Anda di halaman 1dari 4

AC MILAN 2019/2020

Parade musim 2018/2019 Milan ditutup dengan mundurnya Gennaro Gattuso dari kursi
kepelatihan AC Milan.Banyak yang mengamini keputusannya, banyak yang menyayangkan.
Sebenarnya, Milan dibawah Gattuso merupakan Milan yang cukup baik. Mereka bermain
dengan etos kerja tinggi, penuh semangat, seperti yang ditularkan Gattuso selama masa
kepelatihannya. Peringkat 5 pun berhasil dicapai, serta menempatkan Suso dalam jajaran
pencetak assist terbanyak Serie A, serta Kryzstof Piatek dalam jajaran pencetak gol terbanyak
Serie A musim lalu. Kemampuan Gattuso untuk menumbuhkan kepercayaan diri pemain pun
juga terlihat jelas pada penampilan Tiemoue Bakayoko, Hakan Calhanoglu, sampai Fabio
Borini yang memberikan kontribusi besar pada tim. Namun, target utama Milan, yakni
Champions League urung terwujud, itulah penyebab utama mundurnya Gattuso dari kursi
kepelatihan Milan. Selain itu, kritik-kritik lain juga menghampiri Gattuso selama menakhodai
Milan, diantaranya miskin taktik, kesulitan melawan tim-tim promosi, miskin kreativitas, dan
terlalu bergantung pada Suso sebagai bintang utama. Namun itu telah menjadi kenangan
lama, musim baru, masuknya Marco Giampaolo sebagai pelatih baru Milan, menumbuhkan
harapan bagi seluruh pendukungnya. Giampaolo ditunjuk karena dianggap sukses dalam
menangani tim-tim sebelumnya seperti Empoli dan Sampdoria, selain itu formasi yang
diusung Giampaolo adalah 4-3-1-2, persis seperti yang diimpikan seluruh pendukung Milan,
pada era kejayaannya. Meski begitu, tetap saja kekhawatiran muncul karena Giampaolo
dianggap belum berpengalaman melatih klub sebesar AC Milan dengan segudang bintang-
bintangnya. Paolo Maldini dan Zvomir Boban pun ditunjuk sebagai direktur teknik Milan
untuk memperkental nuansa “Milan” dan sejumlah muka baru di datangkan ke San Siro dan
mayoritas adalah pemain-pemain muda dibawah 25 tahun. Rade Krunic (25) menjadi
rekrutan pertama dari Empoli, dengan harapan dapat menjadi back up midfielder yang
berharga untuk Franck Kessie yang seakan diforsir tenaganya dalam 2 musim terakhir. Theo
Hernandez (21) menjadi rekrutan selanjutnya dari Real Madrid dengan investasi yang
lumayan besar, diproyeksikan menjadi pesaing Ricardo Rodriguez di posisi bek kiri.
Berikutnya, Rafael Leao (18), penyerang muda asal Portugal, didatangkan dari Lille dengan
nilai transfer yang tidak murah untuk mendampingi seorang Piatek di lini serang Milan. Leo
Duarte (23), bek Flamengo asal Brazil yang menjadi kompatriot Lucas Paqueta juga
didatangkan untuk memperkuat lini pertahanan, mendampingi sang kapten Alessio
Romagnoli. Dan rekrutan ke-5, Ismael Bennacer (21), menjadi rekrutan yang sangat
menjanjikan, mengingat penampilannya bersama Empoli dan timnas Aljazair di Piala Afrika
2019 yang membuat ia menjadi pemain terbaik dalam turnamen tersebut dan mengantar
Aljazair menjadi kampiun di tanah Afrika. Selanjutnya, dalam laga-laga pramusim,
Giampaolo sangat kukuh dalam menerapkan formasi favoritnya. Hasilnya pun bervariasi,
dengan hasil imbang 2-2 melawan MU di laga pramusim menjadi penampilan paling impresif
Milan sepanjang pramusim. Sejumlah hasil minor seperti kekalahan melawan Bayern dan
Benfica 1-0, serta hasil imbang melawan Cesena 0-0 menjadi perhatian. Keputusan untuk
menempatkan Suso dalam posisi trequartista menjadi pertanyaan karena sang winger terkesan
kurang lepas dalam bermain dan tidak seeksplosif saat bermain di sayap. Selain itu,
keputusan memainkan Borini sebagai mezzala pun juga menuai tanda tanya, padahal ada
pemain lain yang dapat dimainkan dan posisinya memang sebagai mezzala daripada Borini
yang awalnya merupakan seorang striker. Hal lain adalah keputusan memainkan Samu
Castillejo sebagai pendamping Piatek dan dianggap kurang maksimal, terutama dalam
