2. Fungsi
Pembentukan urine adalah untuk mempertahankan homeostasis
dengan mengatur volume dan komposisi darah. Proses ini meliputi pengeluaran
larutan sampah organik produk metabolisme. Produk sampah yang perlu
diperhatikan adalah urea, kreatinin dan asam urat. Produk sampah ini larut dalam
aliran darah, dan hanya dapat dibuang dengan dilarutkannya urine. Pembuangan
bahan-bahan sampah ini disertai dengan kehilangan air yang tidak dapat
dihindarkan.
Jika lebih atau kurang, biasanya dokter akan menambahkan tes lainya untuk
melihat gambaran kesehatan ginjal anda secara keseluruhan . Hasil nilai BUN
ini akan dipengaruhi oleh konsemsi protein, kondisi kehamilan, penuaan, dan
juga obat-obatan yang dikonsumsi.
2. Kreatinin
Glomerular Filtratioan Rate tes ini dapat dihitung dari tingkat serum
kreatinin menggunakan usia, berat badan, jenis kelamin dan ukuran tubuh anda.
GFR normal dapat bervariasi menurut umur (seiring Anda lebih tua nilainya dapat
menurun). Nilai normal untuk GFR adalah 90.
Stadiun GFR Gambaran
1 ≥90 Normal
2 60-89 Fungsi ginjal sedikit berkurang
3 30-59 Penurunan fungsi ginjal sedang,
±bukti kerusakan lain
4 15-29 Penurunan fungsi ginjal berat
5 <15 Kegagalan ginjal
4. Protein
Kadar Protein normalnya pada setiap manusiayang sehat, kurang lebih
sekitar 150mg protein di keluarkan ke dalam urin setiap harinya. Jika terdapat
lebih dari 150 mg per hari maka disebut sebagai proteinuria, kadar normal yang
diukur dalam protein irin sewaktu yaitu <10 mg/dL.
5. Albumin
Kadar albumin normal tergantung pada usia seseorang. Meskipun
demikian, kadar albumin normal berkisar antara 3,5 hingga 5,9 gram per desiliter
(g/dL) seseorang baru dikatakan mengalami hipoalbuminemia bila kadaralbumin
di bawah 3,5 g/dL.
Albumin adalah protein dalam darah yang dihasilkan oleh hati.
Sebanyak 60% komposisi protein dalam darah merupakan albumin. Albumin juga
memiliki fungsi seperti regenerasi jaringan tubuh dan menjaga jaringan tubuh dan
menjaga cairan tubuh agar tidak bocorkeluar dari pembulu darah. Selain itu,
albumin juga berfungsi untuk menyalurkan beberapa zat ke seluruh tubuh, di
antaranya hormone, vitamin, mineral, bilirubin,lemak, serta obat-obatan.
6. Urinalisis
Pewarnaan
Pasien dengan fungsi ginjal yang telah menurun dan penderita gagal ginjal
stadium akhir memiliki peningkatan risiko terhadap efek obat yang tidak
diinginkan karena obat yang diterima pasien akan memiliki masalah dalam proses
eksresis obat.
Penyesuaian dosis pada pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal harus
dibuat berdasarkan perubahan farmakodinamik dan farmakokinetik dari obat pada
tiap individu pasien. Metabolit aktif obat mungkin terbentuk dan harus
memperhatikan efek farmakologi yang muncul ketika dilakukan penyesuaian
dosis. Metode berikut digunakan untuk menafsirkan regimen dosis pertama dan
dosis pemeliharaan (Shargel, et al, 2005).
1. Penanganan
Menjaga perfusi renal :
- Memperbaiki hipofolemia (penurunan volume darah) larutan albumin
manusia 4,5% dianjurkan (hindari larutan glukosa 5% karena
memperparah hiponatremia.
- Menjaga tekanan darah bila diperlukan, gunakan senyawa penekan.
Terlipressin telah digunakan meningkatkan tekanan darah tapi hal ini
bukan indikasi yang resmi.
Selidiki dan perbaiki penyebab lain gagal ginjal:
- Hentikan diuretic dan obat-obat bersifat nefrotoksis.
- Mulai antibakteri sprektum luas yang terbukti secara empiris, selidiki
kemungkinan focus sepsis dan kultur pembentukan darah.
- Hindari parasintesis (pengeluaran cairan dari dalam tubuh) tanpa
penutup koloid.
Lakukan terapi penggantian fungsi ginjal.
- Karena froknosis yang buruk, keputusan melakukan dialysis tidak
boleh boleh dilakukan seketika dan hanya dilakukan jika organ-organ
lain berfungsi dengan baik.
