangi tekanan darah saja tidak cukup untuk mencapai
tujuan ini. Selain menurunkan tekanan darah dan meredakan gejala klinis, juga
harus diperhatikan faktor-faktor lain seperti kerusakan organ target, faktor
komorbid, obesitas, hiperlipidemia, kebiasaan merokok, dan intoleransi
glukosa.15
Pada umumnya ahli nefrologi anak sepakat bahwa pengobatan hipertensi
ditujukan terhadap anak yang menunjukkan peningkatan tekanan darah di atas
persentil ke-99 yang menetap. Tujuan akhir pengobatan hipertensi adalah
menurunkan tekanan darah hingga di bawah persentil ke-95 berdasarkan usia
dan tinggi badan anak. Pengobatan hipertensi pada anak dibagi ke dalam 2
golongan besar, yaitu nonfarmakologis dan farmakologis yang tergantung pada
usia anak, tingkat hipertensi dan respons terhadap pengobatan. 15
1. Pengobatan Non-Farmakologis:Mengubah Gaya Hidup15
Anak dan remaja yang mengalami prehipertensi atau hipertensi tingkat
1 dianjurkan untuk mengubah gaya hidupnya. Pada tahap awal anak remaja
yang menderita hipertensi primer paling baik diobati dengan cara non-
farmakologis. Pengobatan tahap awal hipertensi pada anak mencakup
penurunan berat badan, diet rendah lemak dan garam, olahraga secara
teratur, menghentikan rokok dan kebiasaan minum alkohol.
Penurunan berat badan terbukti efektif mengobati hipertensi pada anak
yang mengalami obesitas. Dalam upaya menurunkan berat badan anak ini,
sangat penting untuk mengatur kualitas dan kuantitas makanan yang
dikonsumsi. Banyaknya makanan yang dikonsumsi secara langsung akan
memengaruhi berat badan dan massa tubuh, sehingga juga akan
memengaruhi tekanan darah. Hindarilah mengkonsumsi makanan ringan di
antara waktu makan yang pokok. Demikian juga makanan ringan yang
mengandung banyak lemak atau terlampau manis sebaiknya dikurangi.
Buatlah pola makan teratur dengan kandungan gizi seimbang dan lebih
diutamakan untuk banyak mengkonsumsi buah dan sayuran.
Diet rendah garam yang dianjurkan adalah 1,2 g/hari pada anak usia 4-
8 tahun dan 1,5 g/hari pada anak yang lebih besar. Diet rendah garam yang
dikombinasikan dengan buah dan sayuran, serta diet rendah lemak
menunjukkan hasil yang baik untuk menurunkan tekanan darah pada anak.
Asupan makanan mengandung kalium dan kalsium juga merupakan salah
satu upaya untuk menurunkan tekanan darah. Olahraga secara teratur
merupakan cara yang sangat baik dalam upaya menurunkan berat badan
dan tekanan darah sistolik maupun diastolik. Olahraga teratur akan
menurunkan tekanan darah dengan cara meningkatkan aliran darah,
mengurangi berat badan dan kadar kolesterol dalam darah, serta stres.
2. Pengobatan Farmakologis 15
Menurut the National High Blood Pressure Education Program
(NHBEP) Working Group on High Blood Pressure in Children and
Adolescents obat yang diberikan sebagai antihipertensi harus mengikuti
aturan berjenjang (step-up), dimulai dengan satu macam obat pada dosis
terendah, kemudian ditingkatkan secara bertahap hingga mencapai efek
terapoitik, atau munculnya efek samping, atau bila dosis maksimal telah
tercapai. Kemudian obat kedua boleh diberikan, tetapi dianjurkan
menggunakan obat yang memiliki mekanisme kerja yang berbeda. Di
bawah ini dicantumkan beberapa keadaan hipertensi pada anak yang
merupakan indikasi dimulainya pemberian obat antihipertensi:
- Hipertensi simtomatik
- Kerusakan organ target, seperti retinopati, hipertrofi ventrikel kiri, dan
proteinuria
- Hipertensi sekunder
- Diabetes mellitus
- Hipertensi tingkat 1 yang tidak menunjukkan respons dengan
perubahan gaya hidup
- Hipertensi tingkat 2.
Golongan diuretik dan β-blocker merupakan obat yang dianggap aman
dan efektif untuk diberikan kepada anak. Golongan obat lain yang perlu
dipertimbangkan untuk diberikan kepada anak hipertensi bila ada penyakit
penyerta adalah penghambat ACE (angiotensin converting enzyme) pada
anak yang menderita diabetes melitus atau terdapat proteinuria, serta β-
adrenergic atau penghambat calcium-channel pada anak-anak yang
mengalami migrain. Selain itu pemilihan obat antihipertensi juga
tergantung dari penyebabnya, misalnya pada glomerulonefritis akut
pascastreptokokus pemberian diuretic merupakan pilihan utama, karena
hipertensi pada penyakit ini disebabkan oleh retensi natrium dan air.
Golongan penghambat ACE dan reseptor angiotensin semakin banyak
digunakan karena memiliki keuntungan mengurangi proteinuria.
Penggunaan obat penghambat ACE harus hati-hati pada anak yang
mengalami penurunan fungsi ginjal. Meskipun kaptopril saat ini telah
digunakan secara luas pada anak yang menderita hipertensi, tetapi saat ini
banyak pula dokter yang menggunakan obat penghambat ACE yang baru,
yaitu enalapril. Obat ini memiliki masa kerja yang panjang, sehingga dapat
diberikan dengan interval yang lebih panjang dibandingkan dengan
kaptopril.
Obat yang memiliki mekanisme kerja hampir serupa dengan
penghambat ACE adalah penghambat reseptor angiotensin II (AII receptor
blockers). Obat ini lebih selektif dalam mekanisme kerjanya dan memiliki
efek samping yang lebih sedikit (misalnya terhadap timbulnya batuk)
dibandingkan dengan golongan penghambat ACE.
Secara skematis langkah-langkah pendekatan pengobatan farmakologis
pada anak dengan hipertensi terlihat pada Gambar berikut: 15
2.8 Prognosis
KESIMPULAN