Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada mulanya, epidemiologi diartikan sebagai studi tentang epidemic. Hal ini berarti
bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakitpenyakit menular saja tetapi dalam
perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi,
sehingga dewasa ini epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit
pada manusia di dalam konteks lingkungannya. Epidemiologi juga mencakup studi tentang
pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit tersebut. (Efendi,2009).
Pada keperawatan klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-
penyakit individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit
dalam populasi (masyarakat) atau kelompok. Selain dari populasi yang diperhatikan tetapi
pendekatan ekologis, konsep penularan penyakit menjadi hal penting yang harus diperhatikan
dalam epidemiologi. Menurut pendekatan model ini, tingkat sehat dan sakit individu suatu
kelompok ditentukan oleh hubungan dinamis antara agen, penjamu (host), dan lingkungan
(environment). Host adalah sekolompok orang yang rentan terhadap suatu penyakit atau sakit
tertentu. Faktor host antara lain situasi atau kondisi fisik dan psikososial dan menyebabkan
seseorang beresiko menjadi sakit. Misalnya riwayat keluarga, usia, gaya hidup dan lainnya.
Populasi beresiko adalah kelompok populasi yang digunakan sebagai penyebut dan harus
dibatasi hanya pada mereka yang dapat terpajan atau mengalami penyakit, kondisi, cedera,
ketidakmampuan, ataupun kematian. Penetaan populasi semacam ini dapat dilakukan secara
langsung. Akan tetapi banyak hal yang harus diperhatikan sepert aspek yang berkaitan dengan
kejadian penyakit karena hal ini penting untuk menginvestigasi wabah (Efendi, 2009).

B. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Kelompok Resiko
2. Mengetahui Populasi Kelompok Risiko
3. Mengetahui Upaya Pencegahan Kelompok Resiko
4. Mengetahui Definisi Kelompok Rentan Vulnerable
5. Mengetahui Kategori Domain Kesehatan Untuk Populasi Rentan
6. Mengetahui Upaya Pencegahan Kerentanan
7. Mengetahui Karakteristik Populasi Rentan di Indonesia
8. Mengetahui Populasi Rentan Di Indonesia
9. Mengetahui Kebijakan Pemerintahan Indonesia Terkait Populasi Rentan Di Indonesia

1
10. Mengetahui Kebutuhan Pelayanan Kesehatan Pada Populasi Rentan
11. Mengetahui Strategi Perawat Kesehatan Komunitas pada Populasi Rentan
12. Mengetahui Peran Perawat Kesehatan Komunitas Dalam Upaya Meningkatkan
Kesehatan Populasi Rentan
13. Mengetahui Isu Etik Tentang Populasi Rentan
14. Mengetahui Jurnal Tentang Kelompok Resiko dan Vulnerable
15. Mengetahui Analisa Jurnal Kelompok Resiko dan Vulnerable

C. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan bagi pembaca tentang kelompok resiko dan vulnerable.

2
BAB II
KONSEP TEORI DAN JURNAL YANG MENDUKUNG

A. LANDASAN TEORI
1. Definisi
Kelompok beresiko adalah kelompok yang cederung mengalami masalah kesehatan
tertentu pada suatu waktu karena memiliki faktor resiko yang sama teridentifikasi secara
umum yang mengancam kesehatan. Populasi beresiko dikarakteristikan dengan tingkat
homogenitas yang tinggi terhadap paparan satu faktor resiko. Populasi beresiko
dikarakteristikan dengan tingkat homogenitas yang tinggi terhadap paparan satu faktor
resiko. Namun tidak semua orang yang berada dalam populasi beresiko mengalami
masalah kesehatan, beberapa individu lebih cenderung mengalami masalah kesehatan
dibandingkan dengan orang lain yang membuat mereka lebih rentan.

Populasi vulnerable atau populasi rentan adalah subgrup populasi yang cenderung
mengalami masalah kesehatan karena paparan resiko. Populasi rentan memiliki beberapa
fator resiko yang bersifat kumulatif, beda alnya dengan populasi berisikoyang hanya
memiliki satu faktor risiko (Stanhope & Launcaster, 2014).

