Anda di halaman 1dari 9

PERHITUNGAN KINERJA BAGIAN JALINAN AKIBAT PEMBALIKAN

ARUS LALU LINTAS


( Studi Kasus JL. Kom. Yos Sudarso – JL. Kalilarangan Surakarta )

Naskah Publikasi

untuk memenuhi sebagian persyaratan


mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Sipil

diajukan oleh :

Prayogo Sedyo
NIM : D 100 090 060
NIRM : 09 6 106 03010 50060

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
Naskah Publikasi
ABSTRAKSI

PERHITUNGAN KINERJA BAGIAN JALINAN AKIBAT PEMBALIKAN


ARUS LALU LINTAS
( Studi Kasus JL. Kom. Yos Sudarso – JL. Kalilarangan Surakarta )

Simpang JL. Kom. Yos Sudarso – JL. Kalilarangan merupakan salah satu simpang tak
bersinyal di Kota Surakarta. Masalah yang sering terjadi di simpang tersebut adalah antrian
kendaraan yang cukup panjang pada saat jam puncak, hal tersebut perlu mendapat perhatian karena
ramainya arus lalu lintas yang terjadi sehingga menyebabkan kemacetan terutama pada jam-jam
sibuk. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa dan membandingkan, pengaruh kinerja
simpang jika dilakukan pembalikan arah lalu lintas dimana arus lalu lintas yang semula di lajur kiri
diubah menjadi lajur kanan, demikian juga sebaliknya terhadap kinerja simpang tak bersinyal.
Metode penelitian yang digunakan dalam pengambilan data adalah observasi dan pencatatan secara
langsung di lapangan. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh
dari hasil instansi terkait. Sebagai dasar penyelesaian atau analisa data digunakan rumusan yang
terdapat pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997 untuk mengetahui tingkat
pelayanan simpang. Adapun hasil analisis menunjukkan bahwa dari survey selama dua hari yang
berbeda yaitu pada hari Rabu, 20 Nopember 2013 dan Sabtu, 23 Nopember 2013, diperoleh jam
puncaknya di hari Rabu, 20 Nopember 2013 pada waktu 12.00 – 13.00. Pada jam puncak nilai
kapasitasnya untuk simpang kondisi existing 2571,32 smp/jam, sedangkan derajat kejenuhannya
(DS) 1,02, untuk kondisi pembalikan arah pada jam puncaknya nilai kapasitas terbanyak di setiap
jalinan 1638,11 smp/jam. Untuk derajat kejenuhannya (DS) terbanyak di setiap jalinan 1,6. Dari
analisis ulang perbaikan simpang diperoleh nilai kapasitas 2926,93 smp/jam, sedangkan derajat
kejenuhannya (DS) 0,8. Sehingga tingkat pelayanan simpang layak dalam melayani arus lalu lintas.

Kata Kunci : Simpang Tak Bersinyal, Bagian Jalinan, Pembalikan Arus Lalu Lintas.

