Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH MENGENAI PENYAKIT GAGAL GINJAL

DOSEN PENGAMPU :

SUCI KHASANAH, S.Kep.,Ns.,M.Kep.

DISUSUN OLEH :

1. CITRA TUNJUNG K. B (180102014)


2. CINDI DWI ANDIKA PUTRI (180102015)
3. ENI TRI ASTUTI (180102020)
4. REFLI PRAYUDIT (180102047)
5. RISKY HIDAYAT (180102048)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HARAAN BANGSA PURWOKERTO
TAHUN 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nati kan
syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah untuk memenuhi tugas belajar mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1 dengan judul
“MAKALAH MENGENAI GAGAL GINJAL”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untukitu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.Terimakasih.

Purwokerto, 2 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………..….… i


DAFTAR ISI ……………………………………………………………..…………… ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….….…….... 1
I.1 Latar Belakang ……………………………………………………………….….….. 1
I.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………….….……. 1
I.3 Tujuan ………………………………………………………………….…….……... 2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………… 3
21 Definisi penyakit gagal ginjal akut…......…...…………..……….…………..…........ 3
2.2 Penyebab dan Faktor Risiko…………...……………………………………….…… 4
2.3 Tanda dan Gejala ….……….……………………………..……………………..….. 6
2.4 Pemeriksaan Penunjang ….....……………………..................................................... 7
2.5 Penegakan Diagnosa…...………..…………………….…………………………...... 9
2.6 Penatalaksanaan Pengobatan …………………………………………………….… 10
2.7 Penatalaksanaan keperawatan…………………………………………………….… 12
2.8 Pengkajian…………………………………………………………………….…….. 12
2.9 MasalahKeperawatan ………………………………………………………….…… 16
2.10 Intervensi Keperawatan …………………………………………….………..…… 16
2.11 Evaluasi Keperawatan………………………………………………………..……. 17
BAB IV PENUTUP …………………………………………….……………………... 18
4.1 Kesimpulan …………………………………………………. ………………………18
4.2 Saran ………………………………………………………………………………... 18
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….………...…..…...

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting sangat penting dalam
mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan
cairan tubuh, elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring darah, reabsorbsi selektif
air, elektrolit dan non-elektrolit, serta mengekskresi kelebihannya sebagai kemih. Fungsi
primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstra sel dalam
batas-batas normal. Komposisi dan volume cairan ekstra sel ini dikontrol oleh filtrasi
glomerulus, reabsorbsi dan sekresi tubulus.

Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200 ml darah per menit, suatu volume yang sama dengan 20
sampai 25 persen curah jantung (5.000 ml per menit). Lebih 90% darah yang masuk ke
ginjal berada pada korteks, sedangkan sisanya dialirkan ke medulla.

Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic non-communicable diseases)


terutama penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan penyakit ginjal
kronik, sudah menggantikan penyakit menular (communicable diseases) sebagai masalah
kesehatan masyarakat utama.

Gangguan fungsi ginjal dapat menggambarkan kondisi sistem vaskuler sehingga dapat
membantu upaya pencegahan penyakit lebih dini sebelum pasien mengalami komplikasi
yang lebih parah seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal, dan penyakit
pembuluh darah perifer.

Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal ginjal akut (acute renal failure
= ARF) dan gagal ginjal kronik (chronic renal failure = CRF). Penyakit ginjal merupakan
penyakit yang paling sering ditemukan di masyarakat. Merujuk data dari PERNEFRI
(Perhimpunan Nefrologi Indonesia), 8,6% dari penduduk Indonesia menderita Penyakit
Ginjal Kronik (PGK)

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian gagal ginjal?


2. Apa penyebab dan faktor risiko gagal ginjal?
3. Bagaimana tanda dan gejala gagal ginjal?
4. Bagaimana pemeriksaan penunjang gagal hinjal?
5. Penegakan diagnosis
6. Tatalaksana pengobatan
7. Tatalaksana keperawatan
8. Pengkajian
9. Masalah keperawatan yang muncul
10. Rencana intervensi
11. Evaluasi

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian gagal ginjal.


