Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Fraktur atau patah tulang dapat terjadi pada tulang normal maupun
abnormal. Anak-anak bahkan bayi juga rentan mengalami fraktur, karena
maturitas dan konsistensi tulang mereka. Pada neonatus, fraktur terjadi karena
efek saat persalinan. Mekanisme yang dapat menyebabkan trauma persalinan
diantaranya trauma persalinan mekanik, yaitu saat terjadi tekanan dan penarikan
yang kuat terhadap bayi saat persalinan. Trauma persalinan merupakan cedera
yang terjadi selama persalinan, termasuk perdarahan intrakranial, trauma tulang
belakang, cedera ekstremitas dan cedera pada organ dalam.
Faktor risiko untuk trauma persalinan meliputi peralatan persalinan, berat
lahir lebih dari 4 kg atau kurang dari 2,5 kg, persalinan berkepanjangan,
persalinan dipercepat, malformasi janin. Insiden trauma lahir telah dinilai dalam
sebagian besar negara dan diperkirakan 2 sampai 7 per 1.000 kelahiran hidup di
dunia (Mosavat & Zamani, 2008). Fraktur klavikula merupakan hal yang umum
dan sering terjadi, dengan kejadian hingga 5% dari semua fraktur pada orang
dewasa. Antara 69% dan 82% di antaranya adalah fraktur midshaft.
Dislokasi terjadi pada sekitar 73% dari semua frkatur klavikula midshaft
dan frekuensi nonunions adalah sekitar 5%, namun dalam kelompok fraktur
dislokasi bisa jauh lebih tinggi. Dengan demikian, dari semua patah tulang
klavikula midshaft, sekitar dua-pertiga akan berakhir dengan memiliki beberapa
derajat malunion. Pemendekan rata-rata setelah fraktur dislokasi adalah sekitar 1,2
cm sampai 3 cm. Pemendekan yang lebih dari 1,4-2 cm dilaporkan akan
berkembang menjadi gejala malunion (Hillen, et al., 2010).

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan fraktur ?
2. Apa Jenis-jenis fraktur pada bayi ?
3. Bagaimana Pengklasifikasian fraktur clavicula
4. Apa Tanda dan gejala Fraktur Travicular
5. Bagaimana Penanganan dan Pencegahan Fraktur Travicular
6. Apa Jenis-Jenis Fraktur humerus pada bayi baru lahir
7. Apa Tanda dan gejala fraktur humerus pada bayi baru lahir
8. Bagaimana Asuhan pada bayi baru lahir dengan fraktur humerus
9. Apa Tanda dan gejala fraktur femur
10. Bagaimana Asuhan fraktur femur

1.3 TUJUAN
1. mengetahui definisi fraktur
2. mengetahui jenis-jenis fraktur pada bayi
3. mengetahuii tanda dan gejala fraktur
4. Mengetahui Tanda dan gejala Fraktur Travicular
5. Mengetahui Penanganan dan Pencegahan Fraktur Travicular
6. Mengetahui Jenis-Jenis Fraktur humerus pada bayi baru lahir
7. Mengetahui Tanda dan gejala fraktur humerus pada bayi baru lahir
8. Mengetahui Asuhan pada bayi baru lahir dengan fraktur humerus
9. Mengetahui Tanda dan gejala fraktur femur
10. Mengetahui Asuhan fraktur femur

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Fraktur
Fraktur adalah terputusnya sambungan tulang yang ditentukan dari jenis

dan luasnya (Chapman, et al., 2010)Fraktur adalah kerusakan pada kontinuitas

tulang.Sisi fraktur yang paling sering terkena antara lain klavikula, humerus,

radius, ulna, femur dan lempeng epifisis (Muscari, 2001).

Fraktur merupakan suatu kondisi abnormalitas dari system musculoskeletal

yang dapat menyebabkan gangguan kenyamanan dan menyebabkan rasa

nyeri.Pada anak, fraktur lebih sering di alami ketimbang cedera jaringan lunak.