pengambilan keputusan, serta cederanya Theo Hernandez sata melawan Bayern, padahal
Theo telah tampil baik dalam laga-laga Milan sebelumnya dan telah mencetak 1 gol saat
pramusim, ditambah lagi mandulnya seorang Piatek yang tidak mencetak satu gol pun selama
pramusim dan dibayangi kutukan nomor punggung 9. Namun, Giampaolo tetap kukuh dalam
formasi dan pemain pilihannya, dan tibalah pertandingan pembuka Serie A melawan Udinese
di Dacia Arena. Giampaolo tetap menggunakan komposis yang sama selama pramusim dan
dalam pertandingan tersebut, sangat kentara sekali Milan kesulitan membongkar pertahanan
Udinese yang sangat mengandalkan fisik dan disiplin tinggi. Para pemain juga terkesan tidak
nyaman dalam memainkan posisinya dan sering kecolongan, terutama di lini tengah.
Keputusan memainkan Hakan Calhanoglu sebagai regista juga memunculkan perdebatan
karena kurang agresifnya seorang Hakan dalam merebut bola. Terbukti meskipun menguasai
pertadingan, tak ada satu pun shot on target Milan ke gawang Udinese pada babak pertama
yang menunjukkan betapa kesulitannya Milan. Piatek seperti terisolasi di lini depan oleh bek-
bek Udinese dan memang tidak ada sodoran-sodoran yang dapat memanjakan Piatek di lini
depan. Borini dan Hakan juga sangat kesulitan menerima tekanan-tekanan lini tengah
Udinese, meskipun Udinese juga tidak banyak melancarkan serangan yang berbahaya ke
gawang Gigio Donnarumma. Petaka pun terjadi di babak kedua tepatnya menit ke-72, saat
bek anyar Udinese, Rodrigo Becao berhasil melompat lebih tinggi dari pemain-pemain lain
dan menanduk bola crossing Rodrigo de Paul yang baru masuk. Jebollah gawang Gigio, 1-0
untuk Udinese. Pergantian yang terkesan terlambat dilakukan, Bennacer dan Leao masuk
menggantikan Borini dan Samu. Pergerakan yang cukup menjanjikan ditunjukkan kedua
pemain namun tetap saja tidak cukup untuk menghindarkan Milan dari kekalahan pertama di
musim ini. Setelah itu, kritik-kritik berdatangan pada Giampaolo karena terkesan
memaksakan formasi dan pilihan pemain, Gaiampaolo tetap tenang dan menjanjikan inovasi
pada pertandingan selanjutnya. Manajemen Milan pun tak tinggal diam, mereka membidik
sejumlah nama untuk melengkapi skuad. Angel Correa dari Atletico Madrid menjadi incaran
utama, namun rumitanya saga transfernya membuat Milan akhirnya mundur teratur.
Berikutnya nama-nama lain bermunculan sebagai alternatif, seperti Everton Soares dari
Gremio yang namanya melambung pasca menjadi top skor Copa America 2019, Rodrigo de
Paul yang merupakan bintang utama Udinese, hingga Taison dari Shakhtar dan Brahim Diaz
dari Real Madrid menjadi incaran, namun tidak satu pun yang berhasil didapatkan. Sejumlah
nama pun juga angkat kaki dari San Siro, setelah Cristian Zapata, Riccardo Montolivo, Jose
Mauri, dan Ignazio Abate yang tidak diperpanjang kontraknya, Tiemoue Bakayoko yang
tidak dipermanenkan, menyusul pula Ivan Strinic yang memutus kontraknya, Patrick Cutrone
yang dijual ke Wolves, serta Diego Laxalt yang dipijamkan ke Torino. Penjualan Cutrone
meninggalkan kesedihan mendalam bagi fans Milan. Pertam karena Cutrone merupakan
produk asli akademi Milan, kedua, Cutrone selalu hadir dalam momen-momen genting dan
dapat mencetak gol untuk menyelamatkan bahkan memenangkan Milan, ketoga, Cutrone
memilik etos kerja yang luar biasa, ia selalu disebut sebagai titisan Fillipo Inzaghi karena
kemiripan cara bermain mereka, yakni teknik yang tidak terlalu mumpuni, namun letal di
depan gawang. Namun di sisi lain, Milan tetap berbenah, laga kedua melawan Brescia
menjadi target kemenangan pertama. Bermain di San Siro, Giampaolo menerapkan
perubahan besar, yakni menempatkan Andre Silva sebagai ujung tombak menggantikan
Piatek, Bennacer dan Kessie masuk starting line-up, dan Suso bermain lebih ke sayap.
