Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya dilahirkan di kota Pekalongan
pada hari Senin pagi, pada tanggal 27 Rajab 1367 H, bertepatan pada tanggal 10
November tahun 1947 M. dilahirkan dari seorang Syarifah (gelar untuk
perempuan yang bernasab Rasulullah), yang bernama Sayidah al- Karimah
Syarifah Nur binti Sayyid Muhsin Maula Khilah dan ayah Habib Luthfi bernama
al Habib al Hafidz Ali al Ghalib. 20 Kelahiran beliau disaksikan oleh seorang
Ulama Besar, Wali Besar, Wali Quthb di zamannya, Habib Abu Bakar bin
Muhammad as Segaf Gresik. Konon, menurut cerita Kyai Zakaria, Habib Abu
Bakar pula yang memberi nama. Berikut silsilah nasab Habib Muhammad Luthfi
bin Yahya :
20
Mochammad Najmul Afad, “Konstruksi Identitas Nahdlatul Ulama dalam Peringatan
Maulid Kanzus Shalawat di Kota Pekalongan”, Skripsi (Semarang: UNNES, 2015), h. 66- 68.
17
18
Imam Alwy
Imam Ubaidillah Ba‟Alawy Imam Muhammad
Imam al
Imam Salim Imam Muhammad Sayyid Sahal
Kabir
Sayid Al Imam „Alawi Sayid al Imam Muhammad
Abdullah
Selain itu, nasab Habib Luthfi juga masih bersambung ke Sunan Ampel,
Sunan Gunung Jati dan Sultan Abdul Fattah ( Raden Fattah Demak) melalui jalur
istri Habib Umar bin Thoha Indramayu yang bernama Syarifah Marinah binti
Tubagus Hasan Qudsi. Tubagus Hasan Qudsi merupakan keturunan Maulana
Hasanuddin Banten bin Sunan Gunan Gunung Jati. Adapun Syarifah Marinah dari
jalur ibunya adalah cucu dari Kyai Sam‟un Dadap Indramayu dan Kyai Sam‟un
adalah keturunan dari Sultan Abdul Fattah dengan istri Sultan Fattah yang
bernama Syarifah Asyiqah binti Sunan Ampel.
Selanjutnya, ketika Habib Luthfi belum genap berusia 12 tahun atau tahun
1959, Habib Ali wafat, kemudian Habib Luthfi mulai nyantri ke Habib
Muhammad bin Hasyim yang tak lain adalah kakak dari Habib Ali ( bahasa jawa:
uwak/pak dhe) di desa Kliwed Kertasemaya Indramayu. Mengenai kehidupan
Habib Luthfi di Kliwed, Syukron Ma‟mun21 menuturkan,
21
Syukron Ma‟mun Cirebon adalah Ketua Umum MATAN (Mahasiswa Ahlith Thoriqah
al- Mu‟tabarah an- Nahdliyyah) dan pernah tinggal dan berkhidmah di kediaman Habib Luthfi,
serta sampai sekarang masih aktif silaturrahim dan mengaji ke Habib Luthfi. Syukron Ma‟mun
dipilih sebagai sumber informasi karena dia mencatat banyak perkataan Habib Luthfi, termasuk
perkataan Habib Luthfi tentang kisah riwayat hidupnya. Total ada 7 buku catatan tebal yang berisi
perkataan Habib Luthfi yang dicatat oleh Syukron Ma‟mun.
21
“Abah itu sudah dianggap seperti anak sendiri oleh Habib Muhammad.
Pada usia remaja, belum genap 12 tahun, Abah tidak seperti umumnya
anak seusia Abah. Jiwa kepemimpinannya sudah tampak, selalu menjadi
pemimpin bagi teman permainannya, dan tak pernah pakai celana pendek.
Sebagai anak pertama, setelah Ayahnya Abah, Habib Ali wafat, Abah
harus ikut membantu ekonomi keluarga, terutama untuk kehidupan adik-
adiknya Abah. Jadi, di Kliwed itu selain Abah nyantri, juga ikut bertani.