2. Untuk mengetahui penyebab dan faktor risiko gagal ginjal.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala gagal ginjal.
4. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang gagal ginjal.
5. Penegakan diagnosis.
6. Tatalaksana pengobatan.
7. Tatalaksana keperawatan.
8. Pengkajian.
9. Masalah keperawatan yang muncul.
10. Rencana intervensi.
11. Evaluasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Gagal Ginjal

Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya
secara normal. Pada kondisi normal, pertama-tama darah akan masuk ke glomerulus dan
mengalami penyaringan melalui pembuluh darah halus yang disebut kapiler. Di glomerulus,
zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak terpakai dan beberapa yang masih terpakai serta
cairan akan melewati membran kapiler sedangkan sel darah merah, protein dan zat-zat yang
berukuran besar akan tetap tertahan di dalam darah. Filtrat (hasil penyaringan) akan
terkumpul di bagian ginjal yang disebut kapsula Bowman. Selanjutnya, filtrat akan diproses
di dalam tubulus ginjal. Di sini air dan zat-zat yang masih berguna yang terkandung dalam
filtrat akan diserap lagi dan akan terjadi penambahan zat-zat sampah metabolisme lain ke
dalam filtrat. Hasil akhir dari proses ini adalah urin (air seni).
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal ginjal akut (acute renal
failure = ARF) dan gagal ginjal kronik (chronic renal failure = CRF). Pada gagal ginjal akut
terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau beberapa
minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin darah) dan
kadar urea nitrogen dalam darah yang meningkat. Sedangkan pada gagal ginjal kronis,
penurunan fungsi ginjal terjadi secara perlahan-lahan. Proses penurunan fungsi ginjal dapat
berlangsung terus selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun sampai ginjal tidak dapat
berfungsi sama sekali (end stage renal disease). Gagal ginjal kronis dibagi menjadi lima
stadium berdasarkan laju penyaringan (filtrasi) glomerulus (Glomerular Filtration Rate =
GFR) yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. GFR normal adalah 90 - 120 mL/min/1.73
m2 .

2
Stadium GFR (ml/menit/1.73m2)Deskripsi

1 90 – 120 Kerusakan minimal pada ginjal, filtrasi masih


normal atau sedikit meningkat.

2 60-89 Fungsi ginjal sedikit menurun


3 30-59 Penurunan fungsi ginjal yang sedang
4 15-29 Penurunan fungsi ginjal yang berat
5 Kurang dari 15 Gagal ginjal stadium akhir (End Stage Renal
Disease)

Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin Test ) dapat
digunakan dengan rumus :
Clearance creatinin ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )
72 x creatini serum
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85

B. Penyebab dan Faktor Resiko

1. Penyebab Gagal Ginjal

 Penyebab gagal ginjal akut dapat dibedakan menjadi tiga kelompok besar,
yaitu :

1) Penyebab prerenal, yakni berkurangnya aliran darah ke ginjal. Hal ini dapat
disebabkan oleh :

a. Hipovolemia (volume darah yang kurang), misalnya karena perdarahan


yang hebat.
b. Dehidrasi karena kehilangan cairan, misalnya karena muntah-muntah, diare,
berkeringat banyak dan demam.
c. Dehidrasi karena kurangnya asupan cairan.

4
d. Obat-obatan, misalnya obat diuretic yang menyebabkan pengeluaran cairan
berlebihan berupa urin.
e. Gangguan aliran darah ke ginjal yang disebabkan sumbatan pada pembuluh
darah ginjal.
2) Penyebab renal di mana kerusakan terjadi pada ginjal.
a. Sepsis: Sistem imun tubuh berlebihan karena terjadi infeksi sehingga
menyebabkan peradangan dan merusak ginjal.
b. Obat-obatan yang toksik terhadap ginjal.
c. Rhabdomyolysis: terjadinya kerusakan otot sehingga menyebabkan serat otot
yang rusak menyumbat sistem filtrasi ginjal. Hal ini bisa terjadi karena trauma
atau luka bakar yang hebat.
d. Multiple myeloma.
e. Peradangan akut pada glomerulus, penyakit lupus eritematosus
sistemik, Wegener's granulomatosis, dan Goodpasture syndrome.
3) Penyebab postrenal, di mana aliran urin dari ginjal terganggu.
a. Sumbatan saluran kemih (ureter atau kandung kencing) menyebabkan aliran
urin berbalik arah ke ginjal. Jika tekanan semakin tinggi maka dapat
menyebabkan kerusakan ginjal dan ginjal menjadi tidak berfungsi lagi.
b. Pembesaran prostat atau kanker prostat dapat menghambat uretra (bagian dari
saluran kemih) dan menghambat pengosongan kandung kencing.
c. Tumor di perut yang menekan serta menyumbat ureter.
d. Batu ginjal.