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan

akibat rudapaksa. (Mochtar, 1999) Fraktur tulang kadang terjadi selama kelahiran.

Menurut Hamilton (2000), tulang-tulang yang kebanyakan mengalami cedera

adalah klavikula, humerus, femorus. Gejala fraktur pada bayi baru lahir adalah

sebagai berikut:

1. Perubahan warna jaringan yang terkena.


2. Deformitas postur tubuh atau bengkak.
3. Abnormal mobilitas atau kurangnya gerakan.
4. Menangis merintih ketika tulang digerakkan

B. Jenis Fraktur yang sering terjadi pada bayi baru lahir

1. Fraktur kalvikula

Clavicula merupakan tulang yang berbentuk huruf S, bagian medial


melengkung lebih besar dan menuju ke anterior. Lengkungan bagian lateral
lebih kecil dan menghadap ke posterior. Ujung medial clavicula disebut
extremitas sternalis, membentuk persendian dengan sternum, dan uJung lateral

3
disebut extremitas acromialis, membentuk persendian dengan acromion. Facies
superior clavicula agak halus, dan pada facies inferior di bagian medial
terdapat tuberositas costalis. Disebelah lateral tuberositas tersebut terdapat
sulcus subclavius, tempat melekatnya m. Subclavius, dan disebelah lateralnya
lagi terdapat tuberositas coracoidea, tempat melekat lig. Coracoclaviculalis.
Clavicula adalah tulang yang paling pertama mengalami pertumbuhan pada
masa fetus, terbentuk melalui 2 pusat ossifikasi atau pertulangan primer yaitu
medial dan lateral clavicula, dimana terjadi saat minggu ke-5 dan ke-6 masa
intrauterin. Kernudian ossifikasi sekunder pada epifise medial clavicula
berlangsung pada usia 18 tahun sampai 20 tahun. Dan epifise terakhir bersatu
pada usia 25 tahun sampai 26 tahun.Pada tulang ini bisa terjadi banyak proses
patologik sama seperti pada tulang yang lainnya yaitu bisa ada kelainan
congenital, trauma (fraktur), inflamasi, neoplasia, kelainan metabolik tulang
dan yang lainnya. Fraktur clavicula bisa disebabkan oleh benturan ataupun
kompressi yang berkekuatan rendah sampai yang berkekuatan tinggi yang bisa
menyebabkan terjadinya fraktur tertutup ataupun multiple trauma.
Fraktur ini merupakan jenis yang tersering pada bayi baru lahir,yang
mungkin terjadi apabila terdapat kesulitan mengeluarkan bahu pada persalinan.
Hal ini dapat timbul pada kelahiran presentasi puncak kepala dan pada lengan
yang telentang pada kelahiran sungsang. Gejala yang tampak pada keadaan ini
adalah kelemahan lengan pada sisi yang terkena, krepitasi, ketidakteraturan
tulang mungkin dapat diraba, perubahan warna kulit pada bagian atas yang
terkena fraktur serta menghilangnya refleks Moro pada sisi tersebut. Diagnosis
dapat ditegakkan dengan palpasi dan foto rontgent. Penyembuhan sempurna
terjadi setelah 7-10 hari dengan imobilisasi dengan posisi abduksi 60 derajat
dan fleksi 90 derajat dari siku yang terkena.