Setiap tahun total Abah mendapatkan jatah atau gaji sebanyak 12 kantong
padi. Meskipun Abah masih remaja tapi beliau sudah dipercaya oleh H.
Sholeh, tokoh masyarakat Kliwed, untuk ikut mengajar di Madrasah
Diniyah, karena di Madrasah hanya ada satu ustadz, yaitu ustadz Turmudzi
yang aslinya dari Tulungagung. Itu pertama kalinya Abah mengajar.
Sebelum Abah ikut mengajar, murid madrasah hanya berjumlah 26 murid,
tapi selama setahun Abah mengajar, jumlah murid meningkat menjadi 300
murid. Tapi Abah menetap di Kliwed hanya setahun atau sampai tahun
1960. Sejak tahun 1960, Abah pindah ke pesantren Benda Kerep.”
“Abah itu sudah dianggap anak oleh para Kyai, khususnya oleh Kyai
Kaukab. Segala keperluan Kyai Kaukab, sepertinya wajib disiapkan oleh
Habib Luthfi, dan Habib Luthfi pun tak berani makan sebelum Kyai
Kaukab makan. Kalau dalam tiga hari Kyai Kaukab tidak makan, maka
dalam tiga hari Habib Luthfi tidak makan. Bahkan Kyai Kaukab yang
mursyid thariqah syathariyyah itu menjelang wafatnya berkata kepada
22
Pesantren Benda Kerep sekarang termasuk dalam wilayah kelurahan Argasunya
kecamatan Harjamukti kota Cirebon, dan sekarang Kyai sepuhnya adalah KH. Hasan.
22
semua putra dan putri beliau dan Habib Luthfi,”Semua ilmuku sudah
kuberikan kepada Ayip Luthfi. Kalau ada apa-apa, minta saja pada Ayip
Luthfi”.
Selama nyantri di Benda Kerep, Habib Luhtfi juga dikenal sebagai santri
yang rajin berpuasa sunah dan tirakatan, sebagaimana umumnya santri Benda
Kerep di masa itu. Akan tetapi, yang membedakan antara puasa dan tirakat yang
dilakukan Habib Luthfi dengan santri-santri yang lain adalah tujuannya. Karena
Habib Luthfi berpuasa dan bertirakat dengan tujuan hanya mengharap ridho Allah
SWT dan Rasulullah SAW, sedangkan santri-santri yang lain berharap
memperoleh ilmu hikmah dan kesaktian dari puasa dan tirakat yang dilakukannya.
Selain di Benda Kerep, pada masa itu (dekade 1960-an), Habib Luthfi juga
melakukan banyak perjalanan ilmiah dan dakwah, baik itu di Jawa, maupun luar
Jawa, termasuk Timur Tengah. Diantara Guru-guru Beliau ialah KH. Dimyathi
Comal, KH. Sholeh Kebagusan Comal, KH. Said Giren, KH. Nur Dzuriyah Moga,
Habib Syekh Jagasatru, Habib Ahmad bin Ismail bin Yahya Arjawinangun, Habib
Umar bin Ismail bin Yahya Panguragan, Habib Ibrahim bin Ismail bin Yahya
Gegesik, Habib Muhammad bin Umar bin Yahya Palimanan, KH. Abdul Jamil
Pemalang, Habib Hasan bin Husein Al-Haddad Tegal, dan lain-lain. Bahkan di
tahun 1962 sampai 1963, Habib Luthfi berdakwah di basis PKI (Partai Komunis
Indonesia) di dua desa wilayah kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal, yang mana
dua desa itu didominasi aliran kejawen, bahkan masjid di desa itu sudah berubah
fungsi menjadi kandang hewan ternak. Akan tetapi, berkat dakwah dan
pendampingan yang intensif dari Habib Luthfi, pada tahun 1963 masyarakat dari
dua desa itu kembali bersedia menjalankan agama Islam.