 Penyebab gagal ginjal kronik antara lain:


a. Diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2 yang tidak terkontrol dan menyebabkan
nefropati diabetikum.
b. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.
c. Peradangan dan kerusakan pada glomerulus (glomerulonefritis), misalnya
karena penyakit lupus atau pasca infeksi.
d. Penyakit ginjal polikistik, kelainan bawaan di mana kedua ginjal memiliki
kista multipel.

6
e. Penggunaan obat-obatan tertentu dalam jangka lama atau penggunaan obat
yang bersifat toksik terhadap ginjal.
f. Pembuluh darah arteri yang tersumbat dan mengeras (atherosklerosis)
menyebabkan aliran darah ke ginjal berkurang, sehingga sel-sel ginjal
menjadi rusak (iskemia).
g. Sumbatan aliran urin karena batu, prostat yang membesar, keganasan prostat.
h. Infeksi HIV, penggunaan heroin, amyloidosis, infeksi ginjal kronis, dan
berbagai macam keganasan pada ginjal.
2. Faktor Resiko
a. Gagal Ginjal Akut
- Menderita diabetes, hipertensi, obesitas, dan penyakit hati
- Menderita penyakit ginjal sebelumnya atau ada riwayat penyakit keluarga
- Gagal jantung
- Kolesterol tinggi
- Penyumbatan pada pembuluh darah di lengan atau kaki (penyakit arteri perifer)
- Usia lanjut
b. Gagal Ginjal Kronis
- Penggunaan jenis obat tertentu yang dapat merusak ginjal seperti analgesikk dan
beberapa jenis antibiotik NSAIDS
- Riwayat kesehatan keluarga
- Usia
- Struktur ginjal yang tidak normal
- Obesitas, hipertensi, diabetes dan penyakit jantung serta pembuluh darah
- Narkoba

C. Tanda dan Gejala

1. Tanda atau gejala gagal ginjal umum yang perlu diketahui (Anonim, 2010):

 Kencing terasa kurang dibandingkan dengan kebiasaan sebelumnya.


 Kencing berubah warna, berbusa, atau sering bangun malam untuk kencing.

7
 Sering bengkak di kaki, pergelangan, tangan, dan muka. Antara lain karena ginjal
tidak bisa membuang air yang berlebih.
 Lekas capai atau lemah, akibat kotoran tidak bisa dibuang oleh ginjal.
 Sesak napas, akibat air mengumpul di paru-paru. Keadaan ini sering
disalahartikan sebagai asma atau kegagalan jantung.
 Napas bau karena adanya kotoran yang mengumpul di rongga mulut.
 Rasa pegal di punggung.
 Gatal-gatal, utamanya di kaki.
 Kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah

2. Adapun tanda dan gejala terjadinya gagal ginjal lainnya yang dialami penderita secara
akut antara lain :
 Nyeri pinggang hebat (kolik), kencing sakit, demam, kencing sedikit, kencing
merah /darah, sering kencing.
 Kelainan Urin: Protein, Darah / Eritrosit, Sel Darah Putih / Lekosit, Bakteri
(Anonim, 2010).

3. Sedangkan tanda dan gejala yang mungkin timbul oleh adanya gagal ginjal kronik
antara lain :
 Lemas, tidak ada tenaga, nafsu makan, mual, muntah, bengkak, kencing
berkurang, gatal, sesak napas, pucat/anemi.
 Kelainan urin: Protein, Eritrosit, Lekosit. Kelainan hasil pemeriksaan Lab. lain:
Creatinine darah naik, Hb turun, Urin: protein selalu positif (Anonim, 2010).

4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada gagal ginjal kronik menurut Doenges

(1999) adalah :

a. Urine

- Volume, biasnya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tidak ada.
- Warna, secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus, bakteri,
lemak, pertikel koloid, fosfat atau urat.

