Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah,
karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan.
Makalah Kimia Analitik ini membahas tentang sepektrofotometri infra merah berdasarkan
jurnal Budi Darmawan dan Citra Dewi Azhari yang berjudul Karakterisasi Spektrofotometri I
R Dan Scanning Electron Microscopy (S E M) Sensor Gas Dari Bahan Polimer Poly Ethelyn
Glycol (P E G) .

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca tentang alat instrumen spektrofotometri infra merah. Kami
menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini , sehingga kami
membutuhkan saran dan kritik dari pembaca.

Tangerang Selatan , November 2014

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ...................................................................................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah.................................................................................................... 2
BAB II........................................................................................................................................ 3
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................... 3
2.1 Spektrofotometer FTIR............................................................................................ 3
2.2 Spektrofotometer IR ................................................................................................ 5
2.3 Spektrum IR ............................................................................................................. 6
BAB III ...................................................................................................................................... 8
PEMBAHASAN .................................................................................................................... 8
BAB IV .................................................................................................................................... 15
PENUTUP ............................................................................................................................ 15
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 15
4.2 Saran ...................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema IR .................................................................................................................. 4


Gambar 2. Sistem Spektrofotometer IR ................................................................................... 11
Gambar 3. Pemadat Cuplikan .................................................................................................. 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari materi dan atributnya berdasarkan


cahaya, suara atau partikel yang dipancarkan, diserap atau dipantulkan oleh materi tersebut.
Spektroskopi juga dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara
cahaya dan materi. Dalam catatan sejarah, spektroskopi mengacu kepada cabang ilmu
dimana "cahaya tampak" digunakan dalam teori-teori struktur materi serta analisa kualitatif
dan kuantitatif. Dalam masa modern, definisi spektroskopi berkembang seiring teknik-
teknik baru yang dikembangkan untuk memanfaatkan tidak hanya cahaya tampak, tetapi
juga bentuk lain dari radiasi elektromagnetik dan non-elektromagnetik seperti gelombang
mikro, gelombang radio, elektron, fonon, gelombang suara, sinar x dan lain sebagainya.

Spektroskopi umumnya digunakan dalam kimia fisik dan kimia analisis untuk
mengidentifikasi suatu substansi melalui spektrum yang dipancarkan atau yang diserap.
Alat untuk merekam spektrum disebut spektrometer. Spektroskopi juga digunakan secara
intensif dalam astronomi dan penginderaan jarak jauh. Kebanyakan teleskop-teleskop besar
mempunyai spektrograf yang digunakan untuk mengukur komposisi kimia dan atribut fisik
lainnya dari suatu objek astronomi atau untuk mengukur kecepatan objek astronomi
berdasarkan pergeseran Doppler garis-garis spektral. Salah satu jenis spektroskopi adalah
spektroskopi infra merah (IR). spektroskopi ini didasarkan pada vibrasi suatu molekul.

Spektroskopi inframerah merupakan suatu metode yang mengamati interaksi


molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang gelombang 0.75
- 1.000 µm atau pada bilangan gelombang 13.000 - 10 cm-1.

Inframerah adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang lebih panjang


dari cahaya tampak, tetapi lebih pendek dari radiasi gelombang radio. Namanya berarti
"bawah merah" (dari bahasa Latin infra, "bawah"), merah merupakan warna dari cahaya
tampak dengan gelombang terpanjang. Radiasi inframerah memiliki jangkauan tiga "order"
dan memiliki panjang gelombang antara 700 nm dan 1 mm. Inframerah ditemukan secara

1
tidak sengaja oleh Sir William Herschell, astronom kerajaan Inggris ketika ia sedang
mengadakan penelitian mencari bahan penyaring optik yang akan digunakan untuk
mengurangi kecerahan gambar matahari dalam tata surya teleskop

Spektrofotometri Infra Red atau Infra Merah merupakan suatu metode yang
mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah
panjang gelombang 0,75 – 1.000 µm atau pada Bilangan Gelombang 13.000 – 10 cm-1.
Radiasi elektromagnetik dikemukakan pertama kali oleh James Clark Maxwell, yang
menyatakan bahwa cahaya secara fisis merupakan gelombang elektromagnetik, artinya
mempunyai vektor listrik dan vektor magnetik yang keduanya saling tegak lurus dengan
arah rambatan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian dari
spektrofotometer infra merah, penggunaannya manfaat, prinsip kerja, serta kelebihan dan
kekurangan dari spektrofotometer infra merah.

