Anda di halaman 1dari 23

BAB II

RIWAYAT HIDUP HABIB MUHAMMAD LUTHFI BIN


YAHYA

2.1 Kelahiran dan Silsilah Habib Muhammad Luthfi bin Yahya

Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya dilahirkan di kota Pekalongan
pada hari Senin pagi, pada tanggal 27 Rajab 1367 H, bertepatan pada tanggal 10
November tahun 1947 M. dilahirkan dari seorang Syarifah (gelar untuk
perempuan yang bernasab Rasulullah), yang bernama Sayidah al- Karimah
Syarifah Nur binti Sayyid Muhsin Maula Khilah dan ayah Habib Luthfi bernama
al Habib al Hafidz Ali al Ghalib. 20 Kelahiran beliau disaksikan oleh seorang
Ulama Besar, Wali Besar, Wali Quthb di zamannya, Habib Abu Bakar bin
Muhammad as Segaf Gresik. Konon, menurut cerita Kyai Zakaria, Habib Abu
Bakar pula yang memberi nama. Berikut silsilah nasab Habib Muhammad Luthfi
bin Yahya :

Rasulullah Muhammad SAW

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib Sayidatina Fathimah az-Zahra

Imam Husein ash-Sibth

Imam Ali Zainal Abidin

Imam Ja‟far Shadiq Imam Muhammad al-Baqir

20
Mochammad Najmul Afad, “Konstruksi Identitas Nahdlatul Ulama dalam Peringatan
Maulid Kanzus Shalawat di Kota Pekalongan”, Skripsi (Semarang: UNNES, 2015), h. 66- 68.

17
18

Imam Ja‟far Shadiq Imam Muhammad al-Baqir

Imam Ali al-Uraidhi Imam Muhammad an-Naqib

Imam Ahmad Al-Muhajir Imam Isa an-Naqib ar-Rumi

Imam Alwy
Imam Ubaidillah Ba‟Alawy Imam Muhammad

Imam Muhammad Imam Ali Khali Qasam Imam Alwy


Shahib Marbath

Imam Ali Imam Al-Faqih al-Muqaddam Muhammad Ba'Alawy

Imam Imam Imam Ali Maula Darrak Imam Alwy al-Ghuyyur


Muham
mad
Maulad Imam Alwy Al-Habib Ali Al-Habib Alwy
Dawileh an-Nasiq

Al-Imam Yahya Ba‟Alawy Al-Habib Hasan

Al-Habib Ahmad Al-Habib Syekh Al-Habib Muhammad

Al-Habib Thoha Al-Habib Muhammad Al-Habib Thoha


al-Qodhi

Al-Habib Hasan Al-Habib Thoha Al-Habib Umar

Al-Habib Al-Habib Ali Al-Habib Hasyim


Muhammad Luthfi

Sanad (silsilah garis keturunan) Habib Luthfi dari nasab ayah


Sumber: Data Primer Penelitian diolah dari berbagai sumber
19

Rasulullah Muhammad SAW

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib Sayidatina Fathimah az-Zahra

Imam Husein ash-Sibth

Imam Ali Zainal Abidin

Imam Ja‟far Shadiq Imam Muhammad al-Baqir

Imam Ali al-Uraidhi Imam Muhammad an-Naqib

Imam Ahmad Al-Muhajir Imam Isa an-Naqib ar-Rumi

Imam Ubaidillah Imam Alwy Ba‟Alawy Imam Muhammad

Imam Muhammad Imam Ali Khali Qasam Imam Alwy


Shahib Marbath

Imam Ali Imam Al-Faqih al-Muqaddam Muhammad Ba „Alawy

Imam Muhammad Maulad Dawileh Imam Ali Imam Alwi

Al-Habib Al-Habib Abdullah Imam Abd Rahman Maula


Alwy Chailah

Imam al
Imam Salim Imam Muhammad Sayyid Sahal
Kabir
Sayid Al Imam „Alawi Sayid al Imam Muhammad
Abdullah

Sayid al Imam Sayid Muhsin Sayid Hasan Sayid Imam


Shalih „Alawi

Sayid Salim Sayid Muhsin Sayidah al Karimah as Syarifah Nur

Al-Habib Muhammad Luthfi

Sanad (silsilah garis keturunan) Habib Luthfi dari nasab Ibu


Sumber: Data Primer Penelitian diolah dari berbagai sumber
20

Selain itu, nasab Habib Luthfi juga masih bersambung ke Sunan Ampel,
Sunan Gunung Jati dan Sultan Abdul Fattah ( Raden Fattah Demak) melalui jalur
istri Habib Umar bin Thoha Indramayu yang bernama Syarifah Marinah binti
Tubagus Hasan Qudsi. Tubagus Hasan Qudsi merupakan keturunan Maulana
Hasanuddin Banten bin Sunan Gunan Gunung Jati. Adapun Syarifah Marinah dari
jalur ibunya adalah cucu dari Kyai Sam‟un Dadap Indramayu dan Kyai Sam‟un
adalah keturunan dari Sultan Abdul Fattah dengan istri Sultan Fattah yang
bernama Syarifah Asyiqah binti Sunan Ampel.

2.2 Perjalanan Intelektual Habib Muhammad Lutfi bin Yahya

Perjalanan keilmuan Habib Luthfi dimulai dari mengaji secara langsung


kepada ayah sendiri, Habib Ali bin Hasyim. Selain kepada ayah sendiri, Habib
Luthfi juga paman-paman sendiri atau putera-puteri Habib Hasyim yang terkenal
ke‟alimannya, yaitu: (1) Habib Yahya bin Hasyim yang terkenal sebagai singa
podium dengan hidupnya yang sederhana, (2) Habib Husein bin Hasyim, (3)
Syarifah Khadijah binti Hasyim. Selain itu, Habib Luthfi juga belajar di Madrasah
Salafiah Kota Pekalongan. Guru-guru beliau di madrasah itu diantaranya: (1)
Habib Ali bin Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alatas, (2) Habib Husain bin
Hasyim bin Yahya, (3) Habib Abu Bakar bin Abdullah bin Alwi bin Abdullah bin
Muhammad Alatas, dan (4) Habib Muhammad bin Husain bin Ahmad bin
Abdullah bin Thalib Alatas.