8
- Berat jenis urine, kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan
kerusakan ginjal berat)
- Klirens kreatinin, mungkin menurun
- Natrium, lebih besar dari 40 meq/L karena ginjal tidak mampu mereabsobsi
natrium.
- Protein, derajat tinggi proteinuria (3-4 +) secara kuat menunjukkan kerusakan
glomerulus.

b. Darah

 Hitung darah lengkap, Hb menurun pada adaya anemia, Hb biasanya


kurang dari 7-8 gr
 Sel darah merah, menurun pada defesien eritropoetin seperti azotemia.
 GDA, PH menurun, asidosis metabolik (kurang dari 7,2) terjadi karena
kehilangan kemampuan ginjal untuk mengeksresi hydrogen dan amonia
atau hasil akhir katabolisme prtein, bikarbonat menurun, PaCO2
menurun.
 Kalium, peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai perpindahan
seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan.
 Magnesium fosfat meningkat
 Kalsium menurun
 Protein (khusus albumin), kadar serum menurun dapat menunjukkan
kehilangan protein melalui urine, perpindahan cairan, penurunan
pemasukan atau sintesa karena kurang asam amino esensial.
 Osmolaritas serum: lebih beasr dari 285 mOsm/kg, sering sama dengan
urin.

c. Pemeriksaan radiologik

 Foto ginjal, ureter dan kandung kemih (kidney, ureter dan bladder/KUB):
menunjukkan ukuran ginjal, ureter, kandung kemih, dan adanya obstruksi
(batu).

9
 Pielogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskuler, masa
 Sistouretrogram berkemih; menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks
kedalam ureter dan retensi.
 Ultrasonografi ginjal: menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista,
obstruksi pada saluran perkemuhan bagian atas.
 Biopsy ginjal: mungkin dilakukan secara endoskopik, untuk menentukan
seljaringan untuk diagnosis hostologis.
 Endoskopi ginjal dan nefroskopi: dilakukan untuk menentukan pelis
ginjal (keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif).
 Elektrokardiografi/EKG: mingkin abnormal menunjukkan
ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.
 Foto kaki, tengkorak, kolumna spinal dan tangan, dapat menunjukkan
demineralisasi, kalsifikasi.
 Pielogram intravena (IVP), menunjukkan keberadaan dan posisi ginjal,
ukuran dan bentuk ginjal.
 CT scan untuk mendeteksi massa retroperitoneal (seperti penyebararn
tumor).
 Magnetic Resonan Imaging / MRI untuk mendeteksi struktur ginjal,
luasnya lesi invasif ginjal.

5. Penegakan Diagnosa

Diagnosa keperawatan pada penyakit gagal ginjal kronik menurut Doeges (1999),
Carpenito (2000) dan Smeltzer dan Bare (2001) adalah

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine dan


retensi cairan dan natrium.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
inadekuat sekunder terhadap mual, muntah, anoreksia.
c. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi
ke jaringan sekunder terhadap penurunan COP.

10
d. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan
mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler sistemik,
gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung (ketidakseimbangan elektrolit).
e. Resiko kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan akumulasi toksik dalam
kulit dan gangguan turgor kulit (uremia).
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialisis.
g. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolus sekunder
terhadap adanya edema pulmoner.
h. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi paru