Kyai Bajuri berkata kepada Habib Luthfi, “Habib, sebentar lagi saya akan
meninggal, gurumu yang sebenarnya adalah seserang yang rambutnya gondrong
agak gemuk dan tidak tinggi, tapi beliau seorang ulama besar dan wali besar.”
Akan tetapi karena besarnya cinta dan hormatnya Habib Luthfi kepada Kyai
Bajuri, Habib Luthfi menjawab “Kyai yang ada didepan saya adalah Kyai, maka
Kyai adalah guru saya.” Jawaban seperti itu pula yang selalu disampaikan oleh
Habib Luthfi ketika mau berguru termasuk ketika Habib Luthfi menghadap Habib
Abu Bakar al- „Adni bin Ali al- Masyhur (Yaman) pada tahun 2015 silam. Karena
menurut Habib Luthfi ketika berguru atau di hadapan guru maka rasa cinta,
hormat, dan pasrah pada guru harus total.
Setahun setelah wafatnya Kyai Bajuri tepatnya pada tahun 1968, Habib
Luthfi didatangi oleh seorang yang mempunyai cirri-ciri fisik seperti yang telah
digambarkan oleh Kyai Bajuri, orang itu memperkenalkan dirinya. Beliau adalah
KH. Muhammad Abdul Malik. Sejak saat itu Habib Luthfi berguru kepada Mbah
Malik di Kedung Paruk Purwokerto. Mbah Malik adalah mursyid thoriqah
Syadziliyah dan thoriqah Naqsyabandiyyah Khalidiyah, beliau hafal Al- Qur‟an,
ahli tafsir, ahli hadits, dan pernah menjadi wakit mufti madzhab Syafi‟i selama 35
tahun di Mekah.
Mbah Malik merupakan Syekh Futuh23 dari Habib Luthfi, seperti Syekh
Abul Hasan Asy-Syadzili dan gurunya, Syekh Abdussalam bin Masyisy. Habib
Luthfi berguru kepada Mbah Malik selama 12 tahun sehingga pemikiran dan
perbuatan Mbah Malik sangat mempengaruhi pemikiran dan perbuatan Habib
Luthfi sekarang ini. Seperti metode Habib Luthfi dalam mengajar dan
membimbing umat, termasuk nasionalisme Habib Luthfi pun terinspirasi dari
Mbah Malik, selain dari Habib Ali bin Hasyim (Ayah Habib Luthfi).
23
Syaikh Futuh merupakan istilah dalam dunia thariqah dan tasawwuf yang berarti Guru
Mursyid yang menjadi pembuka hati dari berbagai hijab hati, sehingga Murid memperoleh ilmu
dan pengetahuan atas berbagai macam persoalan seperti tanpa batas dan derajatnya naik.
24
Totalitas cinta Habib Luthfi kepada Mbah Malik seperti tergambar dalam
kisah dari Syukron Ma‟mun berikut ini,24
“Pada Tahun 1973, Abah menikah pada tahun itu tanggal 1 Muharram.
Malam hari, ketika Abah masih memakai baju pengantin, Mbah Malik
datang. Abah senang karena Gurunya datang di hari pernikahannya.
Kemudian Mbah Malik mengajak Abah pergi. Tanpa membawa baju ganti,
dan masih memakai pakaian pengantin, Abah menuruti ajakan Mbah
Malik, padahal malam itu di rumah masih ada tamu. Abah menyangka
hanya pergi sebentar, tapi ternyata Mbah Malik mengajak Abah pergi ke
banyak tempat. Setelah 13 hari, Abah baru pulang”.
“Suatu pagi Abah diajak ke suatu tempat oleh Mbah Malik, sesampainya
di Randu Dongkal (Moga-Pemalang), Mbah Malik menyuruh sopir
berhenti. Kemudian Mbah Malik keluar dari mobil, dan sopir menyiapkan
kopi Mbah Malik. Mbah Malik melihat jam tangan, menyalakan rokok,
dan berkata,”Waktunya sebentar lagi”. Habib Luthfi hanya diam dan
dalam hati bertanya,”sebentar lagi apa ya?”. Tiba-tiba, rokok yang belum
habis dimatikan dan Mbah Malik memanggil Abah dan Pak Yuti (Sopir).
