Anda di halaman 1dari 16

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Taman nasional merupakan salah satu kawasan konservasi terbaik untuk

menyaksikan keindahan fenomena alam, terutama untuk menyaksikan flora dan

fauna endemik, langka dan dilindungi. Keberadaan taman nasional memiliki arti

yang sangat strategis dan penting dalam pelestarian keanekaragaman hayati.

Salah satu taman nasional yang terdapat di Pulau Sulawesi adalah Taman

Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW).

Taman nasional yang terletak di Provinsi Sulawesi Tenggara ini ditetapkan

berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 756/Kpts-II/1990, dengan luas

105.194 ha. Keanekaragaman flora yang terdapat di dalam kawasan taman

nasional ini tergolong cukup tinggi, terdiri dari 323 jenis tumbuhan, juga memiliki

berbagai jenis fauna, terutama jenis-jenis fauna langka endemik kawasan

Wallaceae. Jenis burung langka endemik Sulawesi seperti maleo (Macrocephalon

maleo), maupun jenis-jenis lain yang tidak dapat dijumpai di daerah lain.

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) terdapat empat tipe

ekosistem yaitu mangrove, rawa, savanna dan hutan hujan yang merupakan

suatu paduan yang menarik antara hutan rawa, perbukitan dan pesisir. Terdapat

sekitar 155 spesies burung yang menghuni kawasan ini dengan 37 spesies di

antaranya merupakan satwa endemik. Salah satu jenis burung yang sangat khas di

adalah burung kacamata Sulawesi yang mempunyai ciri khas lingkaran mata di

sekeliling matanya. Spesies ini sempat dinyatakan punah, namun kemudian

terlihat dan ditemukan kembali. Selain kacamata Sulawesi, spesies burung lain
yang juga tergolong sebagai satwa langka yang dilindungi adalah burung aroweli.

Hewan satu ini juga biasa disebut sebagai burung bangau susu putih yang

umumnya berkeliaran di sekitar areal berawa di kawasan daun bunga teratai dan

ilalang. Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan praktikum Keanekaragaman

Jenis-Jenis Burung yang Berada di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini yaitu bagaimana keanekaragaman

jenis-jenis burung yang berada di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin diperoleh pada praktikum ini yaitu untuk mengetahui

keanekaragaman jenis-jenis burung yang berada di Taman Nasional Rawa Aopa

Watumohai.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang telah diperoleh pada praktikum ini yaitu dapat mengetahui

keanekaragaman jenis-jenis burung yang berada di Taman Nasional Rawa Aopa

Watumohai.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Burung

Sulawesi memiliki jenis-jenis satwa endemik karena terletak di Kawasan

Wallacea. Kawasan ini merupakan wilayah transisi yang terletak di antara Benua

Asia dan Australia. Sulawesi memiliki beragam habitat untuk penyebaran jenis-

jenis satwa di atas, antara lain burung. Burung merupakan salah satu hewan yang

memiliki kaitan erat dengan kehidupan manusia sejak dahulu kala. Fungsi

ekologis burung yaitu sebagai penyebar biji dan penyerbuk alami. Burung juga

dimanfaatkan manusia sebagai bahan makanan serta sebagai hewan peliharaan,

bahkan burung juga turut berperan dalam berbagai budaya masyarakat.

Biodiversitas burung dapat dijadikan indikator baik buruknya kualitas habitat

karena memiliki karakteristik penting, antara lain dapat hidup pada berbagai

habitat di seluruh dunia, peka terhadap perubahan lingkungan dan penyebarannya

sudah cukup diketahui. Burung hidup hampir di seluruh tipe habitat dan pada

berbagai ketinggian tempat. Tipe habitat burung sangat berhubungan dengan

kehidupan dan aktivitas hariannya seperti tempat untuk beristirahat, bertengger,

aktivitas kawin, aktivitas makan, berlindung dan bersarang (Rumanasari dkk.,

2017).

