Anda di halaman 1dari 8

REVIEW BUKU DARAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA

ANNISA TJAHYA FITRIANTY

195060507111048

Judul Buku : Buku Daras Pendidikan Agama Islam Di Universitas Brawijaya

Penerbit : Pusat Pembinaan Agama (Ppa) Universitas Brawijaya

Editor : Drs. M. Subky Hasby, M.Ag.

Penulis : Prof. Dr. Thohir Luth, Ma. Dkk

Pembicaraan tentang agama merupakan suatu permasalahan yang tidak mudah. Dalam
mengartikan agama, banyak berpendapat akan arti agama yang berasal dari perspektif yang
berbeda-beda. Banyak para ahli yang berpendapat bahkan mereka sampai mengkhususkan artian
bagi agama-agama yang berbeda juga. Para ahli psikologi melakukan pendekatan terhadap
agama melalui hubungan atau dorongan-dorongan antara apa yang ada di dalam diri individu
dengan lingkungan di luar dirinya. Sedangkan menurut ahli sosiolog, agama dianggap sebagai
suatu fenomena social dengan melihat kelembagaan suatu agama dan perilaku para pemeluk
agama. Dalam buku “Daras” ini terdapat kelebihan dan kekurangan didalamnya, buku ini
tergolong lengkap dan terperinci bahkan sampai menjelaskan yang belum pasti dipahami
pembaca. Namun, selain mempunyai kelebihan terdapat kekurangan dalam buku ini yakni
bahasa yang digunakan penulis sulit dipahami bagi pembaca, sehingga dalam membaca buku ini
dibutuhkan wawasan yang lebih.

Buku ini membahas tentang agama dan ruang lingkupnya. Banyak para ahli yang
mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian tentang makna agama. Namun , makna agama
yang dapat diterima oleh semua agama merupakan hal yang mustahil. Oleh karena itu, makna
agama pada materi ini hanya sebatas pengertian agama dalam pandangan islam. Terdapat 2
fungsi agama, yaitu fungsi maknawi dan fungsi identitas. Agama merupakan sesuatu hal yang
penting sebagai pedoman hidup. Alasan mengapa agama menjadi hal yang sangat penting bagi
manusia adalah karena agama merupakan sumber moral, sumber informasi, petunjuk kebenaran
dan bimbingan rohani bagi manusia baik senang maupun susah. Tanpa itu semua, manusia akan
merasa kacau dan serasa hidup tanpa arah. Agama islam merupakan agama yang diridhai Allah.
Islam dapat bermakna segala sesuatu yang tunduk dan patuh kepada kehendak Allah. Agama
islam merupakan agama yang diturunkan Allah kepada manusia melalui nabi Muhammad.
Agama islam mengandung 3 komponen. Pertama, aqidah atau keyakinan yaitu keyakinan akan
Allah dan rasul-rasul-Nya untuk menyampaikan ajaran Allah kepada manusia. Kedua, syariat
yaitu aturan Allah tentang pelaksanaan dan penyerahan diri secara total melalui proses ibadah
kepada Allah. Ketiga, akhlak yaitu pelaksanaan ibadah kepada Allah dan bermuamalah dengan
sesama makhluk dengan penuh keikhlasan.

Konstruksi Pemahaman Ketuhanan dalam Islam, ada yang mengatakan bahwa Tuhan dapat
dibedakan melalui teori evolusionisme yaitu dinamisme, animism, politeisme, henoteisme,
monoteisme. Teori evolusionisme kemudian ditentang oleh sarjana-sarjana di Eropa barat dan
memperkenalkan teori baru untuk memahami sejarah agama. Imam Hanafi membuktikan
kekuasaan Allah dengan adanya bermacam-macam ragam kehendak manusia, Imam Syafi’i
membuktikan kekuasaan Allah dengan memperhatikan dari sebuah jenis daun tmbh-tumbuhan
yag dapat berubah menjadi bermacam-macam contohnya saja seperti ulat sutera yang memakan
daun.

Keberadaan alam ini juga sudah membuktikan bukti bahwa Tuhan itu ada. Karena jelas sejak
manusia lahir di bumi sudah mendapati bumi itu ada. Gerak alam di bumi ini juga membuktikan
keesaan Allah, bagaimana bulan dan bintang tidak berbenturan, bola yang melambung lalu bias
jatuh kembali, dan bintang yang sekian banyak hingga tidak dapat dihitung.