LATAR BELAKANG Salah satu simpang di Jalan Yos


Sudarso adalah pertemuan antara Jalan Yos
Transportasi merupakan sektor penting Sudarso dengan Jalan Kalilarangan. Simpang
dalam kehidupan. Permasalahan sektor tak bersinyal Kalilarangan merupakan akses
transportasi merupakan permasalahan yang dari Surakarta menuju Wonogiri atau
sering dijumpai saat ini. Kemacetan, polusi sebaliknya, sehingga volume lalu lintas pada
suara dan udara, antrian ataupun tundaan simpang ini padat dan sering terjadi kemacetan
adalah permasalahan transportasi yang sering dan antrian panjang saat jam – jam tertentu.
terjadi di kota – kota besar, salah satunya di Masalah yang terjadi di simpang tak bersinyal
Kota Surakarta. Prasarana transportasi yang Kalilarangan adalah masih ditemukannya titik
banyak mendapat perhatian adalah transportasi konflik.
darat khususnya jalan raya. Jalan raya Pembalikan arah arus lalu lintas adalah
memiliki fungsi melayani pergerakan manusia arah arus lalu lintas yang sebelumnya berjalan
atau barang dari suatu tempat ke tempat lain. di lajur kiri dipindahkan ke lajur kanan, begitu
Sektor ekonomi akan berkembang pesat jika juga sebaliknya. Pada persimpangan ini
memiliki fasilitas jalan raya yang aman, kendaraan dilajur kiri yang datang dari arah
nyaman, effisien, dan ekonomis. selatan akan dialihkan ke lajur kanan begitupun
Simpang adalah simpul pada jaringan sebaliknya, dimana kendaraan dari arah utara
jalan yang mempertemukan ruas – ruas jalan sudah dialihkan arahnya ke lajur kanan pada
yang berbeda arah pada satu titik dan simpang nonongan yaitu kendaraan yang datang
merupakan faktor yang penting guna dari arah barat keselatan langsung belok jalan
mengoptimalkan proses transportasi. terus mengambil lajur kanan jalan.
Kondisi seperti ini sudah dilaksanakan
di Jalan Praban di Surabaya, kondisi
lingkungan Jalan Praban mirip dengan kondisi
Jalan Yos Sudarso di kota Surakarta. Kondisi W1
lingkungan kedua jalan tersebut adalah pusat WW
perdagangan jadi termasuk kawasan komersil.
Mungkin pembalikan arah arus lalu lintas dapat LW
diterapkan juga di Jalan Yos Sudarso kota W2
Surakarta. Dengan harapan lalu lintas di Jalan
Yos Sudarso tidak macet. Atas dasar
permasalahan tersebut, maka penyusun Gambar Sketsa Masukan Geometri
mencoba meneliti dan membandingkan antara (Sumber: MKJI, 1997)
kinerja simpang kondisi existing dengan kinerja
simpang setelah terjadi pembalikan arah arus Keterangan:
lalu lintas. WW = Lebar jalinan
TINJAUAN PUSTAKA LW = Panjang jalinan
Tabel Penelitian Sebelumnya Yang Relevan W1 = Lebar pendekat
Penelitian sejenis yang relevan W2 = Lebar pendekat
Analisis Simpang
Analisis Simpang Tak B. Kondisi Lalu Lintas
Bersinyal Dengan Data lalu lintas dibagi dalam
Empat Tak Bersinyal
Bundaran
Dengan beberapa tipe kendaraan yaitu kendaraan
Menggunakan (Studi Kasus: Simpang ringan (LV), kendaraan berat (HV),
Manajemen Gladak sepeda motor (MC) dan kendaraan tak
Judul /
Lalulintas
Penyusun
(Studi Kasus: Jl. bermotor (UM). Arus lalu lintas tiap
Kota Surakarta)
Pramuka – pendekat dibagi dalam tipe pergerakan,
Jl. RE. Martadinata di Penyusun: Sumina antara lain: gerakan belok kanan (RT),
Kota Bandung) (2008)
Penyusun: belok kiri (LT), dan lurus (ST). Arus lalu
Wisnhukoro (2008) lintas ini kemudian dikonversi dari
Menggunakan metode Menganalisis nilai kendaraan per jam menjadi satuan mobil
Manual derajat kejenuhan,
Persamaan penumpang (smp) per jam dengan
Kapasitas Jalan kapasitas, tundaan, dan
Indonesia (1997) panjang antrian menggunakan ekuivalen mobil
Pembalikan arah arus Pembalikan arah arus penumpang (emp).
lalulintas lalulintas
di salah satu simpang C. Kapasitas Bagian Jalinan
Perbedaan
di salah satu simpang
dan menggunakan Kapasitas total bagian jalan adalah
analisis bagian jalinan
tunggal
jumlah kendaraan maksimum yang
Dengan menggunakan melewati bagian jalinan. Kapasitas dasar
metode MKJI 1997 (CO) rumusnya sebagai berikut:
Pada simpang menunjukan kinerja
tersebut memiliki dan tingkat pelayanan CO = 135 x WW1,3 x (1 + WE / WW)1,5 x
derajat kejenuhan simpang tersebut (1 – PW / 3)0,5 x (1 + WW / LW)-1,8
yang tidak sesuai masih layak dalam Dengan:
dengan standar MKJI melayani arus lalu
1997 lintas sekarang
Hasil maupun 3 tahun
mendatang W1 ANW
AWWW
DW LW
DNW
W2