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Pengertian FTIR dan spektranya


2. Jenis – jenis spektroskopi inframerah
3. Alat yang digunakan
4. Cara penggunaannya
5. Manfaat dari spektroskopi inframerah
6. Kelebihan serta kekurangan dari spektroskopi inframerah tersebut.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Spektrofotometer FTIR

Spektrofotometer FTIR 8300/8700 merupakan salah satu alat yang dapat digunakan
untuk identifikasi senyawa, khususnya senyawa organik, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif. Analisis dilakukan dengan melihat bentuk spektrumnya yaitu dengan melihat
puncak-puncak spesifik yang menunjukan jenis gugus fungsional yang dimiliki oleh
senyawa tersebut. Sedangkan analisis kuantitatif dapat dilakukan dengan menggunakan
senyawa standar yang dibuat spektrumnya pada berbagai variasi konsentrasi.

Jumlah energi yang diperlukan untuk meregangkan suatu ikatan tergantung


pada tegangan ikatan dan massa atom yang terikat. Bilangan gelombang suatu
serapan dapat dihitung menggunakan persamaan yang diturunkan dari Hukum Hooke.

Ikatan yang lebih kuat dan atom yang lebih ringan menghasilkan frekuensi yang
lebih tinggi. Semakin kuat suatu ikatan, makin besar energi yang dibutuhkan untuk
meregangkan ikatan tersebut. Frekuensi vibrasi berbanding terbalik dengan massa atom
sehingga vibrasi atom yang lebih berat terjadi pada frekuensi yang lebih rendah (Bruice,
2001).

Pancaran infra merah pada umumnya mengacu pada bagian spektrum


elektromagnetik yang terletak di antara daerah tampak dan daerah gelombang mikro.

Sebagian besar kegunaannya terbatas di daerah antara 4000 cm-1 dan 666 cm-1 (2,5-15,0

µm). Akhir-akhir ini muncul perhatian pada daerah infra merah dekat, 14.290-4000 cm-
1 (0,7-2,5 µm) dan daerah infra merah jauh, 700-200 cm-1 (14,3-50 µm) (Silverstain,

1967).

3
Gambar 1. Skema IR

Salah satu hasil kemajuan instrumentasi IR adalah pemrosesan data seperti


Fourier Transform Infra Red (FTIR). Teknik ini memberikan informasi dalam hal
kimia, seperti struktur dan konformasional pada polimer dan polipaduan, perubahan
induksi tekanan dan reaksi kimia. Dalam teknik ini padatan diuji dengan cara
merefleksikan sinar infra merah yang melalui tempat kristal sehingga terjadi kontak
dengan permukaan cuplikan. Degradasi atau induksi oleh oksidasi, panas, maupun
cahaya, dapat diikuti dengan cepat melalui infra merah. Sensitivitas FTIR adalah 80-200
kali lebih tinggi dari instrumentasi dispersi standar karena resolusinya lebih tinggi
(Kroschwitz, 1990).

Teknik pengoperasian FTIR berbeda dengan spektrofotometer infra merah. Pada


FTIR digunakan suatu interferometer Michelson sebagai pengganti monokromator yang
terletak di depan monokromator. Interferometer ini akan memberikan sinyal ke detektor
sesuai dengan intensitas frekuensi vibrasi molekul yang berupa interferogram (Bassler,
1986).

Interferogram juga memberikan informasi yang berdasarkan pada intensitas


spektrum dari setiap frekuensi. Informasi yang keluar dari detektor diubah secara digital
dalam komputer dan ditransformasikan sebagai domain, tiap-tiap satuan frekuensi dipilih
dari interferogram yang lengkap (fourier transform). Kemudian sinyal itu diubah menjadi
spektrum IR sederhana. Spektroskopi FTIR digunakan untuk:

1. Mendeteksi sinyal lemah


2. Menganalisis sampel dengan konsentrasi rendah
3. Analisis getaran (Silverstain, 1967).

4
2.2 Spektrofotometer IR

Spektrofotometri inframerah (IR) merupakan salah satu alat yang dapat digunakan
untuk menganalisa senyawa kimia. Spektra inframerah suatu senyawa dapat
memberikan gambaran dan struktur molekul senyawa tersebut. Spektra IR dapat
dihasilkan dengan mengukur absorbsi radiasi, refleksi atau emisi di daerah IR.Daerah
inframerah pada spektrum gelombang elektromagnetik mencakup bilangan gelombang

14.000 cm-1 hingga 10 cm-1. Daerah inframerah sedang ( 4000-400 cm-1) berkaitan
dengan transisi energi vibrasi dari molekul yang memberikan informasi mengenai gugus-

gugus fungsi dalam molekul tersebut. Daerah inframerah jauh (400-10cm-1) bermanfaat
untuk menganalisis molekul yang mengandung atom-atom berat seperti senyawa
anorganik, namun membutuhkan teknik khusus yang lebih baik. Daerah inframerah dekat

(12.500-4000cm-1) yang peka terhadap vibrasi overtone (Schechter,1997).

Pada alat spektrofotometri inframerah, satuan bilangan gelombang merupakan


satuan yang umum digunakan. Nilai bilangan gelombang berbanding terbalik terhadap
frekuensi atau energinya. Bilangan gelombang dan panjang gelombang dapat dikonversi
satu sama lain menggunakan persamaan dibawah :

Informasi absorpsi inframerah pada umumnya diberikan dalam bentuk spektrum


dengan panjang gelombang (µm) atau bilangan gelombang (cm-1) sebagai absis x dan
intensitas absorpsi atau persen transmitan sebagai ordinat y. Intensitas pita dapat
dinyatakan dengan transmitan (T) atau absorban (A). Transmitan adalah perbandingan
antara fraksi sinar yang diteruskan oleh sampel (I) dan jumlah sinar yang diterima oleh
sampel tersebut (Io). Absorban adalah –log dari transmitan:

Spektrum yang dihasilkan biasanya relatif kompleks karena adanya overtone


kombinasi dan perbedaan serapan yang lemah. Overtone dihasilkan akibat adanya eksitasi
dari tingkat energi rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi, yang merupakan kelipatan
dari frekuensi fundamental (v). bila dua frekuensi vibrasi (v1 dan v2) dalam molekul
5
bergabung menghasilkan vibrasi frekuensi baru dalam molekul, dan bila frekuensi
tersebut aktif inframerah, maka hal tersebut disebut serapan kombinasi (Harjono,1992).
Apabila vibrasi fundamental bergabung dengan serapan overtone atau serapan kombinasi
lainnya, maka vibrasi gabungan ini disebut resonansi Fermi yang sering teramati dalam
senyawa karbonil.

Terdapat dua macam vibrasi, yaitu vibrasi ulur dan tekuk. Vibrasi ulur merupakan
suatu gerakan berirama di sepanjang sumbu ikatan sehingga jarak antar atom akan
bertambah atau berkurang. Vibrasi tekuk dapat terjadi karena perubahan sudut-sudut ikatan
antara ikatan-ikatan pada sebuah atom (silverstein et al, 1986).

Berdasarkan pembagian daerah panjang geloma=bang, sinar inframerah dibagi atas


tiga daerah, yaitu:

1. Inframerah jarak dekat dengan panjang gelombang 0.75 – 1.5 µm


2. Inframerah jarak menengah dengan panjang gelombang 1.50 – 10 µm
3. Inframerah jarak jauh dengan panjang gelombang 10 – 100 µm

2.3 Spektrum IR

Hampir setiap senyawa yang memiliki ikatan kovalen, apakah senyawa organik
atau anorganik, akan menyerap berbagai frekensi radiasi elektromagnetik dengan panjang
gelombang (λ) 0,5 – 1000 μm). Dalam kimia organik, fungsi utama dari spektrometri
inframerah adalah mengenal (elusidasi) struktur moelkul, khususnya gugus fungsional
seperti OH, C = O, C = C. daerah yang paling berguna untuk mengenal struktur

suatusenyawa adalah pada daerah 1-25 μm atau 10.000 – 400 cm-1. Dalam praktek satuan

yang lebih umum dipakai adalah satuan frekuensi (cm-1) dan bukan saatuan panjang
gelombang. Serapan setiap tipe ikatan (N - H, C - H , O - H, C - X, C = O, C - O, C – C,
C = C, C = N, dan sebagainya) hanya diperoleh dalam bagian-bagian kecil tertentu dari
daerah vibrasi infra merah. Kisaran serapan yang kecil dapat digunakan untuk
menentukan setiap tipe ikatan.