Karena itu pembuktian adanya Tuhan dilakukan dengan pendekatan fisika, pendekatan
astronomi, pendekatan teori big bang, dan pembuktian dengan DNA. Setelah pembuktian-
pembuktian tersebut lalu muncul ajaran Tuhuid yaitu ajaran awal dan akhir dari seruan Islam.
Ajaran ini adalah ajaran sepanjang sejarah manusia, ajaran dari tiap-tiap Nabi da Rasul. Sejak
dari Nabi Adam AS, Idris AS, Nuh AS, Ibrahim AS, Musa AS, Daud AS, Isa AS, sampai pada
zaman Nabi Muhammad SAW.

Petunjuk Islam tentang Alam Semesta. Teori yang berlaku pada abad ke-20 ialah alam semesta
mempunyai ukuran yang tidak terbatas, ada tanpa awal dan terus ada untuk selama-lamanya.
Pandangan tersebut disebut sebagai model alam statis yang mengacu pada filsafat materealis
menolak adanya Pencipta.

Di awal abad ke-21 dengan eksperimen, observasi, dan perhitungan, fisika modern telah
membuktikan bahwa alam semesta memiliki suatu awal dan diciptakan dari ketiadaan melalui
ledakan dahsyat. Alam semesta terjadi karena adanya Ledakan Dahsyat (Bing Bang) tersebut.
Seperti yang disebutkan dalam Qs.al-Anbiya` ayat ke 30 dan Qs.al-Dzariyat ayat ke 47.

Para ilmuwan menerima teori Ledakan Dahsyat tersebut dengan bukti ditemukannya jumlah
hydrogen dan helium di ruang angkasa dengan jumlah yang sama seperti keadaan setelah
ledakan dahsyat terjadi. Allah telah menciptakan alam semesta ini dengan begitu seimbang dan
dengan desain yang begitu menawan tanpa ada kesalahan sedikit pun. Ilmu pengetahuan modern
telah membuktikan adanya Sang Pencipta Yang telah menciptakan dan mengatur semua makhluk
namun hanya Allah lah yang mengetahui kapan hari akhir tersebut datang. Sesuai dengan Qs. Al-
Qamar ayat ke 6.
Manusia senantiasa keliru dalam memahami dirinya. Kadangkala ia cenderung untuk bersikap
superior, sehingga memandang dirinya sebagai makhluk yang paling besar dan agung di alam
ini. Bahkan superioritas ini diserukannya dengan penuh keakuan, kecongkakan dan
kesombongan.

Islam telah menjelaskan hakikat dan asal diri manusia, keistimwaan dan kelebihannya, tugasnya
di dalam hidup, hubungannya dengan alam, serta kesiapannya untuk menerima kebaikan dan
keburukan. Hakikat dan asal diri manusia berpangkal pada dua asal: asal yang jauh, yaitu
kejadian pertama dari tanah, ketika Allah menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan ruh
ciptaan-Nya kepadanya; dan asal yang dekat, yaitu kejadian kedua dari nuthfah. Untuk
menjelaskan kedua asal tersebut Allah berfirman yang artinya:

“Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan
manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali
bersyukur.” (as-Sajdah: 7-9)

Selain itu Al-Qur’an juga mengatakan bagaimana Allah menciptakan Adam:

‘’ Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya aku akan
menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi
bentuk, Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan
kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (al-Hijr: 28-
29)

Di antara hal yang memuliakan dan melebihkan manusia adalah bahwa Allah telah meberikan
kepadanya kemampuan untuk belajar dan berpengetahuan, serta membekalinya dengan segala
peralatan kemampuan ini.

Tugas paling luhur manusia ialah beribadah kepada Allah. Inti seluruh tanggung jawab ini adalah
tanggung jawab manusia terhadap ibadah kepada Allah dan pentauhidan-Nya; yakni memurnikan
ibadah hanya kepada Allah Semata. (Abdurrahman an-Nahlawi, 1996: 52-65).