Setelah itu, Mbah Malik membacakan Hadhrah al-Fatihah untuk Baginda
Nabi SAW., para sahabat, dan seterusnya sampai disebutkan pula sejumlah
nama pahlawan, seperti Pangeran Diponegoro, Sentot Prawirodirjo, Kiai
Mojo, Jenderal Sudirman, dan lain-lain, sampai ketika tepat pukul 10.00
WIB, Mbah Malik terdiam beberapa saat dan berdoa,
”Allahummaghfirlahum warhamhum”. Setelah selesai, Abah
bertanya,”Mbah, ada apa ya?”. Mbah Malik menjawab,”Anu, ini jam 10
ya? Itu apa namanya pak Karno dan pak Hatta waktu jam 10 itu?”, Habib
Luthfi menjawab,”Proklamasi, Mbah”. Kemudian Mbah Malik
berkata,”Ya itu lah. Kita harus berhenti dan diam sejenak untuk
menghormati para pahlawan”.”
Kedekatan antara Habib Luthfi dan Mbah Malik juga tergambar ketika
Mbah Malik mendengar kabar bahwa Habib Luthfi mau datang ke Kedung Paruk,
Mbah Malik langsung bahagia, bahkan kebahagiaan Mbah Malik diekspresikan
24
Syukron Ma‟mun, wawancara (Sekretariat MATAN Cirebon: 12 Mei 2016 pukul 15.00
WIB).
25
dengan berdiri dan melompat-lompat seperti anak kecil yang bahagia diberi baju
baru.
Maka tidak mengherankan, ketika Mbah Malik wafat, Habib Luthfi sangat
sedih, dan selama beberapa hari tidak keluar kamar dan terus menangis.
Kesedihan itu hilang tatkala di suatu malam Habib Luthfi bermimpi bertemu
Rasulullah SAW. dan Rasulullah menunjukkan derajat Mbah Malik yang tinggi
dan keadaan Mbah Malik setelah wafat.
Selain ke Mbah Malik, pada masa itu Habib Luthfi juga berguru kepada
Habib Ahmad bin Ali Bafaqih Tempel yang merupakan sahabat Mbah Malik, dan
juga kepada beberapa Kiai dan Habaib lain yang terkenal ke‟aliman dan
kewaliannya seperti Kyai Maksum Lasem, Kyai Dimyathi Comal, Habib Sholeh
bin Muhsin Al-Hamid Tanggul, Habib Muhsin bin Hadi Beran, dan lain-lain.
Habib Luthfi juga seorang pribadi yang sangat mencintai sejarah. Karena
menurutnya jika seseorang tidak mengerti sejarah maka akan mudah dicabut dari
akar jati dirinya sebagai pribadi dan sebagai bangsa. Maka sejak tahun 1960-an,
Habib Luthfi bergelut dengan teks-teks sejarah, dan berziarah ke makam-makam
Ulama dan Auliya‟ untuk membaca tulisan yang tercatat di nisan.
Khusus mengenai ziarah kubur, Habib Luthfi sampai sekarang ini gemar
berziarah. Bahkan dahulu ada istilah tiga serangkai ahli ziarah untuk menjuluki
Habib Luthfi, KH. Fuad Hasyim, dan KH. Abdurrahman Wahid (Gusdur). Kata
Habib Luthfi,”Kalau manisnya madu ilmu ingin cepat dirasakan, sering-sering
ziarah makam Ulama dan Auliya.”