Burung merupakan jenis hewan vertebrata yang memiliki jumlah paling

banyak di antara hewan vertebrata lainnya. Jumlah jenis burung yang hidup saat

ini masih menjadi perdebatan, namun menurut persetujuan pada tahun 1975 ada

sejumlah 9.016 jenis burung terdapat di seluruh dunia. Ahli ornithology

mengklasifikasikannya dalam 158 suku. Burung termasuk dalam kelas Aves,


dengan subfilum Vertebrata dan masuk ke dalam filum Chordata. Burung

merupakan salah satu diantara kelas hewan bertulang belakang dan dibagi menjadi

29 bangsa yang terdiri dari 158 suku. Burung merupakan hewan berdarah panas

dan berkembangbiak dengan cara bertelur. Tubuhnya ditutupi oleh bulu dan

memiliki bermacam-macam adaptasi untuk terbang (Ramadhani, 2018).

B. Sebaran Jenis Burung

Penyebaran jenis burung menurut struktur vegetasi, dilakukan

penggambaran strata vegetasi yang ada disetiap tipe habitat yang diteliti.

Pemanfaatan ruang vegetasi oleh burung secara umum terbagi menjadi dua strata,

yaitu tumbuhan bawah dan tumbuhan penutup membagi menjadi 4 strata vegetasi

pohon. Pemanfaatan ruang vegetasi oleh burung secara umum dibagi menjadi

bagian tajuk dan bagian batang. Pembagian tajuk dibagi lagi menjadi bagian tajuk

atas, tajuk tengah dan tajuk bawah. Batasan bagian tajuk bagian atas adalah 1/3

bagian atas dari tinggi total tajuk, kemudian bagian bawah adalah 1/3 tinggi total

tajuk bagian bawah, dan bagian tengah adalah 1/3 tinggi total tajuk bagian tengah.

Pemanfaatan bagian batang dari bagian tajuk bawah hingga berbatasan dengan

lantai hutan, sedangkan lantai hutan adalah vegetasi bawah (Sukandar dkk., 2015).

Keanekaragaman merupakan sifat yang khas dari komunitas yang

berhubungan dengan jumlah jenis atau kekayaan jenis, dan kelimpahan jenis

sebagai penyusun komunitas. Keanekaragaman jenis (species diversity)

merupakan kajian yang paling mendasar dalam ekologi. Fauna yang dapat diukur

keanekaragaman jenisnya adalah burung. Burung merupakan satwa liar yang bisa

ditemukan di berbagai tipe ekosistem. Tingkat penyebaran yang merata


menjadikan burung sebagai sumber kekayaan hayati yang berperan dalam

ekosistem dan peka terhadap perubahan lingkungan (Ekowati dkk., 2016).

C. Peran Burung

Satwa liar burung merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki

peranan penting bagi kehidupan manusia baik ditinjau dari segi ekonomi, rekreasi

dan pariwisata maupun dari segi pendidikan dan ilmu pengetahuan. Indonesia

merupakan negara nomor keempat didunia terkaya akan jumlah spesies burungnya

setelah Columbia, Peru, dan Brazil. Terdaftar 1598 spesies burung di Indonesia,

dari jumlah tersebut 372 (23,28%) spesies diantaranya adalah spesies burung

endemik, 149 (9,32%) spesies adalah burung migran dan tercatat 118 (7,38%)

spesies burung yang dikatagorikan sebagai spesies yang terancam punah dalam

IUCN Red List, dengan demikian satwa liar ini perlu dilindungi dan dilestarikan

untuk pemanfaatan yang berkesinambungan. Burung diurnal merupakan burung

yang aktif disiang hari, sementara pada malam harinya tidur. Selain burung ada

beberapa satwa yang bersifat diurnal seperti golongan mamalia dan serangga

(Kurniawan dkk., 2018).

D. Fungsi Ekologi Pohon sebagai Pengudang Satwa Burung

Dasar pemikiran kota sebagai salah satu objek pelestarian burung adalah

bahwa burung dapat hidup berdampingan dengan manusia sepanjang kebutuhan

hidupnya terpenuhi selain sebagai komponen ekosistem alam, yang memiliki

peranan yang sangat penting dalam mengontrol populasi serangga, membantu

penyerbukan bunga dan pemecahan biji. Hal ini dapat dilihat dalam jaringan
makanan yang dilalui dalam ekosistem alam yang membentuk kehidupannya.