2. Fraktur humerus
Fraktur humerus merupakan salah satu bentuk fraktur tulang panjang
(long bone) yang ter jadi pada tulang humerus. Fraktur Humerus menurut
(Mansjoer, Arif, 2000) yaitu diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang
humerus. Sedangkan menurut ( Sjamsuhidayat 2004 ) Fraktur humerus adalah

4
fraktur pada tulang humerus yang disebabkan oleh benturan atau trauma
langsung maupun tidak langsung.
Fraktur humerus pada bayi baru lahir adalah Kelainan yang terjadi
pada kesalahan teknik dalam melahirkan lengan pada presentasi puncak kepala
atau letak sungsang dengan lengan membumbung ke atas. Pada keadaan ini
biasanya sisi yang terkena tidak dapat digerakkan dan refleks Moro pada sisi
tersebut menghilang. Fraktur tulang humerus umumnya terjadi pada kelahiran
letak sungsang dengan tangan menjungkit ke atas. Kesukaran melahirkan
tangan yang menjungkit merupakan penyebab terjadinya tulang humerus yang
fraktur. Pada kelahiran presentasi kepala dapat pula ditemukan fraktur ini, jika
ditemukan ada tekanan keras dan langsung pada tulang humerus oleh tulang
pelvis. Jenis frakturnya berupa greenstick atau fraktur total.

3. Fraktur Femur
Persendian panggul merupakan bola dan mangkok sendi dengan
acetabulum bagian dari femur, terdiri dari : kepala, leher, bagian terbesar dan
kecil, trokhanter dan batang, bagian terjauh dari femur berakhir pada kedua
kondilas. Kepala femur masuk acetabulum. Sendi panggul dikelilingi oleh
kapsula fibrosa, ligamen dan otot. Suplai darah ke kepala femoral merupakan
hal yang penting pada faktur hip. Suplai darah kefemur bervariasi menurut
usia. Sumber utamanya arteri retikuler posterior, nutrisi dari pembuluh darah
dari batang femur meluas menuju daerahtronkhanter dan bagian bawah dari
leher femur.
Perkembangan pada femur proksimal khususnya pada epifisis danfisis
adalah sangat kompleks di antara region pertumbuhan skeletalapendikular.
Osifikasi sekunder biasanya dimulai pada kaput femur yaitu pada usia 4 ± 5
bulan post natal (rentang usia 2-10 bulan). Proses ini dimulai pada bagian
sentral yang menyebat secara sentrifugal, bahkan penyesuaian bentuk hemisfer
dari permukaan articular pada saat anak berusia 6 ± 8 tahun dan membentuk
sebuah lempeng subkondral yang berlainan yang mengikuti kontur dari fisis
kaput femur.

5
Pusat osifikasi tergantung pada suplai vaskular; dan penurunan aliran
darah secara permanen dan sementara, yang mungkin terjadi pada fraktur leher
femur (femoral neck fracture), yang berakibat pada kemampuan osifikasi
kaputfemur untuk meneruskan proses maturasi normal dan transformasi
condro ± osseus.(15)Secara keseluruhan perkembangan kaput femur dan
epifisistrokanter memiliki kartilago yang berkelanjutan sepanjang sisi
posterior dan superior pada leher femur. Walaupun region ini secara umum
tipis pada anak ± anak yang sedang tumbuh, hal ini perlu untuk pertumbuhan
lintang normal pada leher femur. Akibat kerusakan pada leher femur, misalnya
akibat fraktur leher femur, mungkin secara serius akanmengganggu kapasitas
karilago region leher femur untuk berkembang secara normal.

C. Pengklasifikasian fraktur clavicula


Pengklasifikasian fraktur clavicula didasari oleh lokasi fraktur pada clavicula
tersebut. Ada tiga lokasi pada clavicula yang paling sering mengalami fraktur
yaitu pada bagian midshape clavikula dimana pada anak-anak berupa greenstick,
bagian distal clavicula dan bagian proksimal clavicula. Menurut Neer secara
umum fraktur klavikula diklasifikasikan menjadi tiga tipe yaitu :

1. Tipe I : Fraktur pada bagian tengah clavicula. Lokasi yang paling sering
terjadi fraktur.
2. Tipe II : Fraktur pada bagian distal clavicula. Lokasi tersering kedua
mengalami fraktur setelah midclavicula.
3. Tipe III : Fraktur pada bagian proksimal clavicula. Fraktur yang paling
jarang terjadi dari semua jenis fraktur clavicula, insidensnya hanya sekitar
5%.
4. Ada beberapa subtype fraktur clavicula bagian distal, menurut Neer ada 3
yaitu :

a. Tipe I : merupakan fraktur dengan kerusakan minimal, dimana


ligament tidak mengalami kerusakan.
b. Tipe : merupakan fraktur pada daerah medial ligament
coracoclavicular.