Selanjutnya, ketika Habib Luthfi belum genap berusia 12 tahun atau tahun
1959, Habib Ali wafat, kemudian Habib Luthfi mulai nyantri ke Habib
Muhammad bin Hasyim yang tak lain adalah kakak dari Habib Ali ( bahasa jawa:
uwak/pak dhe) di desa Kliwed Kertasemaya Indramayu. Mengenai kehidupan
Habib Luthfi di Kliwed, Syukron Ma‟mun21 menuturkan,

21
Syukron Ma‟mun Cirebon adalah Ketua Umum MATAN (Mahasiswa Ahlith Thoriqah
al- Mu‟tabarah an- Nahdliyyah) dan pernah tinggal dan berkhidmah di kediaman Habib Luthfi,
serta sampai sekarang masih aktif silaturrahim dan mengaji ke Habib Luthfi. Syukron Ma‟mun
dipilih sebagai sumber informasi karena dia mencatat banyak perkataan Habib Luthfi, termasuk
perkataan Habib Luthfi tentang kisah riwayat hidupnya. Total ada 7 buku catatan tebal yang berisi
perkataan Habib Luthfi yang dicatat oleh Syukron Ma‟mun.
21

“Abah itu sudah dianggap seperti anak sendiri oleh Habib Muhammad.
Pada usia remaja, belum genap 12 tahun, Abah tidak seperti umumnya
anak seusia Abah. Jiwa kepemimpinannya sudah tampak, selalu menjadi
pemimpin bagi teman permainannya, dan tak pernah pakai celana pendek.
Sebagai anak pertama, setelah Ayahnya Abah, Habib Ali wafat, Abah
harus ikut membantu ekonomi keluarga, terutama untuk kehidupan adik-
adiknya Abah. Jadi, di Kliwed itu selain Abah nyantri, juga ikut bertani.
Setiap tahun total Abah mendapatkan jatah atau gaji sebanyak 12 kantong
padi. Meskipun Abah masih remaja tapi beliau sudah dipercaya oleh H.
Sholeh, tokoh masyarakat Kliwed, untuk ikut mengajar di Madrasah
Diniyah, karena di Madrasah hanya ada satu ustadz, yaitu ustadz Turmudzi
yang aslinya dari Tulungagung. Itu pertama kalinya Abah mengajar.
Sebelum Abah ikut mengajar, murid madrasah hanya berjumlah 26 murid,
tapi selama setahun Abah mengajar, jumlah murid meningkat menjadi 300
murid. Tapi Abah menetap di Kliwed hanya setahun atau sampai tahun
1960. Sejak tahun 1960, Abah pindah ke pesantren Benda Kerep.”

Masih menurut penuturan Syukron Ma‟mun, Habib Luthfi melanjutkan


perjalanan ilmiahnya ke pesantren Benda Kerep Cirebon 22 di bawah asuhan KH.
Muhammad Kaukab. KH. Muhtadi dan KH. Arsyad. Alasannya, selain ke‟aliman
dan kewara‟an Kyai Benda Kerep, juga karena ingin meneruskan apa yang telah
dilakukan oleh Ayah dan Kakek Habib Luthfi yaitu nyantri di Benda Kerep,
karena dengan meneruskan langkah orang tua, maka diharapkan keberkahan dari
orang tua dari Pesantren Benda Kerep terus mengalir ke Habib Luthfi dan tidak
terputus. Di pesantren Benda Kerep ini, Habib Luthfi dekat dengan para Kyai
Pengasuh dan Keluarga, bahkan Habib Luthfi dianggap seperti anak sendiri, dan
sering meninggalkan rutinitas mengaji karena harus berkhidmah pada Kyai dan
keluarga Kyai. Kedekatan itu seperti yang dideskripsikan oleh Syukron Ma‟mun
berikut ini,

“Abah itu sudah dianggap anak oleh para Kyai, khususnya oleh Kyai
Kaukab. Segala keperluan Kyai Kaukab, sepertinya wajib disiapkan oleh
Habib Luthfi, dan Habib Luthfi pun tak berani makan sebelum Kyai
Kaukab makan. Kalau dalam tiga hari Kyai Kaukab tidak makan, maka
dalam tiga hari Habib Luthfi tidak makan. Bahkan Kyai Kaukab yang
mursyid thariqah syathariyyah itu menjelang wafatnya berkata kepada

22
Pesantren Benda Kerep sekarang termasuk dalam wilayah kelurahan Argasunya
kecamatan Harjamukti kota Cirebon, dan sekarang Kyai sepuhnya adalah KH. Hasan.
22

semua putra dan putri beliau dan Habib Luthfi,”Semua ilmuku sudah
kuberikan kepada Ayip Luthfi. Kalau ada apa-apa, minta saja pada Ayip
Luthfi”.

Selama nyantri di Benda Kerep, Habib Luhtfi juga dikenal sebagai santri
yang rajin berpuasa sunah dan tirakatan, sebagaimana umumnya santri Benda
Kerep di masa itu. Akan tetapi, yang membedakan antara puasa dan tirakat yang
dilakukan Habib Luthfi dengan santri-santri yang lain adalah tujuannya. Karena
Habib Luthfi berpuasa dan bertirakat dengan tujuan hanya mengharap ridho Allah
SWT dan Rasulullah SAW, sedangkan santri-santri yang lain berharap
memperoleh ilmu hikmah dan kesaktian dari puasa dan tirakat yang dilakukannya.

Selain di Benda Kerep, pada masa itu (dekade 1960-an), Habib Luthfi juga
melakukan banyak perjalanan ilmiah dan dakwah, baik itu di Jawa, maupun luar
Jawa, termasuk Timur Tengah. Diantara Guru-guru Beliau ialah KH. Dimyathi
Comal, KH. Sholeh Kebagusan Comal, KH. Said Giren, KH. Nur Dzuriyah Moga,
Habib Syekh Jagasatru, Habib Ahmad bin Ismail bin Yahya Arjawinangun, Habib
Umar bin Ismail bin Yahya Panguragan, Habib Ibrahim bin Ismail bin Yahya
Gegesik, Habib Muhammad bin Umar bin Yahya Palimanan, KH. Abdul Jamil
Pemalang, Habib Hasan bin Husein Al-Haddad Tegal, dan lain-lain. Bahkan di
tahun 1962 sampai 1963, Habib Luthfi berdakwah di basis PKI (Partai Komunis
Indonesia) di dua desa wilayah kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal, yang mana
dua desa itu didominasi aliran kejawen, bahkan masjid di desa itu sudah berubah
fungsi menjadi kandang hewan ternak. Akan tetapi, berkat dakwah dan
pendampingan yang intensif dari Habib Luthfi, pada tahun 1963 masyarakat dari
dua desa itu kembali bersedia menjalankan agama Islam.

Selama menuntut ilmu, Habib Luthfi selalu berkhidmah secara total


kepada guru-gurunya. Sehingga siapapun guru Habib Luthfi, Habib Luthfi selalu
dianggap seperti anak sendiri. Sebagaimana ketika Habib Luthfi berguru kepada
Kyai Bajuri Sudimampir Balongan Indramayu. Menjelang wafatnya Kyai Bajuri,
Kyai Bajuri mengumpulkan semua anaknya termasuk Habib Luthfi, Kyai Bajuri
berkata, “Semua ilmuku sudah kuberikan kepada Ayip Luthfi, kalau kalian anak-
anakku ada perlu apa-apa datang saja ke Ayip Luthfi.” Selanjutnya. Secara khusus
23

Kyai Bajuri berkata kepada Habib Luthfi, “Habib, sebentar lagi saya akan
meninggal, gurumu yang sebenarnya adalah seserang yang rambutnya gondrong
agak gemuk dan tidak tinggi, tapi beliau seorang ulama besar dan wali besar.”
Akan tetapi karena besarnya cinta dan hormatnya Habib Luthfi kepada Kyai
Bajuri, Habib Luthfi menjawab “Kyai yang ada didepan saya adalah Kyai, maka
Kyai adalah guru saya.” Jawaban seperti itu pula yang selalu disampaikan oleh
Habib Luthfi ketika mau berguru termasuk ketika Habib Luthfi menghadap Habib
Abu Bakar al- „Adni bin Ali al- Masyhur (Yaman) pada tahun 2015 silam. Karena
menurut Habib Luthfi ketika berguru atau di hadapan guru maka rasa cinta,
hormat, dan pasrah pada guru harus total.