Formasi 4-3-2-1 menjadi pilihan Giampaolo. Terbukti permainan Milan menjadi lebih lepas,
kreasi serangan sangat baik sekali dibanding laga pertama dan Milan dapat membuka skor
menit ke-12 melalui sundulan Hakan Calhanoglu hasil umpan dari Suso. Selanjutnya Milan
memegang penuh kendali permainan. Banyak sekali peluang yang dihasilkan oleh Milan
seperti shooting Paqueta yang membentur tiang, shooting Piatek yang masih belum melalui
garis gawang, sampai tendangan efek Andre Silva yang belum menemukan target, namun
skor 1-0 tetap bertahan sampai laga usai. Banyak nilai plus dari laga ini, meskipun bukan laga
yang terbaik, namun jelas peningkatan permainan dapat terlihat. Penampil terbaik dalam
pertandingan ini jelas adalah Suso yang rutin memberi ancaman dari sayap, serta Bennacer
yang sangat percaya diri memainkan peran dalam tim barunya. Fokusnya Gigio dan lini
belakang Milan yang dikomando Romagnoli juga menjadi nilai positif lain dalam laga ini.
Kemenangan setidaknya menjadi pemacu bagi Rossoneri untuk bangkit. Namun, sebagai
suporter dan fans, tetap saja akan selalu meminta lebih dari Milan. Banyak sekali yang masih
dapat digali dari Milan ini, tim muda potensial. Permainan eksplosif Jack Bonaventura
menjadi salah satu yang amat sangat dirindukan, selain itu, suporter juga dengan setia
menunggu kembalinya benteng kokoh Italia, Mattia Caldara yang sedang dalam proses
pemulihan cedera, selain itu pula, permainan Andrea Conti seperti saat di Atalanta dulu pun
juga sangat diharapkan oleh suporter setia Milan, disamping pemain-pemain baru yang belum
semua menunjukkan kemampuannya. Saya sebagai fans Milan dari dulu pun juga sangat
berharap Milan dibawah Giampaolo dapat meraih poin sebanyak-banyaknya dan mendapat
peringkat setinggi-tingginya sehingga dapat kembali bermain di Liga Champions seperti
dulu. Saya pun sangat menghargai keputusan mundur dari Europa League karena memang
itulah yang terbaik untuk Milan yang sedang berevolusi sekarang. Pemain-pemain baru pun
juga saya harapkan dapat segera nyetel dan saya percaya Maldini dan Boban dapat
memberikan warna untuk Milan. Yang terbaru, penyerang Kroasia, Ante Rebic dari Frankfurt
dikabarkan akan segera berkostum Milan sebagai kesepakatan peminjaman dan barter dengan
Andre Silva. Saya berharap transfer segera terjadi karena saya lihat cara Rebic bermain
dengan etos kerja tinggi sangat dibutuhkan Milan di lini depan, serta untuk adaptasi pula
mengingat setelah ini akan ada jeda internasional. Jujur, saya masih berharap Milan dapat
mendatangkan Everton Soares, namun dengan komposisi pemain sekarang, saya sebenarnya
sudah cukup puas. Pemain-pemain muda merupakan investasi untuk masa depan dan
kombinasi dengan pemain-pemain senior seperti Jack, RR, Mussachio, Biglia, sampai Reina,
paling tidak dapat memberikan pengalaman berharga, terutama dalam hal mental dan
kedewasaan dalam bermain bagi skuad muda Milan ini. Saya optimis Milan dapat menembus
4 besar!!! Forza Milan!!!

Anda mungkin juga menyukai