Jawaban LT 14-18
Jawaban LT 14-18
1. Jelaskan data-data yang diperlukan untuk menetapkan diagnosis maloklusi seorang pasien.
Jawab:
Case history, clinical examination, making of study
model, radiographs, photographs
2. Proses remodeling tulang dirangsang oleh pemberian kekuatan pada gigi, menyebabkan gigi
bergerak dan integritas tulang alveolus tetap terpelihara.
Gigi adak bergerak dalam dua tahap :
1. Segera setelah pemberian kekuatan
2. Setelah periode diam
Proses remodeling dilakukan oleh osteocyti . Yang terutama adalah :
1. Osteoclast
2. Ostoblast
Membran Periodontalis terletak diantara gigi dan tulang alveolus. Tekanan yang
mengenai gigi akan menjepit membran periodontalis . Tekanan yang kuat akan
menyebabkan pembuluh darah tersumbat.
Resopsi
Dua macam Resorpsi :
1. Frontal Resoeption
2. Undermining Resorption / Rear Resorption
Perubahan Pada Pembuluh Darah
Tekanan ringan akan merangsang frontal resorption, sebaliknya tekanan yang kuat akan
menyebabkan vascular thrombosis dan akhirnya kematian membran periodontalis.
Aposisi
Selama bergeraknya gigi, tulang baru diaposisikan di daerah tulang yang tertarik. Tulang
baru diaposisikan pada permukaan tulang alveolus yang berhadapan dengan membran
perodontalis. Sel yang melakukan proses aposisi adalah osteoblast. Sel ini sangay membutuhkan
energi seperti halnya osteoclast pada daerah resorpsi, maka dari itu juga sangat dibutuhkan satu
daerah yang cukup.
Osteoblast bertambah jumlahnya dengan cara :
1. Proliferasi atau diferensiasi sel precursos dalam membran periodontalis
2. Proliferasi atau diferensiasi perivascular stem cells.
Raisz (1999) dan Monologas (1995) menyatakan bahwa proses remodeling tulang merupakan
suatu
siklus yang meliputi tahapan yang komplek yaitu:
1. Tahap aktivasi (activation phase) adalah tahap interaksi antara prekusor osteoblas dan
osteoklas, kemudian terjadi proses diferensiasi, migrasi, dan fusi multinucleated osteclast dan
osteoklas yang terbentuk kemudian akan melekat pada permukaan matrik tulang dan akan
dimulai tahap berikutnya yaitu tahap resorpsi. Sebelum migrasi ke matrik tulang osteoklas
tersebut akan melewati sederetan lining sel osteoblas pada permukaan tulang untuk dapat
mengeluarkan enzim proteolitik. Interaksi sel antara stromal cell (sel stroma) dan hematopoietik
cell (sel hematopoietik) menjadi faktor penentu perkembangan osteoklas. Perkembangan
osteoklas dari prekusor hematopoietik tidak bisa diselesaikan jika tidak ada kehadiran sel
stroma. Oleh karena itu hormon sistemik dan lokal yang mempengaruhi perkembangan
osteoklas disediakan oleh stromal-osteoblastic lineage (sel stroma).
2. Tahap resorpsi (resorption phase) adalah tahap pada waktu osteoklas akan mensekresi ion
hydrogen dan enzim lisosom terutama cathepsin K dan akan mendegradasi seluruh komponen
matriks tulang termasuk kolagen. Setelah terjadi resorpsi maka osteoklas akan membentuk
lekukan atau cekungan tidak teratur yang biasa disebut lakuna howship pada tulang trabekular
dan saluran haversian pada tulang kortikal.
3. Tahap reversal (reversal phase), adalah tahap pada waktu permukaan tulang sementara tidak
didapatkan adanya sel kecuali beberapa sel mononuclear yakni makrofag, kemudian akan terjadi
degradasi kolagen lebih lanjut dan terjadi deposisi proteoglycan untuk membentuk coment line
yang akan melepaskan faktor pertumbuhan untuk dimulainya tahap formasi.