2. Populasi kelompok berisiko


Kelompok beresiko mencangkup :
- Orang miskin
- Rentan
- Lumpuh
- Tidak beruntung secara ekonomi
- Tidak memiliki rumah
- Minoritas secara ras dan etnik
- Berpendidikan rendah
- Korban kekerasan
- Orang dengan faktor resiko siolasi (Chin, 2005)

3. Upaya Pencegahan Kelompok Resiko


a. upaya promotif adalah suatu rangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih
mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. Contoh upaya promotif
adalah penyuluhan kesehatan gigidan mulut.
b. Upaya preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan
penyakit. Contoh Preventif adalah pengolesan fluor pada gigi

3
c. Upaya kuratif adalah suatu kegiatan dan atau serangkaian kegiatan pengobatan yang
ditujukan untuk penyembuhan penyakit & pengurangan penderitaan akibat penyakit
& pengendalian penyakit & atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat
terjaga seoptimal mungkin. Contoh Kuratif adalah penambalan gigi.
d. Upaya rehabilitatif adalah kegiatan dan atau serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi
sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal
mungkin sesuai dengan kemampuannya. Contoh Rehabilitatif adalah pembuatan
ataupemasangan gigi palsu.

4. Definisi Kelompok Rentan


a. Kerentanan merupakan hasil gabungan efek dari keterbatasan sumber kondisi
tidak sehat dengan tingginya faktor resiko yang dimiliki seseorang.
b. Kerentanan merupakan interaksi antara keterbatasan fisik dan sumber
lingkungan, sumber personal (human capital) sumber biopsikososial berupa ada
tidaknya penyakit dan faktor genetik. (Stanhope & Lancaster, 2015)
c. Populasi rentan (vulnerable population) adalah bagian dari populasi yang lebih
mudah mengalami masalah kesehatan akibat terpapar resiko atau akibat buruk
dari masalah kesehatan. (Stanhope & Lancaster, 2015)
d. Populasi rentan adalah populasi ang memiliki karakteristik lebih memungkinkan
berkembangnya masalah kesehatan, dan lebih mengalami kesulitan dalam
menjangkau pelayanan kesehatan, kemungkinan besar penghasilan kurang, atau
masa hidup lebih singkat akibat kondisi kesehatan. (Maurer & Smith, 2013)
e. Populasi rentan adalah suatu populasi yang memiliki resiko-resiko atau
kombinasi resiko salah satunya kemiskinan atau status sosial ekonomi yang
rendah dapat mempengaruhi kesehatan mereka dan biasanya menjadi lebih
buruk. (Lundy & Janes, 2009)
Kesimpulan, populasi rentan merupakan populasi ang memiliki
karakteristik tertentu sebagai akibat dari hasil interaksi keterbatasan fisik dan
sumber lingkungan, personal dan biopsikososial sehingga memiliki
kemungkinan lebih mudah mengalami masalah kesehatan, kesulitan
menjangkau pelayanan kesehatan, penghasilan menurun dan memiliki masa
hidup lebih singkat.

4
5. Kategori Domain Kesehatan Untuk Populasi Rentan
a. Fisik
Meliputi :
- Ibu beresiko tinggi dan bayi
- Penyakit kronis dan lumpuh
- Orang dengan hidup dengan HIV
b. Psikologis
Meliputi orang denagn kondisi mental kronis seperti :
- Skizofrenia
- Gangguan Bipolar
- Depresi mayor
- ADHD
- Orang dengan riwayat minum- minum alkohol
- Orang berkeinginan bunuh diri
- Tunawisma
c. Sosial
Mencangkup mereka yang hidup dalam kekerasan keluarga
d. Lingkungan
keadaan lingkungan disekitar tempat tinggal.