- Hemodialisis/ filtrasi berkelanjutan dibutuhkan karena terapi yang
hanya sekali (intermiten) dapat menyebabkan gangguan yang
siknifikan pada hemodinamika dan tekanan intracranial.
- Terapi penggantian fungsi ginjal biasanya diperlukan sampai fungsi
hati mengalami perbaikan.
- Sistem resirkulasi absorben molecular (MARS) adalah bentuk dialysis
yang menghilangkan toksin yang terikat pada albumin. Studi terbaru
menunjukkan peningkatan daya tahan dibanding hemofiltrasi.
Tranplantasi hati adalah satu-satunya terapi yang memberikan
peningkatan daya tahan yang seknifikan namun hal ini biasanya tidak
tepat saat sindrom hepatorenal terjadi.
Metabolisme
Insulin di metabolism oleh ginjal sehingga diperlukan penurunan
dosis.
Konversi 25-hidroksikolekalsiferol menjadi 1,25-
dihidroksikolekalsiferal, yaitu vitamin D aktif berlangsung di ginjal.
Proses ini dihambat karena gangguan ginjal jadi pasien dengan
gangguan ginjal memerlukan suplemen A-kalsidol atau kalsitria.
Ekskresi
Ekskresi merupakan efek samping paling penting karena
meningkatnya kerusakan ginjal menyebabkan penurunan kebersihan
dan potensi toksisitas obat. Hal ini termasuk tidak hanya obat tetapi
metabolit aktif atau toksik contohnya morfin.
Menilai fungsi ginjal
Fungsi ginjal dinilai dengan mengukur laju filtrasi glomelurus (GFR).
Perkiraan GFR dapat diperoleh dengan mengukur atau menghitung
laju bersihan kreatinin. Kreatinin adalah hasil samping metabolism
otot dan ekskresi melalui filtrasi glomelurus.
Dewasa
Bersihan kreatinin (Ml/menit) =
𝐹 (140−𝑢𝑠𝑖𝑎)𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)
Keterangan F = 1,04 pada wanita dan 1,23 𝑘𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛 𝑠𝑒𝑟𝑢𝑚 (𝑚𝑖𝑘𝑟𝑜𝑚𝑜𝑙/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
pada pria.
Anak-anak
Estimasi bersihan kreatinin =
40 𝑥 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑐𝑚)
(Ml/menit/1,73 𝑚2 ) 𝑘𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛 𝑠𝑒𝑟𝑢𝑚 (𝑚𝑖𝑘𝑟𝑜𝑚𝑜𝑙/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟)
Neonatus =
30 𝑥 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑏𝑢ℎ (𝑐𝑚)
Estimasi bersihan kreatinin 𝐾𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛 𝑠𝑒𝑟𝑢𝑚 (𝑚𝑖𝑘𝑟𝑜𝑚𝑜𝑙/𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟)
(ml/menit/1,73 𝑚2 )
- Asiklovir
- Aminoglikosida
- Kapesitabin
- Cisplatin
- Imipenem
- Meropenem
- Metrometotreksat
- Venicilin
- Diuretika tiazid
- Vankomisin.
- Allopurinol
- Amoxicillin
- Sefalosforin
- Siklofosfamit
- Flukloksasilin
- Digoksin
- Kuinolon
- Sulfonamide (termasuk kotrimuksazon)
Lamanya dialysis .
Kecepatan aliran darah ke dialisator.
Tipe membrane dialisator.
Kecepatan aliran dan komposisi dialisator.
Bersihan kreatinin telah dijadikan tetapan dalam menentukan fungsi eksresi ginjal
serta dapat digunakan untuk menentukan kecepatan aliran darah ke ginjal sebagai
fungsi dasar ginjal: filtrasi glomerulus, reabsorbsi tubular dan sekresi tubular
(Guyton & Hall, 2006).
Tujuan utama penentuan indeks fungsi ginjal adalah mengukur GFR (Glomerulus
Filtration Rate) atau laju filtrasi glomerulus. Bermacam–macam metode yang
digunakan untuk mengukur dan memperkirakan fungsi ginjal pada perawatan akut
dan rawat jalan. Memperkirakan GFR sangat penting sebagai awal diagnosis dan
monitoring pasien dengan gagal ginjal kronik. Perkiraan nilai bersihan kreatinin
sangat penting sebagai petunjuk penyesuaian dosis pada penurunan fungsi ginjal
(Dowling, 2008).