Puncak dari perjalanan ilmiah Habib Luthfi menurut peneliti adalah saat
Habib Luthfi mendapat ijazah secara langsung untuk berdakwah dari Nabi
Muhammad SAW., sebagaimana yang dituturkan oleh Syekh Rajab Dib An-
26
Ada beberapa poin penting yang membuat kemanfaatan dan keberkahan ilmu
dari Habib Luthfi: (1) cinta, taat, dan patuh pada ibu; selama proses belajar Habib
Luthfi bukan hanya belajar, tapi juga ikut membantu ekonomi keluarga, termasuk
dengan bertani, dan berjualan kayu bakar. Habib Luthfi juga melakukan segala
sesuatu selalu atas restu dan doa ibu. (2) cinta, taat, dan patuh pada Guru; hal
tersebut dibuktikan dengan totalitasnya berkhidmah, bahkan merelakan
ketinggalan pelajaran demi memenuhi perintah guru. Sehingga semua guru
mencintai Habib Luthfi dan menganggap Habib Luthfi seperti anak kandung
sendiri. (3) mencari ilmu dan berguru tiada henti; bahkan sampai sekarang Habib
Luthfi masih kerap berguru dan bertabaruk kepada Ulama-ulama lain, sekalipun
kepada Ulama yang lebih muda usianya seperti Habib Umar bin Hafizh. Tercatat
ada sekitar 95 orang guru dari Habib Luthfi.
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya merupakan pribadi yang haus ilmu
dan berkah. Sehingga banyak Ulama yang Habib Luthfi datangi untuk
memperoleh ilmu dan berkah dari para Ulama itu. Tercatat ada 95 orang yang
menjadi guru Habib Luthfi. Berikut daftar nama guru-guru Habib Luthfi, antara
lain : 26
1. Habib Ali bin Hasyim bin Umar bin Yahya (Ayah sendiri),
2. Habib Ahmad bin Ali bin Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alatas
(Pekalongan),
3. Habib Husein bin Hasyim bin Umar bin Yahya (Pekalongan),
4. Habib Abu Bakar bin Abdullah Alatas (Pekalongan),
5. Habib Hamid Al-Habsyi,
25
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, Secercah Tinta; Jalinan Cinta Seorang Hamba
dengan Sang Pencipta (Pekalongan; Menara Publisher, 2012), h. 358.
26
Daftar nama-nama Guru Habib Luthfi penulis peroleh dari Kyai Zakaria. Kyai Zakaria
adalah murid Habib Luthfi yang mengaji kepada Habib Luthfi sejak tahun 1985 dan sekarang
beliau menjadi pengasuh PP. Al Mubarok Medono Kota Pekalongan.