Implementasi Iman & Taqwa dalam Kehidupan Modern, Adapun tanda-tanda orang yang
beriman terdapat pada al-quran, tanda tersebut salah satunya ialah jika disebut nama Allah, maka
hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak terlepas dari syaraf memorinya, serta jika
dibacakan ayat al-quran, maka bergejolak hatinya (al-Anfal:2). Sedangkan pengaruh iman
terhadap kehidupan manusia sangat besar, pengaruhnya antara lain: iman melenyapkan
kepercayaan pada kekuasaan benda; iman menanamkan semangat berani menghadapi maut; iman
menanamkan sikap “self help” dalam kehidupan; iman memberikan ketentraman jiwa; dan lain-
lain.
Taqwa adalah derajat tertinggi di sisi Allah(al-Hujurat:13), yang dicapai setelah orang beriman
melaksanakan ketaatan menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT. Adapun
hubungan dari iman dengan taqwa telah dijalaskan pada surah Ali-Imran ayat 133-135. Taqwa
dan iman keduanya tidak bisa dipisahkan, keduanya bersifat integral, dan komplementer, baik
berhubungan Hablun minallah maupun Hablun minan naas, senagaimana tergambar pada cirri-
ciri orang bertaqwa dalam al-quran surah Al-Baqarah ayat 2-4.

Dalam kehidupan modern yang ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi dan
informasi, komunikasi dan transportasi menbuat hubungan antar Negara menjadi tanpa batas,
yang disebut globalisasi. Mayoritas tokoh-tokoh terkemukan meramalkan bahwa pada abad ini
akan banyak melahirkan berbagai kemudahan dalam kehidupan juga menimbulkan
kecendrungan destruktif, kecendrungan yang merusak serta harus diwaspadai dampaknya bagi
keimanan dan ketaqwaan kita.

Pemahaman dan Penerapan Hukum Islam. Hukum islam adalah hukum yang bersumber dan
merupakan bagian dari ajaran islam. Ada dua istilah yang berhubungan dengan hukum islam
yaitu al-syari’ah dan fiqh. Syari’at merupaka hukum islam yang di tetapkan secara langsung dan
tegas oleh Allah SWT. Fiqh merupakan hukum yang ditetapkan pokoknya saja. Kategori syariat
bersifat konstan dan tidak bisa disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Kategiri fiqh bersifat
fleksibel sehingga dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Syari’at dan fiqh berbeda tapi
tidak bisa dipisahkan. Pada prinsipnya syari’at merupakan wahyu Allah yang terdapat dalam Al-
Quran dan sunnah Rasul bersifat fundamental. Sedangkan fiqh bersifat instrumental. Ada tiga
sifat hukum islam yaitu bidimensional, adil serta individualistik dan kemasyarakatan yang diikat
oleh nilai-nilai transental. Hukum islam juga dibagi menjadi dua bidang yaitu bidang ibadah dan
bidang muamalah.

Sumber hukum dibagi menjadi dua yaitu materil dan formil. Sumber hukum materil merupakan
salah satu bidang kajian filsafat hukum yang menentukan dari mana dan apakah suatu hukum
sudah dapat dan mempunyai kekuatan norma untuk ditaati. Sumber hukum formil berisi tentang
aturan yang merupakan hukum positif seperti UU, adat dsb.

Prinsip dan fungsi hukum pada islam berpegangan teguh pada tujuh faktor, yang pertama prinsip
tauhid, yaitu prinsip berhubungan langsung dengan Allah dan beban hukum. Yang kedua prinsip
keadilan berarti keseimbangan. Yang ketuga, prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar berarti hukum
islam digerakkan untuk merekayasa manusia menuju tujuan yang baik atau ridha Allah. Yang
keempat, prinsip kemerdekaan atau kebebasan maksud dari prinsip ini ialah agar agama dan
hukum islam tidak disiarkan berdasarkan paksaan. Yang keenam, prinsip ta’awun maksudnya
yaitu tolong menolong sesama manusia. Yang ketujuh, yaitu prinsip toleransi. Tujuan hukum
islam ada 5 yaitu memelihara kemaslahatan, agama, jiwa, akal dan keturunan.
Dalam UUD 1945 terlihat dengan jelas bahwa nilai keagamaan memiliki posisi yang tinggi.
Karena rakyat indonesia mayoritas beragam islam maka UUD 1945 sebagai dasar sumber dasar
kehidupan bangsa Indonesia harus memperhatikan hukum Islam.