LANDASAN TEORI
A. Kondisi Geometri Gambar Variabel Arus Lalu Lintas
Kondisi geometri digambarkan dalam
(Sumber: MKJI, 1997)
bentuk gambar sketsa yang memberikan
informasi lebar jalan, batas sisi jalan, dan lebar
median serta petunjuk arah untuk tiap lengan
persimpangan.
CO = Kapasitas Dasar G. Kapasitas Simpang Tak Bersinyal
(smp/jam)
Faktor WW = Rasio lebar jalinan Kapasitas dapat dihitung dengan
Faktor WE = Lebar masuk rata-rata rumus sebagai berikut:
= (W1 + W2) / 2 C = CO x FW x FM x FCS x FRSU x
Faktor WE / WW = Rasio rata-rata lebar FLT x FRT x FMI
jalinan Dimana:
Faktor PW = Rasio menjalin C = Kapasitas (smp/jam)
AW +DW CO = Kapasitas Dasar (smp/jam)
= AW +ANW +DW+DNW
FW = Faktor Penyesuaian Lebar
Faktor WW / LW = Rasio panjang jalinan Pendekat
Kapasitas sesungguhnya dihitung FM = Faktor Penyesuaian Median
dengan menggunakan rumus sebagai FCS = Faktor Penyesuaian Ukuran
berikut: Kota
C = CO x FCS x FRSU FRSU = Faktor Penyesuaian
Dengan: Hambatan Samping
C = Kapasitas (smp/jam) FLT = Faktor Penyesuaian Belok
CO = Kapasitas dasar (smp/jam) Kiri
FCS = Faktor penyesuai ukuran FRT = Faktor Penyesuaian Belok
kota Kanan
FRSU = Faktor penyesuaian tipe FMI = Faktor Penyesuaian Arus
lingkungan jalan, hambatan Jalan Minor
samping dan kendaraan tak
bermotor H. Tundaan
D. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan yaitu rasio arus Tundaan dibagi menjadi 5 yaitu
terhadap kapasitas, digunakan sebagai sebagai berikut:
faktor utama dalam menentukan tingkat
kinerja simpang dan segmen jalan. Derajat a) Tundaan lalulintas simpang (DT1)
kejenuhan dihitung sebagai berikut:
untuk DS ≤ 0,6
DS = Qsmp / C
DT = 2 +8,2078*DS - (1 - DS) * 2
Dengan:
untuk DS ≥ 0,6
Qsmp = Arus total (smp/jam)
DT = 1,0504 / (0,2742 – 0,2042* DS) –
C = Kapasitas (smp/jam)
(1 - DS) *2
E. Kecepatan Tempuh
Kecepatan tempuh dihitung sebagai b) Tundaan lalulintas jalan utama (DTMA)
berikut:
V = VO x 0,5 x (1 + (1 – DS)0,5) untuk DS ≤ 0,6
Dengan: DTMA = 1,8 + 5,8234*DS- (1 - DS) *1,8
VO = Kecepatan arus bebas untuk DS≥ 0,6
(km/jam), DTMA = 1,05034 / (0,346 - 0,24 * DS) –
dihitung sebagai berikut:
VO = 43 x (1 – PW/3), (1 - DS) * 1,8
PW : rasio jalinan
DS = Derajat kejenuhan c) Tundaan lalulintas jalan minor (DT.)
F. Waktu Tempuh DTMI = (QTOT x DT1 – QMA x DTMA)/QMI
Waktu tempuh dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut: d) Tundaan geometrik simpang (DG)
TT = LW x 3,6 / V Untuk DS < 1,0; DG = (1 - DS) x (PT x
Dengan: 6 + (1 – PT) x 3) + DS x 4
LW = Panjang bagian jalinan (m) Untuk DS  1,0; DG = 4
V = Kecepatan tempuh (km/jam) Dimana:
PT = Rasio belok total
= QBELOK TOT / QTOT
e) Tundaan simpang (D) ANALISA DATA PEMBAHASAN
D = DG + DT1 A. Kondisi Geometrik dan Arus Lalu Lintas
I. Peluang antrian
Berdasarkan hasil survai pada simpang Jl.
Untuk rentang nilai peluang antrian
Kalilarangan – Jl. Komodor Yos Sudarso, yang
sebagai berikut:
dilaksanakan selama dua hari dengan hari yang
QP% (atas) = 47,71 x DS – 24,68 x
berbeda yaitu pada:
DS^2 + 56,47 x DS^3
QP% (bawah) = 9,02 x DS + 20,66 x 1) Hari Rabu, tanggal 20 Nopember 2013
DS^2 + 10,49 x DS^3
METODE PENELITIAN 2) Hari Sabtu, tanggal 23 Nopember 2013