27
66. Habib Hamid bin Muhammad Al Hanafi bin Salim bin Yahya (Makkah),
67. Habib Muhammad bin Aqil bin Yahya (Sokaraja Purwokerto),
68. Sayyid Syekh Muhammad Abdul Malik bin Ilyas (Kedung Paruk
Purwokerto),
69. Syekh Muzni (Karangcengis Ajibarang Banyumas),
70. Syekh Ali bin Abu Bakar Basalamah (Jatibarang Brebes),
71. Syekh Manshur bin Nawawi,
72. Syekh Suhrawardi bin Nawawi (Tegal),
73. Syekh Said bin Armia (Giren Tegal),
74. Syekh Abdul Jamil (Pemalang),
75. Syekh Muhammad Dimyathi bin Nashir (Comal Pemalang),
76. Syekh Muhammad Nur (Walangsanga Moga Pemalang),
77. Syekh Muhammad Sholeh Madyani (Kebagusan Comal Pemalang),
78. Syekh Abdul Fattah bin Thahir (Kradenan Bangkalan),
79. Syekh Irfan (Kertijayan Pekalongan),
80. Syekh Ahmad Mudzakir bin Fadholi (Pekalongan),
81. Syekh Ru‟yah (Kaliwungu Kendal),
82. Syekh Muhammad Ma‟shum (Lasem Rembang),
83. Syekh Abdullah Salam (Kajen Pati),
84. Syekh Abdullah Hadziq bin Hasbullah (Jepara),
85. Habib Ali bin Muhammad bin Syihab,
86. Habib Salim bin Abdullah Asy Syathiri (Tarim Yaman),
87. Habib Ali bin Muhammad bin Abdul Qadir As Segaf (Tuban),
88. Sayyid Afifuddin Al Jilani,
89. Sayyid Syekh Muhammad Nazhim Adil Al Haqqani (Siprus),
90. Syekh Muhammad bin Abdul Bari Tegal,
91. Syekh Zuhdi (Cikura Tegal),
92. Syekh Rais bin Armia (Cikura Tegal),
93. Syekh Utsman Abid Al Bamawi Asy Syadzili,
94. Habib Aqil bin Muhammad Ba‟abud (Purworejo), dan
95. Habib Abu Bakar Al-„Adni bin Ali Al Masyhur (Tarim Yaman).
30
27
Sholeh Bahruddin, Sabilus Salikin (Pasuruan: Pondok Pesantren Ngalah, 2012), h. 484-
485.
28
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, Secercah Tinta, h. 358-359.
29
Sri Mulyati et.al., Mengenal dan Memahami Tarekat-tarekat Muktabarah di Indonesia,
(Jakarta: Kencana, 2011), h. 57-82.
31
al-zaman Sayyid Syaikh Muhammad As‟ad Abdul Malik bin Quthb al-
Kabir al-Imam al-„Allamah Sayyid Syaikh Muhammad Ilyas bin Ali bin
Hamid dari al-„alim al-„allamah Ahmad Nahrawi al-Maki dari Mufti
Mekah Madinah Sayyid Shalih al-Hanafi Ra.30
Selain dari Syaikh Muhammad As‟ad Abdul Malik, Habib Luthfi bin
Yahya juga mendapat ijazah dan kemursyidan thariqah Syadziliyyah dari
Syaikh Sa‟duddin Al Halabi Ad Dimasyqi Makkah.
c. Thariqah „Alawiyyah
Thariqah „Alawiyyah merupakan thariqah yang sanad thariqahnya dari al-
Imam al-Ustadz al-A‟zham al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin „Ali
dari Syaikh Abu Madyan Syuaib Al Maghribi.
Al-Faqih Al-Muqaddam dikenal sebagai founding father thariqah
„alawiyyah dan banyak habaib 31 di Indonesia yang secara nasab dan sanad
keilmuan bersambung kepada beliau. Sehingga penyebaran thariqah
„alawiyyah ini banyak melalui habaib asal Yaman, termasuk walisongo
yang masih keturunan Rasulullah SAW dan berasal dari Yaman.32
Habib Luthfi mendapatkan ijazah menjadi mursyid, khirqah, dan ijazah
untuk bai‟at, talqin dzikir khash dan „aam Thariqah „Alawiyyah dari guru-
guru beliau, diantaranya adalah:
1) Al-„Alim al-„Allamah Quthb al-Kabir al Habib Ali bin Husain al-
Athas.
2) Afrad Zamanihi Akabir Aulia al-„Allamah al-Habib Hasan bin
Quthb al-Ghauts Mufti al Kabir al-Habib al-Imam Utsman bin
Abdullah bin Aqil bin Yahya Ba‟Alawi.
3) Al-Ustadz al-Kabir al-Muhaddits al-Musnid al-„Allamah al-Habib
Abdullah bin Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih Ba‟Alawi
4) Al-„Alim al-„Allamah al-„Arif billah al-Habib Ali bin Sayyid al-
Quthb al-Allamah Ahmad bin Abdullah bin Thalib al-Athas
Ba‟Alawi.
30
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, Secercah Tinta, h. 359.
31
Habaib adalah jamak dari kata tunggal Habib. Sebutan bagi keturunan Rasulullah SAW.
32
Ismail Fajrie Alatas, Percikan Cinta Para Kekasih (Bunyan, Yogyakarta: 2013), h..
xiii-xv
32
33
Sri Mulyati, Peran Edukasi Tarekat Qadiriyyah Naqsyabandiyyah Dengan Referensi
Utama Suryalaya (Jakarta, Kencana: 2010), h. 35-49.
33
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya pertama kali mangajar pada tahun
1959 di Madrasah Diniyah desa Kliwed, dan aktifitas dakwah beliau terus
berlanjut meskipun beliau masih berstatus sebagai santri, seperti ketika beliau
berdakwah di Lebaksiu Tegal pada tahun 1962 sampai 1963 M.