Dalam rangka memperoleh informasi struktur senyawa organik yang dianalisis,


kita harus terbiasa dengan frekuensi atau panjang gelombang dimana berbagai gugus
fungsional yang menyerap. Dalam tabel berikut tersusun secara sistematik daerah serapan
6
yang sesuai dengan ikatan yang terdapat dalam suatu senyawa.

7
BAB III

PEMBAHASAN

Spektrofotometri Infra Red atau Infra Merah merupakan suatu metode yang
mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah
panjang gelombang 0,75 – 1.000 µm atau pada Bilangan Gelombang 13.000 – 10 cm-1.
Radiasi elektromagnetik dikemukakan pertama kali oleh James Clark Maxwell, yang
menyatakan bahwa cahaya secara fisis merupakan gelombang elektromagnetik, artinya
mempunyai vektor listrik dan vektor magnetik yang keduanya saling tegak lurus dengan
arah rambatan.

Saat ini telah dikenal berbagai macam gelombang elektromagnetik dengan rentang
panjang gelombang tertentu. Spektrum elektromagnetik merupakan kumpulan spektrum
dari berbagai panjang gelombang. Berdasarkan pembagian daerah panjang gelombang pada
Tabel 1 dan Gambar 2, sinar infra merah dibagi atas tiga daerah, yaitu:

1. Daerah Infra merah dekat.


2. Daerah Infra merah pertengahan.
3. Daerah infra merah jauh.

Dari pembagian daerah spektrum elektromagnetik tersebut diatas, daerah panjang


gelombang yang digunakan pada alat spektrofotometer infra merah adalah pada daerah
infra merah pertengahan, yaitu pada panjang gelombang 2,5 – 50 µm atau pada bilangan
gelombang 4.000 – 200 cm-1. Satuan yang sering digunakan dalam spektrofotometri infra
merah adalah Bilangan Gelombang ( ϋ) atau disebut juga sebagai Kaiser.

Cahaya yang bisa kita lihat itu terdiri dari gelombang elektromagnetik dengan
frekuensi yang berbeda-beda, setiap frekuensi tersebut bisa dilihat sebagai warna yang
berbeda. Radiasi Infra-merah juga merupakan gelombang dengan frekuensi yang
berkesinambungan, hanya saja mata kita tidak bisa melihat mereka. Jika anda menyinari
sebuah senyawa organik dengan sinar infra-merah yang mempunyai frekuensi tertentu,
anda akan mendapatkan bahwa beberapa frekuensi tersebut diserap oleh senyawa tersebut.

8
Sebuah alat pendetektor yang diletakkan di sisi lain senyawa tersebut akan
menunjukkan bahwa beberapa frekuensi melewati senyawa tesebut tanpa diserap sama
sekali, tapi frekwensi lainnya banyak diserap. Berapa banyak frekuensi tertentu yang
melewati senyawa tersebut diukur sebagai 'persentasi transmitasi' (percentage
transmittance).

Persentasi transmitasi dengan nilai 100 berarti semua frekuensi dapat melewati
senyawa tersebut tanpa diserap sama sekali. Pada kenyataannya, itu tidak pernah terjadi,
selalu akan ada penyerapan, walaupun kecil, mungkin transmitasi sebesar 95% adalah yang
terbaik yang bisa anda peroleh. Transmitasi sebesar 5% mempunyai arti bahwa hampir
semua frekuensi tersebut diserap oleh senyawa itu. Tingginya penyerapan seperti ini akan
membuat kita mengerti tentang ikatan-ikatan yang ada dalam senyawa tersebut.

Spektrometer infra merah biasanya merupakan spektrometer berkas ganda dan


terdiri dari 4 bagian utama yaitu daerah cuplikan, kisi difraksi (monokromator), dan
detektor.