Penelitian di simpang Jl. Kalilarangan - Dari survai yang dilaksanakan selama dua hari
Jl. Komodor Yos Sudarso ini dilakukan untuk selama seminggu di hari yang berbeda diperoleh data
menganalisis kinerja simpang yang ada saat ini analisis sebagai berikut:
dan membandingkannya ketika dilakukan
1. Data Geometrik
pembalikan arah arus lalulintas.
Untuk data geometrik pada simpang Jl.
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Kalilarangan – Jl. Komodor Yos Sudarso dapat dilihat
Lokasi penelitian terletak di simpang pada Gambar di bawah ini:
Jl. Kalilarangan – Jl. Komodor Yos Sudarso.
Waktu penelitian dilaksanakan pada dua hari 8,4 7,9

Jl. Yos Sudarso


yang berbeda, yaitu dengan mengambil: P
a
r
P
a
r
U
k k
i i
r
1) Hari Rabu untuk mewakili hari biasa r

Toko Roti 2 6,4 5,9 2 Toko Winny


(aktifitas sekolah dan kerja). Pepak Souvenir

Parkir 2 4,2 Jl. Kalilarangan 6,2


5,4 Jl. Kalilarangan 3,4 2 Parkir
2) Hari Sabtu untuk mewakili hari tidak Toko Malam Batik Toko Sendal
biasa (ada aktifitas yang bekerja, Warna Sari 2 5,9 5,9 2
Jl. Yos Sudarso
Sinar Baru

sekolah, dan libur). P


a
P
a
r r
k k
i i
r r
Untuk pemilihan waktu penelitian
dilaksanakan siang hari pukul 11.00 – 13.00. 7,9 7,9

Gambar Geometrik Jl. Kalilarangan – Jl. Komodor Yos Sudarso


Pada penelitian ini dilaksanakan dengan waktu
selama dua jam pengambilan data di lapangan
dengan menggunakan tenaga manusia Berdasarkan data survai secara langsung di
(surveyor). lapangan dapat diketahui bahwa simpang Jl.
B. Data Kalilarangan – Jl. Kom. Yos Sudarso yang mempunyai
Data pada penelitian simpang Jl. Kalilarangan empat lengan yaitu pendekat timur dan barat adalah
– Jl. Komodor Yos Sudarso terbagi menjadi: jalan Kalilarangan sedangkan pendekat selatan dan
1. Data primer utara adalah jalan Kom. Yos Sudarso. Karena Jl. Kom.
Yos Sudarso lebih lebar dari Jl. Kalilarangan maka Jl.
Data primer adalah data yang diperoleh Kom. Yos Sudarso sebagai jalan utama dan Jl.
dari hasil pengamatan secara langsung Kalilarangan sebagai jalan minor.
di lapangan, ada tiga data primer yaitu
data geometrik jalan, data kondisi 2. Data Arus Lalu Lintas
lingkungan, data lalu lintas. Untuk data arus lalulintas pada simpang Jl.
2. Data sekunder Kalilarangan – Jl. Kom. Yos Sudarso diambil pada jam
puncak dari hasil survai secara langsung di lapangan
Data sekunder adalah data yang selama dua hari yang berbeda. Data lalulintas yang
diperoleh dari instansi terkait. masih dalam satuan (kend/jam) kemudian diubah
menjadi satuan mobil penumpang (smp) dengan
menggunakan ekuivalen mobil penumpang (emp).
Tabel Data Arus Lalu Lintas Pada Jam Puncak 2. Menghitung derajat kejenuhan