6
c. Tipe III : merupakan fraktur pada daerah distal ligament
coracoclavicular dan melibatkan permukaan tulang bagian distal
clavicula pada AC joint.

D. Tanda dan gejala Fraktur Travicular

1. Bayi tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang terkena,
2. Krepitasi dan ketidak teraturan tulang,
3. Kadang-kadang disertai perubahan warna pada sisi fraktur, Tidak adanya
refleks moro pada sisi yang terkena,
4. Adanya spasme otot sternokleidomastoideus yang disertai dengan hilangnya
depresi supraklavikular pada daerah fratur
5. Biasanya diikuti palsi lengan
6. Adanya pembengkakan pada sektor daerah fracture
7. Pergerakan lengan berkurang.
8. Iritable selama pergerakan lengan
9. Diagnosis RO tidak selalu diindikasikan, 80% tidak mempunyai gejala dan
hanya didapatkan hasil pemeriksaan yang minimal.

E. Penanganan dan Pencegahan Fraktur Travicular

Penanganan standar untuk semua kasus fraktur klavikula dilakukan

secara nonoperatif, sering dilakukan dengan memasang simple sling. Kesuksesan

penanganan fraktur klavikula pada bayi dan anak-anak dilihat dari remodeling

yang normal. Hal ini terjadi karena maturitas tulang yang masih imatur,

konsistensi dan susunan tulang yang masih banyak osteoblast sehingga tulang

dapat tersambung kembali seperti normal. Sebuah studi cross-sectional

membahas tentang penanganan terhadap fraktur klavikula pada anak-anak.

Subjek anak perempuan 10 tahun mengalami penyembuhan tulang klavikula

yangmengalami fraktur sebesar 80% (McGraw, et al., 2010).

Pencegahan fraktur klavikula dilakukan saat ibu masih dalam masa

7
kehamilan. Faktor resiko yang ada harus dihindari, seperti hindari

mengkonsumsi gula berlebihan yang erat kaitannya DMG dengan makrosomia

pada bayi sehingga membuat resiko trauma persalinan menjadi tinggi. Jika

sudah mengetahui adanya makrosomia pada bayi, piliihlah jalan lahir dengan

operasi caesar karena dengan persalinan intravaginal akan menimbulkan banyak

resiko. Lakukanlah olahraga ibu hamil, terutama untuk kehamilan yang letak

bayinya sungsang. Olahraga ibu hamil dapat membuat posisi bayi menjadi

normal, sehingga resiko trauma pada persalinan dapat dicegah (Kanik, et al.,

2011).

F. Jenis-Jenis Fraktur humerus pada bayi baru lahir


1. Fraktur suprakondilar humerus, ini terbagi atas:
a. Jenis ekstensi yang terjadi karena trauma langsung pada humerus distal
melalui benturan pada siku dan lengan bawah pada posisi supinasi dan
posisi lengan siku dalam posisi ekstensi dengan tangan terfiksasi
b. Jenis fleksi pada anak biasanya terjadi akibat jatuh pada telapak tangan
dengan tangan dan lengan bawah dalam posisi pronasi dan siku dalam posisi
sedikit fleksi.
2. Fraktur interkondiler humerus adalah fraktur yang sering terjadi pada anak
adalah fraktur kondiler latreralis dan fraktur kondiler medialis humerus.
3. Frakur batang humerus fraktur ini disebabkan oleh trauma langsung yang
mengakibatkan fraktur spiral (fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral
yang disebabkan trauma rotasi).
4. Fraktur kolum humerus fraktur ini dapat terjadi pada kolum antomikum
(terletak dibawah kaput humeri) dan kolum sirurgikum (terletak dibawah
tuberkulum).