1. Sumber Radiasi

Radiasi infra merah biasanya dihasilkan oleh pemijar Nernst dan Globar.
Pemijar Globar merupakan batangan silikon karbida yang dipanasi sekitar 1200°C,
sehingga memancarkan radiasi kontinyu pada daerah 1-40 µm. Globar merupakan
sumber radiasi yang sangat stabil. Pijar Nernst merupakan batang cekung dari
sirkonium dan yttrium oksida yang dipanasi sekitar 1500°C dengan arus listrik. Sumber
ini memancarkan radiasi antara 0,4-20 µm dan kurang stabil jika dibandingkan dengan
Globar.

2. Monokromator

Monokromator ini terdiri dari sistem celah masuk dan celah keluar, alat
pendespersi yang berupa kisi difraksi atau prisma, dan beberapa cermin untuk
memantulkan dan memfokuskan sinar. Bahan yang digunakan untuk prisma adalah
natrium klorida, kalium bromida, sesium bromida dan litium fluorida. Prisma natrium
klorida paling banyak digunakan untuk monokromator infra merah, karena dispersinya

9
tinggi untuk daerah antara 5,0-16 µm, tetapi dispersinya kurang baik untuk daerah
antara 1,0-5,0 µm.

3. Detektor

Sebagian besar alat modern menggunakan detektor panas. Detektor fotolistrik


tidak dapat digunakan untuk menggunakan infra merah karena energi foton infra merah
tidak cukup besar untuk membebaskan elektron dari permukaan katoda suatu tabung
foton.

Detektor panas untuk mendeteksi infra merah yaitu termokopel, bolometer, dan
sel Golay. Ketiga detektor ini bekerja berdasarkan efek pemanasan yang
ditimbulkanoleh sinar infra merah.

4. Daerah Cuplikan

Daerah cuplikan infra merah dapat terdiri dari 3 jenis yaitu cuplikan yang
berbentuk gas, cairan dan padatan. Gaya intermolekul berubah nyata dari bentuk
padatan ke cairan ke gas dan spektrum infra merah biasanya menunjukkan pengaruh
dari perbedaan ini dalam bentuk pergeseran frekuensi. Oleh karena itu, sangat penting
untuk dicatat pada spektrum cara pengolahan cuplikan ynag dilakukan.

5. Sistem Kerja

Sinar dari sumber dibagi dalam 2 berkas yang sama, satu berkas melalui
cuplikan dan satu berkas lainnya sebagai baku. Fungsi model berkas ganda adalah
mengukur perbedaan intensitas antara 2 berkas pada setiap panjang gelombang. Kedua
berkas itu dipantulkan pada ”chopper” yang berupa cermin berputar. Hal ini
menyebabkan berkas cuplikan dan berkas baku dipantulkan secara bergantian ke kisi
difraksi. Kisi difraksi berputar lambat, setiap frekuensi dikirim ke detektor yang
mengubah energi panas menjadi energi listrik.

Jika pada suatu frekuensi cuplikan menyerap sinar maka detektor akan
menerima intensitas berkas baku yang besar dan berkas cuplikan yang lemah secara
bergantian. Hal ini menimbulkan arus listrik bolak-balik dalam detektor dan akan
diperkuat oleh amplifier. Jika cuplikan tidak menyerap sinar, berarti intensitas berkas
10
cuplikan sama dengan intensitas berkas baku dan hal ini tidak menimbulkan arus bolak-
balik, tetapi arus searah. Amplifier dibuat hanya untuk arus bolak=balik.

Arus bolak-balik yang terjadi ini digunakan untuk menjalankan suatu motor
yang dihubungkan dengan suatu alat penghalang berkas sinar yang disebut baji optik.
Baji optik ini oleh motor dapat digerakkan turun naik ke dalam berkas baku sehingga
akan mengurangi intensitasnya yang akan diteruskan ke detektor. Baji optik ini
digerakkan sedemikian jauh ke dalam berkas baku sehingga intensitasnya dikurangi
dengan jumlah yang sama banyaknya dengan jumlah pengurangan intensitas berkas
cuplikan, jika cuplikan melakukan penyerapan. Gerakan baji ini dihubungkan secara
mekanik dengan pena alat rekorder sehingga gerakan baji ini merupakan pita serapan
pada spektrum tersebut.