DS = QTOT / C
Periode Pendekat (smp/jam)
= 2622,9 / 2571,32 = 1,02
Hari / JL. Komodor JL.
Waktu
Tanggal Yos Sudarso Kalilarangan
Q
Utara Selatan Barat Timur
3. Analisis waktu tunda (delay)
11.00 - 11.15 196,1 292,5 124,5 - 613,1 a) Tundaan rata – rata seluruh simpang (DT1)
11.15 - 11.30 214 305,2 133,3 - 652,5
DT1 = 1,0504 / (0,2742 - 0,2042 x DS) - (1 – DS) x 2
11.30 - 11.45 245,1 263,5 127 - 635,6
= 1,0504 / (0,2742 - 0,2042 x 1,02) - (1 – 1,02) x 2
Rabu / 20 11.45 - 12.00 232,3 263,5 123,5 - 619,3 2520,5 = 15,97 detik/smp
Nopember
2013 12.00 - 12.15 227,3 253,5 123 - 603,8 2511,2
b) Tundaan rata – rata untuk jalan utama (DTMA)
12.15 - 12.30 256,9 289,5 141 - 687,4 2546,1
DTMA = 1,05034 / (0,346 - 0,246 x DS) - (1 - DS) x 1,8
12.30 - 12.45 238,3 267,8 123,4 - 629,5 2540
= 1,05034 / (0,346 - 0,246 x 1,02) - (1 – 1,02) x 1,8
12.45 - 13.00 268,3 287,5 146,4 - 702,2 2622,9 = 11,08 detik/smp
11.00 - 11.15 152,1 196,3 135,3 - 483,7 2502,8
c) Tundaan rata – rata untuk jalan simpang (DTMI)
11.15 - 11.30 184,5 213,6 135 - 533,1 2348,5
𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑋 𝐷𝑇1 − 𝑄𝑀𝐴 𝑋 𝐷𝑇 𝑀𝐴
11.30 - 11.45 194,1 219,3 151 - 564,4 2283,4 DTMI = 𝑄𝑀𝐼
Sabtu / 23 11.45 - 12.00 153,5 238,3 149,5 - 541,3 2122,5 2622 ,9 𝑋 15,97− 2089,1 𝑋 11,08
=
Nopember 533,8
2013 12.00 - 12.15 167,8 190,3 174,5 - 532,6 2171,4
= 35,1 detik/smp
12.15 - 12.30 227 221,5 176 - 624,5 2262,8

12.30 - 12.45 224,5 146,5 194 - 565 2263,4


d) Tundaan geometrik simpang (DG)
12.45 - 13.00 217,5 183,5 236,8 - 637,8 2359,9
Untuk DS  1,0 ; DG = 4
Dari dua hari survey diperoleh jumlah arus DG = 4 detik/smp
lalu lintas yang paling besar yaitu pada pukul 12.00
– 13.00 di hari Rabu, 20 Nopember 2013 sebanyak e) Tundaan simpang (D)
2622,9 smp/jam. Data volume lalu lintas jam
D = DT1 + DG
puncak pada simpang Jl. Kalilarangan – Jl.
= 15,97 + 4 = 19,97 detik/smp
Komodor Yos Sudarso (smp/jam) yang dapat
dilihat pada Tabel di bawah ini: 4. Peluang antrian
Tabel Volume Arus Lalu Lintas Pada Jam Puncak
QP% (atas) = 47,71 x DS – 24,68 x DS^2 + 56,47 x DS^3
Pendekat (smp/jam) = 47,71 x 1,02 – 24,68 x 1,022 + 56,47 x 1,023
JL. Komodor Yos Sudarso JL. Kalilarangan
= 82 %
Tipe QP% (bawah) = 9,02 x DS + 20,66 x DS^2 + 10,49 x DS^3
Utara Selatan Barat Timur
= 9,02 x 1,02 + 20,66 x 1,022 + 10,49 x 1,023
ST LT RT ST LT RT ST LT RT - = 41 %
MC 474 42 - 620 - 33 238 90,5 1,5 -
C. Perhitungan Kinerja Bagian Jalinan
LV 441 26 - 432 - 12 51 71 74 -