Akhlak merupakan penyesuaian hubungannya dengan yang maha menciptakan yakni Allah
SWT. Setiap perbuatan manusia baik secara individu maupun interaksi sosial tidak bisa terlepas
dari pengawasan Allah SWT. Akhlak akan muncul sesuai dari apa yang manusia perbuat,
bergantung dengan sifat hatinya apabila akhlaknya baik maka akan muncul baik pula dan
sebaliknya. Allah telah berkendak bahwa akhlak (moral) dalam islam memiliki karakteristik
yang berbeda dan unik (istimewa) dari agama Yahudi, Nasrani ataupun keduanya, yaitu dengan
karakteristik yang menjadikannya sesuai untuk setiap individu, kelas social, ras, lingkungan,
masa dan segala kondisi. Etika (moral/ akhlak) mempunyai karakter seperti halnya moral yang
beralasan(argumentatif dan dapat dipahami; moral universal; kesesuaian dengan fitrah;
memperhatikan realita; moral positif; komprehensifitas; dan tawazun (keseimbangan).

Suatu akhlak akan tebentuk karena beberapa faktor yang dapat mencetak dan mempengaruhi
terbentuknya tingkah laku manusia dalam pergaulannya. Faktor-faktor tersebut meliputi sifat-
sifat bawaan atau yang dibawa sejak lahir, lingkungan pergaulan, pengaruh yang terjadi di luar
diri manusia karena adanya suatu aksi dan interaksi seperti kebiasaan manusia dalam bergaul
dengan sesamanya, kemauan keras juga termasuk salah satu faktor yang membuat seseorang
berakhlak baik ataupun buruk sebenarnya kehidupan orang-orang besar dan terkemuka dalam
sejarah hidupnya digerakkan oleh kehendak yang keras. Itulah salah satu yang menyebabkan
kemenangan hidup mereka.

Penerapan akhlak dalam berbagai bidang kehidupan di perlukan karena akhlak merupakan
bagian dan tujuan pendidikan Islam. Pendidikan yang hanya berorientasi pada kecerdasan
intelektual telah gagal membawa manusia sebagai khalifah di bumi. Indikator manusia sebagai
makhluk yang berakhlak ditunjukkan dengan tertanam dalam hatinya iman yang kokoh sehingga
mendorong manusia agar melakukan tasawuf sebagai usaha atau wujud manusia menjadi
manusia yang berakhlakul karimah. Suatu akhlak yang baik akan selalu mengikuti kita jika
dalam menjalani segala sesuatu dengan istiqomah dan riyadhah.

Oleh karena itu hendaknya manusia memaksakan diri (mujahadah) untuk mengulang-ulang
perbuatan yang baik sehingga menjadi kebiasaan dan akhirnya terbentuklah akhlak yang baik
pada dirinya. Sesungguhnya akhlak, moral dan etika adalah sama yaitu ajaran tentang baik dan
buruk berkaitan dengan sikap hidup manusia. Yang membedakan satu dengan lainnya adalah
sumber kebenaran.

Masyarakat Madani & Kerukunan Umat Beragama. Masyarakat madani adalah masyarakat
beradap yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, maju dalam penguasaann ilmu
pengetahuan dan teknologi. Masyarakat madani menjadi simbol idealisme yang diharapkan oleh
setiap masyarakat. Kata madania merupakan penyifatan terhadap kota Madinah, yang sifat yang
ditunjukkan oleh kondisi dan sistem kehidupan yang berlaku di kota Madinah. Mereka hidup
rukun, salingmembantu, mentaati hukum dan menunjukkan kepercayaan penuh terhadap
pemimoinnya. Al-Qur’an menjadi konstitusi untuk menyelesaikan berbagai persoalan di
kehidupan.

Masyarakat madani adalah suatu lingkungan interaksi sosial yang berada di luar pengaruh negara
yang tersususn dari lingkungan masyarakat paling akrab, seperti keluarga, asosiasi-asosiasi
sukarela, dan gerakan kemasyarakatan lainnya.