6. Upaya Pencegahan Kerentanan


Level pencegahan masalah kesehatan pada populasi rentan adalah sebagai
berikut: (Allender, Rector, & Warner, 2014)
a. Pencegahan primer
Merupakan upaya pencegahan yang ditunjukkan kepada individu, keluarga,
kelompok, atau masyarakat yang masih sehat dalam upaya mempertahankan
status kesehatannya.Bentuk tindakan keperawatan yang dapat dilakukan berupa
pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan tentang perilaku hidup sehat serta
perlindungan spesifik agar terhindar dari masalah kesehatan.
Misal: memberikan pendidikan kesehatan tentang gizi seimbang, perilaku
hidup bersih dan sehat, memberikan vaksin, imunisasi pada anak-anak.
b. Pencegahan sekunder
Merupakan upaya pencegahan yang ditunjukkan kepada individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat yang sudah memiliki tanda dan gejala atau beresiko
mengalami masalah kesehatan/penyakit. Bentuk tindakan keperawataan yang

5
dapat dilakukan adalah identifikasi resiko masalah kesehatan, pemeriksaan
kesehatan berkala, melakukan rujukan untuk individu / keluarga / kelompok /
masyarakat yang memerlukan penatalaksanaan lebih lanjut, serta upaya
penemuan masalah kesehatan dini (skrining kesehatan).
Misal: melakukan skrining kesehatan pada populasi rentan.
c. Pencegahan tersier
Merupakan upaya pencegahan yang ditunjukkan kepada individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat yang berada pada masa pemulihan setelah
mengalami masalah kesehatan serta mencegah supaya tidak terjadi komplikasi
lebih lanjut dari masalah yang dialami. Bentuk tindakan keperawatan yang
dapat dilakukan adalah upaya rehabilitasi pasca perawatan di fasilitas
pelayanan kesehatan untuk mencegah ketidakmampuan, ketidakberdayaan atau
kecacatan lebih lanjut, mengurangi ketidakmampuan pada populasi rentan.
Misal: memberikan terapi pada individu yang menderita gangguan mental/
penakit menular/penyakit kronis, kegiatan pemulihan kesehatan pasca bencana.
Upaya pencegahan terhadap kerentanan atau meningkatnya populasi rentan
adalah:
- Berfokus pada upaya promosi kesehatan dan pencegahan masalah
kesehatan.
- Berkoordinasi dan membangun jejaring dengan sektor lain.
- Memperluas jaringan akses pelayanan kesehatan.
- Tidak membuat asumsi atau stigma buruk pada populasi rentan.
- Memberikan dukungan atau support kepada populasi rentan.
- Membentuk suatu jaringan yang dapat mendukung populasi rentan.
- Advokasi kepada pemerintah untuk membuat kebijakan yang melindungi
populasi rentan.
- Advokasi dalam upaya penyediaan lapangan pekerjaan bagi populasi
rentan.

7. Karakteristik Populasi Rentan di Indonesia


a. Status sosio ekonomi
Kurangnya sumber daya sosial, pendidikan, dan ekonomi yang
memadai merupakan faktor seseorang menjadi rentan. Kondisi status

6
sosioekonomi yang rendah meningkatkan kerentanan. Kemiskinan atau
keterbatasan penghasilan atau dana berdampak pada ketidakmampuan
seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini berdampak pada
pemenuhan upaya meningkatkan kesehatannya serta akan mengalami
keterbatasan dalam menjangkau pelayanan kesehatan yang optimal. Selain hal
tersebut, kurangnya dukungan dari orang sekitar juga dapat meningkatkan
kerentanan pada seseorang. Dukungan dapat diperoleh dari dukungan keluarga
dan dukungan sosial yaitu dari teman, tetangga sekitar, dan
kelompok/komunitas yang berada di sekitarnya.
b. Usia
Bisa juga disebut sebagai rentan fisiologis. Kerentanan seseorang
semakin meningkat sesuai dengan meningkatnya usia kronologisnya. (Miller,
2012)
c. Kesehatan
Perubahan status kesehatan mempengaruhi individu untuk menjadi
rentan akibat dari proses penyakit seperti individu memiliki penyakit kronis.
Populasi rentan tidak hanya mengalami beberapa resiko kumulatif, tetapi
populasi tersebut juga sangat sensitif terhadap efek dari resiko tersebut. Resiko
yang berasal dari bahaya lingkungan (paparan zat adiktif) atau bahaya sosial
(kejahatan, kekerasan, pengabaian/penyalahgunaan), dalam perilaku pribadi
(diet dan kebiasaan olahraga) atau susunan biologis dan genetik (bawaan atau
status kesehatan). Populasi rentan sering memiliki penyakit multiple dengan
masing-masing saling mempengaruhi satu sama lain. (Pender, Murdaugh, &
Parsons, 2002)
d. Pengalaman hidup
Seseorang yang memiliki pengalaman hidup yang kurang baik akan
meningkatkan resiko kerentanan terutama pengalaman terhadap kesehatan
(misal: kecacatan akibat kecelakaan di masa lalu). Peristiwa kehidupan yang
terjadi di masa lalu dapat berdampak pada berkurangnya pendapatan,
perubahan peran, gangguan kesehatan akibat penyakit kronis yang diderita,
maupun persepsi negatif dari lingkungan sekitar. Peristiwa atau pengalaman
masa lalu dapat menimbulkan reaksi tubuh pada fungsi psikologisnya yang
berhubungan dengan stress dan koping seseorang.