8
G. Tanda dan gejala fraktur humerus pada bayi baru lahir

Gejala klinis fraktur humerus pada bayi baru lahir dapat diketahui dengan
berkurangnya gerakan spontan pada lengan, ditemukannya reflex moro yang
asimetris, terbanya deformitas dan krepitasi di daerah fraktur disertai rasa nyeri
diikuti pembekakan, atau terjadinya tangisan bayi pada gerakan pasif. Letak
fraktur umumnya di daerah diafisis. Dokter knadungan dapat merasa atau
mendengar derik fraktur pada kelahiran bayi. Diagnosis pasti ditegakkan denan
pemeriksaan radiologi.

H. Asuhan pada bayi baru lahir dengan fraktur humerus

Adapun asuhan yang di berikan pada bayi baru lahir denga fraktur humerus
meliputi :

Pengkajian yang meliputi

1. Data subjektif, adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan
meliputi :

a. Biodata atau identitas pasien


b. Bayi meliputi: nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin
c. Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat (Talbott Laura
A, 1997 : 6).
d. Riwayat antenatal, yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal
pada kasus BBL dengan fraktur humerus yaitu:
1) Riwayat natal, Komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang
sangat erat dengan permasalahan fraktur humeri pada bayi baru lahir.
2) Kala II : Persalinan dengan letak sungsang dengan tangan menjungkit
ke atas, adanya adistocia bahu, panggul sempit, kala II lama.
3) Riwayat post natal
4) Apgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 ASI
5) Berat badan lahir : BBL >3800gr dengan persalinan pervaginam.

9
2. Data obyektif , adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan
pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku.
a. Keadaan umum
Pada neonatus dengan fraktur humeri, keadaannya lemah dan hanya
merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang tidak
aktif pada daerah lengan dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat
dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil,
panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala
dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.

b. Tanda-tanda Vital
1) Suhu : Beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh > 37 ° (normal
36,5°C – 37,5°C)
2) Nadi : Normal 120-140 kali per menit
3) Respirasi : Normal antara 40-60 kali permenit

c. Pemeriksaan fisik

1) Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru,
pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks. Kecuali pada daerah
yang fraktur, terjadi hematoma di rongga medula tulang.
2) Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal
haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan
adanya peningkatan tekanan intrakranial.
3) Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan
lendir.
4) Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus
costaae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit
berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia

10
diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran
bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
5) Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda
– tanda infeksi pada tali pusat.
6) Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya
patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari
tangan serta jumlahnya.
7) Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan
sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai
keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang (Iskandar
Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter Patricia A, 1996 : 109-356).

3. Assasment
By.Ny. Y usia 0-28 hari dengan fraktur humerus
a. Planning
b. Menjelaskan kepada orang tua tentang keadaan bayinya dan meminta
persetujuan untuk melakukan tindakan yang lebih lanjut
c. Imobilisasi lengan pada sisi bayi dengan lengan siku fleksi 90° selama 10-
14 hari serta kontrol nyeri.
d. Menjelaskan kepada orang tua dalam masa pertumbuhan dan
pembentukan tulang pada bayi, maka tulang yang fraktur tersebut akan
tumbuh dan akhirnya mempunyai bentuk panjang yang normal.
e. Memberikan support mantal kepada orang tua dan keluarga.