34
M. Yunus A. Hamid, Risalah Singkat Thariqah At Tijany, (Jakarta Pusat: Yayasan
Pendidikan dan Dakwah Tarbiyah Attijaniyyah, 2008), h. 9-11.
35
Sholeh Bahruddin, Sabilus Salikin, h. 662.
34
mengajarkan remaja-remaja putri itu membaca al-Qur‟an, ilmu Tauhid dan Fiqih
dasar, kecintaan pada Rasulullah SAW, dan sholawat Nabi.36
Selain itu, setiap hari kamis Habib Luthfi juga mengajari anak-anak yatim
ilmu agama dan rutin membaca maulid Nabi. Bukan hanya itu, kepada anak yatim
Habib Luthfi seperti ayah atau kakak mereka. Bahkan atas perjuangan Habib
Luthfi yang dibantu oleh Habib Abdullah Fahmi al- Atas, bisa membangun dan
menghidupi panti asuhan Darul Aitam kota Pekalongan.
36
Ahmad Tsauri, Sejarah Maulid Nabi; Meneguhkan Keislaman dan Kebangsaan Sejak
Khaizuran (173 H) Hingga Habib Luthfi bin Yahya (1947 M – sekarang) (Pekalongan; Menara
Publisher, 2015), h. 190.
35
dalam pra acara Maulid Akbar, selalu diawali dengan pertemuan Ulama Thariqah
Nasional dan Internasional yang penuh dengan pembahasan nasionalisme dan
pawai panjang jimat yang kental dengan unsur nasionalisme dan persatuan
Indonesia.
Perubahan besar dilakukan oleh Habib Luthfi bin Yahya ketika menjabat
sebagai Rais „Aam Idarah „Aliyah JATMAN, diantaranya: (1) penataan
administrasi organisasi, (2) menghidupkan kembali beberapa Idarah Syu‟biyah
(Pengurus Cabang) JATMAN yang mati atau vakum, (3) pendataan thariqah-
thariqah dan mursyid-mursyid di daerah-daerah, karena banyaknya laporan
thariqah dan mursyid yang dipandang menyimpang dari syariat atau tidak
mu‟tabarah, (4) pemisahan jarak antara JATMAN dengan partai politik setelah
sebelumnya dekat dengan salah satu partai politik, (5) mensosialisasikan
pentingnya berthariqah bagi semua kalangan, (6) dekat dengan pemerintah, TNI,
37
Afif Amrullah, “Sejarah Baru Jamiyyah Thariqah”, Majalah Aula, PWNU Jawa Timur,
Surabaya, edisi Februari 2012 h. 10.
36
dan kepolisian, (7) aktif mengkampanyekan kecintaan terhadap tanah air, dan (8)
mengajak kalangan muda untuk tidak takut berthariqah.
Sebagai mursyid dan Rais „Aam JATMAN, Habib Luthfi aktif melakukan
pembinaan thariqah, baik melalui pengajian rutin thariqah dan tasawwuf yang
beliau laksanakan di kanzus sholawat tiap hari Selasa malam Rabu, dan tiap Jumat
Kliwon pagi, maupun ketika beliau hadir di acara-acara JATMAN di daerah-
daerah. Bahkan, tak jarang beliau menemui tamu-tamu dari ahlith thariqah
ataupun pengurus JATMAN untuk berbicara mengenai thariqah sampai subuh di
kediaman beliau.
38
Pengurus Pusat MATAN, wawancara dan observasi (Pekalongan, 14-18 Januari 2016)
39
PP. MATAN, SOP dan JUKNIS Mahasiswa Ahlith Thariqah Al Mu‟tabarah An
Nahdliyyah (Jakarta, PP. MATAN: 2015), h. iii-iv.