Pandangan Islam Tentang Kebudayaan. Kebudayaan Islam merupakan hasil olah pikir dan karya
manusia yang di dasari nilai-nilai tauhid. Hal ini bertujuan untuk membimbing manusia dalam
mengembangkan akal budinya sehingga bisa menghasilkan kebudayaan yang menjadi peradaban
Islam. Oleh sebab itu, Nabi Muhammad SAW mempunyai misi untuk memberikan bimbingan
kebudayaan yang tidak melepaskan diri dari nilai-nilai ketuhanan.

Kebudayaan Islam bukanlah kebudayaan yang di ciptakan oleh masyarakat Islam saja, melainkan
juga bersumber dari ajaran Islam. Artinya, kebudayaan bisa jadi muncul dari masyarakat luar
Islam tetapi kebudayaan tersebut sesuai dengan ajaran-ajaran Islam. Kebudayaan Islam memiliki
beberapa karakteristik, antaralain: Rabbaniyah, Akhlaqiyah, Insaniyah, Alamiyah, Tasamuh,
Tanawwu, Wasathiyah, Takamul, dan bangga terhadap diri sendiri.

Pada awal sejarah kebudayaan Islam, masjid merupakan sentral kebudayaan Islam, pusat
kemasyarakatan, pusat pendidikan dan tentu untuk kepentingan ibadah. Namun, di jaman modern
seperti sekarang ini, masjid mengalami penyempitan fungsi, yaitu hanya untuk tempat ritual
ibadah saja.

Pengetahuan dan ilmu itu berbeda.Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia
melalui tangkapan panca indera, intuisi, dan firasat. Sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang
sudah diklasifikasikan, diorganisasi, disistematisasi, dan diintepetasi sehingga menghasilkan
kebenaran obyektif yang sudah teruji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah.Seni
merupakan hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya.Seni merupakan
ekspresi jiwa seseorang .Pengembangan iptek adalah hasil dari segala langkah dari pemikiran
untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek.Diharapkan, ipetek dan seni dapat
berjalan searah dan seiring sejalan dengan nilai-nilai ilahiah.

Secara garis besar, berdasarkan tinjauan ideologi yang melandasi hubungan keduanya, terdapat 3
(tiga) paradigma hubungan antara agama dan IPTEK, (yahya Farghal, dikutip dalam M. Shiddiq
Al jawi 2005), yaitu:

a. Paradigma Sekuler

Paradigma Sekuler yaitu paradigma yang memandang agama dan IPTEK terpisah satu sama lain.
Sebab dalam ideologi sekularisme bbgarat, agama telah dipisahkan dari kehidupan (fashl al-din
and al-hayah). Agama tidak dinafikan eksistensinya, tetapi hanya dibatasi peranannya dalam
hubungan pribadi manusia dengan Tuhannya. Agama tidak mengatur hal umum atau publik,
maka dari itu paradigma ini memandang agama dan IPTEK tidak bisa dicampuri dan
mengintervensi yang lainya. Agama dan IPTEK sama sekali terpisah baik secara otonologis
(berkaitan dengan pengertian atau hakikat suatu hal), epistemologis (berkaitan dengan cara
memperoleh pengetahuan), dan aksiologis (berkaitan dengan cara menerapkan pengetahuan).

b. Paradigma Sosialis

Paradigma Sosialisyaitu paradigma dari ideologi sosialisme yang menafsirkan eksitensi agama
sama sekali. Agama itu tidak ada dus, tidak ada hubungan dan kaitan apapun dengan IPTEK.
Iptek bisa berjalan secara idependen dan lepas secara total dari agama. Paradigma ini mirip
dengan paradigma sekuler diatas, tapi lebih ekstrem. Dalam paradigma sekuler, agama berfungsi
secara sekularistik, yaitu dinafikan keberadaanya, tapi hanya dibatasi paranannya dalam
hubungan vertikal manusia-tuhan. Sedangkan dalam paradigma sosialis, agama dipandang secara
ateistik, yaitu dianggap tidak ada (in-exist)dan dibuang sama sekali dari kehidupan.