4. Tahap formasi (formation phase), adalah tahap pada waktu terjadi proliferasi dan diferensiasi
prekusor osteoblas yang dilanjutkan dengan pembentukan matrik tulang yang baru dan akan
mengalami mineralisasi. Tahap formasi akan berakhir ketika defek (cekungan) yang dibentuk
oleh osteoklas telah diisi.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa proses remodeling adalah aktivitas yang
meliputi pembentukan tulang dan resorpsi tulang. Faktor pengatur pembentukan dan resorpsi
tulang dilaksanakan melalui dua proses yang selalu berada dalam keadaan seimbang yang
disebut coupling. Proses coupling ini memungkinkan aktivitas pembentukan tulang sebanding
dengan resorpsi tulang (Raisz, 1999).
3. Principal fiber tertanam dalam cementum di satu sisi dan sisi lain tertanam pada tulang
alveolus dan melanjutkan didi sebagai serabut-serabut Sharpey’s.
Kraw dan Enlow mengatkan bahwa berkas-berkas serabut collagen dalam matrix organik
tulang alveolus yang diresorpsi akan menyusun diri pada arah yang sama atau bergabung
dengan principal fiber , dengan cara seperti itu maka kesinambungan dengan tulang akan
tetap terjaga.
Tiga zona yang digambarkan oleh Kraw dan Enlow yang spesifi pada serabut-serabut
periodontium:
1. Inner Zona
Tertanam dalam cementum. Zone ini terdiri dari mature collagen bundles yang relatif
stabil.
2. External Zona
Tertanam dalam dinding alveolus. Zone ini dikatakan kurang stabil dan kadang-
kadang dapat mengadakan perubahan.
3. Intermediate Zona
Zone ini sangat tidak stabil, terdiri dari immature collagen fiber, sangat mudah
mengadakan perubahan.
Bila gigi bergerak, serabut-serabut pada inner zone akan terbawa bersama gigi, sedangkan
serabut-serabut pada external zone akan lepas dari perlekatannya pada tulang yang diresorpsi.
Serabut-serabut collagen dalam matrix tulang akan menyambungkan diri dengan serabut-serabut
baru dalam intermediate zone. Intermediate zone ini yang akan mengatur atau memelihara
kesinambungan dan ukuran panjang pendeknya serabut. Dengan demikian maka sintesa collagen
memegang peranan penting dalam mekanisme ini. Pengamatan dengan radioaktif menunjukkan
bahwa sintesa collagen lebih aktif di daerah crestal dan apical, sehingga daerah ini mengalami
adaptasi lebih dulu kemudian baru diikuti oleh serabut-serabut oblique dan serabut-serabut
horisontal.
b. Bodily movement.
Jika garis aksi dari gaya yang diberikan melewati pusat resistensi gigi, semua titik pada gigi
akan bergerak dalam jarak yang sama dan dalam arah yang sama menandakan perpindahan
bodily. Hal ini disebut dengan translasi.
c. Intrusion.
Pegerakan bodily (keseluruhan) gigi sepanjang sumbunya ke arah apikal.
d. Extrusion.
Merupakan pergerakan keseluruhan gigi sepanjang sumbunya ke arah oklusal.
e. Rotation.
Merupakan pergerakan ke labial atau ke lingual dari gigi mengelilingi sumbu panjangnya.
f. Torquing.
Dapat dikatakan sebagai kebalikan tipping yang dikarakteristikkan dengan pergerakan ke
lingual dari akar.
g. Uprighting.
Selama perawatan ortodonti, mahkota dari beberapa gigi akan digerakkan ke arah mesio-
distal dengan akar yang adigerakkan ke arah yang berlawanan. Membuat akar kembali untuk
mendapatkan orientasi paralel dinamakan uprighting.
b. asimetris
2. Non paralel ( radial ) : a. simetris