37
2015 dan sekarang duduk sebagai Mustasyar (Penasehat) PBNU. Di samping itu,
beliau juga pernah menjabat sebagai ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI)
wilayah Jawa Tengah. 40
Peran Habib Luthfi di tengah masyarakat, Habib Luthfi ibarat ayah bagi
semua kalangan. Rumah beliau seperti rumah bagi semua umat dan terbuka 24
jam. Beliau setiap hari menemui tamu sampai subuh meskipun fisik tampak lelah
karena pulang dari bepergian. Semua beliau pandang dengan kasih sayang.
Sehingga beliau pun diminta banyak organisasi dan komunitas untuk menjadi
penasehat, seperti penasehat beberapa produk rokok, penasehat PITI
(Persaudaraan Islam Tionghoa), sampai menjadi penasehat komunitas vespa.
Maka tak mengherankan, jika pengajian Jumat Kliwon dan Maulid yang dihadiri
beliau, pun tampak orang-orang non muslim dan pemuda berambut gimbal ikut
hadir.
Maka tak heran jika banyak non muslim masuk Islam padahal tidak diajak
masuk Islam dan anak muda yang tertarik kepada beliau sehingga aktif mengaji
kepada beliau dan berbaiat thariqah kepada beliau, karena beliau selalu
menghormati setiap manusia yang datang dan bertamu ke rumah beliau.
Habib Luthfi mempunyai rutinitas setiap malam Idul Fithri, beliau aktif
membagikan beras zakat keliling Pekalongan. Awal mula pembagian beras itu,
Habib Luthfi hanya membawa satu karung beras dengan naik becak bersama istri
beliau (Syarifah Salma), tetapi pada Idul Fithri tahun lalu total beras yang
dibagikan kepada anak yatim, dan fakir miskin mencapai 70 ton.
40
Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, Secercah Tinta, h. 361.
41
Ahmad Tsauri, Sejarah Maulid Nabi, h. 209-210.
38
Dalam urusan kenegaraan, Habib Luthfi termasuk ulama yang bisa masuk
ke semua kalangan pejabat. Bahkan tak jarang beliau memberi nasehat kepada
presiden dan para pejabat lainnya. Hal itu karena sikap beliau yang selalu bersikap
netral, dan tidak berpartai. Jadi gerakan politik beliau bukan pada politik praktis
42
Syukron Ma‟mun, “Strategi Pengembangan MATAN,” Makalah, disajikan pada
seminar pengkaderan MATAN, tanggal 02 Januari 2016 (Cierebon: MATAN, 2016) h. 1-3
39
tetapi lebih ke gerakan high politic (politik tingkat tinggi) dimana beliau menjadi
penasehat bagi para aktivis politik yang senantiasa berdatangan kepada beliau
untuk meminta pertimbangan, saran dan nasehat dalam urusan politik dan
kemaslahatan rakyat.
Maka, Habib Luthfi pun sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
dan sekarang Presiden Joko Widodo aktif memberi masukan dan nasehat bagi
presiden dan para menteri untuk kebaikan bangsa dan Negara.
Habib Luthfi juga dikabarkan pernah dekat dengan orde baru dan
Golongan Karya (Golkar) di era 1990-an. Kedekatan yang membuat beliau bisa
menasehati pemerintah orde baru yang terkenal anti kritik, petinggi Golkar, dan
petinggi ABRI (TNI dan Polri). Sehingga, karena kedekatannya itu, ketika terjadi
gesekan politik pada pemilu 1997, terjadi kerusuhan antara pendukung Partai
Persatuan dan Pembangunan (PPP) dan Golongan Karya (Golkar). Habib Luthfi
bisa ikut meredam kerusuhan dan mengusahakan agar pendukung PPP bisa
terselamatkan dari upaya represi kepolisian dan tentara yang menyokong Golkar.
Adapun pada pemilihan umum 1999, di masa kampanye yang panas antara
pendukung PPP dan PKB, Habib Luthfi berhasil mendinginkan suhu panas,
sehingga kerusuhan antar pendukung pun bisa dicegah. 43
43
Ahmad Tsauri, Sejarah Maulid Nabi, h. 230-232.