Sebagai penyerbuk bunga dan penyebar biji tumbuhan, burung berfungsi dalam

membantu proses regenerasi hutan. Faktor keamanan dari berbagai bentuk

gangguan, struktur dan komposisi jenis vegetasi dan luas lokasi dapat

mempengaruhi jumlah jenis burung pada suatu kawasan. Besarnya jumlah jenis

burung pada jalur hijau juga disebabkan oleh habitat ini berdampingan dengan

empat tipe habitat lainnya yaitu persawahan, semak, kebun penduduk dan

pekarangan (Handayani, 2015).


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.Hasil pengamatan jenis-jenis burung yang berada dilingkungan kampus


UHO.

B. Pembahasan

Lokasi pengamatan di lakukan di lingkungan kampus UHO. Objek dalam

penelitian ini adalah satwa liar burung. Pengamatan ini bersifat deskriptif dengan

metode observasi lapangan. Teknik inventarisasi yang digunakan adalah teknik

jalur yang dikombinasikan dengan titik hitung. Teknik titik hitung dilakukan

dengan cara berjalan kesuatu tempat tertentu, memberi tanda dan selanjutnya

mencatat semua jenis burung yang ditemukan didalam jangka waktu yang telah

ditentukan yaitu maksimal 10 menit sebelum berjalan ketitik selanjutnya. Jarak

antara titik hitung yaitu 200 m.


Berdasarkan hasil pengamatan, sebanyak 8 jenis burung ditemukan

dilokasi pengamatan MIPA sampai lorong teknik dengan jumlah populasi

sebanyak 107 individu. Pengamatan dilokasi MIPA sampai perpustakaan dijumpai

6 jenis burung dengan jumlah populasi sebanyak 61 individu. Pengamatan yang

dilakukan dilokasi MIPA sampai SD 100 Poasia terdapat 7 jenis burung dengan

jumlah populasi sebanyak 147 individu. Jumlah keseluruhan jenis burung yang

ditemukan di lokasi pengamatan yaitu sebanyak 10 jenis burung dengan jumlah

individu sebanyak 315 individu. Burung gereja (Passer montanus) merupakan

jenis burung yang mendominasi dari tiga lokasi pengamatan.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah burung yang ditemukan

dilokasi MIPA sampai SD 100 Poasia lebih banyak dibandingkan pada lokasi

MIPA sampai lorong teknik dan lokasi MIPA sampai perpustakaan, hal ini karena

pada lokasi MIPA sampai SD 100 Poasia terdapat banyak pohon yang merupakan

hutan fasilitas bagi burung sebagai tempat bersarang, istirahat, berbiak, dan

mencari makan. Rudini dkk. (2016) menyatakan bahwa keberadaan suatu spesies

disuatu tempat sangat tergantung dari adanya sumber pakan dan kondisi habitat

yang sesuai. Kondisi satwa sangat tergantung dengan kualitas dan kuantitas

habitat yang mencukupi, bagi dukungannya terhadap kesejahteraan mereka, oleh

karena itu setiap organisme mempunyai habitat yang sesuai dengan kebutuhannya.

Apabila ada gangguan yang menimpa pada habitat akan menyebabkan terjadi

perubahan pada komponen habitat, sehingga ada kemungkinan habitat menjadi

tidak cocok bagi organisme yang menghuninya.


Burung gereja (Passer montans) merupakan salah satu jenis burung pipit

kecil yang berasal dari keluarga Passeridae. Burung ini biasa dapat ditemukan di

kota-kota dalam jumlah yang sangat besar. Burung ini berasal dari Eropa, Afrika

dan Asia, kemudian disebarkan ke Audtralis dan Amerika oleh penduduk. Burung

geraja (Passer montans) yang hidup berkoloni atau berkelompok. Burung gereja-

erasia memiliki ukuran tubuh sedang (14-15cm). Burung gereja-erasia juga

merupakan hewan yang monoformik (jenis kelamin dari burung dewasa dan anak

sangat sulit untuk dibedakan).

Burung pipit ( Lonchura punctulata) adalah burung kecil berparuh pendek

pemakan biji-bijian. Burung pipit ( Lonchura punctulata) bertubuh kecil, dengan

panjang tubuh antara 10-12 cm dan berat 10-14 gram. Burung pipit ( Lonchura

punctulata) jantan memiliki kepala yang sedikit lebih lebar dibanding burung pipit

betina. Burung pipit ( Lonchura punctulata) tinggal di area terbuka di dekat

sumber makanan mereka dimana terdapat banyak tanaman rumput berbiji seperti

sawah atau padang rumput.