I. Tanda dan gejala fraktur femur

1. Pembengkakan pada paha di sertai nyeri bila di lakukan gerakan pasif pada
tungkai
2. Perubahan warna kulit agak kebiruan
3. Bayi tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang terkena,

11
4. Diangnosa pasti dilakukan dengan palpasi dan pemeriksaan radiologic

J. Asuhan fraktur femur

1. Imobilisasi tungkai bawah dengan jalan fiksasi. Pengobatan dilakukan dengan


melakukan traksi pada kedua tungkai, walaupun fraktur hanya terjadi
unilateral. Keuntungannya;

a. Tidak membutuhkan modal besar dan dapat diterapkan oleh penyedia


layanan kesehatan primer di desa terpencil sekalipun.
b. Mudah diterima oleh orangtua karena perawatan ini nyaman untuk bayi dan
pengawasanya mudah bagi ibu.
c. Hasil perawatan dalam hal penyatuan kembali tulang dan deformitas,
sebanding dengan model pengobatan/perawatan lain

Metode ini juga tidak memerlukan penggunaan Plaster of Paris atau


traksi untuk bayi yang mana pengobatan ini tidak dapat diakses di daerah
terpencil. Selain itu, gips Plaster of Paris memiliki kelemahan mereka sendiri
dalam masalah kulit dan sindrom kompartemen. Bayi yang baru lahir memiliki
kecenderungan alami untuk menjaga pinggul dan lutut dalam posisi tertekuk.
Dalam kasus fraktur femur, ketika fiksasi dengan posisi ekstensi diterapkan, hal
itu menyebabkan fraktur mengalami angulasi. Dalam posisi tegap, pinggul yang
tertekuk dan femur displint dengan perut menggunakan perban yang softadhesive.
Ini menenangkan fleksor pinggul dan membantu dalam penyembuhan fraktur dan
mempertahankan keselarasan tulang.
Pada neonatus, penurunan fungsi anatomis tidak perlu dicemaskan karena
mereka memiliki tingkat penyembuhan (remodelling rate) yang sangat tinggi.
Tujuan dari strapping/fiksasi adalah untuk memberikan posisi yang dapat diterima
untuk jangka waktu sampai fraktur “lengket” (menyatu) kembali. Strapping ini
biasanya dipertahankan selama 2 minggu. Selama periode ini, perban mungkin
perlu penyesuaian karena menjadi longgar. Hasil yang diperoleh selama ini dari
pengelolaan patah tulang dengan metode ini telah menunjukkan kepuasan dalam
hal penyatuan kembali tulang, penampilan, dan fungsi.

12
2. Dirujuk ke bagian bedah tulang (otrhopedi).Tindakan invasif yang biasa
dilakukan adalah pemasangan baja untuk merekatkan kembali tulang yang
patah.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Fraktur lebih sering terjadi setelah persalinan sungsang dan distorsia
bahu pada pada bayi makrosomia. Klavikula merupakan tulang yang paling
sering mengalami fraktur. fraktur Klavikula merupakan komplikasi yang
tidak dapat diprediksi dan dihindari dalam persalinan normal. Fraktur
humerus terjadi pada kesalahan tehnik dalam melahirkan lengan dan
presentasi kepala atau sungsang dengan lengan menjungkit keatas. Fraktur
femur jarang terjadi dan biasanya terjadi akibat ada kesalahan teknikdalam
menolong persalinan sungsang. Gejala pada umumnya hampir sama yaitu
adanya rasa nyeri, bayi tampak kesakitan bengkak kebiruan pada daerah yang
mengalami fraktur.

3.2 SARAN
Sebagai tenaga medis sebaiknya harus benar-benar dapat memperhatikan
asuhan dan teknik yang tepat saat persalinan agar bayi baru lahir tidak
mengalami fraktur. Serta memperhatikan keadaan bayi saat akan dilahirkan

14
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2002.Asuhan Maternal dan Neonatal .Jakarta : YBP-


SP

Saifuddin, Abdul Bari.2002.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Bajuri M.Y., Maidin S., Rauhf A., Baharuddin M., Harjeet S. 2011. Functional
outcomes of conservatively treated clavicle fractures. CLINICS 2011;66(4):635-
639 DOI:10.1590/S180759322011000400019.

15

Anda mungkin juga menyukai