Setahun setelah wafatnya Kyai Bajuri tepatnya pada tahun 1968, Habib
Luthfi didatangi oleh seorang yang mempunyai cirri-ciri fisik seperti yang telah
digambarkan oleh Kyai Bajuri, orang itu memperkenalkan dirinya. Beliau adalah
KH. Muhammad Abdul Malik. Sejak saat itu Habib Luthfi berguru kepada Mbah
Malik di Kedung Paruk Purwokerto. Mbah Malik adalah mursyid thoriqah
Syadziliyah dan thoriqah Naqsyabandiyyah Khalidiyah, beliau hafal Al- Qur‟an,
ahli tafsir, ahli hadits, dan pernah menjadi wakit mufti madzhab Syafi‟i selama 35
tahun di Mekah.

Mbah Malik merupakan Syekh Futuh23 dari Habib Luthfi, seperti Syekh
Abul Hasan Asy-Syadzili dan gurunya, Syekh Abdussalam bin Masyisy. Habib
Luthfi berguru kepada Mbah Malik selama 12 tahun sehingga pemikiran dan
perbuatan Mbah Malik sangat mempengaruhi pemikiran dan perbuatan Habib
Luthfi sekarang ini. Seperti metode Habib Luthfi dalam mengajar dan
membimbing umat, termasuk nasionalisme Habib Luthfi pun terinspirasi dari
Mbah Malik, selain dari Habib Ali bin Hasyim (Ayah Habib Luthfi).

23
Syaikh Futuh merupakan istilah dalam dunia thariqah dan tasawwuf yang berarti Guru
Mursyid yang menjadi pembuka hati dari berbagai hijab hati, sehingga Murid memperoleh ilmu
dan pengetahuan atas berbagai macam persoalan seperti tanpa batas dan derajatnya naik.
24

Totalitas cinta Habib Luthfi kepada Mbah Malik seperti tergambar dalam
kisah dari Syukron Ma‟mun berikut ini,24

“Pada Tahun 1973, Abah menikah pada tahun itu tanggal 1 Muharram.
Malam hari, ketika Abah masih memakai baju pengantin, Mbah Malik
datang. Abah senang karena Gurunya datang di hari pernikahannya.
Kemudian Mbah Malik mengajak Abah pergi. Tanpa membawa baju ganti,
dan masih memakai pakaian pengantin, Abah menuruti ajakan Mbah
Malik, padahal malam itu di rumah masih ada tamu. Abah menyangka
hanya pergi sebentar, tapi ternyata Mbah Malik mengajak Abah pergi ke
banyak tempat. Setelah 13 hari, Abah baru pulang”.

Adapun pengaruh Mbah Malik dalam nasionalisme Habib Luthfi, Syukron


Ma‟mun bercerita,

“Suatu pagi Abah diajak ke suatu tempat oleh Mbah Malik, sesampainya
di Randu Dongkal (Moga-Pemalang), Mbah Malik menyuruh sopir
berhenti. Kemudian Mbah Malik keluar dari mobil, dan sopir menyiapkan
kopi Mbah Malik. Mbah Malik melihat jam tangan, menyalakan rokok,
dan berkata,”Waktunya sebentar lagi”. Habib Luthfi hanya diam dan
dalam hati bertanya,”sebentar lagi apa ya?”. Tiba-tiba, rokok yang belum
habis dimatikan dan Mbah Malik memanggil Abah dan Pak Yuti (Sopir).
Setelah itu, Mbah Malik membacakan Hadhrah al-Fatihah untuk Baginda
Nabi SAW., para sahabat, dan seterusnya sampai disebutkan pula sejumlah
nama pahlawan, seperti Pangeran Diponegoro, Sentot Prawirodirjo, Kiai
Mojo, Jenderal Sudirman, dan lain-lain, sampai ketika tepat pukul 10.00
WIB, Mbah Malik terdiam beberapa saat dan berdoa,
”Allahummaghfirlahum warhamhum”. Setelah selesai, Abah
bertanya,”Mbah, ada apa ya?”. Mbah Malik menjawab,”Anu, ini jam 10
ya? Itu apa namanya pak Karno dan pak Hatta waktu jam 10 itu?”, Habib
Luthfi menjawab,”Proklamasi, Mbah”. Kemudian Mbah Malik
berkata,”Ya itu lah. Kita harus berhenti dan diam sejenak untuk
menghormati para pahlawan”.”

Kedekatan antara Habib Luthfi dan Mbah Malik juga tergambar ketika
Mbah Malik mendengar kabar bahwa Habib Luthfi mau datang ke Kedung Paruk,
Mbah Malik langsung bahagia, bahkan kebahagiaan Mbah Malik diekspresikan

24
Syukron Ma‟mun, wawancara (Sekretariat MATAN Cirebon: 12 Mei 2016 pukul 15.00
WIB).
25

dengan berdiri dan melompat-lompat seperti anak kecil yang bahagia diberi baju
baru.

Maka tidak mengherankan, ketika Mbah Malik wafat, Habib Luthfi sangat
sedih, dan selama beberapa hari tidak keluar kamar dan terus menangis.
Kesedihan itu hilang tatkala di suatu malam Habib Luthfi bermimpi bertemu
Rasulullah SAW. dan Rasulullah menunjukkan derajat Mbah Malik yang tinggi
dan keadaan Mbah Malik setelah wafat.

Selain ke Mbah Malik, pada masa itu Habib Luthfi juga berguru kepada
Habib Ahmad bin Ali Bafaqih Tempel yang merupakan sahabat Mbah Malik, dan
juga kepada beberapa Kiai dan Habaib lain yang terkenal ke‟aliman dan
kewaliannya seperti Kyai Maksum Lasem, Kyai Dimyathi Comal, Habib Sholeh
bin Muhsin Al-Hamid Tanggul, Habib Muhsin bin Hadi Beran, dan lain-lain.

Habib Luthfi juga seorang pribadi yang sangat mencintai sejarah. Karena
menurutnya jika seseorang tidak mengerti sejarah maka akan mudah dicabut dari
akar jati dirinya sebagai pribadi dan sebagai bangsa. Maka sejak tahun 1960-an,
Habib Luthfi bergelut dengan teks-teks sejarah, dan berziarah ke makam-makam
Ulama dan Auliya‟ untuk membaca tulisan yang tercatat di nisan.

Khusus mengenai ziarah kubur, Habib Luthfi sampai sekarang ini gemar
berziarah. Bahkan dahulu ada istilah tiga serangkai ahli ziarah untuk menjuluki
Habib Luthfi, KH. Fuad Hasyim, dan KH. Abdurrahman Wahid (Gusdur). Kata
Habib Luthfi,”Kalau manisnya madu ilmu ingin cepat dirasakan, sering-sering
ziarah makam Ulama dan Auliya.”