Berdasarkan paradigma inilah agama tidak ada sangkut pautnya dengan IPTEK. Seluruh
bangunan ilmu pengetahuan dalam paradigma sosialisdi dasarkan pada ide dasar materialisme,
khususnya materialisme dialektis.

c. Paradigma Islam

Paradigma Islam yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar dan pengatur
kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan. Aqidah Islam yang
terwujud dalam apa-apa yang terdapat dalam Al-quran dan Al-hadist menjadi idah fikrinya
(landasan fikiran), yaitu suatu asas yang diatasnya dibangun seluruh bangunan fikiran dan ilmu
pengetahuan manusia (An-nabhani, 2001)

Paradigma ini memerintahkan manusia untuk membangun segala pemikirannya berdasarkan


aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu. Ini bisa kita pahami dari ayat yang pertama kali turun
(artinya):

“Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan”. (QS. Al-Alaq [96]: 1)

Ayat ini berarti manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh berbagai
pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh lepas dari aqidah Islam,
karena iqra haruslah dengan bismirabbika, yaitu tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang
merupakan asas aqidah Islam (Al-Qashash, 1995: 81).

Paradigma Islam ini menyatakan bahwa kata putus dalam ilmu pengetahuan bukan berada pada
pengetahuan atau filsafat manusia yang sempit, melainkan berada pada ilmu Allah yang
mencakup dan meliputi segala sesuatu ( Yahya Farghal, dikutip dalam M.siddiq Aljawi 2005).
Firman Allah SWT:
Artinya: “Dan adalah (pengetahuan) Allah maha meliputi segala sesuatu”. (QS. Anisaa [4]: 126).

Itulah paradigma yang dibawa Rasulullah SAW (w. 632 M) yang meletakan aqidah Islam yang
berasas Laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah SAW sebagai asas ilmu pengetahuan. Beliau
mengajak, memeluk aqidah islam lebih dulu, lalu setelah itu menjadikan aqidah tersebut sebagai
pondasi dan standar bagi berbagai ilmu pengetahuan. Dengan jelas kita tahu bahwa Rasulullah
SAW telah meletakan aqidah Islam sebagai dasar ilmu pengetahuan, sebab beliau menjelaskan,
bahwa fenomena alam adalah tanda keberadaan dan kekuasaan Allah, tidak ada hubungannya
dengan nasib seseorang. Hal ini sesuai dengan aqidah muslim yang tertera dalam Al-Quran:

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berakal”.(QS. Al-Imran [3]:
190).

Ilmu terdiri dari 2 macam menurut pandangan islam, yaitu:

- Ilmu laduni adalah ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia

- Ilmu kasbi adalah ilmu yang diperoleh karena usaha manusia.

Pandangan Islam Tentang Ekonomi. Ilmu ekonomi lahir sebagai sebuah disiplin ilmiah seiring
dengan berjalannya aktifitas produksi dan konsumsi. Ekonomi merupakan aktifitas manusia
untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga kemudian timbul motif ekonomi, yaitu keinginan
seseorang untuk memenuhi kebutuhannya itu.

Islam mengambil suatu kaidah terbaik antara kedua pandangan yang ekstrim (kapitalis dan
komunis) dan mencoba untuk membentuk keseimbangan di antara keduanya (kebendaan dan
rohaniah). Keberhasilan sistem ekonomi Islam tergantung kepada sejauh mana penyesuaian yang
dapat dilakukan di antara keperluan kebendaan dan keperluan rohani/etika yang diperlukan
manusia. Sumber pedoman ekonomi Islam adalah al-Qur'an dan sunnah Rasul, yaitu dalam: 1)
Surat Al-Ahzab:72 (Manusia sebagai makhluk pengemban amanat Allah). 2) Surat Hud:61
(Untuk memakmurkan kehidupan di bumi). 3) Surat Al-Baqarah:30 (Tentang kedudukan
terhormat sebagai khalifah Allah di bumi)

Pandangan Islam tentang Politik. Politik merupakan pemikiran-pemikiran yang berhubungan


dengan mengurus kepentingan masyarakat. Pemikiran tersebut dapat berupa pedoman,
keyakinan, hukum atau aktivitas-aktivas yang terjadi maupun informasi. Dalam agama islam,
politik juga berperan penting dalam mewujudkan suatu hubungan masyarakat yang harmoni dan
selaras dengan syariat islam demi mewujudkan kemaslahatan umat.

Anda mungkin juga menyukai