Secara singkat sistem kerjanya seperti ini sebuah cuplikan ynag ditempatkan di
dalam spektrofotometer infra merah dan dikenai radiasi infra merah yang berubah
panjang gelombangnya secara berkesinambungan menyerap cahaya jika radiasi yang
masuk bersesuaian dengan energi getaran molekul tertentu. Spektrofotometer infra
merah memayar daerah rentangan dan lenturan molekul. Penyerapan radiasi dicatat dan
menghasilkan sebuah spektrum infra merah. Hadirnya sebuah puncak serapan dalam
daerah gugus fungsi sebuah spektrum infra merah hampir selalu merupakan petunjuk
pasti bahwa beberapa gugus fungsi tertentu terdapat dalam senyawa cuplikan.
Demikian pula, tidak adanya puncak dalam bagian tertentu dari daerah gugus fungsi
sebuah spektrum infra merah biasanya berarti bahwa gugus tersebut yang menyerap
pada daerah itu tidak ada.

Gambar 2. Sistem Spektrofotometer IR


11
Spektrofotometer canggih selalu dilengkapi recorder untuk merekam hasil
percobaan. Alat perekam ini mempermudah dan mempercepat pengolahan data. Data
absorbsi mulai dari panjang gelombang 2,5 mikron (υ 4000 cm-1) hingga 25 mikron
(υ 400 cm-1) direkam secara otomatis. Bahkan spektrofotometer bisa dilengkapi sistem
komputer dibuat sesuai dengan yang diinginkan.

Spektrofotometer inframerah mempunyai sistem optik yang serupa dengan


ultraviolet atau sinar tampak. Perbedaan utama terletak pada sumber energi dan sel.
Sumber radiasi pada spektrofotometri laser. Oleh karena itu sinar inframerah
mempunyai energi yang lebih rendah dari sinar ultraviolet atau sinar tampak, maka
tebal sel yang dipakai pada spektrofotometer lebih tipis daripada untuk
spektrofotometer lainnya ( 0,002 mm). Sehingga tidak ada pelarut yang sama sekali
transparan terhadap sinar inframerah, maka cuplikan dapat diukur sebagai padatan atau
cairan murninya. Cuplikan padat digerus dalam mortir kecil bersama kristal KBr kering
dalam jumlah sedikit sekali (0,5-2 mg cuplikan + 100 mg KBr kering). Campuran
tersebut dipres diantara dua skrup memakai kunci, kemudian kedua skrupnya dibuka
dan band yang berisi tablet cuplikan tipis diletakkan di tempat sel spektrofotometer
inframerah dengan lubang mengarah ke sumber radiasi.

Gambar 3. Pemadat Cuplikan

Spektrum infra merah mengandung banyak serapan yang berhubungan dengan


sistem vibrasi yang berinteraksi dalam suatu molekul memberikan pita-pita serapan yang
berkarakteristik dalam spektrumnya. Corak pita ini disebut sebagai daerah sidik jari.

1. Alkana

Pita utama yang nampak dalam spektra IR alkana disebabkan oleh stretching
C-H di daerah 2850-3000 cm-1, scissoring CH2 dan CH3 di daerah 1450-1470 cm-1,
rocking CH3 pada kurang lebih 1370-1380 cm-1. Dan pita rocking, pada 720-7725
12
cm-1. Pita- pita ini tidak dapat dijadikan patokan karena kebanyakan alkana
mengandung gugus-gugus ini.

2. Alkena

Vibrasi stretching C-H alkena terjadi pada panjang gelombang yang lebih
pendek daripada C-H alkana. Ingat bahwa ikatan karbon-hidrogen alkena mempunyai
sifat lebih kuat daripada ikatan karbon-hidrogen alkana. Makin kuat ikatan, makin sukar
bervibrasi dan memerlukan energi yang lebih tinggi. Jadi alkena yang mempunyai
paling sedikit satu hidrogen menempel pada ikatan rangkap dua biasanya

mengabsorpsi di daerah 3050-3150 cm-1

Bentuk stretching C=C alkena terjadi sidaerah 1645-1670 cm-1. pita ini
sangat jelas bila hanya satu gugus alkil menempel pada ikatan rangkap dua.
Semakin banyak gugus alkil yang menempel, intensitas absorpsi berkurang karena
vibrasi terjadi dengan perubahan momen dipol yang lebih kecil. Untuk alkena-alkena
trisubtitusi, tetrasubsitusi C=C sering mempunyai intensitas yang rendah atau tidak
teramati.