Puncak dari perjalanan ilmiah Habib Luthfi menurut peneliti adalah saat
Habib Luthfi mendapat ijazah secara langsung untuk berdakwah dari Nabi
Muhammad SAW., sebagaimana yang dituturkan oleh Syekh Rajab Dib An-
26

Naqsybandiy, seorang Ulama besar dan Mursyid Thariqah Naqsybandiyyah dari


Suriah.25

Ada beberapa poin penting yang membuat kemanfaatan dan keberkahan ilmu
dari Habib Luthfi: (1) cinta, taat, dan patuh pada ibu; selama proses belajar Habib
Luthfi bukan hanya belajar, tapi juga ikut membantu ekonomi keluarga, termasuk
dengan bertani, dan berjualan kayu bakar. Habib Luthfi juga melakukan segala
sesuatu selalu atas restu dan doa ibu. (2) cinta, taat, dan patuh pada Guru; hal
tersebut dibuktikan dengan totalitasnya berkhidmah, bahkan merelakan
ketinggalan pelajaran demi memenuhi perintah guru. Sehingga semua guru
mencintai Habib Luthfi dan menganggap Habib Luthfi seperti anak kandung
sendiri. (3) mencari ilmu dan berguru tiada henti; bahkan sampai sekarang Habib
Luthfi masih kerap berguru dan bertabaruk kepada Ulama-ulama lain, sekalipun
kepada Ulama yang lebih muda usianya seperti Habib Umar bin Hafizh. Tercatat
ada sekitar 95 orang guru dari Habib Luthfi.

2.3 Guru- guru Habib Muhammad Luthfi bin Yahya

Habib Muhammad Luthfi bin Yahya merupakan pribadi yang haus ilmu
dan berkah. Sehingga banyak Ulama yang Habib Luthfi datangi untuk
memperoleh ilmu dan berkah dari para Ulama itu. Tercatat ada 95 orang yang
menjadi guru Habib Luthfi. Berikut daftar nama guru-guru Habib Luthfi, antara
lain : 26

1. Habib Ali bin Hasyim bin Umar bin Yahya (Ayah sendiri),
2. Habib Ahmad bin Ali bin Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alatas
(Pekalongan),
3. Habib Husein bin Hasyim bin Umar bin Yahya (Pekalongan),
4. Habib Abu Bakar bin Abdullah Alatas (Pekalongan),
5. Habib Hamid Al-Habsyi,

25
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, Secercah Tinta; Jalinan Cinta Seorang Hamba
dengan Sang Pencipta (Pekalongan; Menara Publisher, 2012), h. 358.
26
Daftar nama-nama Guru Habib Luthfi penulis peroleh dari Kyai Zakaria. Kyai Zakaria
adalah murid Habib Luthfi yang mengaji kepada Habib Luthfi sejak tahun 1985 dan sekarang
beliau menjadi pengasuh PP. Al Mubarok Medono Kota Pekalongan.
27

6. Syekh Ahmad bin Mahfuzh,


7. Habib Muhammad bin Husein bin Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alatas
(Pekalongan),
8. Syekh Muhammad Kaukab bin Muslim (Benda Kerep Cirebon),
9. Syekh Muhtadi bin Muslim (Benda Kerep Cirebon),
10. Syekh Arsyad bin Muhammad Amin (Benda Kerep Cirebon)
11. Syekh Muhammad Bajuri (Sudimampir Balongan Indramayu)
12. Syekh Masyhadi bin Muslim bin Utsman (Karangampel Indramayu),
13. Habib Sholeh bin Abdullah Al-Hinduan (Karangampel Indramayu),
14. Habib Abu Bakar bin Abdullah Ba‟abud (Indramayu),
15. Habib Alwi bin Yusuf bin Ahmad bin Yahya (Indramayu),
16. Habib Muhammad bin Toha bin Umar bin Yahya (Indramayu),
17. Habib Muhammad bin Hasyim bin Umar bin Yahya (Kliwed Kertasemaya
Indramayu),
18. Habib Syekh bin Abu Bakar bin Syaikhan bin Yahya (Jagasatru Cirebon),
19. Habib Muhammad bin Umar bin Abu Bakar bin Yahya (Pegagan
Palimanan Cirebon)
20. Habib Ahmad bin Ismail bin Yahya (Jenun Arjawinangun Cirebon),
21. Habib Umar bin Ismail bin Yahya (Panguragan Cirebon),
22. Habib Ibrahim bin Ismail bin Yahya (Gegesik Cirebon),
23. Habib Idrus bin Muhammad bin Idrus Al Habsyi (Cirebon),
24. Habib Ali bin Husein Alatas (Cikini Jakarta),
25. Habib Umar bin Hud Alatas (Jakarta),
26. Habib Ali bin Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alatas (Pekalongan),
27. Habib Yahya bin Hasyim bin Umar bin Yahya (Pekalongan),
28. Habib Abdullah bin Salim Maula Khailah (Pekalongan),
29. Habib Zain bin Ali Al Jufri (Semarang),
30. Habib Idrus bin Muhammad As Segaf (Semarang),
31. Habib Anis bin Alwi bin Ali Al Habsyi (Solo),
32. Habib Abdul Qadir bin Abdurrahman As Segaf (Solo),
33. Habib Umar bin Abdul Qadir Al Idrus (Solo),
34. Habib Ahmad bin Ali Bafaqih (Tempel Sleman Jogjakarta),
28

35. Habib Umar bin Toha bin Yahya (Surabaya),


36. Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi (Surabaya),
37. Habib Sholeh bin Muhsin Al Hamid (Tanggul Jember),
38. Habib Muhsin bin Hadi Al Hamid (Beran),
39. Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih (Malang),
40. Habib Hasan bin Utsman bin Yahya,
41. Habib Utsman bin Alwi bin Utsman bin Yahya (Jakarta),
42. Habib Muhammad bin Aqil bin Yahya (Jakarta),
43. Habib Ahmad bin Muhammad Al Haddad (Jakarta),
44. Habib Abdul Qadir bin Ahmad As Segaf (Makkah),
45. Habib Ahmad Masyhur Al Haddad (Tarim Yaman),
46. Syekh Sa‟duddin Al Halabi Ad Dimasyqi (Makkah),
47. Habib Muhammad bin Alwi Al Maliki (Makkah),
48. Habib Umar bin Muhammad bin Hafizh bin Syekh Abu Bakar bin Salim
(Tarim Yaman),
49. Habib Zain bin Ibrahim bin Smith (Madinah),
50. Habib Muhammad bin Alwi Al Habsyi (Tarim Yaman),
51. Habib Hasan bin Salim Alatas (Singapura),
52. Syekh Abdullah Al Faqih bin Umar Al Khathib (Singapura),
53. Habib Ali bin Umar Bafaqih (Negara Bali),
54. Habib Muhammad Al Qadhi Al Kaf (Tegal),
55. Habib Hasan bin Husein bin Muhammad Al Haddad (Tegal),
56. Habib Muhammad bin Ali bin Toha Al Haddad (Tegal),
57. Habib Aqil bin Abdullah bin Yahya (Kadipaten Majalengka),
58. Syekh Muhammad bin Abdullah Haujah (Semarang),
59. Habib Idrus bin Abu Bakar Al Habsyi (Surabaya),
60. Syarifah Zahra‟ binti Abu Bakar bin Umar bin Yahya (Surabaya),
61. Syarifah Khadijah binti Hasyim bin Yahya (Pekalongan),
62. Syarifah Syaikhun binti Syekh bin Alwi bin Yahya (Jakarta),
63. Syekh Abdullah bin Nuh (Bogor),
64. Syekh Mahfuzh bin Anwar (Blado Pekalongan),
65. Syekh Ali Bamahramah,
29