7
8. Populasi Rentan Di Indonesia
Populasi rentan di Indonesia membutuhkan perhatian perawatan kesehatan komunitas
dan pemerintah antara lain:
a. Kemiskinan dan anak jalanan (homrlessness)
b. Remaja yang hamil
c. Penduduk migran
d. Penduduk pedesaan
e. ODMK (orang dengan masalah kejiwaan) misalnya schizopherenia, bipolar disorder
f. Penderita kecacatan (baik dari lahir atau karena kecelakaan)
g. Penyalahgunaan alcohol dan obat terlarang
h. Korban kekerasan dalam rumah tangga (fisik, seksual, ekonomi)
i. Penderita penyakit menular
j. Penderita penyakit kronik
k. Penderita HIV/AIDS, hepatitis B, dan penyakit seksualKelompok etnis minoritas
l. Kelompok lanjut usia (Allender, Rector & Warner, 2014)

9. Kebijakan Pemerintahan Indonesia Terkait Populasi Rentan Di Indonesia


Kebijakan pemerintahan Indonesia terkait dengan perlindungan populasi rentan di
Indonesia adalah :
a. Undang – Undang Dasar 1945
Pasal 27 dan 28 tentang Hk Asasi Manusia, Pasal 34 tentang perlindungan terhadap
fakir miskin dan anak terlantar,system jaminan social, dan penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang memadai.
b. Undang – Undang
- UU no 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak.
Pasal 4 yang mengatakan bahwa anak yang tida mempunyai orang tua berhak
memperoleh asuhan oleh Negara.
Pasal 7 menyatakan bahwa anak cacat berhak memperoleh pelayanan khusus
untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan sejauh batas kemampuan
dan kesanggupan anak yang bersangkutan.
- UU no 35 tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak.
Pasal 15 menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh (1) perlindungan dari
penyalahgunaan politik (2) perlibatan dalam sengketa bersenjata (3) perlibatan
dalam kerusuhan social (4) perlibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur
kekerasan (5) perlibatan dalam peperangan , dan (6) kejahatan seksual.
- UU no 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat.