6. Tatalaksanaan Pengobatan

 Orang yang mengalami gagal ginjal harus mengatur konsumsi dietnya , terutama
gagal ginjal akut agar tidak menjadi kronik dan gagal ginjal kronik tidak semakin
parah. Pengaturan Diet yamg dimaksud ialah :
 Dianjurkan pemberian 20-40 gram protein per hari yang mempunyai nilai
biologis yang tinggi (mengandung asam amino esensial) seperti telur, susu dan
daging. Pada saat ini pemberian kalori harus dinaikkan menjadi 2000-2500
kalori per hari, disertai dengan multivitamin.
 Batasi makanan yang mengandung kalium dan fosfat (pisang, jeruk dan kopi).
 Pemberian garam dibatasi yaitu, 0,5 gram per hari.
 Pembatasan protein. Pembatasan protein tidak hanya mengurangi kadar BUN
(kadar nitrogen urea), tetapi juga mengurangi asupan kalium dan fosfat, serta
mengurangi produksi ion hidrogen yang berasal dari protein.
 Dengan melakukan control terhadap diet, maka secara penyakit lain
(komplikasi) akibat gagal ginjal bisa diatasi seperti hipertensi, anemia dan
hiperkalemia.
 Pengaturan kebutuhan cairan dan keseimbangan elektrolit sangat dianjurkan dalam
pengobatan gagal ginjal
 Air (H2O). Kebutuhan cairan perhari adalah 400-500 ml ditambah pengeluaran
selama 24 jam.
11
 Natrium (Na). Selama fase oligurik asupan natrium harus dibatasi sampai 500
mg per 24 jam. Natrium yang banyak hilang akibat diare, atau muntah-muntah
harus segera diganti.
 Kalium yang dianjurkan adalah 40-80 mEq/hari.
 Penggunaan obat-obatan seperti :
 Obat-obatan yang menurunkan fosfor yaitu calcium carbonate (caltrate),
calcitriol (rocaltrol) dan sevelamer (renagel)
 Stimulasi produksi sel darah merah (erythropoietin) dan darbepoetin (aranesp)
 Produksi sel darah merah (iron supplements)
 Obat-obatan hipertensi
 Vitamin-vitamin
 Secara terkhusus pengobatan gagal ginjal kronik ialah melakukan dialisis (cuci
darah) dan operasi transplantasi ginjal
a. Dialisis (cuci darah)

Dialisis adalah pengalihan darah pasien dari tubuhnya melalui dialiser (tabung
ginjal buatan) yang terjadi secara difusi dan ultrafiltrasi, kemudian darah kembali lagi
kedalam tubuh pasien. Dialiser terdiri dari dua kompartemen yang terpisah yaitu
kompartemen darah dan kompartemen dialisat yang dibatasi oleh selaput semipermiabel
buatan.
b. Transplantasi ginjal

12
Ginjal hasil transplantasi
Transplantasi adalah usaha untuk memindahkan sebagian dari bagian tubuh dari
satu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau memindahkan sel, jaringan,
(kumpulan jaringan) atau organ tubuh dari donor kepala resipien.
Transplantasi ginjal mencakup dua komponen penting, yaitu ekplantasi dan
implantasi. Eksplantasi adalah usaha mengambil jaringan atau organ manusia yang hidup
atau yang sudah meninggal. Sementara implantasi adalah usaha menempatkan jaringan
atau organ tubuh tersebut kepada bagian tubuh sendiri atau tubuh orang lain.

7. Tatalaksanaan Keperawatan

 Pembatasan protein.
 Diet rendah kalium.
 Diet rendah natrium
 Pengaturan cairan

8. Pengkajian

 Identitas

Tidak ada spesifikasi khusus untuk kejadian gagal ginjal, namun laki – laki sering
memiliki resiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan pola hidup sehat. Gagal
ginjal kronik merupakan periode lanjut dari insiden gagal ginjal akut sehingga tidak
berdiri sendiri (Prabowo & Pranata, 2014, p. 204)

13
 Riwayat Kesehatan
 Keluhan Utama

Keluhan sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit sekunder yang menyertai.
Keluhan biasa berupa urine output yang menurun (oliguria) sampai pada anuria,
penurunan kesadaran karena komplikasi pada system sirkulasi-ventilasi, anoreksia,
mual dan muntah, diaphoresis, fatigue, nafas berbau urea, dan pruritus. Kondisi ini
dipicu oleh karena penumpukan (akumulasi) zat sisa metabolism/toksin dalam tubuh
karena ginjal mengalami kegagalan filtrasi (Prabowo & Pranata, 2014, pp. 204-205).

 Riwayat Penyakit Sekarang

Pada klien dengan gagal ginjal kronik biasanya terjadi penurunan urine output,
penurunan kesadaran, perubahan pola napas karena komplikasi dari gangguan
system ventilasi, fatigue, perubahan fisiologis kulit, bau urea pada napas. Selain itu,
karena berdampak pada proses metabolism (sekunder karena intoksikasi), maka
akanterjadi anoreksia, nausea dan vomit sehingga beresiko untuk terjadinya
gangguan nutrisi (Prabowo & Pranata, 2014, p. 205).