66. Habib Hamid bin Muhammad Al Hanafi bin Salim bin Yahya (Makkah),
67. Habib Muhammad bin Aqil bin Yahya (Sokaraja Purwokerto),
68. Sayyid Syekh Muhammad Abdul Malik bin Ilyas (Kedung Paruk
Purwokerto),
69. Syekh Muzni (Karangcengis Ajibarang Banyumas),
70. Syekh Ali bin Abu Bakar Basalamah (Jatibarang Brebes),
71. Syekh Manshur bin Nawawi,
72. Syekh Suhrawardi bin Nawawi (Tegal),
73. Syekh Said bin Armia (Giren Tegal),
74. Syekh Abdul Jamil (Pemalang),
75. Syekh Muhammad Dimyathi bin Nashir (Comal Pemalang),
76. Syekh Muhammad Nur (Walangsanga Moga Pemalang),
77. Syekh Muhammad Sholeh Madyani (Kebagusan Comal Pemalang),
78. Syekh Abdul Fattah bin Thahir (Kradenan Bangkalan),
79. Syekh Irfan (Kertijayan Pekalongan),
80. Syekh Ahmad Mudzakir bin Fadholi (Pekalongan),
81. Syekh Ru‟yah (Kaliwungu Kendal),
82. Syekh Muhammad Ma‟shum (Lasem Rembang),
83. Syekh Abdullah Salam (Kajen Pati),
84. Syekh Abdullah Hadziq bin Hasbullah (Jepara),
85. Habib Ali bin Muhammad bin Syihab,
86. Habib Salim bin Abdullah Asy Syathiri (Tarim Yaman),
87. Habib Ali bin Muhammad bin Abdul Qadir As Segaf (Tuban),
88. Sayyid Afifuddin Al Jilani,
89. Sayyid Syekh Muhammad Nazhim Adil Al Haqqani (Siprus),
90. Syekh Muhammad bin Abdul Bari Tegal,
91. Syekh Zuhdi (Cikura Tegal),
92. Syekh Rais bin Armia (Cikura Tegal),
93. Syekh Utsman Abid Al Bamawi Asy Syadzili,
94. Habib Aqil bin Muhammad Ba‟abud (Purworejo), dan
95. Habib Abu Bakar Al-„Adni bin Ali Al Masyhur (Tarim Yaman).
30

2.4 Guru-guru Thariqah Habib Muhammad Luthfi bin Yahya

Habib Luthfi bin Yahya mengambil thariqah dan mendapatkan ijazah


untuk membaiat serta menjadi mursyid dari guru-guru beliau. Diantara guru-guru
beliau adalah:

a. Thariqah Naqsyabandiyyah Khalidiyyah


Thariqah Naqsybandiyyah Khalidiyyah merupakan thariqah yang
disandarkan penamaannya kepada Quthb al-Ghauts al-jami‟ al-mujaddid
Maulana Muhammad Khalid. Sedangkan penyebar thariqah ini di pulau
Jawa ialah Syaikh Muhammad Hadi Girikusumo Demak dan Syaikh
Muhammad Ilyas Sokaraja Banyumas. 27
Adapun Habib Luthfi mendapatkan ijazah thariqah thariqah
naqsyabandiyyah khalidiyyah dari guru beliau, al-hafizh al-muhaddits al-
mufassir al-musnid al-„alim al-„allamah Ghauts al-Zaman Sayyid Syaikh
Muhammad As‟ad Abd Malik bin Quthb al-Kabir al-Imam al-„Allamah
Sayyid Syaikh Muhammad Ilyas bin Ali bin Hamid dari Quthb al-Kabir
Sayyid Sulaiman al-Zuhdi dari Quthb al-„Arif Sulaiman al-Quraimi dari
Quthb al-„Arif Sayyid Abdullah Affandi dari Quthb al-Ghauts al-jami‟ al-
mujaddid Maulana Muhammad Khalid sampai pada Quthb al-Ghauts al-
Jami‟ Sayyid Syaikh Muhammad Baha‟udin al Naqsaybandi al Hasani.28
b. Thariqah Syadziliyyah
Thariqah Syadziliyyah merupakan thariqah yang penamaannya
disandarkan pada Quthb Jami‟I al-Maqam wa Ghauts al-a‟zham Syaikh
Abul Hasan „Ali Asy Syadzili. Thariqah Syadziliyyah ini dikenal sebagai
thariqah yang ringan dalam pembacaan wirid meskipun memiliki banyak
hizib dan tidak menganjurkan murid-muridnya meninggalkan profesi
keduniaan mereka. 29
Habib Luthfi mendapatkan Ijazah thariqah syadziliyyah dari guru beliau,
al-hafizh al-muhaddits al-mufassir al-musnid al-„alim al-„Allamah ghauts

27
Sholeh Bahruddin, Sabilus Salikin (Pasuruan: Pondok Pesantren Ngalah, 2012), h. 484-
485.
28
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, Secercah Tinta, h. 358-359.
29
Sri Mulyati et.al., Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia,
(Jakarta: Kencana, 2011), h. 57-82.
31

al-zaman Sayyid Syaikh Muhammad As‟ad Abdul Malik bin Quthb al-
Kabir al-Imam al-„Allamah Sayyid Syaikh Muhammad Ilyas bin Ali bin
Hamid dari al-„alim al-„allamah Ahmad Nahrawi al-Maki dari Mufti
Mekah Madinah Sayyid Shalih al-Hanafi Ra.30
Selain dari Syaikh Muhammad As‟ad Abdul Malik, Habib Luthfi bin
Yahya juga mendapat ijazah dan kemursyidan thariqah Syadziliyyah dari
Syaikh Sa‟duddin Al Halabi Ad Dimasyqi Makkah.
c. Thariqah „Alawiyyah
Thariqah „Alawiyyah merupakan thariqah yang sanad thariqahnya dari al-
Imam al-Ustadz al-A‟zham al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin „Ali
dari Syaikh Abu Madyan Syuaib Al Maghribi.
Al-Faqih Al-Muqaddam dikenal sebagai founding father thariqah
„alawiyyah dan banyak habaib 31 di Indonesia yang secara nasab dan sanad
keilmuan bersambung kepada beliau. Sehingga penyebaran thariqah
„alawiyyah ini banyak melalui habaib asal Yaman, termasuk walisongo
yang masih keturunan Rasulullah SAW dan berasal dari Yaman.32
Habib Luthfi mendapatkan ijazah menjadi mursyid, khirqah, dan ijazah
untuk bai‟at, talqin dzikir khash dan „aam Thariqah „Alawiyyah dari guru-
guru beliau, diantaranya adalah:
1) Al-„Alim al-„Allamah Quthb al-Kabir al Habib Ali bin Husain al-
Athas.
2) Afrad Zamanihi Akabir Aulia al-„Allamah al-Habib Hasan bin
Quthb al-Ghauts Mufti al Kabir al-Habib al-Imam Utsman bin
Abdullah bin Aqil bin Yahya Ba‟Alawi.
3) Al-Ustadz al-Kabir al-Muhaddits al-Musnid al-„Allamah al-Habib
Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih Ba‟Alawi
4) Al-„Alim al-„Allamah al-„Arif billah al-Habib Ali bin Sayyid al-
Quthb al-Allamah Ahmad bin Abdullah bin Thalib al-Athas
Ba‟Alawi.