8
Pasal 5 menyatakan bahwa penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan
yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidup.
Pasal 6 menyatakan bahwa setiap penyandang cacat berhak memperoleh (1)
pendidikan pada semua satuan, jalur, jenis, dan jenjang pendidikan, (2) pekerjaan
dan penghidupan yang layak sesuai dengan jenis dan derajat kecacatan,
pendidikan, dan kemampuannya, (3) perlakuan yang sama dalam pembangunan
dan menikmati hasil – hasilnya, (4) aksebilitas dalam rangka kemandiriannya (5)
rehabilitasi bantuan social, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan social (6) hak
yang sama untuk menumbuh kembangkan bakat, kemampuan dan kehidupan
sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam lingkungan keluarga dan
masyarkat.
- UU no 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Pasal 5 menyatakan bahwa setiap orang dilarang melakukan kekerasan didalam
rumah tangga terhadap orang dalam lingkungan rumah tangganya dengan cara
kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan penelantaran rumah
tangga.
Pasal 10 menyatakan bahwa korban kekerasan dalam rumah tangga berhak
mendapatkan (1) perlindungan dari pihak keluarga, kepolisian, kejaksaan,
pengadilan, advokat, lembaga social, dan lainnya baik sementara maupun
berdasarkan penetapan peritah perlindungan daro pengadilan, (2) pelayanan
kesehatan dengan kebutuhan medis, (3) penanganan secara khusus berdasarkan
kerahasiaan korban (4) pendampingan oleh pekerja social dan bantuan hukum
pada setiap tingkat proses pemerksaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan (5) pelayanan bimbingan rohani.
- UU no 13 tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia:
Pasal 5 menyatakan lanjut usia mempunyai hak sama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Diberi kesejahteraan social meliputi (1)
pelayanan keagaaman dan mental spiritual (2) pelaynan kesehatan (3) pelayanan
kesempatan kerja (4) pelayanan pendidikan dan pelatihan (5) kemudahan dalam
penggunaan fasilitas sarana (6) kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum.
- UU no 18 tahun 2014 tentang Kesejateraan Jiwa :
Pasal 68 bahwa ODMK berhak : (1) mendapat informasi yang teapt mengenai
ksehatan jiwa (2) mendapat pelayanan kesehatan jiwa difasilitas pelayanan
kesehatan (3) mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan kesehatan
jiwa (4) mendapatkan informasi yang jujur dan lengkap tentang data kesehatan
jiwanya termasuk tindakan yang telah atau yang akan dierimanya (5) mendapat

9
lingkungan yang kondusif bagi perkembangan jiwa (6) menggunakan sarana dan
prasarana yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan jiwa.
- UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan :
Pasal 4 menyatakan setiap orang berhak atas kesehatan
Pasal 5 menyatakan bahwa:(1) setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh akses dan sumber daya dibidang kesehatan (2) setiap orang
mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, dan bermutu
(3) setiap orang berhak secara mandiri dan tanggung jawab menentukan sendiri
pelayanankesehatan yang diperlukan dirinya
Pasal 6 menyatakan bahwa setiap orang berhak mendapat lingkungan yang sehat
bagi pencapaian derjat kesehatan
Pasal 7 menyatakan setiap orang berhak mendapat informasi dan edukasi tentang
kesehatan yang seimbang dan tanggung jawab.
- UU No 38 tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia
Pasal 5 ayat 3 yang menyatakan bahwa setiap orang yang termasuk masyarakat
rentan berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan dengan
kekhususannya.
c. Peraturan Presiden
Peraturan Presiden No 12 tahun 2013 tentang jaminan kesehatan
Pasal 8 ayat 1 menyatakan setiap peserta bukan penerima bantuan iuran (PBI) jaminan
kesehatan yang mengalami cacat total tetap dan tidak mampu berhak menjadi peserta
PBI Jaminan kesehatan.
d. Peraturan Mentri Kesehatan
Permenkes No 28 tahun 2014 tentang pedoman pelaksanaan program jaminan
kesehatan nasional bab IV tentang pelayanan kesehatan menyatakan bahwa setiap
peserta mempunyai hak mendapatkan pelayanan kesehatan

10. Kebutuhan Pelayanan Kesehatan pada Populasi Rentan


Populasi rentan merupakan populasi yang memiliki keterbatasan terhadap akses ke
pelayanan kesehatan. Kebutuhan pelayanan kesehatan pada populasi rentan (Permenkes
No 90 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan di Fasyankes terpencil
dan Sangat Terpencil) sebagai berikut:
a. Kertersediaan fasilitas
Kesehatan yang terjangkau yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan baik promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yangdilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah dan atau masyarakat.
b. Ketersediaan tenaga kesehatan yang merata

10
Tim pelayanan kesehatan terdiri dari dokter spesialis, dokter gigi, perawat, bidan,tenaga
kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga kesehatan lainnya dan atau tenaga non
kesehatan.
c. Sarana dan prasarana kesehatan yang memadai

Sedangkan jenis pelayana kesehatan yang dibutuhkan oleh populasi rentan adalah :