 Riwayat Penyakit Dahulu

Gagal ginjal kronik dimulai dengan periode gagal gijal akut dengan berbagai
penyebab (multikausa). Oleh karena itu, informasi penyakit terdahulu akan
menegaskan untuk penegakan masalah. Kaji riwayat penyakit ISK, payah jantung,
pengunaan obat berlebihan (overdosis) khusunya obat yang bersifat nefrotoksik,
BPH dan lain sebagainya yang mampu mempengaruhi kerja ginjal. Selain itu, ada
beberapa penyakit yang langsung mempengaruhi/menyebabkan gagal ginjal yaitu
diabetes mellitus, hipertensi, batu saluran kemih (urolithiasis) (Prabowo & Pranata,
2014, p. 205).

 Riwayat Kesehatan Keluaraga

14
Gagal ginjal kronik bukan penyakit menular dan menurun, sehingga silsilah
keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit ini. Namun, pencetus sekunder
seperti DM dan hipertensi memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakit gagal
ginjal kronik, karena penyakit tersebut bersifat herediter. Hasil dari pola kesehatan
keluarga yang diterapkan jika anggota keluarga yang sakit, misalnya minum jamu
saat sakit (Pranata, 2014, p. 205).

 Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum dan Tanda – Tanda Vital. Kondisi klien gagal ginjal kronik
biasanya lemah (fatigue), tingkat kesadaran bergantung pada tingkat toksisitas.
Pada pemeriksaan TTV sering didapatkan RR meningkat (tachypneu),
hipertensi/hipotensi sesuai dengan kondisi fluktuatif (Prabowo & Pranata, 2014, p.
206).

 Pemeriksaan Fisik Persistem

- System persyarafan

Manifestasi SSP terjadi lebih awal dan mencakup perubahan mental, kesulitan
berkonsentrasi, keletihan, dan insomnia. Geajala psikotik, kejang, dan koma
dikaitkan dengan ensefalopati uremik lanjut (Priscilla LeMone, dkk, 2017, hal.
1065).

- System pengindraan

Biasanya pada pasien gagal ginjal kronik ditemukan konjungtiva anemis, mata
merah, berair, penglihatan kabur, edema periorbital (Black, 2014, hal. 280).

- System pernafasan

Bau napas seperti urine sering kali dikaitkan dengan rasa logam dalam mulut,
dapat terjadi, edema paru, pleuritis, pernapasan kusmaul (Priscilla LeMone,
dkk, 2017, hal. 1065).

15
- System kardiovaskuler

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kejadian gagal ginjal kronik


salah satunya hipertensi. Tekanan darah yang tinggi diatas ambang kewajaran
akan mmpengaruhi volume vaskuler. Stagnasi ini akan memicu retensi natrium
dan air sehingga akan meningkatkan beban jantung (Prabowo & Pranata, 2014,
p. 206).

- System pencernaan

Anoreksia, mual dan muntah adalah gejala paling awal uremia. Cegukan biasa
dialami, nyeri perut, fetor uremik, bau napas seperti urine seringkali dapat
menyebabkan anoreksia (Priscilla LeMone, dkk, 2017, hal. 1065).

- System perkemihan

Dengan gangguan/kegagalan fungsi ginjal secara kompleks (filtrasi, sekresi,


reabsorbsi dan ekskresi ), maka manifestasi yang paling menonjol adalah
penurunan urine output < 400 ml/hari bahkn sampai pada anuria (tidak adanya
urine output (Prabowo & Pranata, 2014, p. 207)

- System musculoskeletal

Ostedistrofi ditandai dengan osteomalasia, pelunakan tulang, dan osteoporosis,


penurunan masa tulang. Kista pada tulang dapat terjadi. Manifestasi
osteodistrofi mencakup nyeri tekan pada tulang, nyeri, dan kelemahan otot.
Pasien berisiko mengalami fraktur spontan (Priscilla LeMone, dkk, 2017, hal.
1065).

- System integument

Pucat, warna kulit uremik (kuning-hijau), kulit kering, turgor buruk, pruritis,
ekimosis, bekuan uremik (Priscilla LeMone, dkk, 2017, hal. 1066).