30
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, Secercah Tinta, h. 359.
31
Habaib adalah jamak dari kata tunggal Habib. Sebutan bagi keturunan Rasulullah SAW.
32
Ismail Fajrie Alatas, Percikan Cinta Para Kekasih (Bunyan, Yogyakarta: 2013), h..
xiii-xv
32

5) Al-„Alim al-„Arif billah al-Habib Hasan bin Muhammad bin Salim


al-Athas Singapura
6) Al-Alim al-Allamah al-Arif billah al-Habib Umar bin Muhammad
bin Salim bin Hafidz bin Syaikh Abu Bakar bin Salim Ba‟alawi.
d. Thariqah al-Qadiriyah wa al-Naqsyabandiyah
Thariqah al-Qadiriyyah wa an-Naqsybandiyyah merupakan dua thariqah
yang disatukan oleh Syaikh Ahmad Khathib Sambas. Thariqah ini banyak
tersebar di Indonesia, terutama di Jawa dengan penyebarnya adalah Syaikh
Abdul Karim Al-Bantani, Syaikh Tholhah Cirebon, dan Syaikh Kholil
Bangkalan.33
Habib Luthfi mendapatkan ijazah thariqah al-Qadiriyyah wa an-
Naqsybandiyyah dari al-„Allamah Sayyid al-Imam Ali bin Umar bin Idrus
bin Zain bin Quthb al-Ghauts al-Habib Alawi Bafaqih Ba‟Alawi Negara
Bali dari al-„Alim al-„Allamah Ahad Akabir „Ulama Sayyidi Syaikh
Ahmad Khalil bin Abd Lathif Bangkalan Ra dari al-„Alim al-„Allamah al-
„Arif billah Syaikh Ahmad Khathib Sambas.
Dari beliau, Habib Luthfi mendapat ijazah menjadi mursyid dengan segala
kewenangan sebagai Mursyid Thariqah Al Qadiriyyah wa An
Naqsybandiyyah.
e. Jami‟uth thuruq (semua thariqah) dengan sanad dan silsilahnya:
Dari Syaikh Muhammad al-Maliki, Habib Luthfi mendapat ijazah
mursyid, hirqah, talqin dzikir, bai‟at khas dan „am, kitab-kitab karangan
Sayyid Muhammad Al-Maliki, wirid-wirid, hizib-hizib, kitab-kitab hadits
dan sanadnya dari Al-Imam al-„Alim al-„Allamah al-Muhaddits al-Musnid
al-Mufassir Quthb al-Haramain As-Sayyid al Habib Muhammad al-Maliki
bin Imam Sayyid Mufti al-Haramain Alawi bin Abas al-Maliki al-Hasani
al-Husaini Mekah.
f. Thariqah Tijaniyyah
Thariqah tijaniyyah merupakan thariqah yang namanya dinisbatkan kepada
Syaikh Ahmad bin Muhammad at-Tijani. Syaikh Ahmad adalah seorang

33
Sri Mulyati, Peran Edukasi Tarekat Qadiriyyah Naqsyabandiyyah Dengan Referensi
Utama Suryalaya (Jakarta, Kencana: 2010), h. 35-49.
33

wali besar yang sanad thariqahnya langsung bersambung kepada


Rasulullah SAW. 34
Habib Luthfi mendapat ijazah kemursyidan tijaniyyah dari al-„Alim al-
„Allamah Akabir Aulia al-Kiram Ra‟su Muhibbii Ahlil bait Sayyidi Sa‟id
bin Armiya Giren Tegal. Kyai Sa‟id menerima dari dua gurunya yakni:
pertama, Syaikh Ali bin Abu Bakar Basalamah, Syaikh Ali bin Abu Bakar
Basalamah menerima dari Sayyid Alawi al-Maliki.dan kedua, Kyai Sa‟id
mendapatkan ijazah langsung dari Sayyid Alawi al-Maliki.
g. Thariqah Naqsybandiyyah Haqqaniyyah
Thariqah Naqsybandiyyah Haqqaniyyah merupakan thariqah cabang dari
thariqah naqsybandiyyah yang dinisbatkan kepada Syaikh Muhammad
Nazhim „Adil al-Haqqani dan berkembang pada beberapa dekade
belakangan.35
Habib Luthfi mendapat ijazah kemursyidan thariqah naqsybandiyyah
haqqaniyyah dari al-„alim al-„allamah al-„arif billah Sayyid Syaikh
Muhammad Nazhim „Adil al-Haqqani dari al-„alim al-„allamah al-„arif
billah Sayyid Syaikh Abdullah Faiz Ad-Daghestani.

2.5 Aktivitas Dakwah dan Organisasi Habib Muhammad Lutfi bin


Yahya
2.5.1 Gerakan Pendidikan Keagamaan

Habib Muhammad Luthfi bin Yahya pertama kali mangajar pada tahun
1959 di Madrasah Diniyah desa Kliwed, dan aktifitas dakwah beliau terus
berlanjut meskipun beliau masih berstatus sebagai santri, seperti ketika beliau
berdakwah di Lebaksiu Tegal pada tahun 1962 sampai 1963 M.

Adapun ketika beliau pertama kali membuka pengajian di Pekalongan


pada akhir tahun 1970-an, hanya diikuti oleh 5 remaja putri, dan beliau

34
M. Yunus A. Hamid, Risalah Singkat Thariqah At Tijany, (Jakarta Pusat: Yayasan
Pendidikan dan Dakwah Tarbiyah Attijaniyyah, 2008), h. 9-11.
35
Sholeh Bahruddin, Sabilus Salikin, h. 662.
34

mengajarkan remaja-remaja putri itu membaca al-Qur‟an, ilmu Tauhid dan Fiqih
dasar, kecintaan pada Rasulullah SAW, dan sholawat Nabi.36

Selain itu, setiap hari kamis Habib Luthfi juga mengajari anak-anak yatim
ilmu agama dan rutin membaca maulid Nabi. Bukan hanya itu, kepada anak yatim
Habib Luthfi seperti ayah atau kakak mereka. Bahkan atas perjuangan Habib
Luthfi yang dibantu oleh Habib Abdullah Fahmi al- Atas, bisa membangun dan
menghidupi panti asuhan Darul Aitam kota Pekalongan.