1. Pelayanan kesehatan yang bersifat promotif (penyuluhan kesehatan)


2. Pelayanan kesehatan yang bersifat preventif (skrining kesehatan, pemeriksaan
kesehatan berkala, imunisasi dan vaksinasi)
3. Pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif (pengobatan)
4. Pelayanan kesehatan yang bersifat rehabilitatif
5. Konseling
Konseling adalah memberikan kesempatan pada klien untuk mengeksplorasi,
menemukan, dan mengklasifikasikan jalan hidup yang lebih memuaskan dan
bermakna.
6. Pembentukan kelompok pendukung
Kelompok pendukung merupakan kelompok yang beranggotakan orang yang
memiliki masalah kesehatan yang sama.

11. Strategi Perawat Kesehatan Komunitas pada Populasi Rentan


Pendekatan konseptual yang dapat diterapkan oleh perawat kesehatan komunitas
dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan pada kelompok rentan adalah dengan
menggunakan beberapa teori dan model, antara lain :
a. Teori Neuman
Fokus pada mengidentifikasi stressor dan garis pertahanan yang dimiliki populasi
rentan untuk mempertahankan kesehatannya.
b. Teori Adaptasi Roy
Penekanan pada promosi kesehatan dengan model adaptasi yang dilakukan
perawat dengan mengidentifikasi kekuatan dan sumber daya yang dimiliki populasi
rentan untuk mengatasi stressor.
c. Teori Self Care Orem
Membantu perawat dalam mengidentfikasi kebutuhan keperawatan diri populasi
rentan dan membeerikan asuhan keperawatan yang tepat dalam mengatasi masalah
kesehatan yaitu defisit perawatan diri pada populasi rentan adalah : (Kemenkes,2011)
d. Pemberdayaan

11
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada individu, keluarga,
kelompok, atau masyarakat secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti
perkembangan klien serta proses membantu klien untuk berubah berperilaku sehat.
e. Bina suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong
individu dan anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku sehat serta
melakukan upaya pencegahan dan perawatan masalah kesehatan.
f. Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak terkait yaitu tokoh
masyarakat, pemangku kebijakan, atau penyandang dana.
g. Kemitraan
Kemitraan adalah membentuk jejaring atau kerjasama dengan pihak terkait
sesuai dengan permasalahan kesehatan yang dialami kelompok rentan.

12. Peran Perawat Kesehatan Komunitas Dalam Upaya Meningkatkan Kesehatan


Populasi Rentan
a. Penemu kasus
Perawat kesehatan mengidentifikasi faktor risiko yang dimiliki oleh populasi rentan.
b. Pendidim kesehatan
Perawat memberikan pendidikan kesehatan dan penyuluhan kesehatan terkait
masalah kesehatan yang dialami oleh populasi rentan.
c. Konselor
Perawat dapat memberikan konseling secara individu atau keluarga pada populasi
rentan yang memiliki masalah kesehatan.
d. Pemberian layanan keperawatan
Perawat melakukan asuhan keperawatan pada populasi rentan baik secara individu,
keluarga, atau kelompok/komunitas sesuai masalah kesehatan yang dialami.
e. Manager kasus
Perawat mengelola suatu kasus atau masalah kesehatan yang dialami ole populasi
rentan mulai dari merencanakan program kesehatan, implementasi, sampai evaluasi
program kesehatan yang dilakukan.
f. Advokad
Perawat berperan sebagai pembela dalam upaya untuk melindungi kliennya serta
menjadi penghubung antara klien dengan tim kesehatan lain dalam pemenuhan
kebutuhan klien Dan pencarian pelayanan kesehatan.
g. Kolaborator

12
Sebagai anggota tim kesehatan yang dituntut untuk dapat bekerja sama dengan tenaga
kesehatan lain dalam menentukan rencana maupun tindakan keperawatan guna
memenuhi kebutuhan kesehatan klien.
h. Berpartisipasi dalam pengembangan kebijakan kesehatan
Perawat sebagai sumber informasi atau memberikan data terkait masalah kesehatan
pada kelompok rentan serta memberikan idenya dalam pengembangan kebijakan
kesehatan untuk populasi rentan. (Allender, Rector & Warner, 2014):