16
- System endokrin

Berhubungan dengan pola seksualitas, klien dengn gagal ginjal kronis akan
mengalami disfungsi seksualitas karena penurunan hormone reproduksi.
Selain itu, jika kondisi gagal ginjal kronik berhubungahn dengan penyakit
diabetes mellitus, maka akan ada gangguan dalam sekresi insulin yang
berdampak pada proses metabolisme (Prabowo & Pranata, 2014, p. 206).

- System reproduksi

Terjadi amenorea pada wanita, impotensi pada pria, kemungkinan komplikasi


terjadi aborsi spontan (Priscilla LeMone, dkk, 2017, hal. 1066).

- System imun

Uremia meningkat terjadi resiko infeksi. Kadar tinggi urea dan sisa metabolik
tertahan merusak semua aspek inflamasi dan fungsi imun. Penurunan SDP,
imunitas lantran sel dan hormonal rusak, serta fungsi fagosit rusak. Baik
respons inflamasi akut maupun respon hipersensivitas lambat terganggu (Porth
& Matfin, 2009). Demam ditekan. Seringkali memperlambat diagnosis infeksi
(Jennifer P. Kowalak, dkk, 2011, hal. 1065).

9. Masalah Keperawatan yang Muncul

 Resiko tinggi penurunan curah jantung.


 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

10. Rencana Intervensi

a. Auskultasi bunyi jantung dan paru.


b. Kaji adanya hipertensi

17
c. Selidiki keluhan nyeri dada,perhatikan lokasi,rediasi,beratnya (skala 0-10).
d. Kaji tingkat kelelahan,tidur,istirahat.
e. Kaji kemampuan toleransi aktivitas
f. Rencanakan periode istrahat adekuat.

11. Evaluasi

Hasil yang diharapkan setelah pasien gagal ginjal kronis mendapatkan


intervensi adalah :

1. Kelemahan fisik berkurang dan menjadi normal


2. Tidak terjadi penurunan curah jantung
3. Tidak terjadi kelebihan volume cairan tubuh

18
19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya
secara normal menyerang orang dewasa dan usia lanjut. Gagal ginjal terbagi atas gagal
ginjal akut dan gagal ginjal kronis. Penyebab gagal ginjal adalah hal-hal yang selalu
disepelekan oleh banyak kalangan yaitu gaya hidup dan pola makan. Gagal ginjal juga
dipicu karena hipertensi dan anemia. Pencegahan gagal ginjal ialah membatasi konsumsi
makanan yang tidak sehat dan lakukan cara hidup yang sehat. Pengobatan gagal ginjal
dengan cara meminum obat-obatan, mengontrol makanan dan cairan yang akan masuk
dalam tubuh (sesuai ketentuan) apabila sudah kronik, harus melakukan dialisis (cuci darah)
dan transplantasi ginjal.

B. Saran

Hindari keseringan memakan junk food dan makanan yang mengandung sodium,
natrium, msg, dll. Makanan tersebut menjadi faktor resiko kejadian gagal ginjal dan
komplikasinya. Apabila mengalami gagal ginjal maka secara tidak langsng akan mengusik
kenyamanan hidup dan mempengaruhi keadaan ekonomi, biaya untuk dialisis dan
transplantasi ginjal bukan biaya yang sedikit. Jadi, hidup sehat mulai sekarang tanpa
ditunda lagi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Japaries,Willie.2002.Penyakit Ginjal.Jakarta : Arcan

Suzanne. C Smeltzer.& Brenda. G Bare Keperawatan Medikal Bedah 2 Edisi 8 Jakarta ECG

http://lianerako.blogspot.co.id/2014/09/asuhan-keperawatan-gagal-ginjal-kronik.html. Diposkan
oleh Konny Liane Rako ( Di unduh pada tanggal 02 Oktober 2019)

http://newdinala.blogspot.com/2010/03/gagal-ginjal-akut-dan-kronis.html

http://ridhoinhealthy.blogspot.com/2012/07/asuhan-keperawatan-pada-penderita-
gagal_31.html

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

https://www.academia.edu/19612122/ASKEP_GAGAL_GINJAL_KRONIK

https://www.academia.edu/28692964/MAKALAH_GAGAL_GINJAL_KRONIS

Anda mungkin juga menyukai