Habib Luthfi merupakan tokoh sentral Maulid Nabi Muhammad “Kanzus


Sholawat”. Beliau menjadi penggerak Maulid Nabi yang menurut beliau dimulai
sejak kakek buyut beliau, Habib Toha bin Muhammad al Qadhi bin Yahya di
Abad ke-17 silam.

Maulid Nabi Muhammad “Kanzus Sholawat” awalnya hanya dilaksanakan


di kediaman Habib Luthfi di Keputran Kota Pekalongan dan hanya dihadiri oleh
sekitar 40 orang, dan hanya menghabiskan satu karung beras dan satu ekor
kambing setiap dilaksanakan.

Akan tetapi, Maulid Nabi Muhammad “Kanzus Sholawat” sekarang ini


dilaksanakan merata di seluruh pulau Jawa, dan ditambah dengan Bali dan
Kalimantan, dan berlangsung sepanjang tahun, bukan hanya di bulan Rabi‟ul
Awwal atau bulan Maulud. Sehingga sepanjang tahun, kecuali di bulan ramadlan,
Habib Luthfi hampir setiap hari keliling dari satu kota ke kota lain untuk mengisi
ceramah Maulid Nabi Muhammad SAW.

Berdasarkan informasi dari panitia, pada gelaran puncak Maulid Nabi


Muhammad “Kanzus Sholawat” atau biasa disebut dengan Maulid Akbar tahun
2016, total pengunjung yang hadir lebih dari 80.000 orang dan menghabiskan 350
ekor kambing.

Maulid Nabi Muhammad “Kanzus Sholawat” juga terkenal dengan ciri


khas nasionalisme yang kental di setiap lokasi Maulid Nabi dilaksanakan. Bahkan

36
Ahmad Tsauri, Sejarah Maulid Nabi; Meneguhkan Keislaman dan Kebangsaan Sejak
Khaizuran (173 H) Hingga Habib Luthfi bin Yahya (1947 M – sekarang) (Pekalongan; Menara
Publisher, 2015), h. 190.
35

dalam pra acara Maulid Akbar, selalu diawali dengan pertemuan Ulama Thariqah
Nasional dan Internasional yang penuh dengan pembahasan nasionalisme dan
pawai panjang jimat yang kental dengan unsur nasionalisme dan persatuan
Indonesia.

Di Majelis Kanzus Sholawat pula Habib Luthfi secara rutin mengadakan


pengajian kitab Ihya‟ „Ulum Ad-Diin karya al Imam al Ghazali tiap hari selasa
malam rabu, pengajian khusus perempuan tiap rabu pagi dengan mengkaji kitab
Fath al Qarib karya Syaikh Abu Syuja‟i, dan pengajian kitab Jamii‟u al Ushuul al
Auliya‟ setiap jumat kliwon pagi.

Selain menjadi pengasuh Majelis Kanzus Sholawat, Habib Luthfi juga


menjadi pengasuh dan penasehat beberapa pesantren dan majelis, seperti PP.
Sunan Gunung Jati Ba‟alawi Semarang, PP. Al-Inshof Surakarta, PP. Nahrus
Salamah Kudus, Majelis Asy-Syarifiyyah Pekalongan, Majelis Darul Hasyim
Duren Sawit Jakarta, dan lain-lain.

2.5.2 Gerakan Thariqah dan Organisasi

Adapun dalam thariqah, Habib Luthfi merupakan mursyid thariqah dan


sejak tahun 2000 menjabat sebagai Rais „Aam Jamiyyah Ahlith Thariqah Al
Mu‟tabarah An Nahdliyyah (JATMAN) atau organisasi yang menaungi semua
thariqah yang terverifikasi silsilah dan ajarannya. 37

Perubahan besar dilakukan oleh Habib Luthfi bin Yahya ketika menjabat
sebagai Rais „Aam Idarah „Aliyah JATMAN, diantaranya: (1) penataan
administrasi organisasi, (2) menghidupkan kembali beberapa Idarah Syu‟biyah
(Pengurus Cabang) JATMAN yang mati atau vakum, (3) pendataan thariqah-
thariqah dan mursyid-mursyid di daerah-daerah, karena banyaknya laporan
thariqah dan mursyid yang dipandang menyimpang dari syariat atau tidak
mu‟tabarah, (4) pemisahan jarak antara JATMAN dengan partai politik setelah
sebelumnya dekat dengan salah satu partai politik, (5) mensosialisasikan
pentingnya berthariqah bagi semua kalangan, (6) dekat dengan pemerintah, TNI,

37
Afif Amrullah, “Sejarah Baru Jamiyyah Thariqah”, Majalah Aula, PWNU Jawa Timur,
Surabaya, edisi Februari 2012 h. 10.
36

dan kepolisian, (7) aktif mengkampanyekan kecintaan terhadap tanah air, dan (8)
mengajak kalangan muda untuk tidak takut berthariqah.

Sebagai mursyid dan Rais „Aam JATMAN, Habib Luthfi aktif melakukan
pembinaan thariqah, baik melalui pengajian rutin thariqah dan tasawwuf yang
beliau laksanakan di kanzus sholawat tiap hari Selasa malam Rabu, dan tiap Jumat
Kliwon pagi, maupun ketika beliau hadir di acara-acara JATMAN di daerah-
daerah. Bahkan, tak jarang beliau menemui tamu-tamu dari ahlith thariqah
ataupun pengurus JATMAN untuk berbicara mengenai thariqah sampai subuh di
kediaman beliau.

Habib Luthfi, sebagai Rais „Aam JATMAN, terbilang melakukan banyak


terobosan kemajuan bagi JATMAN. JATMAN yang sebelumnya hanya berkutat
di wilayah thariqah dan tidak terdengar gaungnya, oleh Habib Luthfi menjadi
organisasi besar dan mendunia. Bahkan sejak 2009 JATMAN mempelopori
pertemuan-pertemuan Ulama Thariqah Internasional untuk perdamaian dunia, dan
terakhir pada 15 Januari 2016 JATMAN melaksanakan konferensi internasional
Ulama Thariqah Bela Negara di Kota Pekalongan dan rencananya 17 Mei 2016
acara serupa akan kembali dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari Konferensi
Ulama Thariqah Internasional Januari 2016. 38

Selain itu, Habib Luthfi melalui JATMAN mempelopori berdirinya


MATAN (Mahasiswa Ahlith Thariqah Al Mu‟tabarah An Nahdliyyah) yang
mewadahi mahasiswa yang berthariqah dan sebagai media mengenalkan thariqah
di kalangan mahasiswa. Sehingga, dengan adanya MATAN ini Habib Luthfi
pelan-pelan mengubah stigma dan citra thariqah hanya untuk orang tua lanjut usia,
tetapi thariqah juga penting dan harus untuk mahasiswa. 39

Di Nahdlatul „Ulama (NU), Habib Luthfi merupakan salah satu tokoh


yang sering mengatakan bahwa NU wajib dijaga dan dipertahankan
keberadaannya. Adapun secara struktur, Habib Luthfi pernah menjabat sebagai
Rais II Syuriah PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul „Ulama) pada periode 2010-