13. Isu Etik Tentang Populasi Rentan


Saat ini tindakan yang di lakukan lebih ke arah promosi dan prevensi
kesehatan, pemberdayaan, penyediaan akses pelayanan kesehatan di lokasi di mana
populasi rentan tersebut tinggal.
Isu yang berkembang terhadap populasi rentan di indonesia antara lain:
a. Jumlah populasi rentan di indonesia masih sangat banyak
b. Sebagian besar masyarakat indonesia masih memiliki stigma atau pandangan
negatif terhadap populasi rentan
c. Populasi rentan belom mendapatkan perhatian lebih atau belom menjadi
prioritas utama bagi pemerintah indonesia
d. Akses pelayanan kesehatan bagi populasi rentan di indonesia masih belom
merata di seluruh wilayah terutama di daerah terpencil
e. Ketersediaan tenaga kesehatan di indonesia yang memberikan pelayanan
kesehatan pada populasi rentan belum merata di seluruh wilayah
f. Fasilitas sarana dan prasarana baik pelayanan kesehatan maupun pelayanan
umum bagi populasi rentang belum merata.

B. JURNAL

13
BAB III
PEMBAHASAN

A. ANALISA JURNAL
Pada analisa jurnal kesimpulan kelompok menyebutkan bahwa penyakit
kardiovaskuler masuk dalam kelompok resiko karena dari tahun ketahun pravalensinya
mengalami peningkatan, sehingga dinyatakan sebagai ancaman. Penyakit kardiovaskuler
adalah penyakit yang disebabkan oleh gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah
PVK hampir selalu didasari karena gaya hidup seperti merokok, kurangnya olahraga
dan konsumsi makanan berlemak yang berlangsung selama 10-15 tahun atau bahkan lebih
(Kemenkes, 2014 )
Kajian dilakukan terhadap parameter usia, gender, tekanan sistolik pada lengan kanan
dan kiri, kebiasaan merokok, dan dilakukan puctie pembuluh darah perifer kemudian
disentrifuge untuk diambil serum dan dilakukan analisis kadar High Density Lippoprotein
(HDL) dan Total Cholesterol. Pengukuran dilakukan di Laboratorium Faal Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, dan hasil dari keseluruhan parameter diberikan
poin sesuai dengan aplikasi Framingham Risk Score 10 Years dan dikategorikan menjadi;
kelompok risiko sangat rendah jika total skor kurang dari 10, kelompok risiko rendah jika
total skor kurang dari 15, kelompok risiko sedang jika skor total antara 15–20, dan kelompok
risiko tinggi jika skor total lebih dari 20.

Maka dari itu supaya tidak menjadi faktor resiko yang lebih tinggi kita dapat
mengurangi faktor resiko dengan merubah gaya hidup kita, konsumsi makanan sehat, dan
olahraga yang cukup.

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kelompok beresiko adalah kelompok yang cederung mengalami masalah kesehatan
tertentu pada suatu waktu karena memiliki faktor resiko yang sama teridentifikasi secara
umum yang mengancam kesehatan. Populasi beresiko dikarakteristikan dengan tingkat
homogenitas yang tinggi terhadap paparan satu faktor resiko.
Kesimpulan, populasi rentan merupakan populasi ang memiliki karakteristik
tertentu sebagai akibat dari hasil interaksi keterbatasan fisik dan sumber lingkungan,
personal dan biopsikososial sehingga memiliki kemungkinan lebih mudah mengalami
masalah kesehatan, kesulitan menjangkau pelayanan kesehatan, penghasilan menurun
dan memiliki masa hidup lebih singkat.

B. Saran
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai
kelompok mengharapkan kritikan dan saran dari dosen pembimbing dan teman –
teman sesama mahasiswa.

15
DAFTAR PUSTAKA

Nies A. Mary, McEwen Melanie. (2015). Keperawatan Kesehatan Komunitas dan


Keluarga.Singapore: Elsevier

16

Anda mungkin juga menyukai