Burung layang (Hirundo rustica) merupakan jenis burung pemakan

serangga kecil yang memiliki habitat di hutan, kebun, tegalan, sawah, pedesaan

dan kota. Burung ini berukuran sedang (20 cm termasuk bulu ekor yang

memanjang). Tubuh bagian atas berwarna biru baja, pinggir tenggorokan

kemerahan, perut putih, ada garis biru pada dada atas. Ekor sangat panjang,

dengan bintik putih dekat ujung bulu. Habitat dan kebiasaan burung ini yaitu

melayang dan melingkiar di udara atau terbang rendah di atas tanah atau air untuk

menangkap serangga kecil. Burung jenis peleci (Zosterops palpebrosus) memiliki


ciri dengan lingkaran di sekitar mata berwarna putih. Burung peleci (Zosterops

palpebrosus) memiliki anggota yang bersifat endemik di suatu pulau atau

kepulauan. Daerah penyebaran burung peleci (Zosterops palpebrosus) mencakup

wilayah tropis Afrika, Asia dan Australia bagian utara. Tubuh berkisar antara 8 -

15 cm, dengan ciri khas adanya cincin lingkaran pada mata.

Burung kutilang (pycnonotus aurigaster) merupakan burung asli pulau

Jawa, Indonesia. Daerah sebarannya meliputi Kamboja, China, Hongkong,

Indonesia, Laos, Myanmar, Thailand dan Vietnam. Burung ini di Indonesia

dijumpai sebagai burung asli di pulau Jawa dan Bali. Ukuran tubuh burug ini

sedang dengan panjang tubuh sekitar 20 cm. Sisi bagian atas tubuh (punggung dan

ekor) berwarna coklat kelabu, sedangkan sisi bawah (tenggorokan, leher, dada dan

perut) berwarna putih keabu-abuan. Burung ini memiliki topi, dahi, dan jambul

berwarna hitam. Makanan utama kutilang adalah buah-buahan yang lunak,

meskipun juga memakan berbagai jenis serangga kecil.

Burung cui cui (Zosterops anomalus) merupakan jenis burung kecil yang

pintar berkicau dan memiliki tubuh kecil. Ciri khas dari burung ini yaitu memiliki

lingkaran di sekitar mata berwarna putih. Daerah penyebaran burung ini

mencakup wilayah tropis Afrika, Asia dan Australia bagian utara. Tubuh berkisar

antara 8 - 15 cm, dengan ciri khas adanya cincin lingkaran pada mata, tapi untuk

beberapa jenis tidak memiliki ciri khas ini. Burung kecap boano (monarcha

boanensis) merupakan salah satu jenis burung endemik yang mendiami pulau

Boano, yang mana merupakan salah satu dari beberapa kepulauan Maluku.

Tempat hidupnya berada di hutan sekunder lebat dan juga berada di hutan tropis.
Ciri-ciri burung kehicap boano dapat dilihat dari ukuran badannya yang hanya

sekitar 16 cm saja. Bulu burung ini memiliki 2 yakni warna hitam dan juga warna

putih, untuk yang berwarna hitam ada di bagian atas yang mencakup kepala, dagu,

sayap, punggung, dan juga pada bagian ujung ekornya, untuk yang berwarna putih

ada pada bagian bawah tubuhnya yang mencakup pada bagian dada, pangkal ekor,

dan juga pada bagian pipinya.

Burung sikatan bil (Cyornis unicolor) tergolong burung berukuran kecil

atau sedang dengan panjang tubuh sekitar 16,5 sampai 18 cm. Ciri fisik dari

burung ini adalah paruhnya yang berwarna hitam pekat berukuran sedang dan

agak tipis. Ekornya yang terdiri dari beberapa helai bulu tebal berukuran agak

panjang dan bisa dikembangkan saat berkicau ataupun hendak terbang.