Cara yang paling umum digunakan dalam mengukur laju filtrasi glomerulus
adalah dengan mengukur bersihan kreatinin (Bauer, 2006). Kreatinin merupakan
hasil metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir
konstan dan dieksresikan dalam urin dengan kecepatan yang sama. Oleh karena
itu, kadarnya dalam serum hampir konstan dan berkisar 0,7 sampai 1,5 mg per
100 mL (nilai ini pada laki–laki lebih tinggi dari pada perempuan karena massa
otot laki–laki lebih besar).
Laju bersihan kreatinin dapat diukur dengan mengumpulkan urin spesimen dalam
suatu periode waktu dan mengumpulkan sampel darah untuk menentukan
kreatinin serum pada waktu pertengahan waktu pengumpulan urin.
0.85 (140-umur) BW
72 x SCr
dimana CrClest adalah penafsiran bersihan kreatinin dalam mL/min, umur dalam
tahun, BW adalah berat badan dalam kg, SCr adalah kreatinin serum. Nilai 0,85
adalah faktor koreksi untuk perempuan karena perempuan memiliki massa otot
yang lebih kecil dari pada laki-laki.
Metode dengan menggunakan rumus Cockcroft & Gault ini hanya dapat
digunakan pada pasien dengan umur lebih dari 18 tahun, pada pasien yang tidak
memiliki kelebihan berat badan dari 30 % berat badan idealnya dan pasien yang
memiliki konsentrasi kreatinin serum yang stabil.
Pada pasien dengan nilai kreatinin serum yang tidak stabil, persamaan Cockcroft
& Gault tidak dapat digunakan. Pada situasi ini, digunakan metode alternatif yaitu
rumus Jellife &Jellife. Rumus ini dapat digunakan untuk pasien yang memiliki
konsentrasi kreatinin serum yang tidak stabil. Langkah pertama dilakukan dengan
menghitung penafsiran produksi kreatinin. Rumus ini di tuliskan dalam persamaan
sebagai berikut :
dimana Ess adalah nilai eksresi kreatinin, IBW adalah berat badan ideal dalam kg
dan umur dalam tahun.
dimana Scrave nilai rata-rata dua kreatinin serum yang ditentukan dalam mg/dL,
Scr1 adalahkreatinin serum pertama dan Scr2 adalah kreatinin serum kedua,
keduanya dalam mg/dL, dan ∆t selisih waktu antara pengukuran Scr1 dan Scr2
dalam menit.
dengan umur dalam tahun, wt adalah berat badan dalam kg, Ht tinggi dalam
meter, dan SCradalah kreatinin serum dalam mg/dL.
Metode yang dapat digunakan untuk pasien anak–anak dan remaja dapat dihitung
dengan persamaan berikut (Bauer, 2006):
F. STUDI KASUS
Tn. MS usia 60 tahun seorang pensiunan PNS sudah 5 bulan mengeluh
lemah, mual muntah, rasa sakit diseluruh badan. Keluhan-keluhan tersebut tidak
ditanggapinya dengan serius, hingga suatu saat dia tidak sadarkan diri. Oleh
keluarganya dia dibawa ke IGD RS, hasil diagnosa dokter setelah beberapa hari
dirawat di rumah sakit menunjukan bahwa dia mengalami Gagal Ginjal Kronik
tahap akhir dan harus menjalani HD.
Riwayat penyakit:
Diabetes melitus selama 10 tahun terakhir, Hipertensi, dan Hiperkolesterol.
Pemeriksaan fisik:
BB: 75 kg, TB: 168 cm, TD: 160/110 mmHg
Pemeriksaan gas darah :
pH= 5,35 ; p CO2= 50 mmHg ; pO2=120 mmHg ; HCO3= 15mEq/L
Pemeriksaan laboratorium
GFR= 12 mL/menit/1,73 m2
Sr Cr= 10 mg/L
BUN= 43 mg/dL
Glukosa puasa : 200 mg/dL
Trigliserida = 165 mg/dL
LDL kolesterol = 170 mg/dL
Kolesterol total= 210 mg/dL
Asam urat = 9 mg/dL
Hb = 11 g/L
Hct = 36%
Na+ = 148 mEq/L
K+ = 6 mEq/L
Ca = 6,0 mg/dL
Fosfat = 7,5 mg/dL
iPTH= 150 mg/dL
Therapi
Insulin 3×4 U
Metformin 3 × 500 mg
Amlodipine 1×5 mg
Furosemide 2×40 mg
Fenofibrat 1×100 mg
Kalsitriol 1×0,25 µ
Kalitake (ca polistirena sulfonat) 3×15 g
CaCO3 3×500 mg
Soal:
Selesaikan kasus diatas dengan metode SOAP!