38
Pengurus Pusat MATAN, wawancara dan observasi (Pekalongan, 14-18 Januari 2016)
39
PP. MATAN, SOP dan JUKNIS Mahasiswa Ahlith Thariqah Al Mu‟tabarah An
Nahdliyyah (Jakarta, PP. MATAN: 2015), h. iii-iv.
37

2015 dan sekarang duduk sebagai Mustasyar (Penasehat) PBNU. Di samping itu,
beliau juga pernah menjabat sebagai ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI)
wilayah Jawa Tengah. 40

2.5.3 Gerakan Sosial

Peran Habib Luthfi di tengah masyarakat, Habib Luthfi ibarat ayah bagi
semua kalangan. Rumah beliau seperti rumah bagi semua umat dan terbuka 24
jam. Beliau setiap hari menemui tamu sampai subuh meskipun fisik tampak lelah
karena pulang dari bepergian. Semua beliau pandang dengan kasih sayang.
Sehingga beliau pun diminta banyak organisasi dan komunitas untuk menjadi
penasehat, seperti penasehat beberapa produk rokok, penasehat PITI
(Persaudaraan Islam Tionghoa), sampai menjadi penasehat komunitas vespa.
Maka tak mengherankan, jika pengajian Jumat Kliwon dan Maulid yang dihadiri
beliau, pun tampak orang-orang non muslim dan pemuda berambut gimbal ikut
hadir.

Maka tak heran jika banyak non muslim masuk Islam padahal tidak diajak
masuk Islam dan anak muda yang tertarik kepada beliau sehingga aktif mengaji
kepada beliau dan berbaiat thariqah kepada beliau, karena beliau selalu
menghormati setiap manusia yang datang dan bertamu ke rumah beliau.

2.5.4 Gerakan Ekonomi

Habib Luthfi mempunyai rutinitas setiap malam Idul Fithri, beliau aktif
membagikan beras zakat keliling Pekalongan. Awal mula pembagian beras itu,
Habib Luthfi hanya membawa satu karung beras dengan naik becak bersama istri
beliau (Syarifah Salma), tetapi pada Idul Fithri tahun lalu total beras yang
dibagikan kepada anak yatim, dan fakir miskin mencapai 70 ton.

Selain itu, setiap tahunnya ratusan kambing dan berkwintal-kwintal beras


diberikan oleh Habib Luthfi kepada panitia Maulid Nabi di beberapa lokasi yang
secara ekonomi belum maju. 41

40
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, Secercah Tinta, h. 361.
41
Ahmad Tsauri, Sejarah Maulid Nabi, h. 209-210.
38

Habib Luthfi juga aktif mengkampanyekan pentingnya membeli produk


dalam Negeri dan pentingnya para petani mengemas produk hasil tani secara
menarik agar lebih mempunyai nilai jual. Di samping itu, beliau juga aktif
memotivasi pengrajin dan penjual batik pekalongan agar batik pekalongan bisa
dikenal di Indonesia dan Internasional. Sehingga tak mengherankan jika kemudian
Habib Luthfi ikut membidani berdirinya International Batik Center (IBC) yang
terletak di Jalan Raya Wiradesa Kabupaten Pekalongan, dan sekarang menjadi
salah satu penasehat IBC.

Selain menjadi penasehat IBC, Habib Luthfi juga menjadi penasehat


beberapa perusahaan dan pabrik di Jawa Tengah. Menurut beliau, pabrik-pabrik
besar di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah mayoritas dimiliki oleh asing atau
non muslim, dengan mendekati para pemilik atau pemodal, setidaknya pekerja
pabrik yang mayoritas muslim bisa mendapatkan hak-haknya secara utuh sebagai
pekerja dan sebagai muslim.

Habib Luthfi merupakan sosok yang getol menyuarakan pentingnya


berwirausaha bagi kalangan santri, sehingga secara ekonomi santri dan ustadz bisa
mandiri. Motivasi wirausaha dari Habib Luthfi tersebut nyatanya menginspirasi
beberapa santri, ustadz, dan kiai untuk mengembangkan potensi wirausaha
masing-masing, seperti di Cirebon yang mengembangkan usaha kaos sablon dan
bawang dayak, di Semarang yang mengembangkan usaha properti dan
perkebunan kayu, di Karesidenan Surakarta yang mengembangkan usaha
minimarket, batik, buah-buahan, dan pengembang kontraktor, di Pekalongan yang
mengembangkan usaha buku online dan batik, termasuk produk sarung NU, dan
lain-lain. 42

2.5.5 Gerakan Politik

Dalam urusan kenegaraan, Habib Luthfi termasuk ulama yang bisa masuk
ke semua kalangan pejabat. Bahkan tak jarang beliau memberi nasehat kepada
presiden dan para pejabat lainnya. Hal itu karena sikap beliau yang selalu bersikap
netral, dan tidak berpartai. Jadi gerakan politik beliau bukan pada politik praktis
42
Syukron Ma‟mun, “Strategi Pengembangan MATAN,” Makalah, disajikan pada
seminar pengkaderan MATAN, tanggal 02 Januari 2016 (Cierebon: MATAN, 2016) h. 1-3
39

tetapi lebih ke gerakan high politic (politik tingkat tinggi) dimana beliau menjadi
penasehat bagi para aktivis politik yang senantiasa berdatangan kepada beliau
untuk meminta pertimbangan, saran dan nasehat dalam urusan politik dan
kemaslahatan rakyat.

Maka, Habib Luthfi pun sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
dan sekarang Presiden Joko Widodo aktif memberi masukan dan nasehat bagi
presiden dan para menteri untuk kebaikan bangsa dan Negara.

Sikap netral Habib Luthfi terbukti efektif menciptakan stabilitas politik


antar partai politik dan di tengah masyarakat, seperti pasca pemilihan umum
presiden dan wakil presiden 2014 yang membuat suhu masyarakat memanas.
Berkat usaha Habib Luthfi, suhu panas antar partai dan antar pendukung calon
bisa segera menurun.

Habib Luthfi juga dikabarkan pernah dekat dengan orde baru dan
Golongan Karya (Golkar) di era 1990-an. Kedekatan yang membuat beliau bisa
menasehati pemerintah orde baru yang terkenal anti kritik, petinggi Golkar, dan
petinggi ABRI (TNI dan Polri). Sehingga, karena kedekatannya itu, ketika terjadi
gesekan politik pada pemilu 1997, terjadi kerusuhan antara pendukung Partai
Persatuan dan Pembangunan (PPP) dan Golongan Karya (Golkar). Habib Luthfi
bisa ikut meredam kerusuhan dan mengusahakan agar pendukung PPP bisa
terselamatkan dari upaya represi kepolisian dan tentara yang menyokong Golkar.

Adapun pada pemilihan umum 1999, di masa kampanye yang panas antara
pendukung PPP dan PKB, Habib Luthfi berhasil mendinginkan suhu panas,
sehingga kerusuhan antar pendukung pun bisa dicegah. 43

43
Ahmad Tsauri, Sejarah Maulid Nabi, h. 230-232.

Anda mungkin juga menyukai