Persebarannya burung sikatan bil (Cyornis unicolor) di hutan Indonesia termasuk

cukup luas yang terdapat di Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Burung elang

(Haliastus Indus) memiliki ukuran sedang dengan panjang tubuh mencapai 45 cm,

berwarna putih dan coklat pirang. Burung ini biasanya hidup soliter (sendiri) di

daerah yang makanannya melimpah dapat membentuk kelompok sampai 35

individu. Burung ini memakan mamalia kecil, ayam, aves yang berukuran kecil

dan beberapa jenis reptil serta serangga.

Burung walet (Collocolia vestita) secara morfologi, burung ini memiliki

bentuk sayap fisik meruncing, berekor panjang berbelah membentuk V ketika

terbang, berwarna kehitaman, cenderung warna gelap untuk tubuh bagian atas dan

berwarna coklat ada juga yang keputihan untuk tubuh bagian bawah. Burung

walet memiliki kaki yang pendek, sehingga kita sangat jarang menemui burung
walet berjalan atau melompat seperti burung gereja misalnya. Kaki yang pendek

burung walet ini memungkinkannya untuk memanjat dinding dengan posisi

vertikal atau terbalik, kakinya diberi kemampuan untuk itu. Itu sebabnya sarang

burung walet ini dibuat di tempat yang sulit dijangkau, jika di habitat alam liar.

Burung ini mempunyai habitat di sekitar pantai, pemukiman, menghuni gua dan

ruang besar. Persebaran burung ini ada di wilayah tropis, dengan curah hujan

tinggi, dan kelembaban tinggi, seperti di Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina,

Kamboja, dan Laos.

V. PENUTUP
A. Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh maka dapat disimpulkan

bahwa jenis-jenis burung yang berhasil diidentifikasi dilingkungan UHO yaitu

burung gereja (Passer montanus), burung pipit (Lonchura punctulata), burung

layang (Hirundo rustica), burung peleci (Zosterops palpebrosus), burung kutilang

(Pycnonotus aurigaster), burung cui cui (Zosterops anomalus), burung kecap

boano (Monarcha boanensis), burungsikatanbil (Cyornis unicolor), burung elang

(Haliastus indus) dan burung wallet (Collocolia vestita.).

B. Saran

Saran yang saya ajukan pada praktikum ini yaitu :

1. Untuk asisten agar selalu membimbing praktikannya menjadi lebih baik lagi

dari sebelumnya.

2. Untuk praktikan agar lebih memperhatikan dan fokus pada saat praktikum

berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, A.D., 2015, Analisis Hubungan Keragaman Pohon dengan Jumlah


Jenis Burung di Ruang Terbuka Hijau Taman Monas Jakarta, Skripsi,
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kurniawan, A.J., Prayogo, H dan Erianto, 2018, Keanekaragaman Jenis Burung


Diurnal di Pulau Temajo Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Mempawah
Kalimantan Barat, Jurnal Hutan Lestari, 6(1): 230-237.

Ramadhani, R.F., 2018, Hubungan Keanekaragaman Jenis Burung dengan


Komposisi Pohon di Kampus Universitas Lampung, Skripsi, Universitas
Lampung, Bandar Lampung.

Rumanasari, R.D., Saroyoa dan Katilia, D.Y., 2017, Biodiversitas Burung pada
Beberapa Tipe Habitat di Kampus Universitas Sam Ratulangi, Jurnal MIPA
Unsrat, 6(1): 43-46.

Sukandar, P., Wnarsih, A dan Wijayanti, F., 2015, Komunitas Burung di Pulau
Tidung Kecil Kepulauan Seribu, Jurnal Biologi, 8(2): 66-76.

Syaputra, A., Gunawan, H dan Yoza, D., 2017, Komposisi dan Keanekaragaman
Burung pada Beberapa Jenis Ruang Terbuka Hijau di Kota Rengat,
Kabupaten Indragiri Hulu, Jurnal Riau Biologia, 2(1): 1-7.
LAPORAN PRAKTIKUM ORNITOLOGI
PRAKTIKUM III
KEANEKARAGAMAN JENIS-JENIS BURUNG YANG BERADA DI
TAMAN NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAI

OLEH :
NAMA : WAHYUNI S.
STAMBUK : FIDI 17 034
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEN PEMBIMBING : YUSRIAWATY RAHMAN

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019

Anda mungkin juga menyukai