3. Alkuna dan Nitrit

Alkuna ujung memperlihatkan pita stretching C-H yang tajam pada 3300-3320
cm-1dan bentuk bending C-H yang jelas pada 600-700 cm-1. Stretching C=N pada
alkuna ujung nampak pada 2100-2140 cm-1 dengan intensitas sedang (Gambar
28) untuk stretching C=C alkuna dalam berupa pita lemah yang terjadi pada 2200-2260
cm-1.

4. Alkil halida

Ciri absorpsi alkil halida adalah pita yang disebabkan oleh stretching C-X.
posisi untuk pita-pita ini adalah 1000-1350 cm-1 untuk C-F, 750-850 cm-1 untuk C-
Cl, 500-680 cm-1 untuk C-Br, dan 200-500 cm-1 untuk C-I. Absorpsi-absorpsi ini tidak
berguna untuk diagnosisi.

5. Alkohol dan Eter

13
Alkohol dan eter mempunyai ciri absorpsi infra merah karena stretching C-O
didaerah 1050-1200 cm-1. oleh karena pita-pita ini terjadi di daerah spektrum dimana
biasanya terdapat banyak pita lain, maka pita-pita tersebut tidak bermanfaat untuk
diagnosis. Akan tetapi stretching O-H alkohol, yang terjadi di daerah 3200-3600 cm-1,
lebih berguna. Gambar 29 memperlihatkan spektrum infra merah t-butilalkohol
stretching O-H sangat kuat yang berpusat pada 3360 cm-1.

T-butil alkohol dilarutkan dalam karbon tetraklorida (karbon tetraklorida


banyak digunakan sebagai pelarut di dalam studi infra merah karenanya relatif stabil
dan “transparan” terhadap cahaya infra merah pada kebanyakan daerah spektra yang
berguna).

6. Aldehid dan Keton

Ciri absorpsi infra merah aldehid dan keton adalah vibrasi stretching C=O. oleh
karena gugus karbonil polar sekali, strerching ikatan ini menghasilkan perubahan
momen dipol yang cukup besar. Akibatnya stretching karbonil merupakan spektra yang
intensitasnya tinggi. Oleh karena terjadi di daerah spektrum yang umumnya tidak ada
absorpsi lain, maka stretching karbonil merupakan metode yang dapat diandalkan untuk
mendiagnosis adanya gugus fungsional di dalam suatu senyawa.

14
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Spektrum infra merah berguna untuk mendeteksi adanya gugus fungsi dalam
senyawa organik. Daerah di bawah frekuensi 650 cm-1 dinamakan infra merah jauh.
Sedangkan daerah di atas frekuensi 4000 cm-1 dinamakan infra merah dekat.
Monokromator terdiri dari celah masuk dan celah keluar yang berupa kisi difraksi atau
prisma.4. Detektor panas digunakan untuk mendeteksi sinar infra merah. Spektrum infra
merah mengandung banyak serapan yang berhubungan dengan sistem vibrasi yang
berinteraksi dalam suatu molekul memberikan pita-pita serapan yang berkarakteristik
dalam spektrumnya. Corak pita ini disebut sebagai daerah sidik jari.

4.2 Saran

Instrumen dengan Spektrofotometer IR merupakan instrumen yang paling banyak


digunakan dalam metode analisis kuantitatif karena metodenya yang cukup sederhana
Untuk pengembangan lebih lanjut pada makalah ini, terdapat beberapa saran yang sesuai
dengan informasi mengenai Spektrofotometer IR, yaitu seperti pembuatan standar untuk
kalibrasi dan penentuan panjang frekuensi haruslah tepat, kalibrasi alat harus diupayakan
rutin agar mengurangi kesalahan yang terjadi ketika analisa.

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami.
Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya

15
DAFTAR PUSTAKA

Bassler. 1986, Penyidikan Spektrometrik Senyawa Organik, edisi keempat, Erlangga, Jakarta
Gunawan, Budi dan Citra Dewi A,. 2005. Karakterisasi Spektrofotometri I R Dan Scanning
Electron Microscopy (S E M) Sensor Gas Dari Bahan Polimer Poly Ethelyn Glycol
(P E G). ISSN 1979-6870
Khopkar SM. (1990). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
Kristianingrum, Susila..200. Handout Spektroskopi Infra Merah. Jogjakarta

16

Anda mungkin juga menyukai