HV 6,5 1,3 - 0 - 1,3 1,3 6,5 0 - 1. Kondisi Geometrik Simpang


921,5 69,3 - 1052 - 46,3 290,3 168 75,5 -
8,4 7,9
Q 990,8 1098,3 533,8 -
Jl. Yos Sudarso

2622,9
P
a
r
P
a
r
U
k k
i i
r
B. Perhitungan Kinerja Simpang Tak Bersinyal r
5,9 2
Toko Roti 2 6,4 Toko Winny
Pepak Souvenir
1. Perhitungan kapasitas Parkir 2
WW
QB-LT
LW
4,2 Jl. Kalilarangan 6,2
5,4 Jl. Kalilarangan 3,4 W1 QB-ST
2 Parkir
QS-ST
C = Co x FW x FM x FCS x FRSU x FLT x FRT x FMI Toko Malam Batik
Warna Sari
QS-RT Toko Sendal
Sinar Baru
W2 5,9 2
2 5,9
Jl. Yos Sudarso

= 3200 . 0,94 . 1,05 . 0,94 . 0,84 . 0,98 . 1,05 . 1,002 P


a
P
a
r r

= 2571,32 smp/jam
k
i
r
k
i
r
I
7,9 7,9
8,4 7,9
Jalinan I

Jl. Yos Sudarso


P
a
r
P
a
r
U - nilai faktor WW = 135 x 12,951.3 = 3769,5
k
i
r
k
i - nilai faktor WE/WW = (1 + 0,35)1.5 = 1,56
r

Toko Roti 2 6,4


W1
5,9 2 Toko Winny
- nilai faktor PW = (1 – 0,86 / 3)0.5 = 0,84
Pepak LW
QU-ST
QU-LT
WW
Souvenir - nilai faktor Ww/LW = (1 + 0,6)-1.8 = 0,42
Parkir 2 4,2 Jl. Kalilarangan 6,2
5,4 Jl. Kalilarangan 3,4
W2
QB-ST
QB-RT 2 Parkir
Co = 3769,5 x 1,56 x 0,84 x 0,42 = 2074,61 smp/jam
Toko Malam Batik Toko Sendal
Warna Sari 2 5,9 5,9 2 Sinar Baru
Jalinan II

Jl. Yos Sudarso


P P
a a
r
k
r
k
i II - nilai faktor WW = 135 x 15,41.3 = 4721,83
i
r r
- nilai faktor WE/WW = (1 + 0,31)1.5 = 1,49
7,9 7,9 - nilai faktor PW = (1 – 0,89 / 3)0.5 = 0,83
- nilai faktor Ww/LW = (1 + 0,8)-1.8 = 0,34
Gambar Peta Geometrik Bagian Jalinan
Co = 4721,83 x 1,49 x 0,83 x 0,34 = 1985,42 smp/jam
Tabel Data Ukuran Jalinan Pada Simpang b) Kapasitas Sesungguhnya
Tabel Kapasitas Sesungguhnya Masing-Masing Jalinan
Jalinan (m)
Variable C
I II Jalinan CO (smp/jam) FCS FRSU
(smp/jam)
Lebar pendekat (W1) 3,4 6,4
I 2074,61 0,94 0,84 1638,11
Lebar pendekat (W2) 5,9 3,4
II 1985,42 0,94 0,84 1567,68
Lebar masuk rata-rata (WE)
4. Derajat Kejenuhan
WE = (W1 + W2) / 2 4,65 4,9 Derajat kejenuhan adalah nilai perbandingan
Lebar jalinan (WW) 12,95 15,4 antara arus lalu lintas jam puncak atau arus lalu
Panjang jalinan (LW) 21,3 19,1 lintas sesungguhnya dengan kapasitas
sesungguhnya.
(WE / WW) 0,35 0,31
Tabel Derajat Kejenuhan Masing-Masing Jalinan
(WW / LW) 0,6 0,8
(Sumber:Hasil Survey) DS =
Jalinan Q (smp/jam) C (smp/jam)
Q/C
2. Perhitungan rasio menjalin (Pw) I 2622,9 1638,11 1,6
Rasio menjalin adalah perbandingan antara
II 2622,9 1567,68 1,6
arus yang menjalin dengan arus bagian jalinan.
Perhitungan rasio menjalin sebagai berikut: 5. Kecepatan Tempuh

Arus menjalin Tabel Kecepatan Tempuh Masing-Masing Jalinan


PW I =
Arus masuk jalinan
QB−ST +QS−ST Jalinan DS VO (km/jam) V (km/jam)
=
QB−LT +QB−ST +QS−ST +QS−RT
290,3+1052 I 1,6 30,67 15,33
=
168+290,3+1052+46,3 II 1,6 30,24 15,12
= 0,86
Arus menjalin 6. Waktu Tempuh
PW II = Arus masuk jalinan
QB−ST +QU−ST Waktu tempuh dihitung menggunakan
= QB−RT +QB−ST +QU−ST +QU−LT kecepatan tempuh dan panjang jalinan.
290,3+921,5 Tabel Waktu Tempuh Masing-Masing Jalinan
= 75,5+290,3+921,5+69,3
= 0,89 Jalinan LW V (km/jam) TT (detik)
3. Perhitungan Kapasitas Persimpangan I 21,3 15,33 5,0
II 19,1 15,12 4,5
a) Kapasitas Dasar (Co)
D. Perhitungan Perbaikan Kinerja Simpang
Nilai kapasitas dasar (Co) dipengaruhi oleh
kondisi geometri dari simpang. Berdasarkan rumus 1. Perhitungan kapasitas
nilai kapasitas dasar dapat diketahui sebagai berikut: C = Co x FW x FM x FCS x FRSU x FLT x FRT x FMI
CO = 135 x WW1,3 x (1 + WE / WW)1,5 x (1 – PW / 3)0,5 x (1 = 3200 . 1,07 . 1,05 . 0,94 . 0,84 . 0,98 . 1,05 . 1,002
+ WW / LW)-1,8 = 2926,93 smp/jam
2. Menghitung derajat kejenuhan sehingga pada simpang tersebut perlu dilakukan
DS = QTOT / C analisis ulang agar nilai derajat kejenuhan (DS)
= 2622,9 / 2926,93 memenuhi standar MKJI 1997 yaitu DS < 0,85. Hasil
= 0,8 analisis pembalikan arah arus lalulintas dengan
3. Analisis waktu tunda (delay) memanfaatkan kinerja bagian jalinan didapat nilai
derajat kejenuhan (DS) juga lebih dari 0,85 sehingga
a) Tundaan rata – rata seluruh simpang (DT1) tidak memenuhi standar MKJI 1997, kemudian
dilakukan analisis ulang untuk memperbaiki simpang
DT1 = 1,0504 / (0,2742 - 0,2042 x DS) - (1 – DS) x 2 dengan melakukan larangan kendaraan parkir di badan
DT1 = 1,0504 / (0,2742 - 0,2042 x 0,8) - (1 – 0,8) x 2 jalan, dari hasil analisis didapat nilai derajat kejenuhan
= 9,07 detik/smp (DS) sama dengan 0,8 jadi memenuhi syarat MKJI
b) Tundaan rata – rata untuk jalan utama (DTMA) 1997, maka kinerja atau tingkat pelayanan simpang
dapat memperbaiki kondisi simpang saat ini.
DTMA = 1,05034 / (0,346 - 0,246 x DS) - (1 - DS) x 1,8
DTMA = 1,05034 / (0,346 - 0,246 x 0,8) - (1 – 0,8) x 1,8 KESIMPULAN
= 6,67 detik/smp
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan
c) Tundaan rata – rata untuk jalan simpang (DTMI) beberapa hal sebagai berikut:

𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑋 𝐷𝑇1 − 𝑄𝑀𝐴 𝑋 𝐷𝑇 𝑀𝐴 1. Nilai kinerja simpang yang terjadi pada jam
DTMI = 𝑄𝑀𝐼 puncak hari Rabu yaitu kapasitas sebesar
2622 ,9 𝑋 9,07− 2089,1 𝑋 6,67
DTMI = 2571,32 smp/jam, derajat kejenuhan sebesar
533,8
1,02, tundaan simpang sebesar 19,97 detik/smp,
= 18,46 detik/smp
peluang antrian sebesar 41 – 82 %. Kondisi
d) Tundaan geometrik simpang (DG) tersebut menunjukan bahwa simpang tersebut
sudah tidak layak melayani arus lalulintas.
Untuk DS < 1,0; DG = (1 - DS) x (PT x 6 + (1 – PT) x 3) + DS x 4
PT = Rasio belok total 2. Setelah dilakukan percobaan pembalikan arah
= QBELOK TOT / QTOT arus lalulintas dengan memanfaatkan kinerja
= 359,1 / 2622,9 bagian jalinan diperoleh nilai terbaik kapasitas
= 0,13 sebesar 1638,11 smp/jam, derajat kejenuhan
sebesar 1,6, kecepatan tempuh sebesar 15,33
DG = (1 - DS) x (PT x 6 + (1 – PT) x 3) + DS x 4 km/jam, waktu tempuh sebesar 5 detik. Dari
= (1 – 0,8) x (0,13 x 6 + (1 – 0,13) x 3) + 0,8 x 4 hasil analisis percobaan perbaikan simpang
= 3,87 detik/smp dengan melakukan larangan kendaraan parkir di
badan jalan diperoleh hasil nilai kapasitas
e) Tundaan simpang (D) sebesar 2926,93 smp/jam, derajat kejenuhan
D = DT1 + DG sebesar 0,8, tundaan sebesar 12,94 detik/smp,
= 9,07 + 3,87 peluang antrian sebesar 25 – 51 %.
= 12,94 detik/smp DAFTAR PUSTAKA
4. Peluang antrian Alamsyah, A. A., (2005). Rekayasa lalulintas. Malang:
UMM Press.
QP% (atas) = 47,71 x DS – 24,68 x DS^2 + 56,47 x DS^3
= 47,71 x 0,8 – 24,68 x 0,82 + 56,47 x 0,83 Hoobs, F. D., (1995). Perencanaan dan teknik lalulintas.
= 51 % Yogyakarta: Universitas Press.
QP% (bawah) = 9,02 x DS + 20,66 x DS^2 + 10,49 x DS^3
= 9,02 x 0,8 + 20,66 x 0,82 + 10,49 x 0,83 Khisty, C. J., dan B. K. Lall. (2003). Dasar – dasar
= 25 % rekayasa transportasi jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Manual kapasitas jalan Indonesia. (1997). Jakarta:
Hasil analisis simpang Jl. Kalilarangan – Jl. Kom. Yos Departemen Pekerjaan Umum Republik
Sudarso (Rabu, 20 Nopember 2013 dan Sabtu, 23 Nopember Indonesia Direktorat Jendral Bina Marga.
2013) yang arus lalu lintas jam puncaknya terjadi di hari
Rabu, 20 Nopember 2013 di waktu siang yaitu pukul 12.00 Tamin, O. Z., (2000). Perencanaan dan Pemodelan
– 13.00. Melihat dari hasil analisis data kondisi simpang saat Transportasi. Bandung: ITB.
ini didapat nilai derajat kejenuhan (DS) lebih besar 0,85 Warpani, Suwardjoko. (2002). Rekayasa Lalulintas. Jakarta:
yang tidak memenuhi standar MKJI 1997, Bhratara Karya Aksara.

Anda mungkin juga menyukai